• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kampung Adat Urug

Kampung Adat Urug merupakan kampung Suku Sunda yang masih memegang budaya turun temurun dari nenek moyang. Kampung ini berada di daerah Desa Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Kampung Adat Urug terbagi menjadi tiga wilayah yaitu Urug Lebak, Urug Tengah dan Urug Tonggoh. Kampung adat yang berada di lereng Pegunungan Halimun ini memiliki keadaan topologi yang berupa daerah perbukitan.

Batas wilayah Kampung Adat Urug yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Desa Harkatjaya, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kiarasari dan Desa Cisarua, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Nanggung dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Pasir Mandang. Kampung Adat Urug berada di dusun 2 Desa Kiarapandak dan terdiri dari empat RW dan 15 RT. Jarak tempuh Kampung Urug dari ibukota Provinsi Jawa Barat lebih kurang 165 Km ke arah barat. Jarak dari ibukota Kabupaten Bogor lebih kurang 48 Km, dari kota Kecamatan Sukajaya lebih kurang 6 Km, sedangkan dari kantor Desa Kiarapandak lebih kurang 1,2 Km.

Berdasarkan data potensi sumberdaya manusia tahun 2011, jumlah penduduk keluarga di Desa Kiarapandak adalah sebanyak 10.294 jiwa. Proporsi penduduk terbesar adalah laki-laki sebanyak 5.412 jiwa (52,6%) dan sisanya adalah penduduk perempuan yaitu sebanyak 4.882 jiwa (47,4%). Potensi sumberdaya alam yang dimiliki Desa Kiarapandak adalah pertanian, pertambangan emas dan perkebunan kepala sawit. Sumberdaya alam yang melimpah ini berdampak pada pekerjaan masyarakat yaitu sebagai petani, petambang emas liar, dan wiraswasta.

Masyarakat di kampung adat masih mempertahankan adat istiadat yang berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan salah satunya pada aspek pertanian. Pertanian yang menjadi inti kebudayaan dari masyarakat kampung adat ini sangat kental dengan nilai-nilai budaya baik berupa larangan, kebiasaan, dan anjuran. Larangan terkait bidang pertanian ini seperti larangan untuk melakukan tandur

sebelum ketua adat tandur serta larangan untuk memasak hasil pertanian atau memasak kue sebelum istri dari ketua adat memasak. Selain itu setiap hari minggu dan jumat tidak boleh mencangkul sawah dan setiap hari Senin dan Jumat tidak boleh menumbuk atau menjemur padi. Pada saat pertama kali menumbuk tidak diperbolehkan untuk berbicara.

Kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat yaitu menumbuk padi yang telah dipanen oleh istri. Setelah padi selesai ditumbuk, maka dilakukan pesta panen yang disebut seren tahun sebagai ungkapan rasa syukur. Inti acara seren tahun ini adalah ucapan doa kepada leluhur karena telah diberikan rezeki melalui padi. Acara yang menjadi hajat seluruh masyarakat Kampung Adat Urug dimeriahkan dengan makanan seperti kue yang berasal dari beras seperti ampyang, rengginang, renggining, ketan,

jipang dan lain-lain. Kue ini dibuat di setiap rumah dan dibagikan ke tetangga dan

kepada ketua adat. Selain itu setiap keluarga diharuskan membuat ameng berupa nasi yang disimpan di dalam boboko/wadah nasi dilengkapi dengan bakakak ayam yang sebelumnya telah disembelih secara bersamaan. Makanan yang telah diolah dari hasil panen harus didoakan terlebih dahulu sebelum dimakan. Kebersamaan yang begitu kental diantara masyarakat merupakan budaya paguyuban khas masyarakat pedesaan. Banyak nilai-nilai moral yang dapat dipelajari dari masyarakat adat tersebut yaitu saling berbagi, saling menghormati, keramahan, dan kekeluargaan.

Pengasuhan atau interaksi antara orang tua dengan anak juga dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya. Orang tua tidak hanya mengasuh anak, tapi juga mendidik anak mengenai budaya yang terus dipelihara dari generasi ke generasi. Orang tua mentransfer segala nilai-nilai dari leluruh serta menjaga anak untuk tidak melanggar semua aturan leluhur. Selain itu juga ada pengajaran yang khas untuk anak laki-laki dan perempuan, dimana perempuan sejak usia tujuh tahun sudah diajari mengenai pekerjaan domestik sedangkan anak laki-laki sudah diajari urusan publik terutama di bidang pertanian.

