• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN RIWAYAT PERKEMBANGAN ANAK, SENSITIVITAS DAN KELEKATAN IBU TERHADAP ANAK USIA 3-5 TAHUN DI KAMPUNG ADAT URUG, KABUPATEN BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN RIWAYAT PERKEMBANGAN ANAK, SENSITIVITAS DAN KELEKATAN IBU TERHADAP ANAK USIA 3-5 TAHUN DI KAMPUNG ADAT URUG, KABUPATEN BOGOR"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN RIWAYAT PERKEMBANGAN ANAK, SENSITIVITAS DAN KELEKATAN IBU TERHADAP ANAK USIA 3-5 TAHUN

DI KAMPUNG ADAT URUG, KABUPATEN BOGOR

ANGGY NURMALASARI SUKARDI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

(2)

Anggy Nurmalasari Sukardi. Study of Child’s Development History, Mother’s Sensitivity and Attachment of Children (3-5 Years Old) at Kampung Adat Urug, Bogor Regency. Supervised by Dwi Hastuti and Neti Hernawati

This study aimed at analyze the child’s development history, mother’s sensitivity and attachment of children (3-5 years old) at Kampung Adat Urug, Kiarapandak Village, Sukajaya Subdistrict, Bogor Regency. This research involved 60 samples that were selected with proportional random sample. Data collected by interviewing mother and observationing child with questionnaire. Child’s development history consist of pregnant history, birth history and breastfeeding history. Mother’s sensitivity consist of facial expression, vocal expression, affection expression, position and physical contact, and discipline control. Mother’s sensitivity was measured by CARE-Index (Child Adult Relational Experimental Index). Attachment was measured by Attachment Q-Sort, consist of exploratory behaviors, affection response, dan social cognition. There were significant relationship between family size to pregnant history; mother education and family income to breastfeeding history; family size, gender, and family income to mother’s sensitivity. There were significant relationship between pregnant history and birth history, to mother’s sensitivity; pregnant history and birth history to attachment; mother’s sensitivity to attachment.

Keywords : child’s development history, mother’s sensitivity, attachment, Kampung Adat Urug ABSTRAK

ANGGY NURMALASARI SUKARDI. Kajian Riwayat Perkembangan Anak, Sensitivitas Ibu dan Kelekatan Anak Usia 3-5 Tahun di Kampung Adat Urug, Kabupaten Bogor. Dibawah bimbingan DWI HASTUTI dan NETI HERNAWATI

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis riwayat perkembangan anak, sensitivitas ibu dan kelekatan anak usia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug, Desa Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Penelitian ini melibatkan 60 anak yang dipilih secara acak proporsional. Data dikumpulkan melalui wawancara kepada ibu dan observasi kepada anak dengan menggunakan kuesioner. Riwayat perkembangan anak terdiri dari riwayat kehamilan, riwayat persalinan, dan riwayat pemberian ASI. Sensitivitas ibu terdiri dari ekspresi wajah, ekspresi bicara, ekspresi kasih sayang, posisi dan kontak fisik serta pengendalian disiplin. Sensitivitas ibu diukur dengan CARE-Index (Child Adult Relational Experimental CARE-Index). Kelekatan diukur dengan Attachment Q-Sort, yang terdiri dari perilaku eksplorasi, respon kasih sayang, dan kesadaran sosial. Terdapat hubungan yang signifikan antara besar keluarga dengan riwayat kehamilan; pendidikan ibu dan pendapatan dengan riwayat pemberian ASI; jenis kelamin, besar keluarga, dan pendapatan dengan sensitivitas ibu. Terdapat hubungan signifikan antara riwayat kehamilan dan riwayat persalinan, dengan sensitivitas ibu; riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dengan kelekatan; sensitivitas ibu dengan kelekatan.

(3)

RINGKASAN

ANGGY NURMALASARI. Kajian Riwayat Perkembangan Anak, Sensitivitas

dan Kelekatan Ibu terhadap Anak Usia 3-5 Tahun di Kampung Adat Urug, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DWI HASTUTI dan NETI HERNAWATI.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi riwayat perkembangan anak, sensitivitas ibu dan kelekatan anak usia dini (3-5 tahun) di Kampung Adat Urug yang memiliki keunikan budaya Suku Sunda yang masih dilestarikan dari generasi ke generasi. Secara khusus, penelitian ini bertujuan : (1) mengidentifikasi riwayat perkembangan anak, sensitivitas ibu dan kelekatan anak, (2) menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dengan riwayat perkembangan anak, (3) menganalisis hubungan antara karakteristik anak dan karakteristik keluarga dengan sensitivitas ibu, (4) menganalisis hubungan riwayat perkembangan anak dengan sensitivitas ibu, (5) menganalisis hubungan antara riwayat perkembangan anak dan sensitivitas ibu dengan kelekatan anak.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study dan

Retrospective. Pemilihan wilayah dilakukan secara purposive dan dilakukan di

Kampung Adat Urug, Desa Kiara Pandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Waktu pengumpulan data dilaksanakan mulai April sampai Mei 2011. Contoh merupakan ibu dan anak. Anak yang menjadi contoh merupakan anak berusia 3-5 tahun sedangkan ibu yang menjadi contoh merupakan pengasuh utama dari anak dan memiliki keluarga utuh di Kampung Adat Urug. Contoh dipilih secara Proportional Random Sampling pada tiga wilayah yaitu Urug Lebak, Urug Tengah dan Urug Tonggoh, dengan total contoh sebanyak 60 anak yang terdiri dari 30 anak laki-laki dan 30 anak perempuan. Responden dalam penelitian ini ibu yang memiliki anak berusia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug.

Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi terhadap contoh dengan alat bantu kuesioner yang meliputi data karakteristik keluarga; karakteristik anak; riwayat perkembangan anak yang terdiri dari tiga dimensi yaitu riwayat kehamilan riwayat persalinan, riwayat pemberian ASI; sensitivitas ibu saat ini yang terdiri dari dimensi ekspresi wajah, ekspresi bicara, posisi dan kontak fisik, ekspresi kasih sayang, dan pengendalian disiplin menggunakan kuesioner CARE-Index dengan terdiri dari 25 pertanyaan (α=0,862); dan kelekatan yang terdiri dari tiga dimensi yaitu perilaku eksplorasi, respon kasih sayang dan kesadaran sosial menggunakan kuesioner Attachment Q-Sort yang terdiri dari 30 pertanyaan (α=0,713). Data sekunder dalam penelitian meliputi jumlah penduduk Kampung Adat Urug, monografi desa. Sebelumnya kuesioner telah diukur validitas dan realibilitasnya. Kemudian data primer yang diperoleh selanjutnya diolah melalui proses editing, coding, scoring, entrying, cleaning data, dan analisis data. Data primer dianalisis secara statistik dan deskriptif (uji korelasi Pearson dan uji chisquare).

