• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perilaku Pembelian dan Konsumsi Produk Suplemen Makanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perilaku Pembelian dan Konsumsi Produk Suplemen Makanan"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUK SUPLEMEN MAKANAN

ANDI AGUSTIADI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

Supervised by HARTOYO and RETNANINGSIH.

The objective of this research was to identify the consumption behavior of food supplement and to analyze the factors associated with buying and consumption behavior. This research was conducted at Tegal Gundil and Bantarjati villages (Northern Bogor Subdistrict) involving 100 purposively selected respondents. The respondents were at age of 20-65 year old and have consumed food supplement at least one product in the last month. Data collection was carried out through interviews using questionnaire. The research concluded that most of respondents consume tablet multivitamin of food supplement. It was about 83 brands of multivitamin mentioned by consumers. Which the Enervon-C was the most popular brand consumed. The greatest proportion of consumers consume at least a suggested portion in any relevant forms of food supplement a day (≥30 times/month). The results shows that the variables fo education and income have a negative significant relationship with the frequency of food supplement. Furthermore the variabel of income have a positive and significant relationship with the frequency of food supplement consumption.

Keywords: consumption behavior, food supplement, purchasing behavior

ABSTRAK

ANDI AGUSTIADI. Analisis perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan. Dibimbing oleh HARTOYO dan RETNANINGSIH.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku konsumsi produk suplemen makanan yang meliputi proses pengambilan keputusan konsumen terhadap produk suplemen makanan yang dikonsumsi. Penelitian ini dilakukan pada penduduk Kota Bogor yang tinggal di Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Responden berjumlah 100 orang berusia 20-65 tahun yang mengonsumsi suplemen makanan minimal 1 produk selama 1 bulan terakhir dengan pemilihan secara purposive. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan jenis suplemen makanan yang dikonsumsi adalah multivitamin berbentuk kaplet. Jumlah merek yang ditemukan dalam penelitian ini sebanyak 83 merek. Enervon-C sebagai merek suplemen makanan terbanyak yang dikonsumsi. Proporsi terbesar konsumen mengonsumsi suplemen makanan setiap hari (≥30 kl/bl) dengan minimal satu takaran anjuran pakai suplemen makanan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa variabel pendidikan dan pendapatan memiliki hubungan negatif signifikan dengan frekuensi pembelian suplemen makanan. Variabel pendapatan memiliki hubungan positif signifikan dengan frekuensi konsumsi suplemen makanan.

(3)

Makanan. Dibimbing oleh HARTOYO dan RETNANINGSIH.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis perilaku konsumsi produk suplemen makanan yang meliputi proses pengambilan keputusan konsumen terhadap produk suplemen makanan yang dikonsumsi. Tujuan khusus penelitian ini: 1) mengidentifikasi motivasi dan persepsi manfaat dalam pembelian produk suplemen makanan; 2) mengidentifikasi sumber informasi dan atribut produk dalam pembelian produk suplemen makanan; 3) mengidentifikasi evaluasi alternatif dalam pemilihan merek produk suplemen makanan; 4) mengidentifikasi pengambilan keputusan pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan yang meliputi tempat pembelian, jenis, bentuk dan merek yang dikonsumsi, frekuensi dan jumlah pembelian, frekuensi dan jumlah konsumsi; 5) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dan dilakukan di Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara yang dipilih berdasarkan pertimbangan di lokasi tersebut tersedia tempat pembelian suplemen makanan seperti apotek/toko obat, minimarket, toko/warung, dan stokis distributor MLM sehingga diduga penduduknya banyak yang mengonsumsi suplemen makanan karena memiliki kemudahan dalam membeli suplemen makanan. Penelitian ini melibatkan 100 orang yang dipilih secara purposive dengan kriteria berusia 20-65 tahun yang mengonsumsi suplemen makanan minimal 1 produk selama 1 bulan terakhir. Contoh dipilih secara purposive sebanyak 43 responden yang bertempat tinggal di Kelurahan Bantarjati dan sebanyak 57 responden yang bertempat tinggal di Kelurahan Tegal Gundil. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer (wawancara langsung kuesioner) dan data sekunder (studi literatur). Pengambilan data dilakukan selama satu setengah bulan pada April – Mei 2011. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan inferensia (korelasi Pearson) menggunakan program microsoft excel 2007 dan SPSS 16.0 for Windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (53,0%) berada pada kategori dewasa awal (20-40 tahun) dengan rata-rata usia contoh sebesar 39 tahun. Lebih dari separuh contoh (52,0%) berjenis kelamin perempuan, lebih dari separuh contoh (54,0%) berpendidikan sarjana, sepertiga contoh (33,0%) bermata pencaharian sebagai pegawai swasta. Rata-rata pendapatan contoh sebesar Rp5.605.000,00 per bulan, sebagian besar contoh (77,0%) berada dalam kondisi sehat, hampir seluruh contoh (94,0%) berada dalam kondisi tidak hamil. Sebagian besar contoh (80,0%) berada dalam kondisi psikologis tidak stress, sebagian besar contoh (79,0%) memiliki kebiasaan tidak merokok, hampir sebagian besar contoh (74,0%) memiliki kebiasaan makan tidak teratur, dan hampir separuh contoh (47,0%) memiliki riwayat kesehatan tidak berpenyakit.

(4)

separuh contoh (67,0%) mendapatkan informasi tentang suplemen makanan dari teman/kenalan, sebagian besar contoh (78,0%) memilih klaim sebagai fokus utama dalam mencari informasi. Sebagian besar contoh (79,0%) memilih klaim sebagai pertimbangan utama dalam memilih merek, hampir seluruh contoh (92,0%) tetap membeli merek yang biasa dikonsumsi walaupun harga naik. Lebih dari separuh contoh (57,0%) melakukan pembelian secara terencana, sebagian besar contoh (76,0%) memilih klaim produsen sebagai bentuk promosi yang paling menarik, lebih dari separuh contoh (69,0%) memilih apotek/toko obat sebagai tempat pembelian suplemen makanan, sebagian besar contoh (79,0%) memilih produknya lengkap sebagai tempat pembelian, sebagian besar contoh (76,0%) memilih keluarga sebagai orang yang mempengaruhi contoh dalam memutuskan pembelian, dan hampir separuh contoh (42,0%) menyediakan waktu khusus untuk membeli suplemen makanan.

Jumlah merek yang ditemukan dalam penelitian ini sebanyak 83 merek dengan rata-rata 2 merek suplemen makanan berbeda yang dikonsumsi contoh. Seperlima contoh (20,0%) memilih Enervon-C sebagai merek yang dikonsumsi. Sebagian besar contoh (80,0%) mengonsumsi suplemen makanan dengan jenis multivitamin. Lebih dari separuh contoh (62,0%) mengonsumsi dalam bentuk kaplet. Lebih dari separuh contoh (67,0%) memiliki frekuensi pembelian suplemen makanan pada kategori (1 kl/bl) dengan rentang 1-15 kl/bl. Lebih dari separuh contoh (68,0%) memiliki jumlah pembelian suplemen makanan pada kategori (≥21 uks/bl) dengan rentang 3-60 uks/bl. Rata-rata pengeluaran contoh untuk membeli suplemen makanan sebesar Rp211.543,00. Sebagian besar contoh (76,0%) berada pada kategori di bawah rata-rata (≤Rp211.543,00) sebesar ≤6% pendapatan dengan rentang pengeluaran untuk suplemen makanan sebesar Rp11.000,00 hingga Rp2.200.000,00. Lebih dari separuh contoh (54,0%) memiliki frekuensi konsumsi suplemen makanan pada kategori setiap hari (≥30 kl/bl) dengan rentang 3-30 kl/bl dan hampir separuh contoh (44,0%) berada pada kategori sesuai dengan anjuran pakai. Lebih dari separuh contoh (54,0%) memiliki jumlah konsumsi pada kategori setiap hari (≥30 uks/bl) dengan rentang 3-60 uks/bl dan hampir separuh contoh (49,0%) berada pada kategori sesuai dengan anjuran pakai.

Analisis hubungan antara karakteristik contoh dengan perilaku pembelian suplemen makanan menunjukkan hanya variabel pendidikan dan pendapatan yang memiliki hubungan negatif signifikan dengan frekuensi pembelian suplemen makanan. Sedangkan analisis hubungan antara karakteristik contoh dengan perilaku konsumsi suplemen makanan menunjukkan hanya variabel pendapatan yang memiliki hubungan signifikan dengan frekuensi konsumsi suplemen makanan. Konsumen suplemen makanan disarankan untuk melakukan pembelian secara terencana sesuai dengan kebutuhan dan mencari informasi sebelum melakukan pembelian serta tidak hanya melihat klaim dari produsen karena terkadang berlebihan dan tidak sesuai.

