PRODUK SUPLEMEN MAKANAN
ANDI AGUSTIADI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Supervised by HARTOYO and RETNANINGSIH.
The objective of this research was to identify the consumption behavior of food supplement and to analyze the factors associated with buying and consumption behavior. This research was conducted at Tegal Gundil and Bantarjati villages (Northern Bogor Subdistrict) involving 100 purposively selected respondents. The respondents were at age of 20-65 year old and have consumed food supplement at least one product in the last month. Data collection was carried out through interviews using questionnaire. The research concluded that most of respondents consume tablet multivitamin of food supplement. It was about 83 brands of multivitamin mentioned by consumers. Which the Enervon-C was the most popular brand consumed. The greatest proportion of consumers consume at least a suggested portion in any relevant forms of food supplement a day (≥30 times/month). The results shows that the variables fo education and income have a negative significant relationship with the frequency of food supplement. Furthermore the variabel of income have a positive and significant relationship with the frequency of food supplement consumption.
Keywords: consumption behavior, food supplement, purchasing behavior
ABSTRAK
ANDI AGUSTIADI. Analisis perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan. Dibimbing oleh HARTOYO dan RETNANINGSIH.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku konsumsi produk suplemen makanan yang meliputi proses pengambilan keputusan konsumen terhadap produk suplemen makanan yang dikonsumsi. Penelitian ini dilakukan pada penduduk Kota Bogor yang tinggal di Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Responden berjumlah 100 orang berusia 20-65 tahun yang mengonsumsi suplemen makanan minimal 1 produk selama 1 bulan terakhir dengan pemilihan secara purposive. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan jenis suplemen makanan yang dikonsumsi adalah multivitamin berbentuk kaplet. Jumlah merek yang ditemukan dalam penelitian ini sebanyak 83 merek. Enervon-C sebagai merek suplemen makanan terbanyak yang dikonsumsi. Proporsi terbesar konsumen mengonsumsi suplemen makanan setiap hari (≥30 kl/bl) dengan minimal satu takaran anjuran pakai suplemen makanan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa variabel pendidikan dan pendapatan memiliki hubungan negatif signifikan dengan frekuensi pembelian suplemen makanan. Variabel pendapatan memiliki hubungan positif signifikan dengan frekuensi konsumsi suplemen makanan.
Makanan. Dibimbing oleh HARTOYO dan RETNANINGSIH.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis perilaku konsumsi produk suplemen makanan yang meliputi proses pengambilan keputusan konsumen terhadap produk suplemen makanan yang dikonsumsi. Tujuan khusus penelitian ini: 1) mengidentifikasi motivasi dan persepsi manfaat dalam pembelian produk suplemen makanan; 2) mengidentifikasi sumber informasi dan atribut produk dalam pembelian produk suplemen makanan; 3) mengidentifikasi evaluasi alternatif dalam pemilihan merek produk suplemen makanan; 4) mengidentifikasi pengambilan keputusan pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan yang meliputi tempat pembelian, jenis, bentuk dan merek yang dikonsumsi, frekuensi dan jumlah pembelian, frekuensi dan jumlah konsumsi; 5) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dan dilakukan di Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara yang dipilih berdasarkan pertimbangan di lokasi tersebut tersedia tempat pembelian suplemen makanan seperti apotek/toko obat, minimarket, toko/warung, dan stokis distributor MLM sehingga diduga penduduknya banyak yang mengonsumsi suplemen makanan karena memiliki kemudahan dalam membeli suplemen makanan. Penelitian ini melibatkan 100 orang yang dipilih secara purposive dengan kriteria berusia 20-65 tahun yang mengonsumsi suplemen makanan minimal 1 produk selama 1 bulan terakhir. Contoh dipilih secara purposive sebanyak 43 responden yang bertempat tinggal di Kelurahan Bantarjati dan sebanyak 57 responden yang bertempat tinggal di Kelurahan Tegal Gundil. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer (wawancara langsung kuesioner) dan data sekunder (studi literatur). Pengambilan data dilakukan selama satu setengah bulan pada April – Mei 2011. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan inferensia (korelasi Pearson) menggunakan program microsoft excel 2007 dan SPSS 16.0 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (53,0%) berada pada kategori dewasa awal (20-40 tahun) dengan rata-rata usia contoh sebesar 39 tahun. Lebih dari separuh contoh (52,0%) berjenis kelamin perempuan, lebih dari separuh contoh (54,0%) berpendidikan sarjana, sepertiga contoh (33,0%) bermata pencaharian sebagai pegawai swasta. Rata-rata pendapatan contoh sebesar Rp5.605.000,00 per bulan, sebagian besar contoh (77,0%) berada dalam kondisi sehat, hampir seluruh contoh (94,0%) berada dalam kondisi tidak hamil. Sebagian besar contoh (80,0%) berada dalam kondisi psikologis tidak stress, sebagian besar contoh (79,0%) memiliki kebiasaan tidak merokok, hampir sebagian besar contoh (74,0%) memiliki kebiasaan makan tidak teratur, dan hampir separuh contoh (47,0%) memiliki riwayat kesehatan tidak berpenyakit.
separuh contoh (67,0%) mendapatkan informasi tentang suplemen makanan dari teman/kenalan, sebagian besar contoh (78,0%) memilih klaim sebagai fokus utama dalam mencari informasi. Sebagian besar contoh (79,0%) memilih klaim sebagai pertimbangan utama dalam memilih merek, hampir seluruh contoh (92,0%) tetap membeli merek yang biasa dikonsumsi walaupun harga naik. Lebih dari separuh contoh (57,0%) melakukan pembelian secara terencana, sebagian besar contoh (76,0%) memilih klaim produsen sebagai bentuk promosi yang paling menarik, lebih dari separuh contoh (69,0%) memilih apotek/toko obat sebagai tempat pembelian suplemen makanan, sebagian besar contoh (79,0%) memilih produknya lengkap sebagai tempat pembelian, sebagian besar contoh (76,0%) memilih keluarga sebagai orang yang mempengaruhi contoh dalam memutuskan pembelian, dan hampir separuh contoh (42,0%) menyediakan waktu khusus untuk membeli suplemen makanan.
Jumlah merek yang ditemukan dalam penelitian ini sebanyak 83 merek dengan rata-rata 2 merek suplemen makanan berbeda yang dikonsumsi contoh. Seperlima contoh (20,0%) memilih Enervon-C sebagai merek yang dikonsumsi. Sebagian besar contoh (80,0%) mengonsumsi suplemen makanan dengan jenis multivitamin. Lebih dari separuh contoh (62,0%) mengonsumsi dalam bentuk kaplet. Lebih dari separuh contoh (67,0%) memiliki frekuensi pembelian suplemen makanan pada kategori (1 kl/bl) dengan rentang 1-15 kl/bl. Lebih dari separuh contoh (68,0%) memiliki jumlah pembelian suplemen makanan pada kategori (≥21 uks/bl) dengan rentang 3-60 uks/bl. Rata-rata pengeluaran contoh untuk membeli suplemen makanan sebesar Rp211.543,00. Sebagian besar contoh (76,0%) berada pada kategori di bawah rata-rata (≤Rp211.543,00) sebesar ≤6% pendapatan dengan rentang pengeluaran untuk suplemen makanan sebesar Rp11.000,00 hingga Rp2.200.000,00. Lebih dari separuh contoh (54,0%) memiliki frekuensi konsumsi suplemen makanan pada kategori setiap hari (≥30 kl/bl) dengan rentang 3-30 kl/bl dan hampir separuh contoh (44,0%) berada pada kategori sesuai dengan anjuran pakai. Lebih dari separuh contoh (54,0%) memiliki jumlah konsumsi pada kategori setiap hari (≥30 uks/bl) dengan rentang 3-60 uks/bl dan hampir separuh contoh (49,0%) berada pada kategori sesuai dengan anjuran pakai.
Analisis hubungan antara karakteristik contoh dengan perilaku pembelian suplemen makanan menunjukkan hanya variabel pendidikan dan pendapatan yang memiliki hubungan negatif signifikan dengan frekuensi pembelian suplemen makanan. Sedangkan analisis hubungan antara karakteristik contoh dengan perilaku konsumsi suplemen makanan menunjukkan hanya variabel pendapatan yang memiliki hubungan signifikan dengan frekuensi konsumsi suplemen makanan. Konsumen suplemen makanan disarankan untuk melakukan pembelian secara terencana sesuai dengan kebutuhan dan mencari informasi sebelum melakukan pembelian serta tidak hanya melihat klaim dari produsen karena terkadang berlebihan dan tidak sesuai.