Selain dalam aspek pertanian, dalam hal pendidikan pun terdapat nilai-nilai budaya yang melekat. Masyarakat Kampung Adat Urug sudah memiliki kesadaran untuk menyekolahkan anaknya namun karena keterbatasan akses menuju sekolah

SMP dan SMA sehingga hampir seluruh masyarakat bersekolah sampai tingkat sekolah dasar. Selain itu pendidikan yang lebih diutamakan oleh masyarakat adalah pendidikan agama. Anak usia 7 tahun diperintahkan untuk ikut pengajian setelah dzuhur atau setelah maghrib. Hal ini karena anggapan bahwa setiap anak harus belajar mengenai ilmu agama. Selain itu masyarakat Kampung Adat Urug yang mayoritas beragama Islam, memiliki ritual keagamaan yang rutin dirayakan setiap tahun yaitu Muharam, Maulud Nabi dan Ruwah (Tabel 3).

Tabel 3 Deskripsi acara syukuran masyarakat di Kampung Adat Urug

Sumber : Hasil wawancara mendalam kepada Ketua Adat

Selain syukuran yang mencakup seluruh masyarakat terdapat syukuran yang khusus diselenggarakan oleh sebuah keluarga (Tabel 4). Hajatan atau syukuran ini membuat hubungan bermasyarakat di kampung adat menjadi lebih dekat, ketika terdapat salah satu warga yang melangsungkan hajatan, maka warga yang lain harus No Nama

syukuran

Deskripsi acara

1 Seren tahun Syukuran yang berlangsung setelah panen padi, dilakukan dengan mengucapkan doa/ziarah kepada leluhur sebagai rasa syukur, setelah itu seluruh keluarga membuat kue tradisional dan ameng (bakakak ayam). Biasanya seren tahun dimeriahkan dengan berbagai hiburan seperti jaipongan, layar tancep, dangdutan, drama sunda dan lain-lain. Acara ini membuat banyak pedagang dari dan tamu penjuru wilayah yang datang sehingga acara ini begitu semarak

2 Sedekah bumi

Sedekah bumi merupakan syukuran atas rezeki yang telah diberikan berupa seluruh hasil bumi baik padi, sayuran ataupun segala tanaman. Acara dilakukan dengan mengubur kepala kerbau di tanah. Selain itu setiap keluarga memasak dan dibagikan ke tetangga dan juga diserahkan kepada kepala adat

3 Ruwah Acara ini merupakan ritual keagamaan yang dimeriahkan dengan ceramah, dan kebiasaan masak-masak seperti acara lainnya dan dibagi-bagikan ke tetangga. Kemudian ada budaya untuk membuat nasi kuning.

4 Muharam Seperti acara keagamaan ruwah, muharam juga dimeriahkan dengan pengajian dan ceramah serta makanan yang dibuat oleh setiap keluarga. 5 Maulid

Nabi

Hari kelahiran Nabi Muhammad ini juga diselenggarakan dengan ceramah, pengajian, dan memasak makanan khas saat syukuran.

Pada Maulud nabi ini terdapat acara asrakal yaitu pembacaan doa-doa oleh paraji untuk membuat kalung yang dirajut dari benang berwarna hitam, kemudian diberikan untuk anak sejak lahir sampai usia 5 tahun agar menjaga anak dari gangguan setan.

mengirimi makanan kepada orang yang hajatan tersebut. Hal itu dilakukan bergantian sehingga bila ada sebuah keluarga yang melakukan hajatan maka ada iring-iringan tetangga yang mengirimkan makanan atau kue.

Tabel 4 Deskrispi acara syukuran keluarga di Kampung Adat Urug

Sumber : Hasil wawancara mendalam kepada Ketua Adat

Kebudayaan yang melekat pada setiap sendi-sendi kehidupan di Kampung Adat Urug ini juga tercermin pada aktivitas sehari-hari seperti saat makan, tidur, mandi, masak dan lain-lain. Begitu pula dengan hubungan antara orang tua dan anak yang diwarnai dengan budaya. Anak laki-laki atau anak perempuan lebih dekat dengan sosok ibu karena ibu yang bertugas untuk mengasuh anak dan memiliki interaksi yang lebih banyak dengan anak. Selain itu terdapat budaya untuk membuat anak melupakan ayahnya yang telah bercerai dengan ibu yaitu dengan cara membawa anak ke atas para atau atap rumah agar tidak ingat lagi dengan ayahnya. Tingkat perceraian yang cukup tinggi ini menjadi salah satu masalah yang terjadi dalam hubungan antara ayah dan anak.