(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Perilaku Pembelian dan

Konsumsi Produk Suplemen Makanan adalah karya saya dengan arahan dari

dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2013

Andi Agustiadi

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

(7)

PRODUK SUPLEMEN MAKANAN

ANDI AGUSTIADI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)

Judul Skripsi : Analisis Perilaku Pembelian dan Konsumsi Produk Suplemen Makanan

Nama : Andi Agustiadi

NIM : I24060205

Disetujui,

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. Pembimbing I

Ir. Retnaningsih, M.Si. Pembimbing II

Diketahui,

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc.

Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

(9)

rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Perilaku Pembelian dan Konsumsi Produk Suplemen Makanan”. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. dan Ir. Retnaningsih, M.Si., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan penuh pengertian dalam memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

2. Megawati Simanjuntak, S.P., M.Si., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil penelitian, Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, M.F.S.A. dan Dr. Ir. Diah Krisnatuti, M.S., selaku dosen penguji dan pembimbing akademik yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini, Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si. selaku komdik.

3. Seluruh tenaga pendidik dan kependidikan di IKK dan FEMA yang telah banyak membantu selama perkuliahan hingga selesai.

4. Aparat pemerintahan Kecamatan Bogor Utara, Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati, serta para responden penelitian ini.

5. Ibu dan Bapak tercinta, Kurniati S.Pd., dan Sya’roni S.Pd. dengan segenap kemampuannya yang terus mendoakan, menyemangati, berjuang dan berkorban untuk mencapai impian bersama. Om Istono, Bibi Enci, Tafi, Tiara, Annisa Noor Baeti yang terus mendorong penulis untuk menyelesaikan skripsi.

6. Sahabat seperjuangan IPB, IKK, Indra Thamrin, Pa Abas, Agus, Elmanora, Ririn, Sekar, seluruh crew Wisma Alma, Andi Rent Car, Magnet Botani yang telah menjadi teman dalam menyelesaikan skripsi.

7. Semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Bogor, Februari 2013

(10)

xi

Pengertian, Fungsi, dan Komposisi Suplemen Makanan ... 5

Peraturan Perundangan Terkait Perlindungan Konsumen ... 6

Perilaku Pembelian dan Konsumsi ... 6

Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen ... 7

Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Konsumsi ... 9

KERANGKA PEMIKIRAN ... 15

METODE PENELITIAN ... 19

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ... 19

Contoh dan Cara Penarikan Contoh ... 19

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 20

Pengolahan dan Analisis Data ... 21

HASIL PENELITIAN ... 25

Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen ... 30

Pengenalan Masalah ... 30

Pencarian Informasi ... 32

Evaluasi Alternatif ... 35

(11)

xii

Jenis, Bentuk, dan Merek Konsumsi ... 38

Frekuensi Pembelian ... 43

Jumlah Pembelian ... 43

Pengeluaran Untuk Suplemen Makanan ... 44

Frekuensi Konsumsi ... 45

Jumlah Konsumsi ... 46

Hubungan Karakteristik Contoh dengan Perilaku Pembelian Suplemen Makanan ... 47

Hubungan Karakteristik Contoh dengan Perilaku Konsumsi Suplemen Makanan ... 48

Pembahasan ... 49

Keterbatasan Penelitian ... 58

SIMPULAN DAN SARAN ... 59

Simpulan ... 59

Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 67

RIWAYAT HIDUP ... 79

(12)

xiii

2 Sebaran contoh berdasarkan usia ... 26

3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin ... 26

4 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan ... 27

5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ... 27

6 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan ... 28

7 Sebaran contoh berdasarkan kondisi kesehatan ... 28

8 Sebaran contoh berdasarkan kondisi kehamilan ... 29

9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat stress ... 29

10 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan merokok ... 29

11 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan... 30

12 Sebaran contoh berdasarkan riwayat kesehatan ... 30

13 Sebaran contoh berdasarkan motivasi utama membeli suplemen makanan ... 31

14 Sebaran contoh berdasarkan persepsi manfaat membeli suplemen makanan ... 31

15 Persentase contoh berdasarkan jawaban pengetahuan yang benar tentang suplemen makanan ... 33

16 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan tentang suplemen makanan .... 34

17 Sebaran sumber informasi contoh tentang suplemen makanan ... 34

18 Sebaran contoh berdasarkan fokus dalam mencari informasi mengenai suplemen makanan ... 35

19 Sebaran contoh berdasarkan pertimbangan utama dalam memilih merek suplemen makanan ... 35

20 Sebaran contoh berdasarkan respon jika harga naik ... 36

21 Sebaran contoh berdasarkan cara memutuskan pembelian ... 36

22 Sebaran contoh berdasarkan bentuk promosi penjualan yang paling menarik ... 36

23 Sebaran contoh berdasarkan tempat pembelian suplemen makanan ... 37

(13)

xiv

mempengaruhi keputusan pembelian suplemen makanan ... 38

26 Sebaran contoh berdasarkan situasi ketika membeli suplemen makanan ... 38

27 Sebaran contoh berdasarkan jenis merek suplemen makanan yang dikonsumsi ... 39

28 Sebaran contoh berdasarkan bentuk konsumsi suplemen makanan ... 39

29 Sebaran contoh berdasarkan ragam merek suplemen makanan ... 40

30 Sebaran sepuluh merek suplemen makanan terbanyak dikonsumsi ... 40

31 Sebaran ragam merek berdasarkan tingkat pendidikan ... 41

32 Sebaran ragam merek berdasarkan kategori usia ... 42

33 Sebaran ragam merek berdasarkan kategori pendapatan ... 43

34 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi pembelian suplemen makanan .... 43

35 Sebaran contoh berdasarkan jumlah pembelian suplemen makanan ... 44

36 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran untuk suplemen makanan ... 44

37 Sebaran contoh berdasarkan persentase pengeluaran suplemen makanan terhadap pendapatan contoh ... 44

38 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi suplemen makanan ... 45

39 Sebaran contoh frekuensi konsumsi suplemen makanan berdasarkan anjuran pakai ... 45

40 Sebaran contoh berdasarkan jumlah konsumsi suplemen makanan ... 46

41 Sebaran contoh jumlah konsumsi suplemen makanan berdasarkan anjuran pakai ... 46

42 Hubungan karakteristik contoh dengan perilaku pembelian ... 47

(14)

xv

1 Proses keputusan pembelian konsumen ... 7

2 Kerangka pemikiran perilaku pembelian dan konsumsi suplemen makanan ... 17

3 Cara penarikan contoh ... 19

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman 1 Kuesioner penelitian ... 67

2 Uji reliabilitas ... 71

3 Uji korelasi pearson ... 72

4 Merek suplemen makanan yang dikonsumsi contoh ... 73

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kesehatan merupakan aset manusia yang paling berharga. Setiap individu

dapat melaksanakan aktivitas produktif untuk menjalani kelangsungan hidupnya

dengan tubuh yang sehat. Sulitnya memenuhi asupan makanan yang seimbang,

akibat dari pola makan yang tidak teratur, aktivitas pekerjaan yang diluar batas

kewajaran dan faktor lingkungan yang tidak mendukung, membuat tubuh

memerlukan asupan tambahan untuk melengkapi kebutuhan makanan tersebut.

Salah satu solusi untuk mencukupi kekurangan asupan makanan adalah dengan

mengonsumsi suplemen makanan (Hardinsyah 2002).

Menurut Gunawan (2002) konsumsi suplemen dibutuhkan oleh tubuh jika

sering berada pada lingkungan yang tercemar polusi, mengalami gangguan

kesehatan yang diduga kuat karena kekurangan zat gizi dalam makanan

sehari-hari dengan frekuensi sering, tubuh dalam kondisi masa penyembuhan yang

memerlukan tambahan suplemen, kondisi tubuh yang selalu dituntut prima dengan

pekerjaan yang sering diluar batas kewajaran (lembur), setelah menjalani operasi

besar, menjalani diet keras, stress berkepanjangan. Selain itu pada wanita dengan

kondisi tertentu seperti hamil, menyusui, mulai menopause, pengikut vegetarian

ketat dan mengalami gangguan metabolisme, termasuk kelompok yang

memerlukan suplemen.