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Perilaku Pembelian dan
Konsumsi Produk Suplemen Makanan adalah karya saya dengan arahan dari
dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
Andi Agustiadi
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PRODUK SUPLEMEN MAKANAN
ANDI AGUSTIADI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul Skripsi : Analisis Perilaku Pembelian dan Konsumsi Produk Suplemen Makanan
Nama : Andi Agustiadi
NIM : I24060205
Disetujui,
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. Pembimbing I
Ir. Retnaningsih, M.Si. Pembimbing II
Diketahui,
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc.
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Perilaku Pembelian dan Konsumsi Produk Suplemen Makanan”. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. dan Ir. Retnaningsih, M.Si., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan penuh pengertian dalam memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
2. Megawati Simanjuntak, S.P., M.Si., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil penelitian, Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, M.F.S.A. dan Dr. Ir. Diah Krisnatuti, M.S., selaku dosen penguji dan pembimbing akademik yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini, Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si. selaku komdik.
3. Seluruh tenaga pendidik dan kependidikan di IKK dan FEMA yang telah banyak membantu selama perkuliahan hingga selesai.
4. Aparat pemerintahan Kecamatan Bogor Utara, Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati, serta para responden penelitian ini.
5. Ibu dan Bapak tercinta, Kurniati S.Pd., dan Sya’roni S.Pd. dengan segenap kemampuannya yang terus mendoakan, menyemangati, berjuang dan berkorban untuk mencapai impian bersama. Om Istono, Bibi Enci, Tafi, Tiara, Annisa Noor Baeti yang terus mendorong penulis untuk menyelesaikan skripsi.
6. Sahabat seperjuangan IPB, IKK, Indra Thamrin, Pa Abas, Agus, Elmanora, Ririn, Sekar, seluruh crew Wisma Alma, Andi Rent Car, Magnet Botani yang telah menjadi teman dalam menyelesaikan skripsi.
7. Semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
xi
Pengertian, Fungsi, dan Komposisi Suplemen Makanan ... 5
Peraturan Perundangan Terkait Perlindungan Konsumen ... 6
Perilaku Pembelian dan Konsumsi ... 6
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen ... 7
Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Konsumsi ... 9
KERANGKA PEMIKIRAN ... 15
METODE PENELITIAN ... 19
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ... 19
Contoh dan Cara Penarikan Contoh ... 19
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 20
Pengolahan dan Analisis Data ... 21
HASIL PENELITIAN ... 25
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen ... 30
Pengenalan Masalah ... 30
Pencarian Informasi ... 32
Evaluasi Alternatif ... 35
xii
Jenis, Bentuk, dan Merek Konsumsi ... 38
Frekuensi Pembelian ... 43
Jumlah Pembelian ... 43
Pengeluaran Untuk Suplemen Makanan ... 44
Frekuensi Konsumsi ... 45
Jumlah Konsumsi ... 46
Hubungan Karakteristik Contoh dengan Perilaku Pembelian Suplemen Makanan ... 47
Hubungan Karakteristik Contoh dengan Perilaku Konsumsi Suplemen Makanan ... 48
Pembahasan ... 49
Keterbatasan Penelitian ... 58
SIMPULAN DAN SARAN ... 59
Simpulan ... 59
Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
LAMPIRAN ... 67
RIWAYAT HIDUP ... 79
xiii
2 Sebaran contoh berdasarkan usia ... 26
3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin ... 26
4 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan ... 27
5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ... 27
6 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan ... 28
7 Sebaran contoh berdasarkan kondisi kesehatan ... 28
8 Sebaran contoh berdasarkan kondisi kehamilan ... 29
9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat stress ... 29
10 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan merokok ... 29
11 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan... 30
12 Sebaran contoh berdasarkan riwayat kesehatan ... 30
13 Sebaran contoh berdasarkan motivasi utama membeli suplemen makanan ... 31
14 Sebaran contoh berdasarkan persepsi manfaat membeli suplemen makanan ... 31
15 Persentase contoh berdasarkan jawaban pengetahuan yang benar tentang suplemen makanan ... 33
16 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan tentang suplemen makanan .... 34
17 Sebaran sumber informasi contoh tentang suplemen makanan ... 34
18 Sebaran contoh berdasarkan fokus dalam mencari informasi mengenai suplemen makanan ... 35
19 Sebaran contoh berdasarkan pertimbangan utama dalam memilih merek suplemen makanan ... 35
20 Sebaran contoh berdasarkan respon jika harga naik ... 36
21 Sebaran contoh berdasarkan cara memutuskan pembelian ... 36
22 Sebaran contoh berdasarkan bentuk promosi penjualan yang paling menarik ... 36
23 Sebaran contoh berdasarkan tempat pembelian suplemen makanan ... 37
xiv
mempengaruhi keputusan pembelian suplemen makanan ... 38
26 Sebaran contoh berdasarkan situasi ketika membeli suplemen makanan ... 38
27 Sebaran contoh berdasarkan jenis merek suplemen makanan yang dikonsumsi ... 39
28 Sebaran contoh berdasarkan bentuk konsumsi suplemen makanan ... 39
29 Sebaran contoh berdasarkan ragam merek suplemen makanan ... 40
30 Sebaran sepuluh merek suplemen makanan terbanyak dikonsumsi ... 40
31 Sebaran ragam merek berdasarkan tingkat pendidikan ... 41
32 Sebaran ragam merek berdasarkan kategori usia ... 42
33 Sebaran ragam merek berdasarkan kategori pendapatan ... 43
34 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi pembelian suplemen makanan .... 43
35 Sebaran contoh berdasarkan jumlah pembelian suplemen makanan ... 44
36 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran untuk suplemen makanan ... 44
37 Sebaran contoh berdasarkan persentase pengeluaran suplemen makanan terhadap pendapatan contoh ... 44
38 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi suplemen makanan ... 45
39 Sebaran contoh frekuensi konsumsi suplemen makanan berdasarkan anjuran pakai ... 45
40 Sebaran contoh berdasarkan jumlah konsumsi suplemen makanan ... 46
41 Sebaran contoh jumlah konsumsi suplemen makanan berdasarkan anjuran pakai ... 46
42 Hubungan karakteristik contoh dengan perilaku pembelian ... 47
xv
1 Proses keputusan pembelian konsumen ... 7
2 Kerangka pemikiran perilaku pembelian dan konsumsi suplemen makanan ... 17
3 Cara penarikan contoh ... 19
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman 1 Kuesioner penelitian ... 672 Uji reliabilitas ... 71
3 Uji korelasi pearson ... 72
4 Merek suplemen makanan yang dikonsumsi contoh ... 73
PENDAHULUAN
Latar BelakangKesehatan merupakan aset manusia yang paling berharga. Setiap individu
dapat melaksanakan aktivitas produktif untuk menjalani kelangsungan hidupnya
dengan tubuh yang sehat. Sulitnya memenuhi asupan makanan yang seimbang,
akibat dari pola makan yang tidak teratur, aktivitas pekerjaan yang diluar batas
kewajaran dan faktor lingkungan yang tidak mendukung, membuat tubuh
memerlukan asupan tambahan untuk melengkapi kebutuhan makanan tersebut.
Salah satu solusi untuk mencukupi kekurangan asupan makanan adalah dengan
mengonsumsi suplemen makanan (Hardinsyah 2002).
Menurut Gunawan (2002) konsumsi suplemen dibutuhkan oleh tubuh jika
sering berada pada lingkungan yang tercemar polusi, mengalami gangguan
kesehatan yang diduga kuat karena kekurangan zat gizi dalam makanan
sehari-hari dengan frekuensi sering, tubuh dalam kondisi masa penyembuhan yang
memerlukan tambahan suplemen, kondisi tubuh yang selalu dituntut prima dengan
pekerjaan yang sering diluar batas kewajaran (lembur), setelah menjalani operasi
besar, menjalani diet keras, stress berkepanjangan. Selain itu pada wanita dengan
kondisi tertentu seperti hamil, menyusui, mulai menopause, pengikut vegetarian
ketat dan mengalami gangguan metabolisme, termasuk kelompok yang
memerlukan suplemen.
