• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati merupakan kelurahan yang terletak di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat. Kelurahan Tegal Gundil memiliki luas wilayah 198 ha dengan pemanfaatan untuk perumahan/pemukiman sebanyak 169,5 ha, sedangkan Kelurahan Bantarjati memiliki luas wilayah 170 ha dengan pemanfaatan untuk perumahan/pemukiman sebanyak 156,7 ha. Secara administratif, Kelurahan Tegal Gundil memiliki 98 rukun tetangga (RT) dan 17 rukun warga (RW) dengan total penduduk sebanyak 26.096 jiwa. Komposisi penduduknya sebanyak 12.980 jiwa laki-laki dan 13.116 jiwa perempuan dengan kepadatan 131,8 per km2 dan jumlah kepala keluarga tercatat sebanyak 6.667 KK. Kelurahan Bantarjati memiliki 72 RT dan 16 RW dengan total penduduk sebanyak 19.412 jiwa. Komposisi penduduknya sebanyak 9.816 jiwa laki-laki dan 9.596 jiwa perempuan dengan kepadatan 43,6 per km2 dan jumlah kepala keluarga tercatat sebanyak 4.257 KK.

Sebagian besar penduduk di Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati memiliki mata pencaharian sebagai pegawai swasta, BUMN/BUMD, TNI, PNS, pensiunan, wiraswasta/pedagang, dan POLRI. Tingkat pendidikan penduduk di kelurahan ini sebagian besar tamat SLTA, tamat SLTP, tamat SD, Sarjana, dan D3. Secara umum sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati terdiri dari sarana peribadatan, kesehatan, dan pendidikan. Sarana peribadatan terdiri dari 36 masjid dan 26 mushola. Sarana kesehatan terdiri dari 2 rumah sakit bersalin, 2 puskesmas, 5 poliklinik, 13 apotek, 3 balai pengobatan swasta, dan 3 rumah bersalin. Sarana pendidikan terdiri dari 2 play grup, 4 PAUD, 19 TK, 3 SD, 6 SLTP, 7 SLTA, 2 kejar paket B dan C, 1 PTS. Sedangkan sarana dan prasarana untuk mendapatkan suplemen makanan terdiri dari 13 apotek/toko obat, 12 minimarket, 44 toko/warung, dan 11 distributor MLM/stokis.

Karakteristik Contoh

Usia. Menurut Papalia & Olds (2009) usia contoh merupakan lama hidup contoh. Hasil penelitian usia contoh menunjukkan bahwa kisaran usia contoh berada pada usia 20-65 tahun dengan rata-rata sebesar 39 tahun. Persentase terbesar usia contoh berada pada kategori dewasa awal sebesar 53,0 persen, hanya sebagian kecil contoh saja (4,0%) yang berada pada usia dewasa akhir (Tabel 2). Konsumen pada kategori usia berbeda memerlukan asupan nutrisi makanan yang berbeda untuk menunjang aktivitasnya (Goldberg 1994).

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan usia

Kategori Usia Jumlah

n % Dewasa awal (20-40 th) 53 53,0 Dewasa madya (41-60 th) 43 43,0 Dewasa akhir (>61 th) 4 4,0 Total 100 100,0 Min-max (th) 20 – 65 Rataan (th) 39

Jenis Kelamin. Menurut Kotler (2007) perbedaan jenis kelamin menyebabkan perbedaan dalam pola konsumsi. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh contoh (52,0%) berjenis kelamin perempuan dan hampir separuh contoh (48,0%) berjenis kelamin laki-laki (Tabel 3). Perempuan lebih memilih suplemen makanan untuk penampilan/kecantikan sedangkan laki-laki untuk menjaga stamina (Hidayat 2002).

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin

Kategori Jenis Kelamin Jumlah

n %

Laki-laki 48 48,0

Perempuan 52 52,0

Total 100 100,0

Pendidikan. Menurut Sumarwan (2004) tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Hasil penelitian pendidikan contoh menunjukkan lebih dari separuh contoh (54,0%) berpendidikan sarjana (17 tahun), dan sebagian kecil contoh saja (4,0%) yang berpendidikan SLTP (9 tahun). Lama pendidikan contoh antara 9-23 tahun dengan rata-rata sebesar 16 tahun (Tabel 4).