Menurut SK Dirjen POM nomor HK.00.05.23.3644 (2004) bahwa

perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan

peningkatan peredaran dan penggunaan suplemen makanan. Menurut Dirjen POM

(2013) total suplemen makanan yang teregistrasi dan beredar di pasaran sebanyak

2505 merek. Banyaknya produk suplemen makanan tersebut menunjukkan

produsen suplemen makanan melihat potensi pasar di Indonesia cukup baik. Hal

ini berkaitan dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar, yaitu mencapai

237,6 juta jiwa (BPS 2010).

Konsumsi suplemen diakibatkan oleh gencarnya propaganda produsen

terhadap produknya dengan klaim meningkatkan produktivitas, stamina,

kecerdasan, kecantikan, kebugaran. Menurut Hidayat (2002) rendahnya

(16)

suplemen. Hal tersebut dikarenakan dalam kondisi seimbang konsumsi suplemen

tidak diperlukan, akan tetapi hal ini tidak diketahui sepenuhnya oleh konsumen

(Hardinsyah 2002).

Menurut Pilzer (2006) kelompok umur yang dijadikan target pasar bagi

suplemen makanan adalah generasi baby boomers (30-65 tahun) yang pada saat

ini telah mencapai puncak pendapatan dengan daya beli lebih besar. Mereka

menginginkan lebih sehat, berpenampilan lebih menarik, dan awet muda.

Sedangkan menurut Silitonga (2002) kelompok usia 20-60 tahun merupakan

target pasar produk suplemen makanan pada umumnya. Hal tersebut, dikarenakan

pada kelompok usia ini merupakan kelompok usia produktif, memiliki mobilitas

tinggi, dan membutuhkan zat gizi tinggi untuk menunjang aktivitasnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji tentang

perilaku konsumsi produk suplemen makanan dan faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku pembelian serta konsumsi suplemen makanan pada

kelompok usia 20-65 tahun.

Perumusan Masalah

Suplemen makanan di Indonesia dimasukkan dalam golongan makanan,

bukan obat. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.

329/Menkes/Per/XII/76 menyatakan, suplemen makanan sebagai barang untuk

dimakan dan diminum tetapi bukan sebagai obat (Megawaty 2003). Suplemen

makanan digolongkan sebagai nutraceutical, sedangkan obat-obatan masuk

golongan pharmaceutical. Suplemen bukan pengganti obat, sebab tidak ada

suplemen yang dapat menggantikan khasiat dan keaslian zat gizi yang berasal dari

makanan alami. Dalam kondisi asupan yang seimbang konsumsi suplemen tidak

diperlukan, akan tetapi hal ini tidak sepenuhnya diketahui oleh konsumen

sehingga terjadi salah penafsiran bahwa suplemen adalah obat (Gunawan 2002).

Perilaku konsumsi masyarakat terhadap suplemen makanan, diduga

didorong oleh promosi produsen dalam bentuk klaim produknya seperti

peningkatan produktivitas, kecerdasan, kecantikan, dan kebugaran. Klaim tersebut

diduga sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada kelompok usia 20-65 tahun,

(17)

mobilitas tinggi sehingga membutuhkan zat gizi tinggi untuk menunjang

aktivitasnya.

Pengetahuan dan persepsi manfaat yang melekat dalam benak konsumen

tentang suplemen makanan serta kegiatan promosi yang dilakukan oleh

produsen/pemasar diduga merupakan faktor pendorong dalam mengonsumsi

suplemen makanan. Oleh karena itu, perlu kajian untuk lebih memahami perilaku

pembelian dan konsumsi suplemen makanan pada kelompok usia ini dengan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pengambilan keputusan produk suplemen makanan yang

dikonsumsi?

2. Bagaimana perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan?

3. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku pembelian dan

konsumsi produk suplemen makanan?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis perilaku konsumsi

produk suplemen makanan yang meliputi proses pengambilan keputusan

konsumen terhadap produk suplemen makanan yang dikonsumsi. Secara khusus,

penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi motivasi dan persepsi manfaat dalam pembelian produk

suplemen makanan.

2. Mengidentifikasi sumber informasi dan atribut produk dalam pembelian

produk suplemen makanan.

3. Mengidentifikasi evaluasi alternatif dalam pemilihan merek produk suplemen

makanan.

4. Mengidentifikasi proses pengambilan keputusan pembelian dan konsumsi

produk suplemen makanan yang meliputi tempat pembelian, jenis, bentuk dan

merek yang dikonsumsi, frekuensi dan jumlah pembelian, frekuensi dan

jumlah konsumsi.

5. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pembelian dan

(18)

Manfaat Penelitian

Penelitian ini berguna bagi beberapa pihak seperti peneliti, konsumen,

produsen dan pemerintah sebagai berikut:

1. Pemerintah; memberikan informasi kepada Dinas Kesehatan dan BPOM mengenai perilaku pembelian dan konsumsi suplemen makanan pada

kelompok usia 20-65 tahun untuk dijadikan penelitian lanjutan dalam upaya

perlindungan konsumen terhadap produk suplemen makanan.

2. Produsen; memberikan informasi mengenai perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan sebagai bahan pertimbangan untuk

melakukan strategi pemasaran yang lebih baik dan tidak merugikan

konsumen.

3. Konsumen; memberikan informasi melalui lembaga penggiat konsumen untuk membantu mendidik konsumen dengan memberikan informasi yang

benar mengenai produk suplemen makanan dan memberikan informasi

mengenai perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan pada

kelompok usia 20-65 tahun agar menjadi konsumen yang bijak.

4. Peneliti; hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan yang meliputi

proses pengambilan keputusan konsumen dan faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Suplemen Makanan

Pengertian, Fungsi, dan Komposisi Suplemen Makanan

Suplemen makanan memiliki istilah yang berbeda di beberapa negara di

dunia. Istilah tersebut diantaranya dietary supplement (Amerika), healthy food

(Cina), functional food (Jepang), healthy supplement (Korea), complementary

medicine (Australia) sedangkan istilah di Indonesia, berdasarkan Surat Keputusan

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan nomor HK 00.063.02360

adalah suplemen makanan (Hardinsyah 2002).

Menurut SK Dirjen POM nomor HK.00.063.02360 (1996) suplemen

makananmerupakan produk yang digunakan untuk melengkapi makanan. Produk

suplemen mengandung satu atau lebih bahan vitamin, mineral, tumbuhan atau

bahan yang berasal dari tumbuhan, asam amino, bahan yang digunakan untuk

meningkatkan angka kecukupan gizi (AKG), konsentrat, metabolit, konstituen,

ekstrak atau kombinasi dari beberapa bahan tersebut.

Suplemen dapat digolongkan menjadi dua yaitu suplemen natural dan

suplemen sintetis. Suplemen natural adalah hasil ekstraksi dari makanan yang

mengandung unsur-unsur alami berasal dari jaringan tubuh hewan dan

tumbuh-tumbuhan. Suplemen sintetis pada umumnya merupakan rekayasa kimiawi di

dalam laboratorium meskipun keduanya dianggap sama efektif. Suplemen

makanan buatan berupa senyawa kimiawi yang dibuat sama dengan struktur kimia

bahan alami. Secara global jika ditinjau dari kandungan bahannya, suplemen

makanan terdiri dari bahan penyedia tenaga, vitamin, mineral, stimultant serta

flavouring (Resanti 2009).

Menurut Hardinysah (2002) secara umum manfaat suplemen adalah

meningkatkan stamina, kesehatan, daya ingat, penampilan atau kecantikan.

Suplemen makanan dapat berupa padatan (tablet, serbuk, kapsul) dan cairan

(minuman kebugaran). Minuman suplemen sebagian besar mengandung energi,

multivitamin B, vitamin C dan zat non gizi (stimultan dan flavouring). Sumber

energi yang umum digunakan adalah taurine, dextrosa, fruktosa, sukrosa dan

madu yang sekaligus berfungsi sebagai pemanis. Pemanis lain yang digunakan

(20)

yaitu inositol, niacinamida atau nicotinamida, capantetonate, vitamin B1

(thiamin), B2 (riboflavin), B6 (pyridoxin). Stimultan yang banyak digunakan

adalah kafein. Flavouring digunakan sebagai penambah aroma dan warna seperti

quinine dan asam sitrat serta pewarna tatrazine (Suistriyanta 2001).