Menurut SK Dirjen POM nomor HK.00.05.23.3644 (2004) bahwa
perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan
peningkatan peredaran dan penggunaan suplemen makanan. Menurut Dirjen POM
(2013) total suplemen makanan yang teregistrasi dan beredar di pasaran sebanyak
2505 merek. Banyaknya produk suplemen makanan tersebut menunjukkan
produsen suplemen makanan melihat potensi pasar di Indonesia cukup baik. Hal
ini berkaitan dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar, yaitu mencapai
237,6 juta jiwa (BPS 2010).
Konsumsi suplemen diakibatkan oleh gencarnya propaganda produsen
terhadap produknya dengan klaim meningkatkan produktivitas, stamina,
kecerdasan, kecantikan, kebugaran. Menurut Hidayat (2002) rendahnya
suplemen. Hal tersebut dikarenakan dalam kondisi seimbang konsumsi suplemen
tidak diperlukan, akan tetapi hal ini tidak diketahui sepenuhnya oleh konsumen
(Hardinsyah 2002).
Menurut Pilzer (2006) kelompok umur yang dijadikan target pasar bagi
suplemen makanan adalah generasi baby boomers (30-65 tahun) yang pada saat
ini telah mencapai puncak pendapatan dengan daya beli lebih besar. Mereka
menginginkan lebih sehat, berpenampilan lebih menarik, dan awet muda.
Sedangkan menurut Silitonga (2002) kelompok usia 20-60 tahun merupakan
target pasar produk suplemen makanan pada umumnya. Hal tersebut, dikarenakan
pada kelompok usia ini merupakan kelompok usia produktif, memiliki mobilitas
tinggi, dan membutuhkan zat gizi tinggi untuk menunjang aktivitasnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji tentang
perilaku konsumsi produk suplemen makanan dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku pembelian serta konsumsi suplemen makanan pada
kelompok usia 20-65 tahun.
Perumusan Masalah
Suplemen makanan di Indonesia dimasukkan dalam golongan makanan,
bukan obat. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.
329/Menkes/Per/XII/76 menyatakan, suplemen makanan sebagai barang untuk
dimakan dan diminum tetapi bukan sebagai obat (Megawaty 2003). Suplemen
makanan digolongkan sebagai nutraceutical, sedangkan obat-obatan masuk
golongan pharmaceutical. Suplemen bukan pengganti obat, sebab tidak ada
suplemen yang dapat menggantikan khasiat dan keaslian zat gizi yang berasal dari
makanan alami. Dalam kondisi asupan yang seimbang konsumsi suplemen tidak
diperlukan, akan tetapi hal ini tidak sepenuhnya diketahui oleh konsumen
sehingga terjadi salah penafsiran bahwa suplemen adalah obat (Gunawan 2002).
Perilaku konsumsi masyarakat terhadap suplemen makanan, diduga
didorong oleh promosi produsen dalam bentuk klaim produknya seperti
peningkatan produktivitas, kecerdasan, kecantikan, dan kebugaran. Klaim tersebut
diduga sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada kelompok usia 20-65 tahun,
mobilitas tinggi sehingga membutuhkan zat gizi tinggi untuk menunjang
aktivitasnya.
Pengetahuan dan persepsi manfaat yang melekat dalam benak konsumen
tentang suplemen makanan serta kegiatan promosi yang dilakukan oleh
produsen/pemasar diduga merupakan faktor pendorong dalam mengonsumsi
suplemen makanan. Oleh karena itu, perlu kajian untuk lebih memahami perilaku
pembelian dan konsumsi suplemen makanan pada kelompok usia ini dengan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pengambilan keputusan produk suplemen makanan yang
dikonsumsi?
2. Bagaimana perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan?
3. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku pembelian dan
konsumsi produk suplemen makanan?
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis perilaku konsumsi
produk suplemen makanan yang meliputi proses pengambilan keputusan
konsumen terhadap produk suplemen makanan yang dikonsumsi. Secara khusus,
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi motivasi dan persepsi manfaat dalam pembelian produk
suplemen makanan.
2. Mengidentifikasi sumber informasi dan atribut produk dalam pembelian
produk suplemen makanan.
3. Mengidentifikasi evaluasi alternatif dalam pemilihan merek produk suplemen
makanan.
4. Mengidentifikasi proses pengambilan keputusan pembelian dan konsumsi
produk suplemen makanan yang meliputi tempat pembelian, jenis, bentuk dan
merek yang dikonsumsi, frekuensi dan jumlah pembelian, frekuensi dan
jumlah konsumsi.
5. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pembelian dan
Manfaat Penelitian
Penelitian ini berguna bagi beberapa pihak seperti peneliti, konsumen,
produsen dan pemerintah sebagai berikut:
1. Pemerintah; memberikan informasi kepada Dinas Kesehatan dan BPOM mengenai perilaku pembelian dan konsumsi suplemen makanan pada
kelompok usia 20-65 tahun untuk dijadikan penelitian lanjutan dalam upaya
perlindungan konsumen terhadap produk suplemen makanan.
2. Produsen; memberikan informasi mengenai perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan sebagai bahan pertimbangan untuk
melakukan strategi pemasaran yang lebih baik dan tidak merugikan
konsumen.
3. Konsumen; memberikan informasi melalui lembaga penggiat konsumen untuk membantu mendidik konsumen dengan memberikan informasi yang
benar mengenai produk suplemen makanan dan memberikan informasi
mengenai perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan pada
kelompok usia 20-65 tahun agar menjadi konsumen yang bijak.
4. Peneliti; hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan yang meliputi
proses pengambilan keputusan konsumen dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen
TINJAUAN PUSTAKA
Suplemen MakananPengertian, Fungsi, dan Komposisi Suplemen Makanan
Suplemen makanan memiliki istilah yang berbeda di beberapa negara di
dunia. Istilah tersebut diantaranya dietary supplement (Amerika), healthy food
(Cina), functional food (Jepang), healthy supplement (Korea), complementary
medicine (Australia) sedangkan istilah di Indonesia, berdasarkan Surat Keputusan
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan nomor HK 00.063.02360
adalah suplemen makanan (Hardinsyah 2002).
Menurut SK Dirjen POM nomor HK.00.063.02360 (1996) suplemen
makananmerupakan produk yang digunakan untuk melengkapi makanan. Produk
suplemen mengandung satu atau lebih bahan vitamin, mineral, tumbuhan atau
bahan yang berasal dari tumbuhan, asam amino, bahan yang digunakan untuk
meningkatkan angka kecukupan gizi (AKG), konsentrat, metabolit, konstituen,
ekstrak atau kombinasi dari beberapa bahan tersebut.
Suplemen dapat digolongkan menjadi dua yaitu suplemen natural dan
suplemen sintetis. Suplemen natural adalah hasil ekstraksi dari makanan yang
mengandung unsur-unsur alami berasal dari jaringan tubuh hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Suplemen sintetis pada umumnya merupakan rekayasa kimiawi di
dalam laboratorium meskipun keduanya dianggap sama efektif. Suplemen
makanan buatan berupa senyawa kimiawi yang dibuat sama dengan struktur kimia
bahan alami. Secara global jika ditinjau dari kandungan bahannya, suplemen
makanan terdiri dari bahan penyedia tenaga, vitamin, mineral, stimultant serta
flavouring (Resanti 2009).
Menurut Hardinysah (2002) secara umum manfaat suplemen adalah
meningkatkan stamina, kesehatan, daya ingat, penampilan atau kecantikan.
Suplemen makanan dapat berupa padatan (tablet, serbuk, kapsul) dan cairan
(minuman kebugaran). Minuman suplemen sebagian besar mengandung energi,
multivitamin B, vitamin C dan zat non gizi (stimultan dan flavouring). Sumber
energi yang umum digunakan adalah taurine, dextrosa, fruktosa, sukrosa dan
madu yang sekaligus berfungsi sebagai pemanis. Pemanis lain yang digunakan
yaitu inositol, niacinamida atau nicotinamida, capantetonate, vitamin B1
(thiamin), B2 (riboflavin), B6 (pyridoxin). Stimultan yang banyak digunakan
adalah kafein. Flavouring digunakan sebagai penambah aroma dan warna seperti
quinine dan asam sitrat serta pewarna tatrazine (Suistriyanta 2001).
