• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara administratif, Desa Tamiai termasuk dalam wilayah Kecamatan Batang Merangin, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Kabupaten Kerinci secara geografis terletak di antara 1o40’ LS - 2o26’ LS dan 101o08’ BT - 101o50’ BT (BPS 2011). Wilayah ini berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat di sebelah utara, Kabupaten Merangin di sebelah selatan, Kabupaten Bungo di sebelah timur, dan di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera Barat.

Secara administratif, Kabupaten Kerinci terdiri atas 12 kecamatan, 207 desa, dan dua kelurahan. Jumlah penduduk Kabupaten Kerinci pada Tahun 2010 adalah 229.495 jiwa. Sebagian besar penduduk (61,3%) di Kabupaten Kerinci bekerja di bidang pertanian. Salah satu komoditas utama dari Kabupaten Kerinci adalah kayu manis (Cinnamomum burmannii). Kayu manis ini ditanam pada lahan seluas 40.775 Ha dan dapat ditemukan di semua kecamatan yang ada di Kabupaten Kerinci. Kecamatan yang memiliki jumlah keluarga petani kayu manis terbanyak adalah Kecamatan Batang Merangin. Jumlah keluarga petani kayu manis di Kecamatan Batang Merangin adalah 2.378 KK dengan lahan seluas 10.692 Ha. Kecamatan Batang Merangin menempati urutan kedua jika dilihat dari luas ladang kayu manis. Urutan pertama ditempati oleh Kecamatan Gunung Raya yang memiliki ladang kayu manis seluas 11.196 Ha dengan jumlah keluarga petani kayu manis sebanyak 2.189 KK.

Kecamatan Batang Merangin terdiri atas 14 desa dengan pusat pemerintahan kecamatan adalah Desa Tamiai. Desa Tamiai dipimpin oleh seorang kepala desa dan dibantu oleh seorang sekretaris desa, tiga orang kepala urusan yakni bidang kemasyarakatan, pembangunan, dan pemerintahan, serta tujuh kepala dusun. Desa Tamiai memiliki tujuh dusun, yaitu Dusun Lamo, Sako Tengah, Sako Jauh, Kampung Lereng, Kampung Dalam, Koto Ipuh, dan Pintu Rimbo.

Desa Tamiai memiliki luas sebesar 7.650 Ha. Lebih dari tiga per empat luas wilayah Desa Tamiai merupakan lahan pertanian dan perkebunan yang meliputi 5.000 Ha ditanami kayu manis, 325 Ha ditanami kopi, 850 Ha ditanami

padi dan palawija, 17 Ha ditanami sayur mayur, 0,9 Ha ditanami buah-buahan, empat hektar ditanami tembakau, dan 0,5 Ha ditanami kelapa.

Penduduk Desa Tamiai berjumlah 3.131 jiwa yang terdiri atas 1.400 jiwa penduduk laki-laki dan 1.731 jiwa penduduk perempuan. Jumlah rumah tangga/KK di Desa Tamiai sebanyak 716 KK. Sebanyak 1.024 jiwa penduduk Desa Tamiai bermata pencaharian sebagai petani, 542 jiwa sebagai buruh tani, 31 jiwa sebagai pegawai negeri sipil, dan penduduk lainnya bekerja sebagai wiraswasta, tukang, dan juga bekerja di bidang jasa.

Seluruh penduduk yang ada di Desa Tamiai beragama Islam. Sarana untuk ibadah yang dimiliki Desa Tamiai adalah tiga buah masjid, lima buah langgar, dan tiga buah Taman Pendidikan Alqur’an (TPA). Selain itu, Desa Tamiai juga memiliki tiga kelompok majlis ta’lim dan satu kelompok remaja masjid. Kelompok ini biasanya mengadakan kegiatan setiap satu kali dalam seminggu. Sarana lain yang dimiliki oleh Desa Tamiai adalah sarana pendidikan (TK, SD, SMP, dan SMA) dan sarana kesehatan (puskesmas, pos KB, posyandu).