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan memudahkan dalam menerima informasi terkait gizi, sehingga lebih mudah untuk memutuskan memilih makanan alami atau mengonsumsi suplemen makanan sebagai pemenuhan kebutuhan nutrisinya (Hardinsyah 2002).

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan

Tingkat dan Lama Pendidikan Jumlah

n % Tidak sekolah (0 th) 0 0,0 Tamat SD (6 th) 0 0,0 Tamat SLTP (9 th) 4 4,0 Tamat SLTA (12 th) 24 24,0 Diploma (15 th) 10 10,0 Sarjana (17 th) 54 54,0 Pasca sarjana (20-23 th) 8 8,0 Total 100 100,0 Min-max (th) 9 – 23 Rataan (th) 16

Pekerjaan. Menurut Kotler (2007) pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pola konsumsinya terhadap barang dan jasa tertentu. Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan tertentu yang memiliki minat diatas rata-rata atas produk dan jasa. Hasil penelitian pekerjaan contoh menunjukkan persentase terbesar adalah pegawai swasta (33,0%), dan sebagian kecil contoh saja (1,0%) yang memiliki pekerjaan buruh dan pensiunan (Tabel 5). Jenis pekerjaan tertentu menurut berat ringannya akan menentukan tingkat kebutuhan tubuh terhadap asupan zat gizi (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi V 1993).

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Jumlah

n %

Buruh 1 1,0

Pegawai negeri sipil 10 10,0

Pegawai swasta 33 33,0

Pegawai BUMN 4 4,0

Wiraswasta 26 26,0

Ibu rumah tangga 21 21,0

Pensiunan 1 1,0

Lainnya* 4 4,0

Total 100 100,0

Pendapatan. Menurut Sumarwan (2004) pendapatan adalah sumberdaya material yang bisa membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli seorang konsumen. Hasil penelitian pendapatan contoh berkisar antara Rp600.000,00 hingga Rp25.000.000,00 dengan rata-rata pendapatan contoh sebesar Rp5.635.000,00. Persentase terbesar pendapatan contoh (38,0%) berada pada kisaran Rp1.000.000,00 hingga Rp3.999.999,00 (Tabel 6).

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan

Pendapatan Contoh Jumlah

n % <Rp1.000.000,00 5 5,0 Rp1.000.000,00 – Rp3.999.999,00 38 38,0 Rp4000.000,00 – Rp6.999.999,00 28 28,0 Rp7.000.000,00 – Rp9.999.999,00 8 8,0 ≥Rp10.000.000,00 21 21,0 Total 100 100,0 Min-max (Rp/bl) 600.000 – 25.000.000 Rataan (Rp/bl) 5.605.000

Kesehatan. Menurut Hardinsyah (2002) suplemen makanan merupakan produk yang digunakan untuk melengkapi makanan. Hasil penelitian kondisi kesehatan contoh menunjukkan sebagian besar contoh (77,0%) berada dalam kondisi sehat, hanya sebagian kecil contoh saja (4,0%) berada dalam kondisi sakit (Tabel 7). Konsumsi suplemen makanan umumnya dikonsumsi oleh orang dalam keadaan sehat yang berusaha untuk melengkapi kebutuhan akan vitamin, mineral, protein guna mencukupi kebutuhan gizi (Chotimah 2003).

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kondisi kesehatan

Kondisi Kesehatan Jumlah

n %

Sakit 4 4,0

Agak Sehat 19 19,0

Sehat 77 77,0

Total 100 100,0

Kehamilan. Menurut Gershoff dan Whitney (1990) diacu dalam Chotimah (2003) perubahan fisiologis seperti hamil dan menyusui akan meningkatkan kebutuhan zat gizi tertentu, terutama jika tidak makan dengan baik sehingga membutuhkan suplemen makanan sebagai pelengkap. Hasil penelitian

menunjukkan hampir seluruh contoh (94,0%) berada dalam kondisi tidak hamil, dan sebagian kecil contoh saja (3,0%) yang berada dalam kondisi hamil (Tabel 8).