Peraturan Perundangan Terkait Perlindungan Konsumen
Menurut SK Dirjen POM pasal 15 nomor HK.00.05.23.3644 (2004) dalam
hal pelabelan suplemen makanan harus mencantumkan tulisan suplemen
makanan, nama produk, nama dan alamat produsen atau importir, ukuran, isi,
berat bersih, komposisi dalam kualitatif dan kuantitatif, kandungan alkohol bila
ada, kegunaan, cara penggunaan dan takaran penggunaan, kontraindikasi, efek
samping dan peringatan, nomor ijin edar, nomor kode produksi, batas kadaluarsa,
keterangan lain tentang keamanan mutu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Klaim suplemen makanan yang dibenarkan yaitu klaim kandungan nutrisi,
klaim interaksi terhadap penyakit, dan klaim nutrisi penunjang. Klaim kandungan
nutrisi menunjukkan tingkat nutrisi di dalam suplemen makanan misalnya
suplemen yang mengandung 200 mg kalsium per penyajian harus diinformasikan sebagai “tinggi kalsium”. Klaim interaksi terhadap penyakit merupakan hubungan antara kandungan nutrisi dalam suplemen makanan dengan kondisi kesehatan
seseorang misalnya produk suplemen tersebut mengandung sejumlah kalsium, maka produsen dapat memunculkan klaim “kalsium dan rendahnya resiko osteoporosis”. Klaim nutrisi penyokong memperlihatkan hubungan antara
kekurangan nutrisi dengan penyakit defisiensi. Misalnya, label suplemen makanan yang mengandung vitamin C sebaiknya ditulis “vitamin C mencegah scurvy”. Selain itu produsen diizinkan memunculkan klaim yang berhubungan dengan
fungsi tubuh secara keseluruhan, termasuk pengaruhnya terhadap kebugaran
tubuh, ini dikenal dengan structure-function claims. Misalnya, “kalsium membuat
tulang kuat” atau “antioksidan menjaga keutuhan sel” (Robin & Robert 2006).
Perilaku Pembelian dan Konsumsi
Menurut Kotler (2007) konsumen merupakan individu atau kelompok yang
berusaha untuk memenuhi dan mendapatkan barang atau jasa untuk kehidupan
berbeda berdasarkan usia, pendapatan dan tingkat pendidikan. Perbedaan yang
mendasar ini akan mempengaruhi konsumen dalam perilakunya terhadap
pembelian barang atau jasa tertentu.
Perilaku pembelian merupakan tingkah laku konsumen dalam membeli
produk barang atau jasa mengenai apa yang dibeli, apakah membeli atau tidak,
kapan membeli, dimana membeli, dan bagaimana cara membayarnya (Sumarwan
2004). Menurut Koentjoroningrat (1985), diacu dalam Megawaty (2003) perilaku
konsumsi adalah cara seseorang dalam memikirkan, merasakan dan melakukan
tindakan memilih dan memakan makanan. Menurut Sumarwan (2004) konsumsi
produk atau jasa (product use) dapat diketahui melalui tiga hal, yaitu: (1)
frekuensi konsumsi, (2) jumlah konsumsi, dan (3) tujuan konsumsi. Frekuensi
konsumsi mendeskripsikan seberapa sering suatu produk digunakan atau
dikonsumsi. Jumlah konsumsi menggambarkan kuantitas produk yang digunakan
oleh konsumen. Tujuan konsumsi menggambarkan situasi pemakaian oleh
konsumen dimana konsumen mengonsumsi suatu produk dengan beragam tujuan.
Menurut Kotler (2007) perilaku pembelian dan konsumsi tidak terlepas dari
proses konsumen melakukan pengambilan keputusan terhadap barang atau jasa
yang akan digunakan, proses tersebut memainkan peranan penting dalam
memahami bagaimana secara aktual konsumen mengambil keputusan terhadap
produk yang dibeli dan digunakan.
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen
Menurut Kotler (2007) terdapat lima tahap proses keputusan pembelian
konsumen beserta faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut. Proses tersebut
digambarkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Proses Keputusan Pembelian Konsumen (Kotler 2007)
Tahapan pada proses keputusan pembelian adalah :
1. Pengenalan masalah, merupakan suatu proses saat konsumen menyadari
adanya suatu kebutuhan yang disebabkan adanya rangsangan internal maupun
eksternal. Rangsangan tersebut muncul karena terdapat perbedaan antara
keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi.
2. Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa
kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengonsumsi suatu
produk. Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan di dalam
ingatannya (pencarian internal) dan mencari informasi dari luar (pencarian
eksternal). Pencarian internal dilakukan dengan mengingat kembali semua
informasi yang ada dalam ingatannya meliputi berbagai produk dan merek
yang dianggap bisa memecahkan masalah. Pencarian eksternal dilakukan
ketika pencarian internal tidak dapat memecahkan masalah, pencarian eksternal
meliputi berbagai produk dan merek, pembelian maupun konsumsi kepada
lingkungan konsumen berupa sumber-sumber informasi yaitu sumber pribadi
(keluarga, teman, tetangga, kenalan), sumber komersial (iklan, wiraniaga,
penyalur, kemasan, pajangan toko), sumber publik (media masaa, organisasi
konsumen), sumber pengalaman (penanganan, pengkajian, dan pemakaian
produk).
3. Pada tahap evaluasi alternatif, konsumen mengolah informasi tentang pilihan
merek untuk membuat keputusan akhir. Tidak ada proses evaluasi tunggal
sederhana yang digunakan oleh semua konsumen atau oleh satu konsumen
dalam semua situasi pembelian. Beberapa konsep dasar akan membantu kita
memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi
kebutuhan. Kedua, konsumen akan mencari manfaat tertentu dan selanjutnya
melihat kepada atribut produk sesuai dengan kepentingannya. Ketiga,
konsumen mungkin akan mengembangkan himpunan kepercayaan merek.
Konsumen juga dianggap memiliki fungsi utilitas, yaitu bagaimana konsumen
mengharapkan kepuasan produk bervariasi menurut tingkat alternatif tiap ciri.
Pada akhirnya konsumen akan sampai pada sikap ke arah alternatif merek
melalui prosedur tertentu. Kriteria alternatif yang sering digunakan oleh
konsumen antara lain harga, kepercayaan akan merek dan kriteria yang sifatnya
hedonik.
4. Setelah menentukan alternatif merek yang dipilih, selanjutnya konsumen
konsumen itu sendiri, tetapi bisa juga dipengaruhi oleh sikap orang lain atau
faktor-faktor keadaan yang tidak terduga. Pembelian akan dilakukan pada
alternatif yang dipilih, namun jika tidak tersedia maka pembelian akan
dilakukan terhadap alternatif pengganti yang dapat diterima jika memang
diperlukan.
5. Tahap terakhir dari proses keputusan pembelian oleh konsumen ini adalah
perilaku sesudah pembelian. Sesudah pembelian terhadap suatu produk,
konsumen akan mengalami beberapa tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan.
Kepuasan sesudah pembelian, konsumen mendasarkan harapannya kepada
informasi yang mereka terima tentang produk. Jika kenyataannya yang mereka
dapat ternyata berbeda dengan yang diharapkan maka mereka merasa tidak
puas. Bila produk tersebut memenuhi harapan, maka mereka akan merasa puas.
Berdasarkan alur tersebut, jelaslah terlihat bahwa proses pembelian dimulai
jauh sebelum pembelian aktual dilakukan dan memiliki dampak yang lama setelah
itu. Namun, para konsumen tidak selalu melewati seluruh lima urutan tahap ketika
membeli produk. Mereka bisa melewati atau membalik beberapa tahap, akan
tetapi model tersebut menyajikan suatu kerangka acuan ketika konsumen
melakukan proses pengambilan keputusan pembelian produk baru.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Pembelian dan Konsumsi Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan contoh
dalam membeli dan mengonsumsi suplemen makanan pada penelitian ini adalah
faktor pribadi, sosial, fisiologis, psikologis, kebiasaan, dan kesehatan. Faktor
pribadi meliputi karakteristik demografi (usia, jenis kelamin) dan pengetahuan.