No Nama

syukuran

Deskripsi acara

1 Pernikahan Pada setiap hajatan seluruh tetangga harus mengirimi makanan kepada keluarga yang melakukan hajatan. Meriahnya pernikahan sesuai dengan kemampuan setiap keluarga sehingga tidak ada budaya perkawinan yang mengharuskan keluarga mengeluarkan banyak biaya. 2 Empat

bulan kehamilan

Syukuran pada kehamilan yang berusia empat bulan dengan diadakan pengajian. Syukuran ini sesuai dengan ajaran agama Islam

3 Tujuh bulan kehamilan

Syukuran pada kehamilan yang berusia tujuh bulan dengan mengadakan pengajian dan membagikan rujak bagi tetangga

4 3 hari kelahiran

Setelah tiga hari setelah kelahiran dilakukan syukuran dan dilakukan pemotongan tali pusar bayi

5 40 hari kelahiran

Setelah empat puluh hari setelah kelahiran bayi dilakukan pengajian lalu bayi dicukur rambutnya, bila bayi perempuan maka dilakukan sunatan

6 Sunatan Syukuran saat anak laki-laki disunat (sesuai dengan kemampuan) 7 Tahlilan Seminggu kematian anggota keluarga dilakukan pengajian namun

bereda dengan hajatan lain, saat tahlilan tetangga diberi makanan atau uang.

Tabel 5 Larangan yang terkait dengan aktivitas sehari-hari di Kampung Adat Urug

Sumber : Hasil wawancara mendalam kepada Ketua Adat

Karakteristik Keluarga Usia Orang Tua

Usia orang tua pada penelitian ini mengacu pada pembagian usia menurut Papalia et al. (2009), dibagi menjadi tiga kategori yaitu diantaranya dewasa muda (18-40 tahun), dewasa madya (41-60), dan dewasa akhir (>60 tahun). Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata usia ayah yaitu 22-60 tahun sedangkan rata-rata usia ibu yaitu 20-47 tahun. Sebagian besar orang tua dalam kategori dewasa muda baik usia ayah (83,3%) maupun usia ibu (95%). Hal ini karena masyarakat di Kampung Adat Urug telah menikah pada usia 16-17 tahun.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan usia orang tua

Usia orang tua Ayah Ibu

n % n %

Dewasa muda (18-40 tahun) 50 83,3 57 95,0

Dewasa madya (41-60 tahun) 10 16,7 3 5,0

Dewasa akhir (>60 tahun) 0 0,0 0 0,0

Total 60 100,0 60 100,0

Min-Max (tahun) 22-60 20-47

Rata-rata±SD (tahun) 33,3 ± 8,2 27,9 ± 6,1

No Aktivitas Larangan

1 Makan - Tidak boleh makan saat magrib - Tidak boleh makan sambil berdiri - Tidak boleh makan sambil minum

- Tidak boleh menyisakan makanan nanti suaminya brewokan

2 Tidur - Posisi tidur yang tidak diperbolehkan yaitu menghadap ke timur karena itu adalah arah kebalikan dari arah kiblat, selain itu juga jangan menghadap ke selatan karena seperti arah mayat

3 Mandi - Dimandikan anak yang baru lahir dengan menggunakan air dingin agar kuat.

- Tidak boleh bergosip sambil mandi dipancuran 4 Masak - Tidak meninggalkan nasi saat ditanak

- Tidak boleh berhadapan lurus dengan tungku bagi perawan - Tidak boleh mengepit boboko (tempat nasi) diketiak 5 Saat

malam hari

- Tidak boleh ngebutkeun kain - Tidak boleh jemur pakaian - Tidak boleh menggunting kuku

Besar Keluarga

Besar keluarga dibagi menjadi tiga kategori menurut BKKBN yaitu, keluarga besar (≥ 8 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga kecil (≤ 4 orang). Sebanyak 53,3 persen anak berasal dari keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga ≤ 4 orang. Terdapat sebanyak 13,3 persen anak berasal dari keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga yang paling banyak adalah 12 orang (Gambar 3).

Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga.