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kondisi kehamilan

Kondisi Kehamilan Jumlah

n %

Tidak hamil 49 94,0

Hamil 3 6,0

Total 52 100,0

Tingkat Stress. Menurut Gunawan (2002) konsumsi suplemen dibutuhkan oleh tubuh jika kondisi tubuh selalu dituntut prima dengan pekerjaan yang sering di luar batas kewajaran (lembur) dan stress berkepanjangan. Hasil penelitian kondisi psikologis contoh menunjukkan sebagian besar contoh (80,0%) berada dalam kondisi tidak stress, dan sebagian kecil contoh (1,0%) berada dalam kondisi stress (Tabel 9).

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat stress

Tingkat Stress Jumlah

n %

Stress 1 1,0

Agak Stress 19 19,0

Tidak Stress 80 80,0

Total 100 100,0

Kebiasaan Merokok. Menurut Gazali (2008) kebiasaan merokok yang dilakukan oleh banyak orang di Indonesia menjadi salah satu gaya hidup dan budaya masyarakat. Hasil penelitian kebiasan merokok contoh menunjukkan sebagian besar contoh (79,0%) memiliki kebiasaan tidak merokok, dan lebih dari seperlima contoh saja (21,0%) yang memiliki kebiasaan merokok (Tabel 10).

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan merokok

Kebiasaan Merokok Jumlah

n %

Merokok 21 21,0

Tidak Merokok 79 79,0

Total 100 100,0

Kebiasaan Makan. Menurut Sanjur (1982) kebiasaan makan merupakan tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan terkait dengan jumlah, frekuensi, dan proporsi makanan yang dikonsumsi. Hasil penelitian

kebiasaan makan contoh menunjukkan hampir sebagian besar contoh (74,0%) memiliki kebiasaan makan tidak teratur, dan lebih dari seperempat contoh (26,0%) memiliki kebiasaan makan teratur (Tabel 11).

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan

Kebiasaan Makan Jumlah

n %

Makan teratur 26 26,0

Makan tidak teratur 74 74,0

Total 100 100,0

Riwayat Kesehatan. Menurut Khomsan (2002) riwayat kesehatan adalah situasi kesehatan yang dialami seseorang dan penyakit yang pernah diderita oleh seseorang seiring dengan peningkatan usia. Hasil penelitian riwayat kesehatan contoh menunjukkan hampir separuh contoh (47,0%) memiliki riwayat kesehatan tidak berpenyakit dan sepertiga contoh (30,0%) memiliki riwayat kesehatan pada kategori lainnya (Tabel 12).

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan riwayat kesehatan (n=100)

Riwayat Kesehatan Jumlah

n % Tidak berpenyakit 47 47,0 Maag 12 12,0 Batuk/pilek 9 9,0 Tiphus 7 7,0 Demam berdarah 6 6,0 Lainnya* 30 30,0

*Lainnya : Cacar air, gastritis, vertigo, sakit kepala/migran, pendengaran, hipertensi, rematik, jantung, diabetes, liver, hepatitis, paru-paru, anemia, susah BAB/pencernaan, impaksi, usus buntu, radang tenggorokan, amandel, sakit gigi

Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen

Tindakan membeli yang dilakukan oleh konsumen tidak muncul begitu saja tetapi melalui suatu rangkaian proses keputusan pembelian konsumen yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, perilaku purna pembelian (Kotler 2007).