Faktor sosial meliputi pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Faktor fisiologis
meliputi kondisi kehamilan. Faktor psikologis meliputi tingkat stres. Faktor
kebiasaan ditinjau dari kebiasaan makan dan merokok. Faktor kesehatan meliputi
keadaan kesehatan dan riwayat kesehatan.
Usia. Menurut Sumarwan (2004) perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Oleh karena itu, pemasar harus
memahami apa kebutuhan dari konsumen dengan berbagai tingkatan usia, dan
tingkat usia tidak berhubungan nyata dengan frekuensi dan jumlah konsumsi
suplemen makanan (Yanuardhini 2002). Hal tersebut diperkuat dengan penelitian
Hidayat (2002) bahwa suplemen makanan hanya produk pelengkap guna
memenuhi kekurangan asupan makanan.
Jenis Kelamin. Menurut Schiffman dan Kanuk (2007) perbedaan jenis kelamin mengakibatkan perbedaan terhadap konsumsi jenis produk tertentu.
Wanita lebih sering mengonsumsi suplemen makanan dengan tujuan untuk
memperbaiki penampilan dan kecantikan sedangkan laki-laki mengonsumsi
suplemen makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran dan stamina.
Selain itu, wanita lebih sering mengkonsumsi suplemen makanan tetapi lebih
selektif dalam memilih suplemen makanan (Kissling, Miller, dan Russell 2003).
Pengetahuan. Menurut Sumarwan (2004) pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan
pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk tersebut, serta informasi yang
berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. Menurut Engel, Blackwell,
dan Miniard (1995) membagi pengetahuan konsumen menjadi tiga kategori: a)
pengetahuan produk b) pengetahuan pembelian, dan c) pengetahuan pemakaian.
Tingkat pengetahuan gizi akan mempengaruhi sikap seseorang terhadap frekuensi
dan tingkat konsumsi dari suatu produk (Kotler & Amstrong 1997). Menurut
Patertson et.al (2001) juga menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan gizi seseorang
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi yang bersangkutan. Tingginya
tingkat pengetahuan gizi seseorang tentang suplemen makanan memiliki
kecenderung memilih makanan alami daripada mengonsumsi suplemen makanan
sebagai pemenuhan kebutuhan nutrisinya (Yanuardhini 2002).
Pendidikan. Menurut Sumarwan (2004) perbedaan tingkat pendidikan akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara berpikir, cara pandang, bahkan
persepsinya terhadap suatu masalah. Konsumen yang memiliki pendidikan lebih
baik akan sangat responsif terhadap informasi yang diterimanya (Kotler 2007).
Konsumen suplemen makanan yang berada di kota besar memiliki pendidikan
& Lee 2009). Konsumen yang memiliki pendidikan lebih baik akan lebih selektif
dalam memilih produk suplemen makanan (Kissling, Miller, & Russell 2003).
Pekerjaan. Pekerjaan konsumen dapat mempengaruhi pembelian dan pola konsumsi. Oleh karena itu para pemasar berusaha untuk mengidentifikasi
kelompok pekerjaan yang mempunyai minat diatas rata-rata terhadap kebutuhan
produk dan jasa tertentu (Kotler 2007). Pekerjaan yang memiliki jam kerja tinggi
dan dituntut selalu prima merupakan target pasar konsumen suplemen kesehatan
(Marpaung 2009). Pekerjaan yang memiliki aktivitas lebih berat cenderung
menggunakan suplemen makanan (Greger 2001).
Pendapatan. Pendapatan merupakan sumberdaya material bagi konsumen untuk membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan akan
menggambarkan besarnya daya beli dari seorang konsumen. Oleh karena itu,
pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas pangan
yang dikonsumsi (Berg 1986). Konsumen yang berpendapatan tinggi akan beralih
memilih pangan berenergi yang lebih mahal untuk memenuhi kebutuhannya
(Hardinsyah 1987). Konsumen suplemen makanan cenderung tinggal di kota
besar dan memiliki pendapatan bulanan yang tinggi (Kim & Lee 2009).
Pendapatan yang tinggi tidak berpengaruh terhadap frekuensi dan jumlah
konsumsi suplemen makanan (Chotimah 2003).
Kondisi Kehamilan. Menurut Depkes (2000) saat hamil diperlukan tambahan zat gizi dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh
ibu dan perkembangan janin, jika keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil
baik maka janin yang dikandungnya akan baik juga. Kebutuhan gizi ibu
meningkat selama hamil untuk pertumbuhan otot, organ tubuh, jaringan gigi,
tulang, dan pembentukan sel darah merah, apabila asupan gizi ibu kurang, maka
janin akan mengambil simpanan dari tubuh ibunya. Selama proses kehamilan
direkomendasikan untuk mengonsumsi suplemen makanan yang mengandung zat
gizi mikro seperti besi, asam folat, seng, vitamin A, kalsium dan iodin.
Tingkat Stres. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1991) stres diartikan sebagai suatu tekanan, dan ketegangan yang mempengaruhi seseorang dalam kehidupan.
Pengaruh yang timbul dapat bersifat wajar ataupun tidak, tergantung dari reaksi
memperhatikan gejala-gejala stres yang ditunjukkan, baik gejala fisik maupun
gejala emosional (Wilkinson 1989 diacu dalam Furi 2006). Menurut Gunawan
(2002) suplemen makanan dibutuhkan oleh orang dengan kondisi tubuh yang
selalu dituntut prima dengan pekerjaan yang sering diluar batas kewajaran dan
kondisi stress.
Kebiasaan Makan. Menurut Sanjur (1982) alasan utama terbentuknya kebiasaan makan karena pandangan yang didasarkan pada penilaian objektif
terhadap nilai kebutuhan biogenik yang diperoleh melalui makanan. Dengan
alasan ini menunjukkan bahwa kebiasaan konsumsi suplemen terbentuk oleh
karena adanya penilaian objektif akan fungsi zat gizi yang dikandungnya dan
sadar akan manfaatnya bagi kesehatan tubuh. Meningkatnya penggunaan
suplemen makanan karena terjadi perubahan pola makanan dan gaya hidup,
dimana saat ini masyarakat cenderung lebih menyukai jenis makanan yang
praktis, cepat saji, berkadar lemak tinggi. Kebiasaan makan yang buruk dan
ketidakyakinan akan kecukupan gizi dari makanan yang dimakan menjadikan
suplemen makanan menjadi pilihan dalam meningkatkan kecukupan gizi
(Wahlqvist 2002).
Kebiasaan Merokok. Menurut Sutama (2008) ada tiga faktor yang menyebabkan seseorang mempunyai kebiasaan merokok, yaitu faktor
farmakologis, faktor psikologis dan faktor sosial. Menurut Latifah et.al (2002)
asap rokok termasuk kedalam bahan kimia beracun. Hal tersebut diperkuat dengan
pendapat Aditama (2006) yang menyatakan bahwa asap rokok berbahaya bagi
perokok pasif yang menghisap asap sampingan (sidestream smokel) dan juga asap
rokok yang dihembuskan keluar oleh perokok aktif sehingga beresiko terkena
berbagai macam penyakit. Konsumsi suplemen makanan yang mengandung zat
gizi tertentu membantu mengurangi bahaya yang diakibatkan oleh rokok
(Abriansyah 2010).
Keadaan Kesehatan. Penyakit adalah suatu keadaan terganggunya fungsi tubuh yang terjadi sebagai respons terhadap infeksi, tekanan, atau kondisi lainnya.
Status kesehatan adalah situasi kesehatan yang dialami oleh seseorang dan
penyakit yang diderita merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
makanan digunakan sebagai pelengkap kebutuhan asupan gizi tertentu pada saat
tubuh dalam kondisi masa penyembuhan (Gunawan 2002).
Riwayat Kesehatan. Menurut Depkes RI (2002) status kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor penentu yang saling berinteraksi satu sama lain.