Karakteristik Contoh Karakteristik Keluarga Contoh

Tipe Keluarga. Berdasarkan tipenya, keluarga dibedakan menjadi keluarga inti (nuclear family) dan keluarga luas (extended family) (Berns 1997). Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Keluarga luas adalah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak, ditambah juga dengan kakek, nenek, paman, bibi, dan saudara lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga contoh (86%) merupakan keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Adapun sisanya yaitu kurang dari seperlima keluarga contoh (14%) merupakan keluarga luas (Tabel 2). Keluarga contoh ini dikatakan keluarga luas karena masih tinggal dengan kakek dan nenek dalam satu rumah.

Tabel 2 Sebaran keluarga contoh berdasarkan tipe keluarga

Tipe keluarga n %

Keluarga inti (nuclear family) 43 86,00

Keluarga luas (extended family) 7 14,00

Besar keluarga. Besar keluarga diukur berdasarkan jumlah anggota keluarga. Keluarga dikategorikan menjadi keluarga kecil (jumlah anggota keluarga kurang dari atau sama dengan empat orang), keluarga sedang (jumlah anggota keluarga lima sampai dengan enam orang), dan keluarga besar (jumlah anggota keluarga lebih dari atau sama dengan tujuh orang). Jumlah anggota keluarga contoh berada pada selang 3-9 orang. Rata-rata jumlah anggota keluarga contoh adalah 5,04 orang dengan standar deviasi sebesar 1,39 orang. Berdasarkan besar keluarga, lebih dari separuh keluarga contoh (54%) merupakan keluarga sedang (Tabel 3).

Jumlah anak terbanyak dalam keluarga contoh adalah enam orang. Kecenderungan keluarga contoh adalah ingin memiliki anak laki-laki dan perempuan. Jika anak pertama, kedua, ketiga, atau keempat berjenis kelamin laki- laki semuanya maka keluarga akan tetap menambah jumlah anak sampai dengan anak perempuan lahir. Demikian juga halnya jika anak pertama, kedua, ketiga, atau keempat berjenis kelamin perempuan semuanya maka keluarga akan tetap menambah jumlah anak sampai dengan anak laki-laki lahir.

Tabel 3 Sebaran keluarga contoh berdasarkan besar keluarga

Besar keluarga n %

Keluarga kecil (≤ 4 orang) 17 34,00

Keluarga sedang (5-6 orang) 27 54,00

Keluarga besar (≥ 7 orang) 6 12,00

Total 50 100,00

Usia Ayah dan Ibu. Menurut Papalia et al. (2009), usia ayah dan ibu dapat dikategorikan menjadi dewasa muda (20-40 tahun), dewasa madya (41-65 tahun), dan dewasa lanjut (≥65 tahun). Berdasarkan kategori usia, lebih dari dua per tiga ayah pada keluarga contoh (68%) merupakan dewasa madya (Tabel 4). Usia ayah berada pada selang 31-55 tahun. Rata-rata usia ayah pada keluarga contoh adalah 43,74 tahun dengan standar deviasi sebesar 6,56 tahun. Tabel 4 juga menunjukkan bahwa lebih dari dua per tiga ibu pada keluarga contoh (68%) tergolong dalam usia dewasa muda. Usia ibu berada pada selang 28-53 tahun. Rata-rata usia ibu pada keluarga contoh adalah 38,82 tahun dengan standar deviasi sebesar 5,76 tahun. Rata-rata usia ayah lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata usia ibu, artinya usia ibu lebih muda dibandingkan dengan usia ayah.

Tabel 4 Sebaran keluarga contoh berdasarkan usia ayah dan ibu

Kategori usia Ayah Ibu

n % n %

Dewasa muda (20-40 tahun) 16 32,00 34 68,00

Dewasa madya (41-65 tahun) 34 68,00 16 32,00

Dewasa lanjut (>65 tahun) 0 0,00 0 0,00

Total 50 100,00 50 100,00

Pendidikan Ayah dan Ibu. Pendidikan akan menentukan penguasan wawasan dan cara berfikir seseorang. Penelitian ini mengukur pendidikan berdasarkan pendidikan formal yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), dan perguruan tinggi. Secara umum, ayah pada keluarga contoh telah menempuh pendidikan selama enam hingga 14 tahun dengan pendidikan tertinggi adalah diploma tiga (D3). Ibu pada keluarga contoh juga telah menempuh pendidikan selama enam hingga 16 tahun dengan pendidikan tertinggi adalah strata satu (S1).