Pendidikan Orang Tua

Pendidikan orang tua dilihat dari jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh oleh ayah dan ibu. Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat tiga perempat ayah dan ibu memiliki pendidikan terakhir SD. Sebanyak 18,3 persen ayah dan 21,7 persen ibu yang tidak tamat SD. Pendidikan yang paling tinggi ditempuh oleh ayah adalah SMA (3,3%), sedangkan pendidikan yang paling tinggi ditempuh ibu adalah SMP (3,3%). Dilihat dari nilai rata-rata pendidikannya, lama pendidikan ayah lebih tinggi (4,8 tahun) dibandingkan dengan pendidikan ibu yaitu (4,3 tahun).

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orang tua

Pendidikan orang tua Ayah Ibu

n % n %

Tidak tamat SD (≤ 5 tahun) 11 18,3 13 21,7

Tamat SD (6 tahun) 46 76,7 45 75,0

Tamat SMP (9 tahun) 1 1,7 2 3,3

Tamat SMA (12 tahun) 2 3,3 0 0,0

Total 60 100,0 60 100,0

Min-max (tahun) 0-12 0-10

Rata-rata±SD (tahun) 4,8 ± 2,5 4,3 ± 2,3

Keluarga kecil (<4 orang) Keluarga sedang (5-7 orang) Keluarga besar (>7 orang) 33,3%

53,3%

13,4%

Keluarga kecil (<4 orang) Keluarga sedang (5-7 orang) Keluarga besar (>7 orang)

Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan utama yang dilakukan orang tua yaitu sebagai petani, buruh tani, buruh bangunan, buruh tambang, wiraswasta/dagang, ABRI, becak/ojek/ sopir. Tabel 8 menunjukkan sebanyak 38,3 persen ayah bekerja sebagai wiraswasta atau dagang seperti dagang ikan basah, baso dan lain-lain. Selain sebagai wiraswasta, sebanyak 20 persen ayah yang bekerja sebagai petani, dan 15 persen bekerja sebagai buruh tambang emas baik legal ataupun ilegal yang biasa disebut sebagai gurandil.

Hampir tiga perempat ibu (73,3%) tidak bekerja dan sisanya bekerja sebagai petani untuk membantu suaminya atau bekerja sebagai pedagang sayuran. Mayoritas ibu yang tidak bekerja ini dikarenakan pandangan bahwa seorang wanita lebih dituntut untuk mengerjakan pekerjaan domestik, akan tetapi tidak terdapat larangan bagi wanita untuk membantu suaminya untuk menjadi petani (21,7%).

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua

Pekerjaan orang tua Ayah Ibu

n % n % Tidak bekerja 0 0,0 44 73,3 Petani 12 20,0 13 21,7 Buruh tani 3 5,0 1 1,7 Buruh bangunan 8 13,3 0 0,0 Buruh tambang 9 15,0 0 0,0 Wiraswasta/dagang 23 38,3 2 3,3 PNS/ABRI 1 1,7 0 0,0 Becak/ ojek/sopir 4 6,7 0 0,0 Total 60 100,0 60 100,0

Pendapatan Orang Tua

Berdasarkan Tabel 9, separuh ayah memiliki pendapatan berkisar dari Rp100.001 - Rp500.000. Rata-rata pendapatan ayah yaitu sebesar Rp798.000. Hampir seluruh ibu (96,7%) tidak memiliki pendapatan karena ibu tidak bekerja atau bekerja sebagai petani namun tidak memiliki penghasilan karena hasil dari sawah tersebut digunakan sebagai konsumsi keluarga. Terdapat 3,3 persen ibu yang memiliki pendapatan Rp2.000.000 – Rp3.000.000 dari pekerjaannya sebagai penjual sayur

keliling. Hampir separuh anak (46,7%) berasal dari keluarga dengan total pendapatan keluarga berkisar antara Rp100.001 - Rp500.000.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orang tua

Pendapatan orang tua Ayah Ibu Total

n % n % n % Rp 0- Rp 100.000 0 0,0 58 96,7 0 0,0 Rp 100.001 - Rp 500.000 30 50,0 0 0,0 28 46,7 Rp 500.001 - Rp 1.000.000 21 35,0 0 0,0 20 33,3 Rp 1.000.001 - Rp 2.000.000 6 10,0 0 0,0 5 8,3 Rp 2.000.001 - Rp 3.000.000 1 1,7 2 3,3 4 6,7 ≥ Rp 3.000.001 2 3,3 0 0,0 3 5,0 Total 60 100,0 60 100,0 60 100,0 Min-max (Rp) 150.000–5000.000 0 – 2.000.000 150.000-5.000.000 Rata-rata±SD (Rp) 798.000±762.900 154.000±543.500 900.000±851.900