Sebagian besar memiliki keadaan kesehatan ibu selama kehamilan termasuk katagori kurang artinya ibu kurang mendapatkan pelayanan bidan, kurang memakan makanan yang bergizi, kurang berolahraga dan kurang memiliki kesehatan yang baik selama kehamilan. Presentasi terbesar ibu memiliki keadaan psikologis yang baik artinya ibu memiliki psikologis yang positif seperti bahagia,

(4)

Sebagian besar anak dilahirkan secara normal dengan bantuan paraji atau dukun terlatih. Kelainan persalinan yang terjadi yaitu ketuban pecah dini, placenta

previa, dan distosia. Selain itu terdapat anak yang lahir prematur (6,7%) dan

postmatur (3,3%). Sebanyak 30 persen anak yang lahir dengan BBLR dengan berat di bawah 2,5 kg. Terkait riwayat pemberian ASI, seluruh ibu tidak melakukan inisiasi menyusui dini dan tidak memberian ASI secara ekslusif karena ibu memberikan prelaktal kepada anak (85%) dan hanya separuh ibu yang memberikan kolostrum. Kualitas pemberian ASI termasuk dalam kategori baik artinya ibu sering mengelus-elus kepala, mengobrol, menimang-nimang, mencium kening dan menatap mata anak saat menyusui anaknya.

Sensitivitas ibu termasuk pada kategori sedang artinya ibu terkadang mengekspresikan emosi positifnya melalui ekspresi wajah dengan tersenyum, memandang anak saat berbicara, menunjukkan ekspresi kasih sayang dengan memeluk, merangkul, menggandeng anaknya pada saat berjalan, dilain pihak terkadang jika ibu kesal maka ibu menunjukkan ekspresi marah, menggunakan nada suara yang tinggi, jarang mengungkapkan kasih sayang secara verbal dan membatasi anaknya dengan kekerasan baik verbal atau fisik. Sebagian anak memiliki kelekatan yang aman artinya anak mampu mengeksplorasi lingkungannya saat ibunya tidak ada, anak menunjukkan ekspresi kasih sayang baik pada ibu, orang asing atau secara simbolik dengan permainan dan anak mampu membina hubungan yang dekat dengan orang asing yang tidak dikenal.

Berdasarkan uji korelasi terdapat hubungan signifikan negatif antara besar keluarga dengan riwayat kehamilan artinya semakin banyak jumlah anggota keluarga maka riwayat kehamilan akan semakin kurang. Terdapat hubungan signifikan positif antara pendidikan ibu dengan riwayat pemberian ASI artinya semakin tinggi pendidikan ibu maka riwayat pemberian ASI akan semakin baik. Pendapatan hubungan signifikan negatif dengan riwayat pemberian ASI artinya semakin tinggi pendapatan maka riwayat pemberian ASI akan semakin kurang.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara sensitivitas ibu dengan jenis kelamin. Berdasarkan uji korelasi terdapat hubungan signifikan negatif antara sensitivitas ibu dengan besar keluarga artinya semakin banyak jumlah anggota keluarga maka sensitivitas ibu akan semakin rendah. Terdapat hubungan signifikan positif antara sensitivitas ibu dengan pendapatan artinya semakin tinggi pendapatan maka sensitivitas ibu akan semakin tinggi.

Sensitivitas ibu berhubungan signifikan positif dengan riwayat kehamilan artinya semakin baik riwayat kehamilan maka sensitivitas ibu akan semakin tinggi. Terdapat hubungan signifikan negatif antara sensitivitas ibu dan riwayat persalinan artinya semakin baik riwayat persalinan maka sensitivitas ibu akan semakin rendah. Riwayat kehamilan juga berhubungan positif signifikan dengan kelekatan semakin baik riwayat kehamilan maka kelekatan akan semakin aman, sedangkan riwayat persalinan memiliki hubungan negatif signifikan dengan kelekatan artinya semakin baik riwayat persalinan maka kelekatan akan semakin tidak aman. Sensitivitas dan kelekatan memiliki hubungan signifikan positif artinya semakin tinggi sensitivitas ibu maka kelekatan antara ibu dan anak semakin aman.

(5)

KAJIAN RIWAYAT PERKEMBANGAN ANAK, SENSITIVITAS DAN KELEKATAN IBU TERHADAP ANAK USIA 3-5 TAHUN

DI KAMPUNG ADAT URUG, BOGOR

ANGGY NURMALASARI SUKARDI

Skripsi

sebagai syarat untuk dapat memperoleh gelar

Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian dan seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

(7)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi bahwa Kajian Riwayat Perkembangan Anak, Sensitivitas dan Kelekatan Ibu terhadap Anak Usia 3-5 Tahun di Kampung Adat Urug, Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2011

Anggy Nurmalasari Sukardi

(8)

Judul Skripsi : Kajian Riwayat Perkembangan Anak, Sensitivitas dan Kelekatan Ibu terhadap Anak Usia 3-5 Tahun di Kampung Adat Urug, Kabupaten Bogor

Nama : Anggy Nurmalasari

NIM : I24070005

Menyetujui,

Tanggal disetujui :

Dosen Pembimbing I

Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc NIP. 19641113 199003 2 002

Dosen Pembimbing II

Neti Hernawati, SP, M.Si NIP. 19790104 200501 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen,

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc NIP. 19630714 198703 1 002

(9)

PRAKATA

Alhamdulillah Wa Syukurillah Wa Subhannallah Hu Allahu Akbar. Syukur

yang tiada tara terucap atas Hidayah, Inayah dan Maunah yang diberikan kepada Allah SWT yang telah memberkati penulis dalam penyusunan skripsi ini. Saya juga bermaksud untuk menghaturkan ucapan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc sebagai pembimbing skripsi sekaligus pembimbing akademik yang terus memberikan bimbingan dan saran selama penulisan skripsi, serta memberikan semangat dan nasihat yang sangat berarti.

2. Neti Hernawati SP, M.Si sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak masukan dan perbaikan yang positif dalam penyelesaian skripsi

3. Alfiasari SP, M.Si sebagai pemandu seminar yang telah memberikan masukan yang sangat berarti untuk menyempurkan skripsi ini.

4. Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS sebagai dosen penguji. Terimakasih telah memberikan koreksi dan masukan yang sangat berarti untuk penulis.

5. Ibu Euis, Bapak Momom, Neng Ipar, Abah kolot, para kader, Bu Bidan, aparat Desa Kiarapandak dan Kecamatan Sukajaya dan seluruh masyarakat Kampung Adat Urug yang telah berjasa dalam pencarian data.

6. Bapak Mamiek Sukardi S.Ag, M.MPd dan Ibu Surtini sebagai orang tua yang telah mendukung dan memotivasi penulis untuk terus berkarya dan berpretasi. terimakasih pula pada M. Dwi Anggara dan Norma Maulita Puspitasari.

7. Hepi Katon Prasetyo, S.IP yang telah banyak berkorban dan membantu selama empat tahun perkuliahan dan penyusunan skripsi. Tanpa semangat dan dukungannya penulis tidak mampu berjuang sendiri.