Lama sekolah terendah pada keluarga contoh baik ayah maupun ibu adalah enam tahun. Artinya, seluruh ayah dan ibu pada keluarga contoh telah menamatkan sekolah dasar (SD). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga ayah pada keluarga contoh (38%) telah menempuh pendidikan selama 12 tahun atau setara dengan SMA (Tabel 5). Rata-rata lama pendidikan ayah pada keluarga contoh adalah 9,40 tahun dengan standar deviasi sebesar 2,53 tahun.

Tabel 5 juga menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga ibu pada keluarga contoh (36%) menempuh pendidikan selama enam tahun atau setara dengan sekolah dasar (SD). Rata-rata lama pendidikan ibu pada keluarga contoh adalah 8,96 tahun dengan standar deviasi sebesar 2,66 tahun. Berdasarkan rata-rata, lama pendidikan ayah pada keluarga contoh sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan lama pendidikan ibu.

Tabel 5 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendidikan ayah dan ibu

Pendidikan Ayah Ibu

n % n %

SD/sederajat (0-6 tahun) 14 28,00 18 36,00

SMP/sederajat (7-9 tahun) 16 32,00 16 32,00

SMA/sederajat (10-12 tahun) 19 38,00 15 30,00 Perguruan tinggi (> 12 tahun) 1 2,00 1 2,00

Pekerjaan Ayah dan Ibu. Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang individu dalam mencari nafkah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh ayah pada keluarga contoh bekerja sebagai petani. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa empat per lima ibu dalam keluarga contoh (80%) bekerja sebagai petani. Keluarga contoh terdiri atas tiga jenis petani yaitu petani ladang, petani sawah, dan buruh tani. Jenis pekerjaan lain yang dilakukan oleh ibu pada keluarga contoh adalah pedagang. Ibu pada keluarga contoh membuka warung yang menjual kebutuhan rumah tangga, lontong, dan buah. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya ibu pada keluarga contoh (4%) yang tidak bekerja (Tabel 6). Alasannya adalah sakit dan kondisi fisik yang belum siap untuk bekerja setelah melahirkan.

Tabel 6 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pekerjaan utama ayah dan ibu

Jenis pekerjaan Ayah Ibu

n % n %

Tidak bekerja 0 0,00 2 4,00

Petani kayu manis 50 100,00 40 80,00

Pedagang 0 0,00 8 16,00

Total 50 100,00 50 100,00

Pendapatan Keluarga. Pendapatan adalah imbalan yang diterima oleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukannya. Pendapatan keluarga merupakan penjumlahan dari pendapatan setiap anggota keluarga. Data mengenai pendapatan keluarga sulit untuk diperoleh karena sebagian besar keluarga contoh bekerja sebagai petani. Seorang petani memiliki pendapatan yang tidak tetap setiap bulannya. Contohnya adalah petani kayu manis, petani sawah, dan buruh tani. Cara pengambilan data pendapatan keluarga yang bekerja sebagai petani kayu manis dilakukan dengan menanyakan jumlah hasil panen kulit kayu manis yang biasa diterima petani dalam satu masa panen. Setelah itu, jumlah hasil panen (Kg) dikalikan dengan harga kulit kayu manis (Rp6.000,00/Kg) dan dibagi dengan lama panen (tahun).

Cara yang sama juga digunakan untuk menghitung pendapatan keluarga yang bekerja sebagai petani sawah. Data dihitung dengan menanyakan jumlah hasil panen (kaleng) padi dalam satu kali panen. Selanjutnya, jumlah hasil panen dikalikan dengan harga padi (Rp40.000,00/kaleng) dan dibagi dengan lama panen (bulan). Data pendapatan keluarga contoh yang bekerja sebagai buruh tani

dihitung berdasarkan jumlah hari kerja dan selanjutnya dikalikan dengan upah buruh tani (Rp25.000,00/hari). Sebagian besar contoh menggunakan uang hasil bekerja sebagai buruh tani untuk membeli kebutuahan keluarga. Keluarga contoh (suami dan istri) biasanya bekerja sebagai buruh tani sebanyak empat sampai enam kali dalam satu minggu, sehingga dalam satu minggu keluarga contoh mendapatkan upah sebesar dua ratus ribu hingga tiga ratus ribu per minggu.