Peraturan Perundangan Terkait Perlindungan Konsumen

Menurut SK Dirjen POM pasal 15 nomor HK.00.05.23.3644 (2004) dalam

hal pelabelan suplemen makanan harus mencantumkan tulisan suplemen

makanan, nama produk, nama dan alamat produsen atau importir, ukuran, isi,

berat bersih, komposisi dalam kualitatif dan kuantitatif, kandungan alkohol bila

ada, kegunaan, cara penggunaan dan takaran penggunaan, kontraindikasi, efek

samping dan peringatan, nomor ijin edar, nomor kode produksi, batas kadaluarsa,

keterangan lain tentang keamanan mutu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Klaim suplemen makanan yang dibenarkan yaitu klaim kandungan nutrisi,

klaim interaksi terhadap penyakit, dan klaim nutrisi penunjang. Klaim kandungan

nutrisi menunjukkan tingkat nutrisi di dalam suplemen makanan misalnya

suplemen yang mengandung 200 mg kalsium per penyajian harus diinformasikan sebagai “tinggi kalsium”. Klaim interaksi terhadap penyakit merupakan hubungan antara kandungan nutrisi dalam suplemen makanan dengan kondisi kesehatan

seseorang misalnya produk suplemen tersebut mengandung sejumlah kalsium, maka produsen dapat memunculkan klaim “kalsium dan rendahnya resiko osteoporosis”. Klaim nutrisi penyokong memperlihatkan hubungan antara

kekurangan nutrisi dengan penyakit defisiensi. Misalnya, label suplemen makanan yang mengandung vitamin C sebaiknya ditulis “vitamin C mencegah scurvy”. Selain itu produsen diizinkan memunculkan klaim yang berhubungan dengan

fungsi tubuh secara keseluruhan, termasuk pengaruhnya terhadap kebugaran

tubuh, ini dikenal dengan structure-function claims. Misalnya, “kalsium membuat

tulang kuat” atau “antioksidan menjaga keutuhan sel” (Robin & Robert 2006).

Perilaku Pembelian dan Konsumsi

Menurut Kotler (2007) konsumen merupakan individu atau kelompok yang

berusaha untuk memenuhi dan mendapatkan barang atau jasa untuk kehidupan

(21)

berbeda berdasarkan usia, pendapatan dan tingkat pendidikan. Perbedaan yang

mendasar ini akan mempengaruhi konsumen dalam perilakunya terhadap

pembelian barang atau jasa tertentu.

Perilaku pembelian merupakan tingkah laku konsumen dalam membeli

produk barang atau jasa mengenai apa yang dibeli, apakah membeli atau tidak,

kapan membeli, dimana membeli, dan bagaimana cara membayarnya (Sumarwan

2004). Menurut Koentjoroningrat (1985), diacu dalam Megawaty (2003) perilaku

konsumsi adalah cara seseorang dalam memikirkan, merasakan dan melakukan

tindakan memilih dan memakan makanan. Menurut Sumarwan (2004) konsumsi

produk atau jasa (product use) dapat diketahui melalui tiga hal, yaitu: (1)

frekuensi konsumsi, (2) jumlah konsumsi, dan (3) tujuan konsumsi. Frekuensi

konsumsi mendeskripsikan seberapa sering suatu produk digunakan atau

dikonsumsi. Jumlah konsumsi menggambarkan kuantitas produk yang digunakan

oleh konsumen. Tujuan konsumsi menggambarkan situasi pemakaian oleh

konsumen dimana konsumen mengonsumsi suatu produk dengan beragam tujuan.

Menurut Kotler (2007) perilaku pembelian dan konsumsi tidak terlepas dari

proses konsumen melakukan pengambilan keputusan terhadap barang atau jasa

yang akan digunakan, proses tersebut memainkan peranan penting dalam

memahami bagaimana secara aktual konsumen mengambil keputusan terhadap

produk yang dibeli dan digunakan.

Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen

Menurut Kotler (2007) terdapat lima tahap proses keputusan pembelian

konsumen beserta faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut. Proses tersebut

digambarkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Proses Keputusan Pembelian Konsumen (Kotler 2007)

Tahapan pada proses keputusan pembelian adalah :

1. Pengenalan masalah, merupakan suatu proses saat konsumen menyadari

adanya suatu kebutuhan yang disebabkan adanya rangsangan internal maupun

(22)

eksternal. Rangsangan tersebut muncul karena terdapat perbedaan antara

keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi.

2. Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa

kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengonsumsi suatu

produk. Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan di dalam

ingatannya (pencarian internal) dan mencari informasi dari luar (pencarian

eksternal). Pencarian internal dilakukan dengan mengingat kembali semua

informasi yang ada dalam ingatannya meliputi berbagai produk dan merek

yang dianggap bisa memecahkan masalah. Pencarian eksternal dilakukan

ketika pencarian internal tidak dapat memecahkan masalah, pencarian eksternal

meliputi berbagai produk dan merek, pembelian maupun konsumsi kepada

lingkungan konsumen berupa sumber-sumber informasi yaitu sumber pribadi

(keluarga, teman, tetangga, kenalan), sumber komersial (iklan, wiraniaga,

penyalur, kemasan, pajangan toko), sumber publik (media masaa, organisasi

konsumen), sumber pengalaman (penanganan, pengkajian, dan pemakaian

produk).

3. Pada tahap evaluasi alternatif, konsumen mengolah informasi tentang pilihan

merek untuk membuat keputusan akhir. Tidak ada proses evaluasi tunggal

sederhana yang digunakan oleh semua konsumen atau oleh satu konsumen

dalam semua situasi pembelian. Beberapa konsep dasar akan membantu kita

memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi

kebutuhan. Kedua, konsumen akan mencari manfaat tertentu dan selanjutnya

melihat kepada atribut produk sesuai dengan kepentingannya. Ketiga,

konsumen mungkin akan mengembangkan himpunan kepercayaan merek.

Konsumen juga dianggap memiliki fungsi utilitas, yaitu bagaimana konsumen

mengharapkan kepuasan produk bervariasi menurut tingkat alternatif tiap ciri.

Pada akhirnya konsumen akan sampai pada sikap ke arah alternatif merek

melalui prosedur tertentu. Kriteria alternatif yang sering digunakan oleh

konsumen antara lain harga, kepercayaan akan merek dan kriteria yang sifatnya

hedonik.

4. Setelah menentukan alternatif merek yang dipilih, selanjutnya konsumen

(23)

konsumen itu sendiri, tetapi bisa juga dipengaruhi oleh sikap orang lain atau

faktor-faktor keadaan yang tidak terduga. Pembelian akan dilakukan pada

alternatif yang dipilih, namun jika tidak tersedia maka pembelian akan

dilakukan terhadap alternatif pengganti yang dapat diterima jika memang

diperlukan.

5. Tahap terakhir dari proses keputusan pembelian oleh konsumen ini adalah

perilaku sesudah pembelian. Sesudah pembelian terhadap suatu produk,

konsumen akan mengalami beberapa tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan.

Kepuasan sesudah pembelian, konsumen mendasarkan harapannya kepada

informasi yang mereka terima tentang produk. Jika kenyataannya yang mereka

dapat ternyata berbeda dengan yang diharapkan maka mereka merasa tidak

puas. Bila produk tersebut memenuhi harapan, maka mereka akan merasa puas.

Berdasarkan alur tersebut, jelaslah terlihat bahwa proses pembelian dimulai

jauh sebelum pembelian aktual dilakukan dan memiliki dampak yang lama setelah

itu. Namun, para konsumen tidak selalu melewati seluruh lima urutan tahap ketika

membeli produk. Mereka bisa melewati atau membalik beberapa tahap, akan

tetapi model tersebut menyajikan suatu kerangka acuan ketika konsumen

melakukan proses pengambilan keputusan pembelian produk baru.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Pembelian dan Konsumsi Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan contoh

dalam membeli dan mengonsumsi suplemen makanan pada penelitian ini adalah

faktor pribadi, sosial, fisiologis, psikologis, kebiasaan, dan kesehatan. Faktor

pribadi meliputi karakteristik demografi (usia, jenis kelamin) dan pengetahuan.

Faktor sosial meliputi pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Faktor fisiologis

meliputi kondisi kehamilan. Faktor psikologis meliputi tingkat stres. Faktor

kebiasaan ditinjau dari kebiasaan makan dan merokok. Faktor kesehatan meliputi

keadaan kesehatan dan riwayat kesehatan.