8. Teman-teman seperjuangan Mustika Dewanggi dan Cefti Lia Permatasari sebagai teman dalam penelitian payung.

9. Puspita Herawati, Elmanora, Gilar, Sri Wahyuningsih, Mely Maria, Umu Rosidah, Nur Rochimah, Lia Nurjanah, Nadia Nandana, Restu, Anita, Restystika, Husfani, Miss Meydina, Miss Lia dan Miss Dita serta segenap keluarga besar Labschool Pendidikan Karakter IPB-ISFA (Indonesia

Singapore Friendship Association) atas bantuannya dan semangatnya.

Bogor, September 2011 Anggy Nurmalasari

(10)

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Perumusan Masalah ... 4 Tujuan Penelitian ... 6 Kegunaan Penelitian ... 7 Kelekatan ... 9 Sensitivitas Ibu ... 12

Riwayat Perkembangan Anak... 13

Faktor yang Berhubungan dengan Sensitivitas Ibu ... 16

Faktor yang Berhubungan dengan Kelekatan ... 19

KERANGKA PEMIKIRAN ... 21

METODE PENELITIAN ... 25

Desain Penelitian ... 25

Cara Pemilihan Contoh ... 25

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 26

Definisi Operasional ... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

Riwayat Perkembangan Anak... 41

Sensitivitas Ibu ... 49

Kelekatan ... 52

Hubungan antara Karakteristik Keluarga dan Anak dengan Sensitivitas Ibu ... 55

Hubungan antara Riwayat Perkembangan Anak dan Sensitivitas Ibu ... 59

Hubungan antara Riwayat Perkembangan Anak dan Kelekatan ... 62

Hubungan antara Sensitivitas Ibu dan Kelekatan ... 65

Pembahasan ... 66

SIMPULAN DAN SARAN ... 77

(11)

DAFTAR TABEL

Hal

1 Ciri umum dan ciri khusus kelekatan berdasarkan usia anak…………... 11

2 Jenis dan cara pengambilan data .………. 27

3 Deskripsi acara syukuran masyarakat di Kampung Adat Urug ……….. 35

4 Deskripsi acara syukuran keluarga di Kampung Adat Urug ………..…. 36

5 Larangan yang terkait aktivitas sehari-hari di Kampung Adat Urug…... 37

6 Sebaran contoh berdasarkan usia orang tua……….. 37

7 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orang tua……….. 38

8 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua………. 39

9 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orang tua……….. 40

10 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan perkapita ………. 40

11 Sebaran contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin ………... 41

12 Sebaran contoh berdasarkkan urutan lahir dan jenis kelamin…………. 41

13 Sebaran contoh berdasarkan riwayat kehamilan……….. 42

14 Sebaran contoh berdasarkan kategori riwayat kehamilan……… 43

15 Sebaran contoh berdasarkan jenis persalinan………... 44

16 Sebaran contoh berdasarkan lama proses persalinan……….…………... 46

17 Sebaran contoh berdasarkan riwayat pemberian ASI……….. 48

18 Sebaran contoh berdasarkan sensitivitas ibu……….... 50

19 Sebaran contoh berdasarkan kategori sensitivitas ibu……….. 52

20 Sebaran contoh berdasarkan kelekatan ibu dengan anak………. 53

21 Hasil uji korelasi Pearson karakteristik keluarga dan riwayat perkembangan anak……….. 55

22 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan sensitivitas ibu………... 56

23 Sebaran contoh berdasarkan usia anak dan sensitivitas ibu………..…... 56

24 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan sensitivitas ibu………. 57

25 Sebaran contoh berdasarkan usia ibu dan sensitivitas ibu……… 57

26 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan ibu dan sensitivitas ibu………. 58

27 Sebaran contoh berdasarkan status pekerjaan ibu dan sensitivitas ibu……….. 58

28 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan dan sensitivitas ibu …………. 59

29 Hasil uji korelasi Pearson karakteristik keluarga dan sensitivitas ibu….. 59

(12)

31 Rata-rata sensitivitas ibu berdasarkan riwayat persalinan……… 61

32 Sebaran contoh berdasarkan riwayat pemberian ASI dan sensitivitas ibu……….. 61

33 Hasil uji korelasi Pearson riwayat perkembangan anak dan sensitivitas ibu ……….... 62 34 Sebaran contoh berdasarkan riwayat kehamilan dan kelekatan ……….. 62

35 Rata-rata kelekatan berdasarkan riwayat persalinan……… 63

36 Sebaran contoh berdasarkan riwayat pemberian ASI dan kelekatan…… 64

37 Hasil uji korelasi Pearson riwayat perkembangan anak dan kelekatan… 64 38 Hasil uji korelasi Pearson sensitivitas ibu dan kelekatan………. 65

39 Sebaran contoh berdasarkan sensitivitas ibu dan kelekatan………. 65

DAFTAR GAMBAR Hal 1 Kerangka pemikiran……….……… 23

2 Cara pemilihan contoh………….………. 26

3 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga ………... 38

4 Sebaran contoh berdasarkan proses persalinan ………... 45

5 Sebaran contoh berdasarkan jasa yang membantu persalinan ………… 45

6 Sebaran contoh berdasarkan usia kehamilan ……….. 46

7 Sebaran contoh berdasarkan berat bayi lahir ……….. 47

8 Sebaran contoh berdasarkan kategori riwayat pemberian ASI………… 49

9 Sebaran contoh berdasarkan kategori kelekatan ………. 54

DAFTAR LAMPIRAN Hal 1 Sebaran contoh berdasarkan riwayat kehamilan ………….……… 86

2 Sebaran contoh berdasarkan sensitivitas ibu…..……….. 87

3 Sebaran contoh berdasarkan kelekatan emosi... 88

4 Hasil uji korelasi Pearson ……… 90

5 Sebaran contoh budaya yang terkait dengan riwayat perkembangan anak ………. 91 6 Dokumentasi penelitian……… 92

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia merupakan bangsa yang dianugerahi sumberdaya alam yang melimpah. Posisi wilayahnya strategis, yakni sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.504 pulau dan memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Selain itu Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung berapi dan 130 di antaranya termasuk gunung berapi aktif. Indonesia memiliki biodiversitas yang sangat beragam dan tanah subur makmur. Wilayah strategis ini berimplikasi pada kebhinekaan yang tercermin dari kemajemukan budaya pada berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia (Simamora 2010). Menurut survei mengenai jumlah suku di Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, diketahui bahwa Indonesia terdiri atas 1.128 suku bangsa.

Indahnya keberagaman budaya ini lambat laun terkikis di tengah globalisasi yang menjunjung modernisasi di segala bidang. Nilai-nilai mulai bergeser seiring dengan masuknya budaya asing yang menggantikan kearifan lokal yang sedari dulu dijunjung tinggi oleh nenek moyang (Budiyanta 2008). Suku Sunda merupakan salah satu suku terbesar di Indonesia yang telah terkikis originalitasnya. Derasnya pengaruh budaya luar dan banyaknya pendatang menjadi faktor pudarnya budaya di Suku Sunda.