Rata-rata pendapatan keluarga contoh adalah Rp1.011.517,00/bulan dengan standar deviasi Rp277.189,00. Pendapatan terendah keluarga contoh adalah Rp550.000,00 per bulan sedangkan pendapatan tertinggi keluarga contoh adalah Rp2.243.000,00 per bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh keluarga contoh (58%) memiliki pendapatan keluarga yang berada pada rentang Rp500.000,00 hingga Rp999.999,00 per bulan (Tabel 7). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hanya ada satu keluarga contoh yang memiliki pendapatan di atas dua juta rupiah.

Tabel 7 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendapatan keluarga per bulan

Pendapatan keluarga (Rp/bulan) n %

<Rp500.000,00 0 0,00

Rp500.000,00 – Rp999.999,00 29 58,00

Rp1.000.000,00 – Rp1.999.999,00 20 40,00

>Rp2.000.000,00 1 2,00

Total 50 100,00

Pendapatan keluarga per bulan belum mencerminkan kemampuan konsumsi setiap anggota keluarga. Kemampuan konsumsi setiap anggota keluarga dapat digambarkan melalui pendapatan per kapita per bulan. Pendapatan keluarga per kapita per bulan diperoleh dari hasil pembagian antara pendapatan keluarga per bulan dengan jumlah anggota keluarga. Pendapatan keluarga per kapita per bulan dikategorikan berdasarkan garis kemiskinan Provinsi Jambi pada Tahun 2010 yaitu Rp193.834,00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan keluarga per kapita per bulan keluarga contoh berada pada selang Rp124.537,00– Rp448.750,00. Rata-rata pendapatan keluarga contoh adalah Rp207.936,45/kapita dengan standar deviasi sebesar Rp58.204,68. Berdasarkan pendapatan keluarga per kapita per bulan, lebih dari separuh keluarga contoh (56%) memiliki pendapatan keluarga per kapita per bulan kurang dari Rp193.834,00 (Tabel 8).

Tabel 8 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendapatan keluarga per kapita per bulan

Pendapatan keluarga (Rp/kapita/bulan) N %

≤Rp193.834,00 28 56,0

>Rp193.834,00 22 44,0

Total 50 100,0

Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan oleh keluarga contoh diketahui bahwa pendapatan keluarga contoh bersumber dari hasil ladang kayu manis, sawah, upah buruh tani, keuntungan dagang, dan pekerjaan lainnya (kepala desa, petugas kebersihan, dan “ojek”). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh pendapatan keluarga contoh (50,37%) bersumber dari buruh tani.

Keluarga contoh merupakan keluarga petani kayu manis, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi kayu manis dalam pendapatan keluarga contoh masih rendah yaitu sebesar 8,86 persen (Tabel 9). Rendahnya kontribusi kayu manis ini dalam pendapatan keluarga akibat dari kayu manis merupakan tanaman tahunan yang dipanen dalam waktu lama dan lahan yang dimiliki petani juga sempit sehingga jumlah hasil panen sedikit. Selain itu, harga jual kulit kayu manis murah sehingga pendapatan keluarga yang berasal dari kayu manis rendah. Tabel 9 Rataan pendapatan keluarga contoh per bulan berdasarkan sumber nafkah dan persentase kontribusi masing-masing sumber nafkah terhadap pendapatan total

Sumber nafkah Minimum (Rp/bulan) Maksimum (Rp/bulan) Rata-rata pendapatan keluarga (Rp/bulan) Kontribusi terhadap pendapatan total (%) Ladang kayu manis 30.000,00 343.750,00 89.650,00 8,86