Data BPS (2010) menunjukkan bahwa garis kemiskinan Kabupaten Bogor adalah sebesar Rp185.335 per kapita. Tabel 10 menunjukkan bahwa dua pertiga anak (66,6%) termasuk pada keluarga miskin dengan jumlah pendapatan perkapita kurang dari Rp185.335, sedangkan sisanya sebanyak 33,4 persen termasuk pada keluarga tidak miskin. Rentang pendapatan perkapita ini sangat lebar yaitu dari Rp 25.000 sampai Rp 1.000.000.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan perkapita

Pendapatan perkapita (Rp) n % < Rp 185.335 (miskin) 40 66,6 > Rp 185.335 (tidak miskin) 20 33,4 Total 60 100,0 Min-max (Rp) 25.000 – 1.000.000 Rata-rata±SD (Rp) 220.767,2 ± 211.558 Karakteristik Anak Jenis Kelamin dan Usia

Kisaran usia anak pada penelitian ini adalah usia 3-5 tahun yang termasuk pada kategori anak prasekolah. Tabel 11 menunjukkan bahwa separuh anak laki-laki

dan perempuan berusia 3 tahun (50% dan 43,3%). Sebanyak 46,7 persen berusia 3 tahun dan hanya 11,7 persen yang berusia 5 tahun.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin

Usia Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan Total

n % n % n % 3 Tahun 15 50,0 13 43,3 28 46, 7 4 Tahun 14 46,7 11 36,7 5 41, 7 5 Tahun 1 3,3 6 20,0 7 11, 7 Total 30 100,0 30 100,0 60 100,0 Urutan Kelahiran

Setiap anak dalam keluarga memiliki kedudukan masing-masing sesuai urutan kelahiran, yaitu anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu. Penelitian ini menunjukkan bahwa separuh anak laki-laki dan separuh anak perempuan merupakan anak bungsu. Sebanyak 51,7 persen dari keseluruhan anak termasuk anak bungsu atau anak terakhir dan sebanyak 8,3 persen anak yang termasuk anak tengah (Tabel 12).

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin

Urutan kelahiran Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan Total

n % n % n % Anak tunggal 9 30,0 8 26,7 17 28,3 Anak sulung 3 10,0 4 13,3 7 11,7 Anak tengah 3 10,0 1 3,3 5 8,3 Anak bungsu 15 50,0 17 56,7 31 51,7 Total 30 100,0 30 100,0 60 100,0

Riwayat Perkembangan Anak Riwayat Kehamilan

Riwayat kehamilan merupakan pengalaman ibu ketika mengandung anak. Riwayat kehamilan ini dilihat dari keadaan kesehatan, keadaan psikologis dan perilaku pengasuhan selama kehamilan. Tabel 13 menunjukkan bahwa keadaan kesehatan ibu selama kehamilan dilihat dari konsumsi ibu yang lebih banyak

memakan sayuran (83,3), namun masih sedikit ibu yang mengkonsumsi daging (51,7%) dan susu (31,7).

Keadaan kesehatan dapat dilihat melalui keadaan fisik ibu selama kehamilan. Terdapat 95 persen ibu hamil normal tanpa ada kelainan kehamilan, namun sebanyak 43,3 persen mengalami mual dan muntah selama kehamilan. Pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu indikator dari keadaan kesehatan ibu selama kehamilan. Sebanyak 86,7 persen ibu memeriksakan kehamilannya di posyandu, 66,7 persen ibu mendapatkan vitamin, dan 60 persen ibu mendapatkan imunisasi.