Usia. Menurut Sumarwan (2004) perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Oleh karena itu, pemasar harus

memahami apa kebutuhan dari konsumen dengan berbagai tingkatan usia, dan

(24)

tingkat usia tidak berhubungan nyata dengan frekuensi dan jumlah konsumsi

suplemen makanan (Yanuardhini 2002). Hal tersebut diperkuat dengan penelitian

Hidayat (2002) bahwa suplemen makanan hanya produk pelengkap guna

memenuhi kekurangan asupan makanan.

Jenis Kelamin. Menurut Schiffman dan Kanuk (2007) perbedaan jenis kelamin mengakibatkan perbedaan terhadap konsumsi jenis produk tertentu.

Wanita lebih sering mengonsumsi suplemen makanan dengan tujuan untuk

memperbaiki penampilan dan kecantikan sedangkan laki-laki mengonsumsi

suplemen makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran dan stamina.

Selain itu, wanita lebih sering mengkonsumsi suplemen makanan tetapi lebih

selektif dalam memilih suplemen makanan (Kissling, Miller, dan Russell 2003).

Pengetahuan. Menurut Sumarwan (2004) pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan

pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk tersebut, serta informasi yang

berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. Menurut Engel, Blackwell,

dan Miniard (1995) membagi pengetahuan konsumen menjadi tiga kategori: a)

pengetahuan produk b) pengetahuan pembelian, dan c) pengetahuan pemakaian.

Tingkat pengetahuan gizi akan mempengaruhi sikap seseorang terhadap frekuensi

dan tingkat konsumsi dari suatu produk (Kotler & Amstrong 1997). Menurut

Patertson et.al (2001) juga menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan gizi seseorang

berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada

akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi yang bersangkutan. Tingginya

tingkat pengetahuan gizi seseorang tentang suplemen makanan memiliki

kecenderung memilih makanan alami daripada mengonsumsi suplemen makanan

sebagai pemenuhan kebutuhan nutrisinya (Yanuardhini 2002).

Pendidikan. Menurut Sumarwan (2004) perbedaan tingkat pendidikan akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara berpikir, cara pandang, bahkan

persepsinya terhadap suatu masalah. Konsumen yang memiliki pendidikan lebih

baik akan sangat responsif terhadap informasi yang diterimanya (Kotler 2007).

Konsumen suplemen makanan yang berada di kota besar memiliki pendidikan

(25)

& Lee 2009). Konsumen yang memiliki pendidikan lebih baik akan lebih selektif

dalam memilih produk suplemen makanan (Kissling, Miller, & Russell 2003).

Pekerjaan. Pekerjaan konsumen dapat mempengaruhi pembelian dan pola konsumsi. Oleh karena itu para pemasar berusaha untuk mengidentifikasi

kelompok pekerjaan yang mempunyai minat diatas rata-rata terhadap kebutuhan

produk dan jasa tertentu (Kotler 2007). Pekerjaan yang memiliki jam kerja tinggi

dan dituntut selalu prima merupakan target pasar konsumen suplemen kesehatan

(Marpaung 2009). Pekerjaan yang memiliki aktivitas lebih berat cenderung

menggunakan suplemen makanan (Greger 2001).

Pendapatan. Pendapatan merupakan sumberdaya material bagi konsumen untuk membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan akan

menggambarkan besarnya daya beli dari seorang konsumen. Oleh karena itu,

pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas pangan

yang dikonsumsi (Berg 1986). Konsumen yang berpendapatan tinggi akan beralih

memilih pangan berenergi yang lebih mahal untuk memenuhi kebutuhannya

(Hardinsyah 1987). Konsumen suplemen makanan cenderung tinggal di kota

besar dan memiliki pendapatan bulanan yang tinggi (Kim & Lee 2009).

Pendapatan yang tinggi tidak berpengaruh terhadap frekuensi dan jumlah

konsumsi suplemen makanan (Chotimah 2003).

Kondisi Kehamilan. Menurut Depkes (2000) saat hamil diperlukan tambahan zat gizi dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh

ibu dan perkembangan janin, jika keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil

baik maka janin yang dikandungnya akan baik juga. Kebutuhan gizi ibu

meningkat selama hamil untuk pertumbuhan otot, organ tubuh, jaringan gigi,

tulang, dan pembentukan sel darah merah, apabila asupan gizi ibu kurang, maka

janin akan mengambil simpanan dari tubuh ibunya. Selama proses kehamilan

direkomendasikan untuk mengonsumsi suplemen makanan yang mengandung zat

gizi mikro seperti besi, asam folat, seng, vitamin A, kalsium dan iodin.

Tingkat Stres. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1991) stres diartikan sebagai suatu tekanan, dan ketegangan yang mempengaruhi seseorang dalam kehidupan.

Pengaruh yang timbul dapat bersifat wajar ataupun tidak, tergantung dari reaksi

(26)

memperhatikan gejala-gejala stres yang ditunjukkan, baik gejala fisik maupun

gejala emosional (Wilkinson 1989 diacu dalam Furi 2006). Menurut Gunawan

(2002) suplemen makanan dibutuhkan oleh orang dengan kondisi tubuh yang

selalu dituntut prima dengan pekerjaan yang sering diluar batas kewajaran dan

kondisi stress.

Kebiasaan Makan. Menurut Sanjur (1982) alasan utama terbentuknya kebiasaan makan karena pandangan yang didasarkan pada penilaian objektif

terhadap nilai kebutuhan biogenik yang diperoleh melalui makanan. Dengan

alasan ini menunjukkan bahwa kebiasaan konsumsi suplemen terbentuk oleh

karena adanya penilaian objektif akan fungsi zat gizi yang dikandungnya dan

sadar akan manfaatnya bagi kesehatan tubuh. Meningkatnya penggunaan

suplemen makanan karena terjadi perubahan pola makanan dan gaya hidup,

dimana saat ini masyarakat cenderung lebih menyukai jenis makanan yang

praktis, cepat saji, berkadar lemak tinggi. Kebiasaan makan yang buruk dan

ketidakyakinan akan kecukupan gizi dari makanan yang dimakan menjadikan

suplemen makanan menjadi pilihan dalam meningkatkan kecukupan gizi

(Wahlqvist 2002).

Kebiasaan Merokok. Menurut Sutama (2008) ada tiga faktor yang menyebabkan seseorang mempunyai kebiasaan merokok, yaitu faktor

farmakologis, faktor psikologis dan faktor sosial. Menurut Latifah et.al (2002)

asap rokok termasuk kedalam bahan kimia beracun. Hal tersebut diperkuat dengan

pendapat Aditama (2006) yang menyatakan bahwa asap rokok berbahaya bagi

perokok pasif yang menghisap asap sampingan (sidestream smokel) dan juga asap

rokok yang dihembuskan keluar oleh perokok aktif sehingga beresiko terkena

berbagai macam penyakit. Konsumsi suplemen makanan yang mengandung zat

gizi tertentu membantu mengurangi bahaya yang diakibatkan oleh rokok

(Abriansyah 2010).

Keadaan Kesehatan. Penyakit adalah suatu keadaan terganggunya fungsi tubuh yang terjadi sebagai respons terhadap infeksi, tekanan, atau kondisi lainnya.

Status kesehatan adalah situasi kesehatan yang dialami oleh seseorang dan

penyakit yang diderita merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

(27)

makanan digunakan sebagai pelengkap kebutuhan asupan gizi tertentu pada saat

tubuh dalam kondisi masa penyembuhan (Gunawan 2002).

Riwayat Kesehatan. Menurut Depkes RI (2002) status kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor penentu yang saling berinteraksi satu sama lain.

Keempat faktor penentu tersebut adalah: lingkungan, perilaku, pelayanan

kesehatan dan keturunan. Riwayat kesehatan merupakan kumpulan informasi

mengenai kesehatan masa lalu seseorang misalnya penyakit, kelainan tertentu, dan

operasi/pembedahan. Menurut Donald, Johns, dan Troppmann (2002) penyakit

degeneratif tertentu yang melarang untuk memakan makanan tertentu menjadikan

(28)

ada dalam diri konsumen. Kelompok usia 20-65 tahun merupakan kelompok usia

produktif, memiliki mobilitas tinggi dan membutuhkan zat gizi tinggi untuk

menunjang aktifitasnya. Perilaku konsumsi suplemen makanan melewati suatu

rangkaian proses pengambilan keputusan pembelian yang meliputi pengenalan

masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan

perilaku pasca pembelian.