Sawah 0,00 566.666,67 223.666,67 22,11

Upah buruh tani 0,00 1.000.000,00 509.500,00 50,37

Berdagang 0,00 1.000.000,00 128.700,00 12,72

Lain-lain 0,00 1.400.000,00 60.000,00 5,93

Total 1.011.516,67 100,00

Pengeluaran Keluarga. Pengeluaran keluarga adalah besarnya biaya yang dikeluarkan oleh keluarga untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan keluarga sehari-hari dibeli di pasar tradisional, warung, dan pedagang keliling. Pasar tradisional berlangsung hanya sekali dalam satu minggu yaitu pada hari kamis. Pengeluaran keluarga contoh berada pada selang Rp547.667,00-Rp2.235.500,00 per bulan dengan rata-rata sebesar Rp1.005.098,00/bulan dan standar deviasi

sebesar Rp276.387,00/bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga per lima keluarga contoh (60%) memiliki pengeluaran keluarga pada selang Rp500.000,00 hingga Rp999.999,00 per bulan (Tabel 10).

Tabel 10 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan

Pengeluaran keluarga (Rp/bulan) n %

<Rp500.000,00 0 0,00

Rp500.000,00 – Rp999.999,00 30 60,00

Rp1.000.000,00 – Rp1.999.999,00 19 38,00

≥Rp2.000.000,00 1 2,00

Total 50 100,00

Pengeluaran keluarga per bulan juga belum mencerminkan konsumsi untuk masing-masing anggota keluarga. Keluarga yang memiliki pengeluaran keluarga yang tinggi belum tentu memiliki pengeluaran per kapita yang tinggi. Hal ini bergantung pada jumlah anggota keluarga. Pengeluaran keluarga yang tinggi jika dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang banyak akan menghasilkan pengeluaran per kapita yang rendah. Ukuran yang mencerminkan kondisi pengeluaran keluarga adalah pengeluaran keluarga per kapita. Pengeluaran keluarga per kapita dapat dihitung dengan cara membagi jumlah pengeluaran keluarga dengan jumlah anggota keluarga.

Pengeluaran keluarga (Rp/kapita/bulan) dikategorikan berdasarkan garis kemiskinan Provinsi Jambi pada Tahun 2010 yaitu Rp193.834,00. Pengeluaran keluarga (Rp/kapita/bulan) berada pada selang Rp124.083,00–Rp447.100,00 dengan rata-rata sebesar Rp206.589,36 dan standar deviasi sebesar Rp57.916,36. Berdasarkan pengeluaran keluarga per kapita per bulan, lebih dari separuh keluarga contoh (56%) memiliki pengeluaran keluarga per kapita per bulan kurang dari Rp193.834,00 (Tabel 11).

Tabel 11 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per kapita per bulan

Pengeluaran keluarga (Rp/kapita/bulan) n %

≤Rp193.834,00 28 56,00

>Rp193.834,00 22 44,00

Total 50 100,00

Pengeluaran keluarga dapat dibedakan menjadi pengeluaran pangan dan pengeluaran bukan pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari

separuh pengeluaran keluarga contoh (55,69%) dialokasikan untuk pengeluaran pangan, sedangkan sisanya (44,31%) dialokasikan untuk pengeluaran bukan pangan (Tabel 12). Artinya, pengeluaran untuk kebutuhan pangan pada keluarga contoh lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran untuk kebutuhan bukan pangan.

Pengeluaran pangan adalah pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pangan, seperti makanan pokok, protein hewani, protein nabati, sayur mayur, buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbu-bumbu, tembakau dan sirih, dan kebutuhan pangan lainnya. Rataan pengeluaran pangan keluarga contoh (Rp/kapita/bulan) adalah Rp115.041,13. Sebagian besar pengeluaran pangan keluarga contoh dialokasikan untuk pembelian makanan pokok (beras) yakni sebesar 27,29 persen (Tabel 12).

Proporsi pengeluaran untuk pangan terendah dialokasikan untuk sayur mayur dan buah-buahan. Buah dan sayur yang biasa dikonsumsi diperoleh dari pasar tradisional dan hasil pemanfaatan pekarangan rumah dan ladang. Buah yang biasa dikonsumsi oleh keluarga contoh adalah pisang, pepaya, jambu, mangga, sirsak, cempedak, nanas, jeruk, durian, dan belimbing. Keluarga contoh juga mengkonsumsi sayuran, seperti kacang panjang, talas, terong, kangkung, labu siam, nangka, pare, rebung, selada, tekokak, genjer, dan jenis sayuran lainnya.