Keempat faktor penentu tersebut adalah: lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan. Riwayat kesehatan merupakan kumpulan informasi
mengenai kesehatan masa lalu seseorang misalnya penyakit, kelainan tertentu, dan
operasi/pembedahan. Menurut Donald, Johns, dan Troppmann (2002) penyakit
degeneratif tertentu yang melarang untuk memakan makanan tertentu menjadikan
ada dalam diri konsumen. Kelompok usia 20-65 tahun merupakan kelompok usia
produktif, memiliki mobilitas tinggi dan membutuhkan zat gizi tinggi untuk
menunjang aktifitasnya. Perilaku konsumsi suplemen makanan melewati suatu
rangkaian proses pengambilan keputusan pembelian yang meliputi pengenalan
masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan
perilaku pasca pembelian.
Pengenalan masalah meliputi motivasi dalam membeli suplemen makanan
dan persepsi manfaat terhadap suplemen makanan. Pencarian informasi
berhubungan dengan sumber informasi konsumen tentang suplemen makanan
(sumber eksternal) dan atribut produk pada suplemen makanan. Evaluasi alternatif
berhubungan dengan pilihan merek suplemen makanan untuk membuat keputusan
akhir. Keputusan pembelian meliputi tempat pembelian, jenis, bentuk, merek
produk, frekuensi pembelian, frekuensi konsumsi, jumlah pembelian dan jumlah
konsumsi. Proses tersebut merupakan rangkaian pengambilan keputusan
konsumen dalam melakukan pembelian suplemen makanan.
Rangkaian proses pengambilan keputusan pembelian suplemen makanan
dipengaruhi oleh faktor pribadi, sosial, fisiologis, psikologis, kebiasaan, dan
kesehatan. Faktor pribadi meliputi karakteristik demografi (usia, jenis kelamin)
dan pengetahuan (sumber informasi internal). Usia mempengaruhi proses
pengambilan keputusan terutama dalam hal jumlah ragam merek suplemen
makanan. Konsumen dalam usia produktif memerlukan kebutuhan nutrisi tinggi
untuk menunjang aktifitasnya. Jenis kelamin berpengaruh dalam pembelian jenis
suplemen makanan tertentu. Perempuan lebih memilih suplemen makanan untuk
penampilan/kecantikan sedangkan laki-laki untuk menjaga stamina. Pengetahuan
berpengaruh dalam hal pencarian informasi. Konsumen akan mengingat kembali
(recall) informasi yang ada dalam ingatannya mengenai berbagai produk dan
merek yang dianggap bisa memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan
(sumber informasi internal).
Faktor sosial meliputi pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Konsumen
pembelian suplemen makanan. Konsumen melakukan pencarian informasi lebih
banyak mengenai suplemen makanan sebelum membelinya. Konsumen dengan
pekerjaan yang memiliki mobilitas tinggi cenderung berfokus pada pemilihan
jenis, bentuk, dan merek suplemen makanan yang dapat membantu menjaga
kesehatan, meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh. Pendapatan yang tinggi
berpengaruh terhadap pemilihan salah satu atribut produk yaitu harga suplemen
makanan dan kuantitas suplemen makanan dengan ukuran kemasan saji yang
berbeda.
Faktor fisiologis berupa kondisi kehamilan dan faktor psikologis berupa
tingkat stress. Pemilihan suplemen makanan pada ibu hamil proses fokus evaluasi
alternatifnya cenderung berdasarkan rekomendasi dari ahli (dokter). Hal tersebut
dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai suplemen makanan yang
seharusnya dikonsumsi untuk ibu hamil sehingga menyerahkan kepada ahlinya
yaitu dokter. Konsumen yang selalu dituntut prima dengan pekerjaan yang sering
diluar batas kewajaran (stress) mempengaruhi motivasi dan pencarian informasi
dalam pengambilan keputusan pembelian suplemen makanan.
Faktor kebiasaan makan dan merokok mempengaruhi pengambilan
keputusan pembelian suplemen makanan. Pemilihan dan pemenuhan kebutuhan
akan nutrisi makanan akibat perubahan pola hidup mempengaruhi motivasi dalam
mengonsumsi suplemen makanan. Kebiasaan ini berpengaruh terhadap pilihan
jenis, bentuk dan merek suplemen makanan yang dikonsumsi. Faktor kesehatan
meliputi keadaan kesehatan dan riwayat kesehatan. Kondisi kesehatan dan riwayat
kesehatan konsumen mempengaruhi motivasi dalam mengonsumsi suplemen
makanan yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pembelian jenis,
bentuk, merek produk suplemen makanan. Selain itu berpengaruh terhadap
frekuensi dan jumlah konsumsi produk suplemen makanan.
= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang diteliti = Hubungan yang tidak diteliti
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Perilaku Pembelian dan Konsumsi Produk Suplemen Makanan Karakteristik Demografi:
-Usia
-Jenis Kelamin
Karakteristik Sosial: -Pendidikan
-Pekerjaan -Pendapatan
Pengetahuan
Pencarian Informasi -Sumber Informasi -Atribut Produk
Evaluasi Alternatif
Keputusan Pembelian -Tempat Pembelian
-Jenis, Bentuk, Merek Pembelian -Frekuensi dan Jumlah Pembelian -Frekuensi dan Jumlah Konsumsi
Perilaku Pasca Pembelian
Kondisi Fisiologis: -Kehamilan
Kondisi Psikologis: -Tingkat Stres
Kebiasaan: -Kebiasaan Makan -Kebiasaan Merokok
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu PenelitianPenelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yakni data
dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh
(Singarimbun 2006). Penelitian ini dilakukan pada penduduk Kota Bogor yang
tinggal di Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) berdasarkan
pertimbangan dilokasi tersebut tersedia tempat pembelian suplemen makanan
seperti apotek/toko obat, minimarket, toko/warung, dan stokis distributor MLM
sehingga diduga penduduknya banyak yang mengonsumsi suplemen makanan
karena memiliki kemudahan dalam membeli suplemen makanan tersebut.
Pengambilan data dilakukan selama satu setengah bulan yaitu pada bulan April –
Mei 2011.
Contoh dan Cara Penarikan Contoh
Populasi dalam penelitian ini merupakan penduduk Kelurahan Tegal Gundil
dan Kelurahan Bantarjati yang berusia 20-65 tahun. Contoh adalah individu
berusia 20-65 tahun yang mengonsumsi suplemen makanan minimal 1 produk
selama 1 bulan terakhir. Kelompok usia tersebut dipilih sebagai contoh
dikarenakan merupakan kelompok usia produktif, memiliki mobilitas tinggi, dan
membutuhkan zat gizi tinggi untuk menunjang aktivitas. Cara penarikan contoh
dilihat pada Gambar 2.
Pemilihan Kecamatan Bogor Utara, Kelurahan Bantarjati dan Tegal Gundil
sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Berdasarkan
monografi Kelurahan Tegal Gundil (2010) jumlah penduduk sebanyak 26.096
jiwa, 6.667 KK, terbagi menjadi 98 RT dan 17 RW. Menurut monografi
Kelurahan Bantarjati (2010) jumlah penduduk sebanyak 19.412 jiwa, 4.257 KK,
terbagi menjadi 72 RT dan 16 RW. Setelah dipilih dua kelurahan sebagai lokasi
penelitian dilanjutkan dengan pemilihan 1 RW secara purposive pada
masing-masing kelurahan, pada Kelurahan Bantarjati dan Tegal Gundil dipilih RW 14.
Setelah memilih RW kemudian dilanjutkan dengan pemilihan RT secara
purposive sebanyak 3 RT di masing-masing kelurahan dipilih RT 1, RT 3, RT 4
pada Kelurahan Bantarjati dan RT 1, RT 2, RT 5 pada Kelurahan Tegal Gundil.