Di tengah arus modernisasi pada Suku Sunda tersebut, ternyata masih terdapat salah satu kampung yang tetap mempertahankan kebudayaan asli Suku Sunda yaitu Kampung Adat Urug yang berada di daerah Desa Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Kampung adat yang berada di lereng Pegunungan Halimun ini memegang teguh budaya Suku Sunda hingga saat ini. Identitas diri masih melekat tercermin dari berbagai unsur kebudayaan seperti kekerabatan, kemasyarakatan, bangunan, bahasa, pekerjaan dan lain-lain (Hakim 2010).

Kampung Adat Urug yang terus menjaga warisan leluhur ini menjadikannya sebagai sisa peradaban masa silam berdirinya Kota Bogor. Hal ini tercermin dari nilai-nilai tradisi masih dipertahankan masyarakat dan diturunkan dari generasi ke generasi. Keyakinan di Kampung Adat Urug ini tidak hanya dipertahankan oleh

(14)

orang dewasa, tapi juga ditanamkan sejak dini pada anak-anak melalui interaksi antara orang tua dan anaknya.

Menurut Brooks (2001), budaya membentuk perilaku orang tua, dari nilai-nilai universal yang orang tua ajarkan pada aspek konkrit di kehidupan sehari-hari. Identitas terhadap etnik ditanamkan sejak anak balita (bawah lima tahun) yaitu saat anak belajar pertama kalinya untuk mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari suatu suku. Hajar (2007) menuturkan bahwa pengasuhan anak merupakan bagian dari sosialisasi nilai dan norma dalam keluarga agar pola-pola budaya tetap melekat dalam kehidupan sosial kelompoknya.

Budaya yang terus dipertahankan ini akan membentuk suatu pola yang khas dari generasi ke generasi seperti pola ikatan antara anak dengan orang tua atau tokoh khusus seperti ibu. Ikatan emosi yang terbentuk antara anak dan orang tua sebagai figur pengasuh oleh Bowlby (1951) disebut sebagai kelekatan atau

attachment (Yunita 2009). Demulder et al. (2000); Fadilla (2004); Gribble (2006); memaparkan bahwa pengalaman awal kelekatan dari pengasuh utama, dipercaya menjadi bentuk prototype atau internal working model yang berpengaruh pada pola perilaku dan perkembangan anak kelak. Apabila pola kelekatan ini telah terbentuk sejak awal pada suatu budaya tertentu maka akan mempengaruhi kelekatan pada generasi berikutnya sehingga membentuk internal working model masyarakat secara keseluruhan.

Menurut Ainsworth (1978) diacu dalam Santrock (1997), pada tahun pertama dalam kehidupan, kelekatan yang aman menjadi pondasi penting perkembangan anak selanjutnya. Brooks (2001); Ijzendoorn et al. (2004); Kinasih (2010) menyatakan bahwa manfaat positif dari kelekatan yang aman pada anak balita yaitu meningkatkannya kemandirian, kompetensi sosial, dan self esteem. Kelekatan yang aman ini tidak hanya terbentuk dengan sendirinya melainkan melalui proses yang panjang dari mulai masa kehamilan. Menurut Neuman (1990) diacu dalam Hastuti (2006), kedekatan emosi ibu anak ini dimulai pada masa prenatal yaitu pada saat anak mulai dikandung ibu dalam rahimnya hingga anak berusia 24 bulan, suatu masa yang disebutnya sebagai primal relationship.

Masa kehamilan merupakan masa yang penting, mengingat bahwa masa ini merupakan masa yang esensial untuk memahami pola perkembangan manusia

(15)

pada tahapan selanjutnya. Periode ini adalah periode yang terpenting dari semua periode dalam rentang kehidupan manusia karena pada masa ini sifat-sifat bawaan seorang manusia diturunkan. Oleh karena itu kondisi yang baik di dalam tubuh ibu akan menunjang perkembangan sifat-sifat bawaannya (Papalia et al. 2009).

Setelah janin berkembang sempurna dan akhirnya mampu bertahan di luar kandungan maka masuklah pada masa kelahiran. Peristiwa kelahiran ini berhubungan erat dengan keberhasilan anak dalam melakukan penyesuaian dengan lingkungannya (Papalia et al. 2009). Vasta et al. (1999); Illingworth (1974) menyatakan bahwa lebih dari 90 persen bayi lahir dengan sehat dan normal sedangkan sisanya mengalami permasalahan dalam kelahiran yang berdampak pada berkurangnya prestasi anak, kesulitan membaca, berkurangnya konsentrasi, emosi labil, dan perilaku yang berubah-ubah.

Setelah melalui proses kelahiran anak memasuki masa bayi neonatal (Papalia et al. 2009). Pada masa ini hal yang paling penting dilakukan adalah melakukan inisiasi pemberian ASI. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kontak yang dilakukan ibu pada satu jam pertama setelah melahirkan akan memberikan pengalaman mendasar pada anak. Ibu yang segera didekatkan pada bayi seusai melahirkan akan menunjukkan perhatian yang lebih besar dibandingkan ibu-ibu yang tidak melakukannya dan membentuk kelekatan dengan bayinya (Ervika 2005).

Interaksi ibu dengan anaknya pada masa kehamilan, persalinan dan pemberian ASI sangat berkaitan erat dengan budaya setempat. Kepercayaan tradisional yang dapat mempengaruhi perlakuan orang tua kepada anak dimulai dari masa kehamilan. Selain itu masyarakat tradisional yang masih memegang teguh budaya memiliki keunikan persalinan. Praktek pemberian ASI juga tidak terlepas dari pengaruh budaya yang membentuk perilaku ibu dalam menyusui (Small 1998); (Vasta et al. 1999).

Interaksi ibu dan anak terus berlanjut melalui pengasuhan yang dibentuk oleh budaya. Pengasuhan yang menentukan terbentuknya kelekatan ibu dan anak adalah sensitivitas (Brook 2001). Kemppinen (2007) menunjukkan bahwa sikap orang tua dalam mengasuh anak, dilihat dari cara orang tua yang sensitif dalam memenuhi kebutuhan anak, sehingga membentuk suatu kelekatan antara anak

(16)

dengan orang tua sebagai figur pengasuh. Ibu yang sensitif membantu anak untuk mengatur keadaan positif, meningkatkan kemampuan kognitif dan bahasa. Ibu yang tidak sensitif terhadap kebutuhan anak akan menyebabkan berbagai permasalahan yang berdampak pada keadaan anak di masa yang akan datang seperti masalah perilaku dan kemampuan kerjasama yang rendah. Hasil penelitian Mills (2007) dan Ijzendoorn et al. (2004) menunjukkan bahwa ibu yang sensitif akan membentuk kelekatan yang aman sedangkan ibu yang tidak sensitif memiliki anak dengan kelekatan yang tidak aman.

Berbagai hal dipaparkan di atas berkaitan dengan kelekatan, riwayat perkembangan anak mulai dari kehamilan, persalinan dan pemberian ASI serta sensitivitas ibu dengan latarbekakang budaya yang khas. Maka penelitian ini mencoba untuk mengkaji kembali hubungan antara sensitivitas ibu dengan kelekatan berdasarkan penelitian terdahulu serta menambahkan variabel riwayat perkembangan anak sebagai faktor pembentuk kelekatan antara ibu dan anak. Secara khusus penelitian ini mengangkat permasalahan tersebut dengan latar belakang budaya yang khas dan unik di Kampung Adat Urug.