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan riwayat kehamilan

Riwayat kehamilan

Jumlah ibu menjawab

iya

n %

Keadaan kesehatan selama kehamilan

Ibu meningkatkan jumlah makan ketika kehamilan anak 32 53,3 Ibu lebih banyak makan daging selama kehamilan anak 31 51,7 Ibu lebih banyak makan sayuran selama kehamilan anak 50 83,3

Ibu minum susu selama kehamilan anak 19 31,7

Ibu mengkonsumsi vitamin untuk meningkatkan kesehatan 40 66,7 Ibu melakukan olahraga selama kehamilan 18 30,0 Ibu memeriksakan kondisi kehamilan kepada bidan di posyandu 52 86,7 Ibu diimunisasi tetanus ketika kehamilan anak 36 60,0 Ibu memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat) Ibu Hamil 24 40,0

Ibu hamil dalam keadaan normal 57 95,0

Ibu sering mual dan muntah selama kehamilan anak 26 43,3 Keadaan psikologi selama kehamilan

Ibu telah merencanakan kehamilan anak sebelumnya 38 63,3 Ibu merasa bahagia pada saat mengetahui kehamilan anak 54 90,0 Ibu merasa stres atau cemas selama kehamilan anak 39 65,0 Ibu menjadi lebih sering sedih selama kehamilan anak 38 63,3 Ibu merasa lelah karena beban kerja yang berat selama kehamilan anak 34 56,7 Ibu merasa takut atau khawatir selama kehamilan anak 36 60,0 Suami memberikan perhatian yang lebih saat ibu hamil 52 86,7 Keluarga besar memberikan perhatian yang lebih saat ibu hamil 51 85,0 Perilaku pengasuhan selama kehamilan

Ibu mengelus-elus perut ibu 50 83,3

Ibu mengajak berbicara anak didalam kandungannya 32 53,3 Ibu memijit payudara untuk persiapan menyusui 31 51,7 Ibu memperdengarkan solawat/ doa-doa saat kehamilan anak 54 90,0 Ibu mempersiapkan kebutuhan bayi sejak anak di dalam kandungan 22 36,7 Ibu mengadakan ritual khusus untuk anak saat hamil 56 93,3

Riwayat psikologis dilihat dari keadaan psikis ibu yang dirasakan selama kehamilan dan dukungan sosial dari pihak luar. Keadaan psikis yang dirasakan oleh ibu ketika kehamilan anak adalah bahagia (90%), stres atau cemas (65%), sedih (63,3%), cape atau lelah (56,7%) dan takut atau khawatir (60%). Sebanyak 63 persen ibu merencanakan kehamilan anak. Dukungan sosial yang didapatkan ibu selama kehamilan yaitu dari suami (86,7%) dan keluarga besar (85%).

Riwayat kehamilan juga dilihat dari perilaku pengasuhan yang dilakukan ibu selama mengandung anak seperti mengelus-elus perut (83,3%), memperdengarkan doa/ solawat (90%) dan berbicara dengan janin (53,3%). Hampir seluruh ibu mengadakan ritual khusus untuk anak pada usia kehamilan 4 dan 7 bulan. Perilaku pengasuhan juga meliputi persiapan yang dilakukan oleh ibu, separuh ibu memijit payudara untuk mempersiapkan menyusui dan satu pertiga ibu mempersiapkan kebutuhan bayi sejak dalam kandungan (Lampiran 1).

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan kategori riwayat kehamilan

Tabel 14 menunjukkan bahwa keadaan kesehatan selama kehamilan termasuk pada kategori kurang (48,3%), sedangkan keadaan psikologi ibu selama kehamilan termasuk pada kategori baik (41,7%). Perilaku pengasuhan selama kehamilan tersebar pada tiga kategori yaitu kurang (33,3%), sedang (33,3%), dan baik (33,3%). Secara keseluruhan, riwayat kehamilan ibu termasuk pada kategori sedang (71,7%), artinya ibu selama kehamilan memiliki riwayat kesehatan yang cukup baik, pelayanan bidan yang cukup baik, memakan makanan yang cukup bergizi seperti sayuran, memiliki

Kategori Riwayat kehamilan Keadaan kesehatan selama kehamilan Keadaan psikologi selama kehamilan Perilaku pengasuhan selama kehamilan Total n % n % n % n % Kurang (<60%) 29 48,3 17 28,3 20 33,4 15 25,0 Sedang (60%-80%) 19 31,7 18 30,0 20 33,3 43 71,7 Baik (>80%) 12 20,0 25 41,7 20 33,3 2 3,3 Total 60 100,0 60 100,0 60 100,0 60 100,0 Rata-rata±SD (%) 56,6 ± 18,8 69,4 ± 24,5 67,5 ± 19,2 63,3 ± 12,0

psikologis yang positif, dukungan yang besar dari suami dan keluarga, dan memiliki interaksi yang intim dengan anak selama kehamilan.