Setelah itu contoh diambil sebanyak 43 contoh pada Kelurahan Bantarjati dan 57
contoh pada Kelurahan Tegal Gundil.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data dari penelitian ini berasal dari data primer dan sekunder. Data primer
didapatkan melalui observasi hasil wawancara langsung pengisian kuesioner
penelitian kepada contoh. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
atas tiga bagian. Bagian pertama berisi mengenai karakteristik contoh (usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kondisi fisiologis, psikologis,
kebiasaan dan pengetahuan). Bagian kedua mengenai perilaku pembelian dan
konsumsi suplemen makanan (tempat pembelian, jenis, bentuk, merek pembelian
dan konsumsi, frekuensi pembelian dan konsumsi, jumlah pembelian dan
konsumsi, pengeluaran untuk pembelian suplemen makanan). Bagian ketiga
berkaitan dengan proses pengambilan keputusan konsumen dalam membeli dan
mengonsumsi suplemen makanan (pengenalan masalah, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, keputusan pembelian)
Data sekunder diperoleh dari buku demografi yang berasal dari Kelurahan
Tegal Gundil dan Bantarjati. Selain itu, data sekunder juga didapatkan melalui
studi literatur dari buku mengenai perilaku pembelian dan konsumsi, penelusuran
perilaku pembelian dan konsumsi suplemen makanan. Adapun kategori data dan
alat ukur penelitian disajikan pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1 Kategori data dan alat ukur penelitian
Jenis Data Variabel Skala Data
Sekunder Profil Kelurahan Tegal Gundil
dan Kelurahan Bantarjati
Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dipahami. Data yang dikumpulkan dari kuesioner diolah melalui
proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, dan analisis data. Untuk
menganalisis data dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif dan
inferensia. Pengukuran realibilitas alat ukur dilakukan uji Cronbach’s Alpha dan
pengukuran validitas dilakukan uji corrected inter-item.
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data karakteristik
contoh (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kondisi fisiologis,
psikologis, kebiasaan), data proses pengambilan keputusan konsumen yang
mencakup pengenalan masalah (motivasi mengonsumsi, persepsi manfaat),
pencarian informasi (informasi internal dan eksternal yaitu pengetahuan dan
sumber informasi pribadi, komersil, publik, dan pengalaman), evaluasi alternatif
(pertimbangan memilih merek dan harga), keputusan pembelian (cara
memutuskan pembelian, bentuk promosi penjualan, tempat pembelian, orang yang
berpengaruh dalam pembelian, dan situasi pembelian), data perilaku pembelian
dan konsumsi suplemen makanan (jenis, bentuk, merek, pengeluaran untuk
Statistik inferensia yang digunakan adalah uji korelasi Pearson untuk mengetahui
hubungan antara usia, pendidikan, pendapatan, pengetahuan dengan perilaku
pembelian dan konsumsi suplemen makanan (frekuensi dan jumlah) dengan
pengujian menggunakan program software microsoft excel 2007 dan SPSS 16.0
for Windows.
Definisi Operasional
Bentuk konsumsi adalah klasifikasi suplemen berdasarkan wujud suplemen berupa kapsul, kaplet, tablet/pil, sirup/cair, serbuk, gel, tablet effervescent.
Frekuensi konsumsi adalah tingkat keseringan mengonsumsi satu merek terbanyak dari keseluruhan merek suplemen makanan yang dikonsumsi
selama satu bulan.
Frekuensi pembelian adalah tingkat keseringan membeli satu merek terbanyak dari keseluruhan merek suplemen makanan yang dibeli dalam hitungan satu
bulan .
Jenis Suplemen Makanan adalah klasifikasi suplemen makanan berdasarkan kandungannya yang diklasifikasikan menjadi multivitamin, sumber vitamin
C, sumber kalsium, sumber kalsium dan vitamin C dosis tinggi, sumber
vitamin E, sumber zat besi (Fe), sumber vitamin B, sumber energi, sumber
serat, dan nutrisi otak.
Jumlah konsumsi adalah kuantitas satu merek terbanyak suplemen makanan yang dikonsumsi oleh contoh menurut ukuran kemasan saji dalam satu
bulan.
Jumlah pembelian adalah kuantitas satu merek terbanyak suplemen makanan dari keseluruhan merek suplemen makanan yang dibeli dalam hitungan satu
bulan.
Kebiasaan makan adalah pola kebiasaan yang dilakukan oleh contoh dalam memakan makanan pokok yang terbagi menjadi makanan teratur dan makan
tidak teratur.
Kebiasaan merokok adalah kebiasaan yang dimiliki contoh apakah merokok atau tidak merokok.
Klaim adalah pernyataan mengenai manfaat kesehatan dari mengonsumsi suplemen makanan yang dinyatakan oleh produsen.
Merek konsumsi adalah nama dagang yang mengidentifikasikan produk suplemen makanan yang dikonsumsi.
Motivasi adalah rangsangan internal dan eksternal dalam mengonsumsi suplemen makanan.
Pekerjaan contoh adalah kegiatan yang dilakukan oleh contoh untuk memperoleh penghasilan baik dalam sektor formal (PNS, pegawai swasta,
pegawai BUMN, wiraswasta) termasuk di dalamnya pensiunan karena
masih mendapatkan penghasilan tetap, maupun sektor lainnya termasuk di
dalamnya ibu rumah tangga.
Pendidikan contoh adalah pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh dan ditamatkan contoh.
Pendapatan contoh adalah jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh contoh dan dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, yang
diperoleh dari usaha selama kurun waktu satu bulan dan dinyatakan dalam
Rp/bl.
Pengetahuan contoh adalah kemampuan contoh untuk memahami hal-hal yang berhubungan dengan informasi mengenai suplemen makanan yang sudah
tersimpan dalam memori contoh (internal) yang diukur berdasarkan
pertanyaan dalam kuesioner.
Pengeluaran suplemen adalah sejumlah nilai dalam rupiah yang harus dikeluarkan contoh untuk membeli suplemen makanan.
Persepsi adalah cara individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan informasi mengenai manfaat suplemen makanan
diharapkan.
Proses pengambilan keputusan adalah proses contoh dalam mengambil keputusan untuk mengonsumsi suplemen makanan yang dimulai dari
pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, dan keputusan
pembelian.
Sumber informasi adalah pencarian informasi eksternal yang dijadikan sumber informasi mengenai suplemen makanan seperti sumber pribadi (keluarga,
teman, tetangga, kenalan), sumber komersil (iklan, wiraniaga, penyalur),
sumber publik (media massa), sumber pengalaman (penanganan,
pengkajian, dan pemakaian produk).
Tempat pembelian adalah tempat contoh dalam memperoleh dan membeli suplemen makanan yang terdiri dari apotek/toko obat,
supermarket/minimarket, toko/warung, dan sales/distributor MLM,.
Tingkat stress adalah kondisi psikologis aktual yang dirasakan oleh contoh apakah sedang stress, agak stress, atau tidak stress.
Usia contoh adalah kategori umur contoh yang mengonsumsi suplemen makanan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi PenelitianKelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati merupakan kelurahan yang terletak
di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat. Kelurahan Tegal Gundil
memiliki luas wilayah 198 ha dengan pemanfaatan untuk perumahan/pemukiman
sebanyak 169,5 ha, sedangkan Kelurahan Bantarjati memiliki luas wilayah 170 ha
dengan pemanfaatan untuk perumahan/pemukiman sebanyak 156,7 ha. Secara
administratif, Kelurahan Tegal Gundil memiliki 98 rukun tetangga (RT) dan 17
rukun warga (RW) dengan total penduduk sebanyak 26.096 jiwa. Komposisi
penduduknya sebanyak 12.980 jiwa laki-laki dan 13.116 jiwa perempuan dengan
kepadatan 131,8 per km2 dan jumlah kepala keluarga tercatat sebanyak 6.667 KK.
Kelurahan Bantarjati memiliki 72 RT dan 16 RW dengan total penduduk
sebanyak 19.412 jiwa. Komposisi penduduknya sebanyak 9.816 jiwa laki-laki dan
9.596 jiwa perempuan dengan kepadatan 43,6 per km2 dan jumlah kepala keluarga
tercatat sebanyak 4.257 KK.