Perumusan Masalah

Usia 3-5 tahun merupakan masa-masa Golden Age, dimana anak mencapai kondisi puncak dalam perkembangannya dan intervensi yang diberikan pada usia ini akan melekat dengan kuat. Masa ini sering juga disebut masa kritis karena pertumbuhan dan perkembangan memerlukan perhatian khusus (Megawangi 2007). Pengalaman yang diterima anak pada periode ini merupakan aspek dasar dalam pembentukan kelekatan antara anak dengan pengasuh utamanya. Orang tua memiliki tugas untuk membangun kelekatan yang aman dan kompetensi sosial anak. Tujuan utama dalam pengasuhan adalah membentuk kelekatan yang aman (Brook 2001). Kelekatan sangat penting, bukan hanya untuk bertahan hidup tapi juga karena sebagai perkembangan adaptasi pribadi di sepanjang kehidupan (Greenberg et al. 1990).

Menurut Santrock (1997), kelekatan awal pada anak sangat penting karena berhubungan dengan perilaku sosial anak dalam perkembangannya kemudian hari. Anak dengan kelekatan yang aman akan mengalami sedikit masalah, melakukan

(17)

interaksi yang baik dan melakukan koping terhadap stres. Menurut Aline (2008), sebaliknya kelekatan yang tidak aman dapat mempengaruhi perkembangan otak yang berdampak negatif pada interaksi dengan orang lain, rasa percaya diri, pengendalian diri, kemampuan untuk belajar, mencapai kesehatan mental dan fisik yang optimal.

Permasalahan kelekatan ini berkaitan dengan internal working model terbentuk pada kelekatan awal masa kanak-kanak yang berpengaruh pada pola perilaku dan perkembangan anak kelak. Sayangnya masih banyak anak yang tidak dapat membentuk kelekatan yang aman, sesuai dengan penelitian Latifah et al. (2009) di Bogor menunjukkan hasil bahwa anak yang memiliki kelekatan yang aman sebanyak 36,04 persen sedangkan anak yang memiliki kelekatan yang tidak aman yaitu 63,96 persen.

Kelekatan antara ibu dan anak terjalin melalui proses yang panjang dimulai sejak periode kehamilan. Menurut Papalia et al. (2009), banyak sekali bahaya yang terjadi pada periode prenatal ini yaitu bahaya fisik dan bahaya psikologi seperti kepercayaan tradisional. Kepercayaan dapat mempengaruhi perlakuan orang tua kepada anak selama kehamilan. Selanjutnya masa kritis dalam kehidupan manusia adalah proses kelahiran. Proses kelahiran juga memberikan dampak pada ikatan yang dialami oleh ibu dan anak. Menurut Suririnah (2007), terdapat 5-10 persen ibu yang mengalami kehamilan dan persalinan dengan resiko tinggi sehingga diperlukan persiapan diri dengan memperhatikan perawatan selama periode kritis tersebut. Menurut Papalia et al. (2009), pengalaman dari kehamilan dan persalinan yang kurang baik dapat menentukan penyesuaian anak dalam berinteraksi dengan dunia luar khususnya ibu dan berdampak negatif pada kelekatannya dengan ibu.

Masa-masa penting setelah kelahiran adalah masa bayi dimana anak masih memiliki ketergantungan dengan ibu karena tidak berdaya dalam memenuhi kebutuhannya sendiri (Papalia et al. 2009). Oleh karena itu ibu berkewajiban untuk memberikan makanan kepada bayi melalui proses menyusui. Pemberian ASI merupakan proses interaksi antara ibu dan anak yang dapat mengembangkan tingkah laku lekat karena dalam proses ini terjadi kontak fisik yang disertai upaya untuk me mbangun hubungan psikologis antara ibu dan anak (Ervika 2005).

(18)

Sayangnya berdasarkan hasil survei demografi dan kesehatan pada tahun 2007, hanya 18 persen ibu di Indonesia memberi air susu ibu (ASI) eksklusif selama empat hingga lima bulan. Persentase itu jauh dari target nasional yaitu 80 persen.

Kelekatan juga terbentuk dari pengasuhan yang sensitif. Ibu yang sensitif, responsif, hangat, dan menerima akan membentuk dasar rasa aman bagi anak. Pengalaman yang membentuk kelekatan yang aman akan membuat anak memiliki kerangka pikir positif untuk mengetahui dunia. Sayangnya banyak ibu yang kurang sensitif merespon kebutuhan anak (Brooks 2001).

Berbagai permasalahan di atas mengenai riwayat perkembangan anak, sensitivitas ibu dan kelekatan ini diwarnai dengan kekhasan budaya yang terjadi pada beberapa daerah tertentu. Salah satunya yaitu di Kampung Adat Urug yang memiliki masyarakat yang terus berpegang teguh kepada adat istiadat dan memegang keteladanan kesundaan. Pengaruh budaya ini akan membentuk suatu keunikan khas pada hubungan antara ibu dan anak di Kampung Adat Urug.

Sesuai dengan pemaparan permasalahan di atas, maka pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana riwayat perkembangan anak, sensitivitas dan kelekatan ibu dan anak di Kampung Adat Urug?

2. Bagaimana hubungan antara karakteristik keluarga dengan riwayat perkembangan anak di Kampung Adat Urug?

3. Bagaimana hubungan antara karakteristik keluarga dan karakteristik anak dengan sensitivitas ibu di Kampung Adat Urug?

4. Bagaimana hubungan riwayat perkembangan anak dengan sensitivitas ibu dan kelekatan di Kampung Adat Urug?

5. Bagaimana hubungan antara sensitivitas ibu dengan kelekatan ibu dan anak di Kampung Adat Urug?

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini untuk mengidentifikasi riwayat perkembangan anak (riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan riwayat pemberian ASI) sensitivitas ibu dan kelekatan anak usia dini (3-5 tahun) di Kampung Adat Urug

(19)

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi riwayat perkembangan anak, sensitivitas ibu dan kelekatan ibu dan anak

2. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dengan riwayat perkembangan anak

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dan karakteristik anak dengan sensitivitas ibu

4. Menganalisis hubungan riwayat perkembangan anak dengan sensitivitas ibu dan kelekatan

5. Menganalisis hubungan antara sensitivitas ibu dan kelekatan ibu dan anak

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk peneliti agar mengasah kepekaan untuk mencari tahu kebenaran dari suatu realita yang ada di masyarakat serta melatih peneliti untuk dapat menganalisis secara logis dan empiris. Bagi institusi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan berguna untuk mengembangkan teori khususnya di bidang pengasuhan dan kelekatan pada anak. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat untuk masyarakat dalam menyajikan informasi yang berharga tentang pentingnya persiapan kehamilan, persalinan dan pemberian ASI serta pengasuhan yang sensitif untuk menghasilkan kelekatan yang memberikan rasa aman kepada anak. Selanjutnya bagi lembaga non pemerintah atau pemerintah, informasi yang diperoleh dapat bermanfaat dalam sosialisasi tentang pentingnya menjaga kehamilan, inisiasi ASI dan pemberian ASI eksklusif serta pengasuhan anak.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA Kelekatan

Kelekatan adalah pertalian afeksi kasih sayang yang mempersatukan satu orang dengan yang lain pada setiap waktu dan tempat (Gribble 2006). Brooks (2001); Yunita (2009) juga menyatakan bahwa kelekatan merupakan ikatan psikologis yang kuat pada seseorang yang menjadi sumber rasa aman dan memberikan dukungan emosi. Dirunut dari bahasa psikologi perkembangan, kelekatan adalah hubungan antara figur sosial yang istimewa yang merefleksikan karakteristik unik dari suatu hubungan. Kesimpulannya kelekatan adalah ikatan emosional yang dekat antara anak dan pengasuh (Santrock 1997).