Riwayat Persalinan Jenis persalinan

Menurut Hurlock (1980), jenis persalinan terdiri atas persalinan normal, persalinan sungsang, persalinan melintang, persalinan menggunakan alat dan persalinan caesar. Tabel 15 menunjukkan bahwa sebagian besar persalinan anak yaitu persalinan normal (98,3%). Terdapat satu ibu yang mengalami persalinan sungsang dan dibantu oleh paraji.

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan jenis persalinan

Proses Persalinan

Menurut Nurdianti (2010), gangguan atau kelainan persalinan diantaranya

adalah plasenta previa (pusar melilit), distosia (kelambatan persalinan), ketuban pecah dini, dan anoxia (kesulitan bernafas). Gambar 4 menunjukkan mengenai kelainan persalinan yang dialami anak. Sebagian besar anak tidak mengalami kelainan (83%) dan sisanya mengalami kelainan berupa ketuban pecah dini (12%),

distosia (3%), dan plasenta previa (2%).

Pendarahan n %

Persalinan normal 59 98,3

Persalinan sungsang 1 1,7

Persalinan melintang 0 0,0

Persalinan menggunakan alat 0 0,0

Persalinan caesar 0 0,0

Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan proses persalinan.

Jasa Persalinan

Jasa persalinan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di Kampung Adat Urug untuk membantu persalinan yaitu menggunakan paraji (83,3%). Terdapat 8,3 persen anak yang dilahirkan dengan bantuan bidan karena mengalami kesulitan kehamilan dan sulit ditangani oleh paraji. Sebanyak 8,3 persen anak dilahirkan sendiri oleh ibu tanpa dibantu oleh jasa persalinan (Gambar5).

Gambar 5 Sebaran contoh berdasarkan jasa yang membantu persalinan.

Usia Kehamilan

Berdasarkan usia kehamilan, persalinan dapat dibedakan menjadi persalinan prematur, matur dan postmatur. Sebagian besar anak lahir matur yaitu dilahirkan pada usia kehamilan 37-42 minggu (90%) dan terdapat 6,67 persen anak yang lahir

83,0%

12,0%

3,0% 2,0%

Tidak ada kelainan Ketuban pecah dini

Distosia Placenta Previa 83,4% 8,3% 8,3% Paraji Bidan Sendiri

prematur atau persalinan yang terjadi belum pada waktunya yaitu pada usia kehamilan 20-37 minggu. Sisanya sebanyak 3,3 persen anak lahir postmatur yaitu kehamilan melewati waktu 294 hari atau 42 minggu (Gambar 6).

Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan usia kelahiran.

Lama proses persalinan

Lama proses persalinan merupakan salah satu indikator kelainan saat proses persalinan. Berdasarkan Tabel 16, terdapat 70 persen ibu yang lama proses persalinannya kurang dari enam jam dan terdapat 8,3 persen ibu yang lama proses persalinannya lebih dari 12 jam. Lama proses persalinan yang paling singkat yaitu setengah jam dengan mengalami persalinan sendiri.

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan lama proses persalinan

Berat Lahir

Berat lahir bayi merupakan hal yang penting untuk melihat derajat kesehatan bayi. Berat lahir bayi yang rendah merupakan salah satu gangguan atau kelainan saat kelahiran yaitu bayi yang memiliki berat badan kurang dari 2,5 kg ketika lahir.

Lama proses persalinan n %

< 6 jam 42 70,0 6-12 jam 13 21,7 >12 jam 5 8,3 Total 60 100,0 Min-max (jam) 0,5 – 48 Rata-rata±SD (jam) 5,88 ± 6,99 Prematur (<37 minggu) Matur (37-42 minggu) Postmatur (>42 minggu 6,7% 90,0% 3,3%

Gambar 7 menunjukkan bahwa 30 persen anak memiliki berat di bawah 2,5 kg saat lahir sedangkan sisanya memiliki berat lahir yang normal atau lebih dari 2,5 kg.

Gambar 7 Sebaran contoh berdasarkan berat bayi lahir.

Riwayat Pemberian ASI

Riwayat pemberian ASI dibedakan menjadi kuantitas pemberian ASI dan kualitas interaksi ibu dan anak selama menyusui. Kuantitas pemberian ASI ibu dilihat dari jumlah, frekuensi, lama dan jenis ASI yang diberikan ibu. Berdasarkan Tabel 17, tidak ada ibu yang melakukan inisiasi dini. Tidak adanya ibu yang

Dokumen terkait