Pengenalan Masalah. Menurut Kotler (2007) pengenalan masalah merupakan suatu proses saat konsumen menyadari adanya suatu kebutuhan yang disebabkan adanya rangsangan internal maupun eksternal. Mowen dan Minor (2003) menyebut rangsangan internal maupun eksternal ini dengan istilah motivasi. Istilah ini menunjukkan keadaan yang diaktivasi atau digerakkan yang

menyebabkan seseorang mengarahkan perilaku berdasarkan tujuan. Tabel 13 merupakan hasil penelitian motivasi utama contoh dalam mengonsumsi suplemen makanan. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh contoh (98,0%) memiliki motivasi dalam mengonsumsi suplemen makanan untuk membantu menjaga kesehatan dan meningkatkan kebugaran (96%).

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan motivasi utama membeli suplemen makanan (n=100)

Motivasi n %

Membantu menjaga kesehatan 98 98,0

Membantu proses penyembuhan 56 56,0

Pendamping program diet 24 24,0

Mengurangi tingkat stress 35 35,0

Meningkatkan kebugaran 96 96,0

Pasca operasi besar 5 5,0

Memenuhi kebutuhan kehamilan/menyusui 3 3,0

Memasuki usia menopause 9 9,0

Mengencangkan kulit/kecantikan 38 38,0

Lainnya* 2 2,0

* Lainnya : Coba-coba, menambah massa otot

Menurut Schiffman dan Kanuk (2007) persepsi adalah cara individu menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasi stimulus menjadi gambaran yang berarti. Hasil penelitian persepsi manfaat contoh terhadap suplemen makanan menunjukkan hampir seluruh contoh (98,0%) memilliki persepsi bahwa suplemen makanan merupakan produk yang berguna untuk membantu menjaga kesehatan dan meningkatkan stamina (95%). Selain itu, sebagian kecil contoh (4,0%) memiliki persepsi lainnya (diet sukses) terhadap manfaat suplemen makanan (Tabel 14).

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan persepsi manfaat membeli suplemen makanan (n=100)

Persepsi Manfaat n %

Membantu menjaga kesehatan 98 100,0

Membantu meningkatkan kecerdasan 38 38,0

Membantu merawat kesehatan kulit 43 43,0

Membantu meningkatkan stamina 95 95,0

Mengurangi rasa sakit/nyeri 43 43,0

Lainnya* 4 4,0

Pencarian Informasi. Menurut Boyd et al. (2000) informasi bernilai bagi konsumen karena keluasannya membantu membuat keputusan pembelian yang lebih memuaskan dan mengurangi resiko ketidakpastian sehubungan dengan pengambilan keputusan yang kurang baik. Menurut Sumarwan (2004) pencarian informasi terbagi menjadi pencarian internal dan pencarian eksternal. Pencarian internal dilakukan dengan mengingat kembali semua informasi yang ada dalam ingatannya meliputi berbagai produk dan merek yang dianggap bisa memecahkan masalah. Pencarian internal dikenal dengan istilah pengetahuan. Seorang konsumen yang memiliki pengetahuan lebih banyak akan lebih baik dalam mengambil keputusan, lebih tepat dalam mengolah informasi dan mampu mengingat kembali (recall) informasi dengan lebih baik.

Menurut Sumarwan (2004) pencarian eksternal dilakukan ketika pencarian internal tidak dapat memecahkan masalah, pencarian eksternal meliputi berbagai produk dan merek, pembelian maupun konsumsi kepada lingkungan konsumen. Menurut Kotler (2007) lingkungan konsumen tersebut merupakan sumber-sumber informasi yaitu sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan), sumber komersial (iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan toko), sumber publik (media masaa, organisasi konsumen), sumber pengalaman (penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk). Jumlah dan pengaruh relatif sumber-sumber informasi tersebut berbeda tergantung pada kategori produk dan karakteristik pembeli.

Pencarian internal berupa pengetahuan contoh tentang suplemen makanan diukur berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan pengetahuan mengenai produk, pembelian, dan pemakaian tentang suplemen makanan. Tabel 15 merupakan hasil penelitian mengenai pengetahuan contoh mengenai suplemen makanan. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar contoh memiliki pengetahuan yang baik tentang suplemen makanan yaitu pengetahuan produk, pembelian, dan pemakaian.