Pengenalan masalah meliputi motivasi dalam membeli suplemen makanan

dan persepsi manfaat terhadap suplemen makanan. Pencarian informasi

berhubungan dengan sumber informasi konsumen tentang suplemen makanan

(sumber eksternal) dan atribut produk pada suplemen makanan. Evaluasi alternatif

berhubungan dengan pilihan merek suplemen makanan untuk membuat keputusan

akhir. Keputusan pembelian meliputi tempat pembelian, jenis, bentuk, merek

produk, frekuensi pembelian, frekuensi konsumsi, jumlah pembelian dan jumlah

konsumsi. Proses tersebut merupakan rangkaian pengambilan keputusan

konsumen dalam melakukan pembelian suplemen makanan.

Rangkaian proses pengambilan keputusan pembelian suplemen makanan

dipengaruhi oleh faktor pribadi, sosial, fisiologis, psikologis, kebiasaan, dan

kesehatan. Faktor pribadi meliputi karakteristik demografi (usia, jenis kelamin)

dan pengetahuan (sumber informasi internal). Usia mempengaruhi proses

pengambilan keputusan terutama dalam hal jumlah ragam merek suplemen

makanan. Konsumen dalam usia produktif memerlukan kebutuhan nutrisi tinggi

untuk menunjang aktifitasnya. Jenis kelamin berpengaruh dalam pembelian jenis

suplemen makanan tertentu. Perempuan lebih memilih suplemen makanan untuk

penampilan/kecantikan sedangkan laki-laki untuk menjaga stamina. Pengetahuan

berpengaruh dalam hal pencarian informasi. Konsumen akan mengingat kembali

(recall) informasi yang ada dalam ingatannya mengenai berbagai produk dan

merek yang dianggap bisa memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan

(sumber informasi internal).

Faktor sosial meliputi pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Konsumen

(29)

pembelian suplemen makanan. Konsumen melakukan pencarian informasi lebih

banyak mengenai suplemen makanan sebelum membelinya. Konsumen dengan

pekerjaan yang memiliki mobilitas tinggi cenderung berfokus pada pemilihan

jenis, bentuk, dan merek suplemen makanan yang dapat membantu menjaga

kesehatan, meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh. Pendapatan yang tinggi

berpengaruh terhadap pemilihan salah satu atribut produk yaitu harga suplemen

makanan dan kuantitas suplemen makanan dengan ukuran kemasan saji yang

berbeda.

Faktor fisiologis berupa kondisi kehamilan dan faktor psikologis berupa

tingkat stress. Pemilihan suplemen makanan pada ibu hamil proses fokus evaluasi

alternatifnya cenderung berdasarkan rekomendasi dari ahli (dokter). Hal tersebut

dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai suplemen makanan yang

seharusnya dikonsumsi untuk ibu hamil sehingga menyerahkan kepada ahlinya

yaitu dokter. Konsumen yang selalu dituntut prima dengan pekerjaan yang sering

diluar batas kewajaran (stress) mempengaruhi motivasi dan pencarian informasi

dalam pengambilan keputusan pembelian suplemen makanan.

Faktor kebiasaan makan dan merokok mempengaruhi pengambilan

keputusan pembelian suplemen makanan. Pemilihan dan pemenuhan kebutuhan

akan nutrisi makanan akibat perubahan pola hidup mempengaruhi motivasi dalam

mengonsumsi suplemen makanan. Kebiasaan ini berpengaruh terhadap pilihan

jenis, bentuk dan merek suplemen makanan yang dikonsumsi. Faktor kesehatan

meliputi keadaan kesehatan dan riwayat kesehatan. Kondisi kesehatan dan riwayat

kesehatan konsumen mempengaruhi motivasi dalam mengonsumsi suplemen

makanan yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pembelian jenis,

bentuk, merek produk suplemen makanan. Selain itu berpengaruh terhadap

frekuensi dan jumlah konsumsi produk suplemen makanan.

(30)

= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang diteliti = Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Perilaku Pembelian dan Konsumsi Produk Suplemen Makanan Karakteristik Demografi:

-Usia

-Jenis Kelamin

Karakteristik Sosial: -Pendidikan

-Pekerjaan -Pendapatan

Pengetahuan

Pencarian Informasi -Sumber Informasi -Atribut Produk

Evaluasi Alternatif

Keputusan Pembelian -Tempat Pembelian

-Jenis, Bentuk, Merek Pembelian -Frekuensi dan Jumlah Pembelian -Frekuensi dan Jumlah Konsumsi

Perilaku Pasca Pembelian

Kondisi Fisiologis: -Kehamilan

Kondisi Psikologis: -Tingkat Stres

Kebiasaan: -Kebiasaan Makan -Kebiasaan Merokok

(31)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yakni data

dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh

(Singarimbun 2006). Penelitian ini dilakukan pada penduduk Kota Bogor yang

tinggal di Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara.

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) berdasarkan

pertimbangan dilokasi tersebut tersedia tempat pembelian suplemen makanan

seperti apotek/toko obat, minimarket, toko/warung, dan stokis distributor MLM

sehingga diduga penduduknya banyak yang mengonsumsi suplemen makanan

karena memiliki kemudahan dalam membeli suplemen makanan tersebut.

Pengambilan data dilakukan selama satu setengah bulan yaitu pada bulan April –

Mei 2011.

Contoh dan Cara Penarikan Contoh

Populasi dalam penelitian ini merupakan penduduk Kelurahan Tegal Gundil

dan Kelurahan Bantarjati yang berusia 20-65 tahun. Contoh adalah individu

berusia 20-65 tahun yang mengonsumsi suplemen makanan minimal 1 produk

selama 1 bulan terakhir. Kelompok usia tersebut dipilih sebagai contoh

dikarenakan merupakan kelompok usia produktif, memiliki mobilitas tinggi, dan

membutuhkan zat gizi tinggi untuk menunjang aktivitas. Cara penarikan contoh

dilihat pada Gambar 2.

(32)

Pemilihan Kecamatan Bogor Utara, Kelurahan Bantarjati dan Tegal Gundil

sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Berdasarkan

monografi Kelurahan Tegal Gundil (2010) jumlah penduduk sebanyak 26.096

jiwa, 6.667 KK, terbagi menjadi 98 RT dan 17 RW. Menurut monografi

Kelurahan Bantarjati (2010) jumlah penduduk sebanyak 19.412 jiwa, 4.257 KK,

terbagi menjadi 72 RT dan 16 RW. Setelah dipilih dua kelurahan sebagai lokasi

penelitian dilanjutkan dengan pemilihan 1 RW secara purposive pada

masing-masing kelurahan, pada Kelurahan Bantarjati dan Tegal Gundil dipilih RW 14.

Setelah memilih RW kemudian dilanjutkan dengan pemilihan RT secara

purposive sebanyak 3 RT di masing-masing kelurahan dipilih RT 1, RT 3, RT 4

pada Kelurahan Bantarjati dan RT 1, RT 2, RT 5 pada Kelurahan Tegal Gundil.

Setelah itu contoh diambil sebanyak 43 contoh pada Kelurahan Bantarjati dan 57

contoh pada Kelurahan Tegal Gundil.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data dari penelitian ini berasal dari data primer dan sekunder. Data primer

didapatkan melalui observasi hasil wawancara langsung pengisian kuesioner

penelitian kepada contoh. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

atas tiga bagian. Bagian pertama berisi mengenai karakteristik contoh (usia, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kondisi fisiologis, psikologis,

kebiasaan dan pengetahuan). Bagian kedua mengenai perilaku pembelian dan

konsumsi suplemen makanan (tempat pembelian, jenis, bentuk, merek pembelian

dan konsumsi, frekuensi pembelian dan konsumsi, jumlah pembelian dan

konsumsi, pengeluaran untuk pembelian suplemen makanan). Bagian ketiga

berkaitan dengan proses pengambilan keputusan konsumen dalam membeli dan

mengonsumsi suplemen makanan (pengenalan masalah, pencarian informasi,

evaluasi alternatif, keputusan pembelian)

Data sekunder diperoleh dari buku demografi yang berasal dari Kelurahan

Tegal Gundil dan Bantarjati. Selain itu, data sekunder juga didapatkan melalui

studi literatur dari buku mengenai perilaku pembelian dan konsumsi, penelusuran

(33)

perilaku pembelian dan konsumsi suplemen makanan. Adapun kategori data dan

alat ukur penelitian disajikan pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1 Kategori data dan alat ukur penelitian

Jenis Data Variabel Skala Data

Sekunder Profil Kelurahan Tegal Gundil

dan Kelurahan Bantarjati

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

lebih mudah dipahami. Data yang dikumpulkan dari kuesioner diolah melalui

proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, dan analisis data. Untuk

menganalisis data dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif dan

inferensia. Pengukuran realibilitas alat ukur dilakukan uji Cronbach’s Alpha dan

pengukuran validitas dilakukan uji corrected inter-item.

Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data karakteristik

contoh (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kondisi fisiologis,

psikologis, kebiasaan), data proses pengambilan keputusan konsumen yang

mencakup pengenalan masalah (motivasi mengonsumsi, persepsi manfaat),

pencarian informasi (informasi internal dan eksternal yaitu pengetahuan dan

sumber informasi pribadi, komersil, publik, dan pengalaman), evaluasi alternatif

(pertimbangan memilih merek dan harga), keputusan pembelian (cara

memutuskan pembelian, bentuk promosi penjualan, tempat pembelian, orang yang

berpengaruh dalam pembelian, dan situasi pembelian), data perilaku pembelian

dan konsumsi suplemen makanan (jenis, bentuk, merek, pengeluaran untuk

(34)

Statistik inferensia yang digunakan adalah uji korelasi Pearson untuk mengetahui

hubungan antara usia, pendidikan, pendapatan, pengetahuan dengan perilaku

pembelian dan konsumsi suplemen makanan (frekuensi dan jumlah) dengan

pengujian menggunakan program software microsoft excel 2007 dan SPSS 16.0

for Windows.

Definisi Operasional

Bentuk konsumsi adalah klasifikasi suplemen berdasarkan wujud suplemen berupa kapsul, kaplet, tablet/pil, sirup/cair, serbuk, gel, tablet effervescent.

Frekuensi konsumsi adalah tingkat keseringan mengonsumsi satu merek terbanyak dari keseluruhan merek suplemen makanan yang dikonsumsi

selama satu bulan.

Frekuensi pembelian adalah tingkat keseringan membeli satu merek terbanyak dari keseluruhan merek suplemen makanan yang dibeli dalam hitungan satu

bulan .

Jenis Suplemen Makanan adalah klasifikasi suplemen makanan berdasarkan kandungannya yang diklasifikasikan menjadi multivitamin, sumber vitamin

C, sumber kalsium, sumber kalsium dan vitamin C dosis tinggi, sumber

vitamin E, sumber zat besi (Fe), sumber vitamin B, sumber energi, sumber

serat, dan nutrisi otak.

Jumlah konsumsi adalah kuantitas satu merek terbanyak suplemen makanan yang dikonsumsi oleh contoh menurut ukuran kemasan saji dalam satu

bulan.

Jumlah pembelian adalah kuantitas satu merek terbanyak suplemen makanan dari keseluruhan merek suplemen makanan yang dibeli dalam hitungan satu

bulan.

Kebiasaan makan adalah pola kebiasaan yang dilakukan oleh contoh dalam memakan makanan pokok yang terbagi menjadi makanan teratur dan makan

tidak teratur.

Kebiasaan merokok adalah kebiasaan yang dimiliki contoh apakah merokok atau tidak merokok.

(35)

Klaim adalah pernyataan mengenai manfaat kesehatan dari mengonsumsi suplemen makanan yang dinyatakan oleh produsen.

Merek konsumsi adalah nama dagang yang mengidentifikasikan produk suplemen makanan yang dikonsumsi.

Motivasi adalah rangsangan internal dan eksternal dalam mengonsumsi suplemen makanan.

Pekerjaan contoh adalah kegiatan yang dilakukan oleh contoh untuk memperoleh penghasilan baik dalam sektor formal (PNS, pegawai swasta,

pegawai BUMN, wiraswasta) termasuk di dalamnya pensiunan karena

masih mendapatkan penghasilan tetap, maupun sektor lainnya termasuk di

dalamnya ibu rumah tangga.

Pendidikan contoh adalah pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh dan ditamatkan contoh.

Pendapatan contoh adalah jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh contoh dan dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, yang

diperoleh dari usaha selama kurun waktu satu bulan dan dinyatakan dalam

Rp/bl.

Pengetahuan contoh adalah kemampuan contoh untuk memahami hal-hal yang berhubungan dengan informasi mengenai suplemen makanan yang sudah

tersimpan dalam memori contoh (internal) yang diukur berdasarkan

pertanyaan dalam kuesioner.

Pengeluaran suplemen adalah sejumlah nilai dalam rupiah yang harus dikeluarkan contoh untuk membeli suplemen makanan.

Persepsi adalah cara individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan informasi mengenai manfaat suplemen makanan

diharapkan.

Proses pengambilan keputusan adalah proses contoh dalam mengambil keputusan untuk mengonsumsi suplemen makanan yang dimulai dari

pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, dan keputusan

pembelian.

(36)

Sumber informasi adalah pencarian informasi eksternal yang dijadikan sumber informasi mengenai suplemen makanan seperti sumber pribadi (keluarga,

teman, tetangga, kenalan), sumber komersil (iklan, wiraniaga, penyalur),

sumber publik (media massa), sumber pengalaman (penanganan,

pengkajian, dan pemakaian produk).

Tempat pembelian adalah tempat contoh dalam memperoleh dan membeli suplemen makanan yang terdiri dari apotek/toko obat,

supermarket/minimarket, toko/warung, dan sales/distributor MLM,.

Tingkat stress adalah kondisi psikologis aktual yang dirasakan oleh contoh apakah sedang stress, agak stress, atau tidak stress.

Usia contoh adalah kategori umur contoh yang mengonsumsi suplemen makanan.

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati merupakan kelurahan yang terletak

di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat. Kelurahan Tegal Gundil

memiliki luas wilayah 198 ha dengan pemanfaatan untuk perumahan/pemukiman

sebanyak 169,5 ha, sedangkan Kelurahan Bantarjati memiliki luas wilayah 170 ha

dengan pemanfaatan untuk perumahan/pemukiman sebanyak 156,7 ha. Secara

administratif, Kelurahan Tegal Gundil memiliki 98 rukun tetangga (RT) dan 17

rukun warga (RW) dengan total penduduk sebanyak 26.096 jiwa. Komposisi

penduduknya sebanyak 12.980 jiwa laki-laki dan 13.116 jiwa perempuan dengan

kepadatan 131,8 per km2 dan jumlah kepala keluarga tercatat sebanyak 6.667 KK.

Kelurahan Bantarjati memiliki 72 RT dan 16 RW dengan total penduduk

sebanyak 19.412 jiwa. Komposisi penduduknya sebanyak 9.816 jiwa laki-laki dan

9.596 jiwa perempuan dengan kepadatan 43,6 per km2 dan jumlah kepala keluarga

tercatat sebanyak 4.257 KK.

Sebagian besar penduduk di Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati

memiliki mata pencaharian sebagai pegawai swasta, BUMN/BUMD, TNI, PNS,

pensiunan, wiraswasta/pedagang, dan POLRI. Tingkat pendidikan penduduk di

kelurahan ini sebagian besar tamat SLTA, tamat SLTP, tamat SD, Sarjana, dan

D3. Secara umum sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Tegal Gundil dan

Bantarjati terdiri dari sarana peribadatan, kesehatan, dan pendidikan. Sarana

peribadatan terdiri dari 36 masjid dan 26 mushola. Sarana kesehatan terdiri dari 2

rumah sakit bersalin, 2 puskesmas, 5 poliklinik, 13 apotek, 3 balai pengobatan

swasta, dan 3 rumah bersalin. Sarana pendidikan terdiri dari 2 play grup, 4 PAUD,

19 TK, 3 SD, 6 SLTP, 7 SLTA, 2 kejar paket B dan C, 1 PTS. Sedangkan sarana

dan prasarana untuk mendapatkan suplemen makanan terdiri dari 13 apotek/toko

(38)

Karakteristik Contoh

Usia. Menurut Papalia & Olds (2009) usia contoh merupakan lama hidup contoh. Hasil penelitian usia contoh menunjukkan bahwa kisaran usia contoh

berada pada usia 20-65 tahun dengan rata-rata sebesar 39 tahun. Persentase

terbesar usia contoh berada pada kategori dewasa awal sebesar 53,0 persen, hanya

sebagian kecil contoh saja (4,0%) yang berada pada usia dewasa akhir (Tabel 2).

Konsumen pada kategori usia berbeda memerlukan asupan nutrisi makanan yang

berbeda untuk menunjang aktivitasnya (Goldberg 1994).