Kelekatan tidak hanya hubungan yang sementara melainkan hubungan yang berlangsung lama (Santrock 1997). Kelekatan didukung oleh tingkah laku lekat yang dirancang untuk memelihara hubungan tersebut. Tingkah laku lekat adalah beberapa bentuk perilaku yang dihasilkan dari usaha seseorang untuk mempertahankan kedekatan dengan seseorang yang dianggap mampu memberikan perlindungan dari ancaman lingkungan terutama saat seseorang merasa takut, sakit, dan terancam (Durkin 1995 diacu dalam Ervika 2005).

Kelekatan terjadi melalui proses interaksi terus-menerus antara anak dan ibu yang bersifat saling mencintai dan saling memenuhi secara emosional dan saling membutuhkan (Small 1998). Kelekatan ibu dan anak terjadi karena ada kecenderungan pada manusia untuk membentuk ikatan afeksional yang kuat terhadap orang-orang tertentu. Kelekatan dapat dipandang sebagai proses homeostatis yang digunakan untuk mempertahankan kontak dengan orang-orang yang memberikan rasa aman (Fadilla 2004). Ciri-ciri yang menunjukkan kelekatan adalah hubungan bertahan cukup lama, ikatan tetap ada walaupun figur lekat tidak tampak dalam jangkauan mata anak (Ervika 2005).

Kelekatan pada awal masa kehidupan akan membangun internal working

model. Anak membangun model kerja tentang apa yang diharapkan dari sang ibu.

Selama ibu memberi respon yang sama, model tersebut bertahan. Bila tingkah laku ibu berubah secara konsisten maka anak akan merevisi model tersebut dan perasaan aman anak mungkin berubah (Papalia et al. 2009).

(21)

Teori kelekatan

Teori kelekatan menjelaskan dasar-dasar ikatan afeksional seseorang dengan orang lain (Favila 1998). Berlandaskan pernyataan Erikson mengenai hubungan antara ibu dan anak maka berkembanglah teori kelekatan. Teori ini dipelopori Bowlby (1951) yang berasal dari penelitiannya terhadap hewan dalam melihat perkembangan secara evolusi. Menurut Bowlby (1951) diacu dalam Damon (1998), teori kelekatan merupakan kombinasi beberapa teori yaitu :

1. Teori etologi menyatakan adanya kesamaan tingkah laku sejak lahir pada semua jenis spesies yang berasal dari faktor biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tingkah laku mengekor/imprinting merupakan mekanisme yang kuat dalam keterikatan seorang terhadap ibunya. Tingkah laku mengekor ini sama dengan yang dilakukan bayi yang disebut kelekatan. 2. Teori evolusi biologi menyatakan bahwa kelekatan timbul dari beberapa tipe

sistem perilaku untuk bertahan sebagai adaptasi biologi sehingga memotivasi anak untuk mencari orang dewasa di dekatnya untuk menjadi pelindung sehingga memberikan rasa aman, khususnya saat keadaan tertekan dan bahaya. Sistem perilaku ini menentukan perilaku eksplorasi.

3. Teori kontrol sistem menyatakan bahwa perilaku kelekatan adalah sesuatu cara mencari perlindungan pada pengasuhnya dengan cara memberikan sinyal menangis, merangkak, melekat dan cara lain. Kelekatan merupakan perkembangan anak dalam mempelajari pemahaman sosial.

Periode Kelekatan

Tujuan utama pengasuhan pada periode usia dini yaitu membentuk kelekatan yang aman (Brooks 2001). Menurut Hastuti (2006), ikatan yang kuat antara pengasuh dan anak terbentuk pada masa kritis sehingga akan sulit untuk dilupakan. Usia balita (bawah lima tahun) merupakan masa penting terjadinya keterikatan dengan orang tua atau tokoh khususnya seperti ibu karena usia ini merupakan awal perkembangan kepribadian anak. Kelekatan akan terbentuk mulai dari anak usia bawah lima tahun. Menurut Bowlby (1951) diacu dalam Brooks (2001), kelekatan berkembang dari hal yang tidak terarah kemudian menjadi terarah dan sesuai dengan meningkatnya usia.

(22)

Tabel 1. Ciri umum dan ciri khusus kelekatan berdasarkan usia anak Umur Ciri Umum Ciri khusus

0-3 bulan Tidak ada

perbedaan jawaban

Orientasi sosial dan sinyal sebagai tanda tanpa diskriminasi atau pembedaan pada orang lain Senyuman yang mempunyai arti sosial.

3-6 bulan Mengarahkan pada pribagi yang dikenal

Kemampuan sosial untuk membedakan orang atau diskriminasi. Bayi mulai mengenal wajah-wajah tertentu. 6 bulan -3 tahun Mempertahan-kan hubungan dengan tokoh tertentu

Adanya kelekatan yang tepat, ketika dipisahkan dengan pengasuh. Reaksinya aktif mengikuti kepergian tokoh. 3 tahun – masa akhir anak Membentuk kerjasama

Anak memperoleh pemahaman tentang perasaan dan motivasi orang dewasa, jadi dapat mengatur hubungan mutual.

Sumber : Damon (1998).

Pada usia tiga tahun perkembangan anak mencapai 90% sehingga pada usia ini anak membuat sistem dan struktur yang bertanggungjawab bagi fungsi perilaku, sosial emosi dan psikologis anak (Henningsen 2004 diacu dalam Hastuti 2008). Menurut Brooks (2001), pada masa prasekolah pengasuhan akan meningkatkan perasaan aman. Sama seperti saat bayi dan baduta, bermain dengan orang tua akan menimbulkan kesenangan dan kesempatan untuk belajar. Tapi dengan meningkatnya pengertian anak mengenai orang, meluasnya lingkungan tempat anak berinteraksi, meningkatnya perkembangan bahasa, maka anak akan semakin belajar untuk mempercayai orang tuanya melalui observasi yang dilakukan anak. Perasaan tentang rasa aman juga didapatkan dari negosiasi konflik orang tua dengan anak, kesediaan untuk melakukan kompromi dan menghargai otonomi anak maka anak akan menumbuhkan rasa aman.