Tabel 15 Persentase contoh berdasarkan jawaban pengetahuan yang benar tentang suplemen makanan

No Pertanyaan (%)

1 Suplemen makanan merupakan produk yang digunakan untuk

melengkapi makanan

87,2

2 Suplemen makanan mengandung vitamin, mineral, tumbuhan atau

bahan yang berasal dari tumbuhan, asam amino, bahan yang digunakan untuk meningkatkan angka kecukupan gizi, konsentrat, metabolit, konstituen, ekstrak atau kombinasi dari beberapa bahan tersebut

98,9

3 Suplemen makanan berbentuk gel, tablet, bubuk, cairan, kapsul, tablet

effervescent

100,0

4 Suplemen makanan bisa dibeli di apotek/toko obat, supermarket,

sales/distributor MLM, toko/warung

92,2

5 Suplemen makanan harus diawasi ijin edarnya oleh Badan Pengawas

Obat dan Makanan

94,4

6 Suplemen makanan yang berkualitas adalah produk suplemen makanan

yang telah lolos uji klinis dan mendapatkan sertifikasi misalnya GMP, FDA, TGA, ISO

100,0

7 Label suplemen makanan harus mencantumkan identitas produk,

jumlah isi, pernyataan klaim kegunaan, cara penggunaan, dosis pemakaian, penyembuhan zat aktif yang digunakan, nama dan tempat pembuatan, distributor dengan alamat yang jelas

100,0

8 Suplemen makanan banyak di klaim oleh produsen, distributor, sales

secara berlebihan sehingga harus lebih teliti sebelum membeli

95,9

9 Suplemen makanan dianjurkan untuk diminum sesuai dengan ukuran

kemasan saji dan tidak berlebihan dalam mengonsumsinya

82,8

10 Mengonsumsi suplemen makanan dengan dosis yang tepat tidak akan

memberikan efek ketergantungan terhadap produk tersebut

78,4

11 Klaim suplemen makanan umumnya untuk meningkatkan

produktivitas, kecerdasan, kecantikan, kebugaran

87,7

12 Suplemen makanan berbentuk tablet effervescent penggunaannya

adalah dengan melarutkan produk tersebut

87,3

13 Suplemen makanan memiliki harga yang bervariasi mulai dari ribuan,

puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan jutaan

94,7

14 Suplemen makanan umumnya dikemas dalam bentuk tube berbahan

(plastik, logam, gelas, komposit), kertas plastik, kardus mini

92,7

Tabel 16 merupakan hasil penelitian pengetahuan contoh tentang suplemen makanan. Pengetahuan contoh berada pada kisaran skor 50,0 – 100,0 persen dengan rata-rata sebesar 92,1 persen (kategori baik). Sebagian besar contoh (87,0%) berada pada kategori baik, dan sebagian kecil contoh saja (1,0%) berada pada kategori kurang (<60%).

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan tentang suplemen makanan Pengetahuan Jumlah n % Kurang (<60%) 1 1,0 Sedang (60% - 80%) 12 12,0 Baik (>80%) 87 87,0 Total 100 100,0 Min-max (%) 52,0 – 100,0 Rataan (%) 92,1

Hasil penelitian sumber informasi eksternal contoh tentang suplemen makanan menunjukkan lebih dari separuh contoh (67,0%) memilih sumber teman/kenalan sebagai sumber informasi tentang suplemen makanan, dan sebagian kecil contoh saja (9,0%) yang memilih sumber informasi lainnya (rekomendasi dokter, internet) sebagai sumber informasi tentang suplemen makanan (Tabel 17).