Sebagian besar penduduk di Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati
memiliki mata pencaharian sebagai pegawai swasta, BUMN/BUMD, TNI, PNS,
pensiunan, wiraswasta/pedagang, dan POLRI. Tingkat pendidikan penduduk di
kelurahan ini sebagian besar tamat SLTA, tamat SLTP, tamat SD, Sarjana, dan
D3. Secara umum sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Tegal Gundil dan
Bantarjati terdiri dari sarana peribadatan, kesehatan, dan pendidikan. Sarana
peribadatan terdiri dari 36 masjid dan 26 mushola. Sarana kesehatan terdiri dari 2
rumah sakit bersalin, 2 puskesmas, 5 poliklinik, 13 apotek, 3 balai pengobatan
swasta, dan 3 rumah bersalin. Sarana pendidikan terdiri dari 2 play grup, 4 PAUD,
19 TK, 3 SD, 6 SLTP, 7 SLTA, 2 kejar paket B dan C, 1 PTS. Sedangkan sarana
dan prasarana untuk mendapatkan suplemen makanan terdiri dari 13 apotek/toko
Karakteristik Contoh
Usia. Menurut Papalia & Olds (2009) usia contoh merupakan lama hidup contoh. Hasil penelitian usia contoh menunjukkan bahwa kisaran usia contoh
berada pada usia 20-65 tahun dengan rata-rata sebesar 39 tahun. Persentase
terbesar usia contoh berada pada kategori dewasa awal sebesar 53,0 persen, hanya
sebagian kecil contoh saja (4,0%) yang berada pada usia dewasa akhir (Tabel 2).
Konsumen pada kategori usia berbeda memerlukan asupan nutrisi makanan yang
berbeda untuk menunjang aktivitasnya (Goldberg 1994).
Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan usia
Kategori Usia Jumlah menyebabkan perbedaan dalam pola konsumsi. Hasil penelitian menunjukkan
lebih dari separuh contoh (52,0%) berjenis kelamin perempuan dan hampir
separuh contoh (48,0%) berjenis kelamin laki-laki (Tabel 3). Perempuan lebih
memilih suplemen makanan untuk penampilan/kecantikan sedangkan laki-laki
untuk menjaga stamina (Hidayat 2002).
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin
Kategori Jenis Kelamin Jumlah
n %
Laki-laki 48 48,0
Perempuan 52 52,0
Total 100 100,0
Pendidikan. Menurut Sumarwan (2004) tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang, bahkan
persepsinya terhadap suatu masalah. Hasil penelitian pendidikan contoh
menunjukkan lebih dari separuh contoh (54,0%) berpendidikan sarjana (17 tahun),
dan sebagian kecil contoh saja (4,0%) yang berpendidikan SLTP (9 tahun). Lama
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan memudahkan dalam menerima
informasi terkait gizi, sehingga lebih mudah untuk memutuskan memilih
makanan alami atau mengonsumsi suplemen makanan sebagai pemenuhan
kebutuhan nutrisinya (Hardinsyah 2002).
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan
Tingkat dan Lama Pendidikan Jumlah
n %
Pekerjaan. Menurut Kotler (2007) pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pola konsumsinya terhadap barang dan jasa tertentu. Pemasar
berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan tertentu yang memiliki minat
diatas rata-rata atas produk dan jasa. Hasil penelitian pekerjaan contoh
menunjukkan persentase terbesar adalah pegawai swasta (33,0%), dan sebagian
kecil contoh saja (1,0%) yang memiliki pekerjaan buruh dan pensiunan (Tabel 5).
Jenis pekerjaan tertentu menurut berat ringannya akan menentukan tingkat
kebutuhan tubuh terhadap asupan zat gizi (Widya Karya Nasional Pangan dan
Gizi V 1993).
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan Jumlah
Pendapatan. Menurut Sumarwan (2004) pendapatan adalah sumberdaya material yang bisa membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan akan
menggambarkan besarnya daya beli seorang konsumen. Hasil penelitian
pendapatan contoh berkisar antara Rp600.000,00 hingga Rp25.000.000,00 dengan
rata-rata pendapatan contoh sebesar Rp5.635.000,00. Persentase terbesar
pendapatan contoh (38,0%) berada pada kisaran Rp1.000.000,00 hingga
Rp3.999.999,00 (Tabel 6).
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan
Pendapatan Contoh Jumlah
Kesehatan. Menurut Hardinsyah (2002) suplemen makanan merupakan produk yang digunakan untuk melengkapi makanan. Hasil penelitian kondisi
kesehatan contoh menunjukkan sebagian besar contoh (77,0%) berada dalam
kondisi sehat, hanya sebagian kecil contoh saja (4,0%) berada dalam kondisi sakit
(Tabel 7). Konsumsi suplemen makanan umumnya dikonsumsi oleh orang dalam
keadaan sehat yang berusaha untuk melengkapi kebutuhan akan vitamin, mineral,
protein guna mencukupi kebutuhan gizi (Chotimah 2003).
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kondisi kesehatan
Kondisi Kesehatan Jumlah
Kehamilan. Menurut Gershoff dan Whitney (1990) diacu dalam Chotimah (2003) perubahan fisiologis seperti hamil dan menyusui akan meningkatkan
kebutuhan zat gizi tertentu, terutama jika tidak makan dengan baik sehingga
menunjukkan hampir seluruh contoh (94,0%) berada dalam kondisi tidak hamil,
dan sebagian kecil contoh saja (3,0%) yang berada dalam kondisi hamil (Tabel 8).
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kondisi kehamilan
Kondisi Kehamilan Jumlah
n %
Tidak hamil 49 94,0
Hamil 3 6,0
Total 52 100,0
Tingkat Stress. Menurut Gunawan (2002) konsumsi suplemen dibutuhkan oleh tubuh jika kondisi tubuh selalu dituntut prima dengan pekerjaan yang sering
di luar batas kewajaran (lembur) dan stress berkepanjangan. Hasil penelitian
kondisi psikologis contoh menunjukkan sebagian besar contoh (80,0%) berada
dalam kondisi tidak stress, dan sebagian kecil contoh (1,0%) berada dalam kondisi
stress (Tabel 9).
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat stress
Tingkat Stress Jumlah
Kebiasaan Merokok. Menurut Gazali (2008) kebiasaan merokok yang dilakukan oleh banyak orang di Indonesia menjadi salah satu gaya hidup dan
budaya masyarakat. Hasil penelitian kebiasan merokok contoh menunjukkan
sebagian besar contoh (79,0%) memiliki kebiasaan tidak merokok, dan lebih dari
seperlima contoh saja (21,0%) yang memiliki kebiasaan merokok (Tabel 10).
Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan merokok
Kebiasaan Merokok Jumlah
n %
Merokok 21 21,0
Tidak Merokok 79 79,0
Total 100 100,0
Kebiasaan Makan. Menurut Sanjur (1982) kebiasaan makan merupakan tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan terkait dengan
kebiasaan makan contoh menunjukkan hampir sebagian besar contoh (74,0%)
memiliki kebiasaan makan tidak teratur, dan lebih dari seperempat contoh
(26,0%) memiliki kebiasaan makan teratur (Tabel 11).
Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan
Kebiasaan Makan Jumlah
n %
Makan teratur 26 26,0
Makan tidak teratur 74 74,0
Total 100 100,0
Riwayat Kesehatan. Menurut Khomsan (2002) riwayat kesehatan adalah situasi kesehatan yang dialami seseorang dan penyakit yang pernah diderita oleh
seseorang seiring dengan peningkatan usia. Hasil penelitian riwayat kesehatan
contoh menunjukkan hampir separuh contoh (47,0%) memiliki riwayat kesehatan
tidak berpenyakit dan sepertiga contoh (30,0%) memiliki riwayat kesehatan pada
kategori lainnya (Tabel 12).
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan riwayat kesehatan (n=100)
Riwayat Kesehatan Jumlah
n %
Tidak berpenyakit 47 47,0
Maag 12 12,0
Batuk/pilek 9 9,0
Tiphus 7 7,0
Demam berdarah 6 6,0
Lainnya* 30 30,0
*Lainnya : Cacar air, gastritis, vertigo, sakit kepala/migran, pendengaran, hipertensi, rematik, jantung, diabetes, liver, hepatitis, paru-paru, anemia, susah BAB/pencernaan, impaksi, usus buntu, radang tenggorokan, amandel, sakit gigi
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen
Tindakan membeli yang dilakukan oleh konsumen tidak muncul begitu saja
tetapi melalui suatu rangkaian proses keputusan pembelian konsumen yang terdiri
dari beberapa tahapan, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian, perilaku purna pembelian (Kotler 2007).
Pengenalan Masalah. Menurut Kotler (2007) pengenalan masalah merupakan suatu proses saat konsumen menyadari adanya suatu kebutuhan yang
disebabkan adanya rangsangan internal maupun eksternal. Mowen dan Minor
(2003) menyebut rangsangan internal maupun eksternal ini dengan istilah