Tipe-tipe kelekatan

Kelekatan anak dengan pengasuhnya dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu: 1. Kelekatan yang aman yaitu anak merasa nyaman pada kehadiran orang tua,

merasa takut ketika dia ditinggalkan oleh orang tua, mencari ibu saat dibutuhkan, namun berusaha mengeksplorasi lingkungannya saat ditinggalkan. Saat ibu pulang atau hadir kembali maka anak merasa gembira dan menginginkan kedekatan kembali (Brooks 2001). Dasar dari kelekatan

(23)

yang aman yaitu menyeimbangkan antara mencari seseorang yang dekat dengannya dan perilaku bereksplorasi (Bost 1998). Anak yang memiliki kelekatan yang aman akan mudah berinteraksi dengan lingkungan sosial khususnya dengan pengasuh utamanya atau ibu. Kemampuan ibu untuk merasa sinyal anak dengan tepat dan meresponnya dengan sesuai dengan kebutuhannya adalah penentu kelekatan yang aman (Ainsworth 1978 diacu dalam Ijzendoorn et al. 2004).

2. Kelekatan yang tidak aman yaitu anak bersikap tidak konsisten, dan tidak lekat terhadap ibu, sedikit gelisah dan stres saat ibu pergi. Saat ibu kembali, anak kurang merespon, kadang mengabaikan, menghindar atau menolak. Anak gagal dalam mencari sosok yang lekat dengannya. Ibu dari anak tipe ini kurang sensitif terhadap sinyal yang diberikan anak, kaku, canggung, jarang melakukan kontak fisik dengan anak, ibu berinteraksi dengan kemarahan, mengabaikan dan berperilaku menolak anak (Brooks 2001; Gribble 2006).

Sensitivitas Ibu

Sensitivitas adalah kemampuan untuk menerima sinyal-sinyal yang diberikan anak dan meresponnya dengan segera sesuai dengan yang dibutuhkan anak. Pada masa balita, orang tua memenuhi perannya melalui sensitivitas dalam menyediakan kebutuhan dasar dan memberikan rasa aman bagi anak. Kualitas akhir dalam pengasuhan pada masa balita adalah kemampuan orang tua dalam menyesuaikan perilaku dengan kepribadian dan kebutuhan anak (Brooks 2001).

Menurut Kemppinen (2007), sensitivitas ibu adalah pola perilaku ibu yang menyenangkan bagi anak, meningkatkan kenyamanan, memberikan perhatian dan mengurangi kesulitan yang dirasakan anak. Ainsworth (1978) diacu dalam Kemppinen (2007) mengatakan bahwa sensitivitas ibu adalah kesediaan dan kesiapan ibu pada setiap waktu untuk merespon sinyal anak secara konsisten dan tepat dengan tingkat kontrol yang sesuai dan dapat berunding ketika ada suatu konflik. Sensitivitas anak sebagai dasar interaksi ibu dan anak akan menjadi dasar untuk perkembangan psikologi anak. Melalui interaksi yang sensitif, anak akan

(24)

belajar bagaimana menarik perhatian orang tua untuk mendapatkan perlindungan dan kenyamanan.

Konsep sensitivitas ibu berakar dari teori psikoanalisis, terutama dalam teori kelekatan. Salah satu tokoh psikoanalisis yaitu Bowlby (1951) diacu dalam Kemppinen (2007) menyatakan bahwa sensitivitas ibu adalah konsep sentral yang digunakan dalam teori kelekatan untuk menggambarkan interaksi awal antara ibu dan anak. Pada teori kelekatan, sensitivitas ibu kepada anak adalah kontribusi utama dari ibu dalam perkembangan kelekatan yang aman. Pengasuhan yang sensitif akan mengurangi perilaku negatif anak (Damon 1998; Santrock 1997; Mills 2007; Brooks 2001).

Menurut Hastuti (2008), orang tua berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak baik berupa kebutuhan-kebutuhan instrumental maupun ekspresif. Interaksi antara ibu dan anak meliputi pemberian kasih sayang, pemenuhan kebutuhan dan pengarahan perlindungan. Menurut Crittenden (2010), sensitivitas ibu terdiri atas lima aspek yaitu ekspresi wajah, ekspresi bicara, posisi dan kontak fisik, ekspresi kasih sayang, dan pengendalian disiplin.

Riwayat Perkembangan Anak Riwayat Kehamilan

Masa prenatal atau kehamilan merupakan periode perkembangan yang pertama dalam rentang kehidupan manusia dengan waktu yang singkat yaitu berkisar dari 180-344 hari mulai dari fertilisasi sampai melahirkan. Perkembangan sebelum kelahiran ini dapat diramalkan dan terbagi dalam tiga tahapan yaitu zigot, embrio dan janin/ fetus (Santrock 2009).

Tahap pertama adalah pembentukan zigot terjadi pada dua minggu pertama setelah konsepsi. Tahap kedua adalah periode embrio terjadi pada dua sampai delapan minggu sejak konsepsi. Kehidupan embrio di dalam rahim didukung oleh suatu sistem yang terdiri atas amnion, umbilical cord dan placenta. Pada dua bulan pertama terjadi organogenesis yaitu proses pembentukan organ. Pada pembentukan organ ini adalah periode yang paling rentan terhadap perubahan lingkungan. Tahap ketiga dimulai dari dua bulan setelah konsepsi sampai bulan ke sembilan yang disebut periode fetus/ janin. Setelah tiga sampai empat bulan

(25)

setelah konsepsi, janin mulai aktif dan bergerak sehingga ibu dapat merasakan gerakan kaki dan lengan janin. Janin terus berkembang sampai akhirnya ia mampu bertahan di luar kandungan (Santrock 2009).

Periode kehamilan adalah suatu periode yang rentan. Ilmu yang mempelajari mengenai kelainan pada kehamilan dan kelahiran adalah teratology. Teratogen adalah agen yang berpotensi untuk menyebabkan kelainan pada kehamilan yang berasal dari obat, polutan, penyakit infeksi, kekurangan gizi, stres ibu, dan ibu yang berusia tua. Teratogen sangat rentan pada awal masa prenatal khususnya pada masa pembentukan organ dan berpengaruh pada perkembangan anak selanjutnya (Santrock 2009). Papalia et al. (2009) menjelaskan bahwa terdapat bahaya fisik dan psikologi yang dapat dialami janin. Bahaya fisik adalah hal yang menimbulkan kelainan pada fisik janin. Salah satu bahaya psikologi yaitu kepercayaan tradisional, pantangan, mitos atau anjuran dari nilai-nilai kebudayaan yang mempengaruhi perilaku ibu terhadap janin.

Riwayat Persalinan

Persalinan merupakan proses bayi berpindah dari tempat bernaung berupa lingkungan yang terlindungi menuju dunia luar yang sulit untuk diprediksi. Biasanya setelah 38 minggu setelah terjadi fertilisasi, seorang wanita yang hamil akan mengalami labor/persalinan (Vasta et al. 1999). Menurut Santrock (2009), proses persalinan terdiri tiga tahap. Tahap pertama dimulai dari kontraksi pertama dengan melebar leher rahim/ serviks sampai serviks melebar secara penuh. Tahap kedua dimulai ketika fetus memulai untuk keluar melalui serviks dan berakhir ketika seluruh anggota badan bayi telah keluar. Tahap ketiga yaitu proses keluarnya plasenta.