Tabel 17 Sebaran sumber informasi contoh tentang suplemen makanan (n=100)

Sumber Informasi n % Keluarga 51 51,0 Teman/kenalan 67 67,0 Tetangga 15 15,0 Iklan 56 56,0 Wiraniaga 12 12,0 Distributor 28 28,0 Kemasan 33 33,0 Lainnya* 9 9,0

* Lainnya : Rekomendasi dokter, internet

Menurut Sumarwan (2004) secara garis besar atribut produk merupakan karakteristik dari suatu produk. Atribut produk dalam penelitian ini mencakup harga, kemasan, merek, dan klaim yang biasanya menjadi fokus contoh dalam mencari informasi. Tabel 18 merupakan hasil penelitian fokus contoh dalam mencari informasi mengenai suplemen makanan. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar contoh (78,0%) memilih klaim, dan sepertiga contoh (33,0%) memilih kemasan sebagai fokus utama dalam mencari informasi mengenai suplemen makanan.

Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan fokus dalam mencari informasi mengenai suplemen makanan (n=100) Fokus Informasi n % Harga 49 49,0 Kemasan 33 33,0 Merek 61 61,0 Klaim 78 78,0

Evaluasi Alternatif. Menurut Kotler (2007) konsumen mengolah informasi tentang pilihan merek dalam membuat keputusan akhir untuk mencari manfaat tertentu dari solusi suatu produk. Oleh karena itu, merek merupakan kriteria utama dalam evaluasi suatu produk. Hasil penelitian pertimbangan utama contoh dalam memilih merek menunjukkan sebagian besar contoh (79,0%) memilih klaim, dan sebagian kecil contoh (10,0%) memilih lainnya (rekomendasi dokter, peluang bisnis, kandungan nutrisi, kualitasnya, kredibilitas perusahaan) sebagai pertimbangan utama dalam memilih merek suplemen makanan (Tabel 19).

Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan pertimbangan utama dalam memilih merek suplemen makanan (n=100)

Pertimbangan Memilih Merek n %

Harga 55 55,0

Kemasan 27 27,0

Klaim 79 79,0

Lainnya* 10 10,0

* Lainnya : Rekomendasi dokter, peluang bisnis, kandungan nutrisi, kualitasnya, kredibilitas perusahaan

Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) harga merupakan salah satu kriteria evaluasi yang penting bagi konsumen. Terkadang, konsumen mengembangkan harapan mengenai hubungan harga-mutu (price-quality relationship), yaitu dalam rentang harga tertentu untuk sebuah produk mereka mengharapkan bahwa harga yang tinggi mengindikasikan mutu yang lebih baik (Mowen & Minor 2003). Tabel 20 merupakan hasil penelitian mengenai respon contoh jika harga merek suplemen makanan yang dibeli mengalami kenaikan. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh contoh (92,0%) tetap membeli merek tersebut, dan beberapa contoh (2,0%) tidak jadi membeli merek produk suplemen makanan.

Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan respon jika harga naik

Respon jika Harga Naik Jumlah

n %

Tetap membeli merek tersebut 92 92,0

Membeli merek lain 6 6,0

Tidak jadi membeli produk 2 2,0

Lainnya 0 0,0

Total 100 100,0

Keputusan Pembelian. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) pembelian produk yang dilakukan oleh konsumen digolongkan ke dalam tiga macam yaitu: pembelian yang terencana sepenuhnya, pembelian yang separuh terencana, pembelian yang tidak terencana. Hasil penelitian contoh berdasarkan cara memutuskan pembelian menunjukkan lebih dari separuh contoh (57,0%) melakukan pembelian secara terencana, dan beberapa contoh (2,0%) melakukan pembelian suplemen makanan secara mendadak (Tabel 21).

Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan cara memutuskan pembelian

Cara Memutuskan Pembelian Jumlah

n %

Terencana 57 57,0

Mendadak 2 2,0

Tergantung situasi 41 41,0

Total 100 100,0

Menurut Kotler (2007) proses pembelian tidak terlepas dari promosi penjualan yang dilakukan oleh produsen agar produknya dikenal oleh konsumen. Tabel 22 merupakan hasil penelitian bentuk promosi penjualan yang paling menarik bagi contoh dalam melakukan pembelian. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar contoh (76,0%) memilih klaim produsen, dan sebagian kecil contoh (17,0%) memilih figur orang terkenal.

Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan bentuk promosi penjualan yang paling menarik (n=100)

Bentuk Promosi Penjualan n %

Desain kemasan 24 24,0

Potongan harga 42 42,0

Hadiah langsung 19 19,0

Figur orang terkenal 17 17,0

Merek terkenal 49 49,0

Menurut Chotimah (2003) berbagai merek suplemen makanan yang beredar dipasaran umumnya merupakan produk bebas yang dapat dijumpai di berbagai tempat seperti apotek/toko obat, supermarket, toko/warung, sales/distributor MLM dan lainnya. Tabel 23 merupakan hasil penelitian tempat pembelian suplemen makanan contoh. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh contoh (69,0%) memilih apotek/toko obat, dan beberapa contoh saja (7,0%) yang memilih toko/warung sebagai tempat untuk membeli suplemen makanan.

Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan tempat pembelian suplemen makanan (n=100) Tempat Pembelian n % Apotek/toko obat 69 69,0 Supermarket/minimarket 14 14,0 Sales/distributor MLM 33 33,0 Toko/warung 7 7,0

Menurut Umar (2007) pertimbangan tempat merupakan salah satu strategi pemasaran yang dilakukan oleh produsen agar produknya laku. Konsumen akan memiliki beberapa pertimbangan tertentu dalam memilih tempat untuk membeli produk suplemen makanan. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar contoh (79,0%) memilih produknya lengkap sebagai tempat pembelian suplemen makanan dan lebih dari separuh contoh (51,0%) memilih dekat dengan tempat tinggal (Tabel 24).

Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan pertimbangan dalam memilih tempat pembelian (n=100)

Pertimbangan Tempat Pembelian n %

Lokasi mudah dijangkau 72 72,0

Dekat dengan tempat tinggal 51 51,0

Harganya lebih murah 57 57,0

Pelayanan memuaskan 71 71,0

Produknya lengkap 79 79,0

Menurut Kotler (2007) sumber pribadi seperti keluarga, teman, tetangga, dan kenalan berfungsi sebagai legitimasi dan evaluasi yang mempengaruhi dalam memutuskan pembelian suatu produk tertentu. Tabel 25 merupakan hasil penelitian mengenai orang yang paling berpengaruh dalam memutuskan pembelian. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar contoh memilih keluarga (76,0%), dan sebagian kecil contoh (7,0%) memilih tetangga dan wiraniaga.

Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan orang yang paling mempengaruhi keputusan pembelian suplemen makanan (n=100)

Orang yang Paling Berpengaruh n %

Keluarga 76 76,0 Teman/kenalan 43 43,0 Tetangga 7 7,0 Wiraniaga 7 7,0 Distributor 18 18,0 Lainnya* 8 8,0

*Lainnya : Rekomendasi dokter, anjuran agama

Menurut Peter dan Olson (2010) situasi konsumen didefinisikan sebagai perilaku seorang konsumen pada lingkungan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Situasi tersebut terdiri dari 3 faktor yaitu : 1) tempat dan waktu dimana perilaku terjadi, 2) penjelasan mengapa perilaku tersebut terjadi, 3) pengaruhnya terhadap perilaku konsumen (Mowen & Minor 2003). Hasil penelitian situasi contoh ketika membeli suplemen makanan menunjukkan hampir separuh contoh (42,0%) menyediakan waktu khusus untuk membeli suplemen makanan, dan lebih dari seperlima contoh (23,0%) menjawab tidak tentu (Tabel 26).

Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan situasi ketika membeli suplemen makanan

Situasi Ketika Membeli Jumlah

n %

Menyediakan waktu khusus 42 42,0

Bersama dengan kebutuhan lain 35 35,0

Tidak tentu 23 23,0

Lainnya 0 0,0

Total 100 100,0

Perilaku Pembelian dan Konsumsi Suplemen Makanan

Jenis, Bentuk, dan Merek Konsumsi. Jumlah merek suplemen makanan yang ditemukan dalam penelitian ini sebanyak 83 merek (Lampiran 4). Beragam merek tersebut, dikelompokkan berdasarkan jenis kandungannya sebagai multivitamin, sumber vitamin C, sumber kalsium, sumber kalsium dan vitamin C dosis tinggi, sumber vitamin E, sumber zat besi (Fe), sumber vitamin B, sumber energi, sumber serat, dan nutrisi otak. Tabel 27 merupakan hasil penelitian jenis suplemen makanan yang dikonsumsi oleh contoh. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar contoh (80,0%) mengonsumsi suplemen makanan dengan jenis multivitamin, dan beberapa contoh saja (2,0%) yang mengonsumsi suplemen makanan dengan jenis sumber vitamin B.

Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan jenis suplemen makanan yang dikonsumsi (n=100)

Jenis Suplemen Makanan n %

Multivitamin 80 80,0

Sumber vitamin C 38 38,0

Sumber kalsium (Ca) 4 4,0

Sumber kalsium dan vitamin C dosis tinggi 34 34,0

Sumber vitamin E 16 16,0

Sumber zat besi (Fe) 7 7,0

Sumber vitamin B 2 2,0

Sumber energi 6 6,0

Sumber serat 23 23,0

Nutrisi otak 14 14,0

Menurut Hardinsyah (2002) produk suplemen makanan yang beredar di pasaran umumnya dalam bentuk kapsul/kaplet, tablet/pil, sirup/cair, serbuk, gel. Satu merek produk suplemen makanan memiliki beragam variant bentuk yang ditawarkan kepada konsumen, misalnya satu merek produk suplemen makanan memiliki bentuk kapsul/kaplet, bentuk tablet/pil, bentuk sirup/cair, bentuk serbuk, bentuk gel disediakan sesuai dengan selera konsumen yang dibidik. Tabel 28 merupakan hasil penelitian bentuk suplemen makanan yang dikonsumsi oleh contoh. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh contoh (62,0%) mengonsumsi dalam bentuk kaplet, dan sebagian kecil contoh (17,0%) mengonsumsi dalam bentuk serbuk.

Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan bentuk konsumsi suplemen makanan (n=100) Bentuk Konsumsi n % Kapsul 37 37,0 Kaplet 62 62,0 Tablet/pil 25 25,0 Tablet effervescent 33 33,0 Sirup/cair 27 27,0 Serbuk 17 17,0 Gel 25 25,0

Menurut Aaker (1991) merek diartikan sebagai nama, simbol yang bersifat membedakan dengan maksud mengidentifikasi barang dan jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu, dengan demikian membedakannya dari barang dan jasa yang dihasilkan para kompetitor. Menurut Yanuardhini

(2002) kombinasi beberapa merek suplemen makanan yang dikonsumsi memberikan manfaat berbeda dari setiap produknya. Tabel 29 merupakan hasil penelitian mengenai ragam merek suplemen makanan yang dikonsumsi oleh contoh. Hasil penelitian menunjukkan jumlah merek suplemen makanan yang dikonsumsi berada pada kisaran 1-5 merek dan proporsi terbesar ragam merek suplemen makanan yang dikonsumsi sebanyak 2 merek berbeda.

Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan ragam merek suplemen makanan (n=100)

Ragam Merek n % 1 merek 24 24,0 2 merek 40 40,0 3 merek 25 25,0 4 merek 8 8,0 5 merek 3 3,0 Total 100 100,0

Menurut Rangkuti (2002) suatu merek tertentu dapat membedakan dari produk pesaing dan berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen. Beragam merek suplemen makanan yang dikonsumsi oleh contoh, menunjukkan pola peringkat merek suplemen makanan terbanyak yang dikonsumsi. Tabel 30 merupakan hasil penelitian sepuluh merek suplemen makanan terbanyak yang dikonsumsi oleh contoh. Hasil penelitian menunjukkan Enervon-C sebagai merek suplemen makanan terbanyak yang dikonsumsi oleh contoh (20,0%).

Tabel 30 Sebaran sepuluh merek suplemen makanan terbanyak yang dikonsumsi oleh contoh (n=100)

No Merek Konsumsi n %

Dokumen terkait