Pendapatan keluarga yang cukup rendah menyebabkan keluarga harus melakukan koping dalam mengkonsumsi pangan. Contohnya adalah bahan minuman dan rokok. Sebagian besar keluarga contoh memilih untuk mengkonsumsi “air kawa” sebagai pengganti teh dan kopi. “Air kawa” merupakan minuman yang terbuat dari rebusan daun kopi kering. “Air kawa” dibuat tanpa menggunakan gula pasir sehingga dengan mengganti teh dan kopi, keluarga contoh juga dapat menurunkan konsumsi gula pasir. Selain bahan minuman, koping juga dilakukan keluarga contoh pada rokok. Sebagian besar keluarga contoh mengkonsumsi rokok namun rokok yang dikonsumsi adalah rokok yang harganya murah. Ada juga keluarga contoh yang memilih untuk mengkonsumsi rokok nipah.

Pengeluaran bukan pangan adalah pengeluaran keluarga untuk memenuhi kebutuhan bukan pangan, seperti pengeluaran untuk kesehatan, pendidikan,

sandang, energi, perumahan, pajak, komunikasi, dan tabungan. Rataan pengeluaran bukan pangan keluarga contoh per kapita per bulan adalah sebesar Rp91.548,51. Proporsi terbesar pengeluaran bukan pangan pada keluarga contoh (16,85%) dialokasikan untuk pendidikan seperti SPP/BP3, transportasi anak, buku/alat tulis, seragam sekolah, dan uang saku (Tabel 12). Proporsi terbesar pengeluaran bukan pangan kedua adalah untuk energi (listrik, bensin, minyak tanah, dan gas) yaitu sebesar 8,02 persen.

Tabel 12 Rataan alokasi pengeluaran pangan dan bukan pangan per kapita per bulan dan persentase setiap komponen terhadap total pengeluaran

Pengeluaran keluarga Rp/bulan %

Pangan 1. Makanan pokok 56.368,10 27,29 2. Protein hewani 10.581,15 5,12 3. Protein nabati 8.225,46 3,98 4. Sayur mayur 1.141,62 0,55 5. Buah-buahan 2.816,95 1,36 6. Minyak goreng 10.107,74 4,89 7. Bahan minuman 4.678,17 2,26 8. Jajan 3.685,24 1,78 9. Rokok 6.913,06 3,35 10.Pangan lain 10.523,65 5,09 Total pangan 115.041,13 55,69 Bukan pangan 11.Kesehatan 4.377,58 2,12 12.Pendidikan 34.809,87 16,85 13. Sandang 13.754,73 6,66 14.Energi 16.564,33 8,02 15.Perumahan 1.291,56 0,63 16. Pajak 76,32 0,04 17.Komunikasi 4.862,86 2,35 18.Tabungan 15.811,27 7,65

Total bukan pangan 91.548,51 44,31

Total pengeluaran keluarga 206.589,64 100,00

Kepemilikan Aset. Aset adalah sumber daya keluarga yang bernilai ekonomi. Aset dapat dilihat melalui keadaan tempat tinggal, salah satunya adalah rumah yang ditempati oleh keluarga contoh. Rumah berdasarkan statusnya dapat dibedakan menjadi rumah milik sendiri, rumah kontrak/sewa, dan rumah milik

orang tua. Hampir seluruh keluarga contoh (90%) telah memiliki rumah sendiri (Tabel 13). Ada beberapa keluarga contoh yang masih tinggal di rumah orang tua dan rumah kontrak/sewa.

Rumah berdasarkan tipenya dapat dibedakan menjadi rumah permanen, rumah semipermanen, dan rumah nonpermanen. Keluarga contoh memiliki rumah yang cukup beragam. Berdasarkan tipe rumah, dua per lima keluarga contoh (42%) telah memiliki rumah permanen, namun masih ada seperempat keluarga contoh (26%) yang masih tinggal di rumah nonpermanen (Tabel 13).

Penerangan juga memiliki peranan penting dalam kehidupan keluarga. Sumber penerangan dari rumah dapat berasal dari listrik maupun bukan listrik. Listrik telah ada di Desa Tamiai, namun tidak semua masyarakat dapat menikmati listrik sebagai sumber penerangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seperlima keluarga contoh (20%) tidak menggunakan listrik sebagai sumber penerangan di rumahnya (Tabel 13).