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan usia

Kategori Usia Jumlah menyebabkan perbedaan dalam pola konsumsi. Hasil penelitian menunjukkan

lebih dari separuh contoh (52,0%) berjenis kelamin perempuan dan hampir

separuh contoh (48,0%) berjenis kelamin laki-laki (Tabel 3). Perempuan lebih

memilih suplemen makanan untuk penampilan/kecantikan sedangkan laki-laki

untuk menjaga stamina (Hidayat 2002).

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin

Kategori Jenis Kelamin Jumlah

n %

Laki-laki 48 48,0

Perempuan 52 52,0

Total 100 100,0

Pendidikan. Menurut Sumarwan (2004) tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang, bahkan

persepsinya terhadap suatu masalah. Hasil penelitian pendidikan contoh

menunjukkan lebih dari separuh contoh (54,0%) berpendidikan sarjana (17 tahun),

dan sebagian kecil contoh saja (4,0%) yang berpendidikan SLTP (9 tahun). Lama

(39)

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan memudahkan dalam menerima

informasi terkait gizi, sehingga lebih mudah untuk memutuskan memilih

makanan alami atau mengonsumsi suplemen makanan sebagai pemenuhan

kebutuhan nutrisinya (Hardinsyah 2002).

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan

Tingkat dan Lama Pendidikan Jumlah

n %

Pekerjaan. Menurut Kotler (2007) pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pola konsumsinya terhadap barang dan jasa tertentu. Pemasar

berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan tertentu yang memiliki minat

diatas rata-rata atas produk dan jasa. Hasil penelitian pekerjaan contoh

menunjukkan persentase terbesar adalah pegawai swasta (33,0%), dan sebagian

kecil contoh saja (1,0%) yang memiliki pekerjaan buruh dan pensiunan (Tabel 5).

Jenis pekerjaan tertentu menurut berat ringannya akan menentukan tingkat

kebutuhan tubuh terhadap asupan zat gizi (Widya Karya Nasional Pangan dan

Gizi V 1993).

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Jumlah

(40)

Pendapatan. Menurut Sumarwan (2004) pendapatan adalah sumberdaya material yang bisa membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan akan

menggambarkan besarnya daya beli seorang konsumen. Hasil penelitian

pendapatan contoh berkisar antara Rp600.000,00 hingga Rp25.000.000,00 dengan

rata-rata pendapatan contoh sebesar Rp5.635.000,00. Persentase terbesar

pendapatan contoh (38,0%) berada pada kisaran Rp1.000.000,00 hingga

Rp3.999.999,00 (Tabel 6).

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan

Pendapatan Contoh Jumlah

Kesehatan. Menurut Hardinsyah (2002) suplemen makanan merupakan produk yang digunakan untuk melengkapi makanan. Hasil penelitian kondisi

kesehatan contoh menunjukkan sebagian besar contoh (77,0%) berada dalam

kondisi sehat, hanya sebagian kecil contoh saja (4,0%) berada dalam kondisi sakit

(Tabel 7). Konsumsi suplemen makanan umumnya dikonsumsi oleh orang dalam

keadaan sehat yang berusaha untuk melengkapi kebutuhan akan vitamin, mineral,

protein guna mencukupi kebutuhan gizi (Chotimah 2003).

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kondisi kesehatan

Kondisi Kesehatan Jumlah

Kehamilan. Menurut Gershoff dan Whitney (1990) diacu dalam Chotimah (2003) perubahan fisiologis seperti hamil dan menyusui akan meningkatkan

kebutuhan zat gizi tertentu, terutama jika tidak makan dengan baik sehingga

(41)

menunjukkan hampir seluruh contoh (94,0%) berada dalam kondisi tidak hamil,

dan sebagian kecil contoh saja (3,0%) yang berada dalam kondisi hamil (Tabel 8).

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kondisi kehamilan

Kondisi Kehamilan Jumlah

n %

Tidak hamil 49 94,0

Hamil 3 6,0

Total 52 100,0

Tingkat Stress. Menurut Gunawan (2002) konsumsi suplemen dibutuhkan oleh tubuh jika kondisi tubuh selalu dituntut prima dengan pekerjaan yang sering

di luar batas kewajaran (lembur) dan stress berkepanjangan. Hasil penelitian

kondisi psikologis contoh menunjukkan sebagian besar contoh (80,0%) berada

dalam kondisi tidak stress, dan sebagian kecil contoh (1,0%) berada dalam kondisi

stress (Tabel 9).

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat stress

Tingkat Stress Jumlah

Kebiasaan Merokok. Menurut Gazali (2008) kebiasaan merokok yang dilakukan oleh banyak orang di Indonesia menjadi salah satu gaya hidup dan

budaya masyarakat. Hasil penelitian kebiasan merokok contoh menunjukkan

sebagian besar contoh (79,0%) memiliki kebiasaan tidak merokok, dan lebih dari

seperlima contoh saja (21,0%) yang memiliki kebiasaan merokok (Tabel 10).

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan merokok

Kebiasaan Merokok Jumlah

n %

Merokok 21 21,0

Tidak Merokok 79 79,0

Total 100 100,0

Kebiasaan Makan. Menurut Sanjur (1982) kebiasaan makan merupakan tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan terkait dengan

(42)

kebiasaan makan contoh menunjukkan hampir sebagian besar contoh (74,0%)

memiliki kebiasaan makan tidak teratur, dan lebih dari seperempat contoh

(26,0%) memiliki kebiasaan makan teratur (Tabel 11).

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan

Kebiasaan Makan Jumlah

n %

Makan teratur 26 26,0

Makan tidak teratur 74 74,0

Total 100 100,0

Riwayat Kesehatan. Menurut Khomsan (2002) riwayat kesehatan adalah situasi kesehatan yang dialami seseorang dan penyakit yang pernah diderita oleh

seseorang seiring dengan peningkatan usia. Hasil penelitian riwayat kesehatan

contoh menunjukkan hampir separuh contoh (47,0%) memiliki riwayat kesehatan

tidak berpenyakit dan sepertiga contoh (30,0%) memiliki riwayat kesehatan pada

kategori lainnya (Tabel 12).

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan riwayat kesehatan (n=100)

Riwayat Kesehatan Jumlah

n %

Tidak berpenyakit 47 47,0

Maag 12 12,0

Batuk/pilek 9 9,0

Tiphus 7 7,0

Demam berdarah 6 6,0

Lainnya* 30 30,0

*Lainnya : Cacar air, gastritis, vertigo, sakit kepala/migran, pendengaran, hipertensi, rematik, jantung, diabetes, liver, hepatitis, paru-paru, anemia, susah BAB/pencernaan, impaksi, usus buntu, radang tenggorokan, amandel, sakit gigi

Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen

Tindakan membeli yang dilakukan oleh konsumen tidak muncul begitu saja

tetapi melalui suatu rangkaian proses keputusan pembelian konsumen yang terdiri

dari beberapa tahapan, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi

alternatif, keputusan pembelian, perilaku purna pembelian (Kotler 2007).

Pengenalan Masalah. Menurut Kotler (2007) pengenalan masalah merupakan suatu proses saat konsumen menyadari adanya suatu kebutuhan yang

disebabkan adanya rangsangan internal maupun eksternal. Mowen dan Minor

(2003) menyebut rangsangan internal maupun eksternal ini dengan istilah

Gambar

Gambaran Umum Lokasi Penelitian.........................................................
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Perilaku Pembelian dan Konsumsi Produk Suplemen Makanan
Gambar 3.  Cara Penarikan Contoh
Tabel 1 Kategori data dan alat ukur penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) yang digagas oleh Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) Republik Indonesia dan dibangun di kawasan Pesisir Pandansimo Baru

 Menjawab pertanyaan yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan.  Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru

Pemberlakuan pajak ekspor terhadap suatu produk akan meningkatkan biaya ekspor dan dapat menyebabkan harga yang diterima oleh produsen domestik menjadi lebih

(2) Untuk melindungi hak setiap orang, badan hukum atau perkumpulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah Kota wajib melakukan penertiban penggunaan

KATA PENGANTAR Assalammu’alaikum Warramatullahi Wabarakatuh Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan

Setelah diketahui definisi syirkah menurut para ulama, kiranya dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan syirkah adalah kerja sama antara dua orang atau lebih

(5) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau oleh lembaga sertifikasi mandiri yang dibentuk oleh

Kompetensi Dasar Materi Pokok Hasil Belajar Indikator Pencapaian Hasil Belajar Pembelajaran Berekspresi sastra melalui kegiatan pembacaan puisi Pembacaan puisi