Tabel 13 Sebaran keluarga contoh berdasarkan status kepemilikan rumah, tipe rumah, sumber penerangan, dan bahan bakar untuk memasak

Kondisi rumah n %

Status kepemilikan rumah

Rumah sendiri 45 90,00

Rumah kontrak 1 2,00

Rumah milik orang tua 4 8,00

Tipe rumah Permanen 21 42,00 Semipermanen 16 32,00 Nonpermanen 13 26,00 Sumber penerangan Listrik 40 80,00 Bukan listrik 10 20,00

Bahan bakar untuk memasak

Kayu bakar 43 86,00

Minyak tanah 5 10,00

Gas 2 4,00

Total 50 100,00

Bahan bakar untuk memasak yang digunakan oleh keluarga contoh adalah kayu bakar, minyak tanah, dan gas. Sebagian besar keluarga contoh (86%) memanfaatkan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak (Tabel 13). Kayu bakar ini tidak dibeli namun dicari di ladang dan hutan. Keluarga contoh masih belum siap untuk menggunakan kompor gas dan kompor minyak. Keluarga

contoh lebih memilih untuk menggunakan kayu bakar dibandingkan dengan gas dan minyak tanah karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk memperolehnya. Selain itu, keberadaan kayu bakar juga masih banyak seperti kayu dari pohon kayu manis yang telah diambil kulitnya. Sebagian keluarga contoh yang telah menggunakan kompor minyak juga masih menggunakan kayu bakar. Kayu bakar digunakan untuk memasak air.

Selain rumah, aset lain yang diukur dalam penelitian ini adalah kepemilikan ladang kayu manis. Sebagai seorang petani kayu manis, kepemilikan ladang kayu manis berperan penting. Seluruh keluarga contoh memiliki ladang kayu manis dengan luas yang berbeda. Luas ladang kayu manis keluarga contoh berada pada selang 0,50-5,50 Ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa separuh keluarga contoh (50%) memiliki ladang kayu manis yang luasnya adalah satu hingga tiga hektar (Tabel 14) dengan rata-rata luas ladang kayu manis adalah 1,23 Ha. Keluarga contoh yang memiliki ladang yang luasnya lebih dari tiga hektar sangat sedikit yakni hanya empat persen. Luas ladang kayu manis ini berkaitan dengan hasil yang diperoleh petani. Hasil panen juga sedikit jika luas lahan yang dimiliki sempit.

Jenis aset lain yang dimiliki oleh keluarga contoh adalah ternak. Jenis ternak yang dimiliki oleh keluarga contoh adalah sapi, ayam, dan itik. Keluarga contoh yang memiliki ternak sangat sedikit yakni kurang dari sepuluh persen (Tabel 14). Sebagian keluarga contoh juga memiliki kendaraan, seperti motor dan mobil. Keluarga contoh yang memiliki mobil sangat sedikit yakni hanya ada satu keluarga (2%), sedangkan motor dimiliki oleh seperlima keluarga contoh (22%) (Tabel 14). Berbeda halnya dengan kepemilikan ternak dan kendaraan, sebagian besar keluarga contoh telah memiliki alat elektronik seperti radio/tape, video/CD, handphone, dan televisi. Alat elektronik ini telah dimiliki oleh lebih dari dua per tiga keluarga contoh (Tabel 14).

Keluarga contoh juga memiliki mebel, seperti kursi tamu, meja makan, tempat tidur, lemari pakaian, dan lemari hias (Tabel 14). Hampir seluruh keluarga contoh (98%) telah memiliki tempat tidur dan lemari pakaian, sedangkan kursi tamu dan meja makan dimiliki hampir separuh keluarga contoh. Jenis mebel lain yang dimiliki oleh keluarga contoh adalah lemari hias. Lemari hias ini dimiliki

oleh lebih dari seperempat keluarga contoh (26%). Hasil penelitian juga menunjukkan ada satu keluarga contoh yang tidak memiliki tempat tidur dan lemari pakaian. Keluarga contoh ini tidur di atas papan yang dibuat seperti tempat

Dokumen terkait