Menurut Hurlock (1980), terdapat beberapa jenis persalinan yaitu:

a. Alamiah atau spontan yaitu bayi memiliki posisi dan besar janin yang dapat mempermudah bayi lahir secara normal dengan posisi kepala di bawah. b. Sungsang yaitu bokong keluar lebih dahulu disusul oleh kaki dan kepala. c. Melintang yaitu posisi janin melintang dalam rahim ibu.

d. Alat yaitu jika janin terlampau besar sehingga tidak dapat keluar secara spontan sehingga harus dipergunakan alat untuk membantu persalinan

(26)

e. Pembedahan caesar yaitu jika menunjukkan terjadinya komplikasi bila bayi keluar melalui saluran lahir, sehingga bayi harus dikeluarkan dari rahim ibu melalui pembedahan dinding perut ibu.

Menurut Nurdianti (2010), gangguan atau kelainan itu antara lain adalah :

1. Persalinan prematur yaitu persalinan yang terjadi belum pada waktunya, dimana janin sudah keluar pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.

2. Persalinan lewat waktu atau postmatur yaitu persalinan yang berasal dari kehamilan melewati waktu 294 hari atau 42 minggu.

3. Plasenta previa atau pusar melilit yaitu plasenta yang letaknya abnormal, berada di bagian segmen bawah uterus sehingga menghalangi jalan lahir. 4. Distosia yaitu kelambatan atau kesulitan persalinan.

5. Ketuban pecah dini yaitu pecahnya ketuban atau robeknya selaput ketuban yang kemudian diikut dengan memancarnya cairan, sebelum atau diawal munculnya tanda-tanda persalinan.

6. Infeksi intrapartum yaitu infeksi yang terjadi dalam persalinan.

7. Anoxia adalah gangguan dalam penyediaan oksigen untuk otak sebelum atau selama proses persalinan karena bayi tidak bisa bernafas.

8. Berat bayi lahir rendah (BBLR) yaitu bayi yang memiliki berat badan kurang dari 2,5 kg ketika lahir. Bayi BBLR biasanya memiliki berbagai resiko komplikasi kesehatan dan kemungkinan untuk bertahan hidup lebih kecil.

Budaya juga menunjukkan perbedaan dalam hal persalinan. Hal ini dikarenakan perbedaan kebiasaan dan modernisasi pada setiap budaya yang berbeda. Terdapat kepercayaan yang dianut oleh masyarakat tradisional tentang persalinan, misalnya tentang kepercayaan baik tidaknya waktu kelahiran dan sebagainya. Jasa persalinan yang membantu ibu selama kelahiran bervariasi di setiap budaya (Santrock 2009); (Vasta et al. 1999)

Riwayat Pemberian ASI

Air susu ibu atau ASI adalah makanan alamiah untuk bayi. ASI mengandung nutrisi-nutrisi dasar dengan jumlah yang sesuai untuk pertumbuhan bayi yang sehat. Memberikan ASI kepada bayi bukan hanya memberikan kebaikan bagi bayi

(27)

melainkan juga keuntungan untuk ibu. Memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi (Suririnah 2004). Pemberian ASI memberikan manfaat secara psikologis terhadap kelekatan ibu dan anak (Afifah 2007).

Pemberian ASI terdiri atas kualitas dan kuantitas. Kualitas pemberian ASI dilihat dari interaksi antara ibu dan anak selama pemberian ASI. Interaksi ini merupakan suatu aspek yang penting dalam membina hubungan dengan anak. Pemberian ASI sebagai interaksi sosial yang intim antara ibu dan anak berdampak pada produksi hormon selama menyusui yang dapat menstabilkan kadar glukosa darah, temperatur, laju pernafasan, hormon penyebab stres, dan tekanan darah (Gribble 2006).

Berikut kuantitas pemberian ASI yang dilakukan oleh ibu kepada bayi: 1. Inisiasi Menyusui Dini atau IMD adalah proses membiarkan bayi menyusu

sendiri segera setelah kelahiran. Bayi memiliki kemampuan yang disebut

breast crawl untuk menemukan puting susu ibu dan memutuskan kapan ia

menyusui dengan sendirinya ketika ia dilekatkan di perut ibu setelah melahirkan (Gangal et al. 2007).

2. Pemberian kolostrum dilakukan saat inisiasi menyusui dini dilakukan. Di beberapa masyarakat tradisional, kolostrum dianggap sebagai susu yang sudah rusak dan tidak baik diberikan pada bayi (Afifah 2007).

3. Pemberian ASI eksklusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain sampai usia 6 bulan karena ASI memberi energi dan gizi yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama (Afifah 2007).

4. Pemberian prelaktal yaitu pemberian minuman atau susu formula sebelum bayi diberikan ASI. Pemberian prelaktasi ini juga beraneka ragam sesuai dengan kebudayaan (Afifah 2007).

5. Pemberian MP-ASI merupakan makanan pendamping ASI yang baik diberikan setelah anak berusia 6 bulan (Afifah 2007).

Faktor yang Berhubungan dengan Sensitivitas Ibu Karakteristik Keluarga

Menurut Bronfenbreneur diacu dalam Brooks (2001), keluarga merupakan mikro sistem anak yang berinteraksi secara langsung dan mempengaruhi

(28)

perkembangan anak. Karakteristik keluarga terdiri atas kepribadian orang tua, usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga. Sosok orang tua yang lebih banyak berinteraksi dengan anak adalah seorang ibu. Menurut Kemppinnen (2007), terdapat hubungan antara sensitivitas ibu dengan karakteristik ibu. Sensitivitas ibu berkaitan dengan kemampuan ibu untuk mengamati perubahan kondisi mental anak. Seorang ibu yang sensitif memiliki pengalaman dengan figur yang lekat kepadanya ketika kecil.

Menurut Jacobson et al. (1991) ibu yang usianya telah matang memiliki ego yang matang pula sehingga meningkatkan perasaan empati dalam mengasuh karena mereka lebih menyesuaikan diri pada nasehat mengenai norma sosial. Berdasarkan penelitian Hartoyo dan Hastuti (2004) di Kabupaten Indramayu, orang tua yang memiliki pendidikan lebih tinggi berinteraksi lebih sering dan mampu membiayai kebutuhan anak. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan pengasuhan.

Ibu yang bekerja biasanya memiliki alokasi waktu yang lebih sedikit dalam pengasuhan dan sensitivitasnya terhadap anak. Beban kerja di luar rumah, stress dunia kerja, stres kehidupan pernikahan dan kurangnya dukungan suami akan mempengaruhi interaksi ibu pada anak (Hastuti 2008). Pasangan yang telah mapan dan stabil secara ekonomi akan memiliki peluang untuk dapat memberikan interaksi yang relatif lebih baik. Tekanan ekonomi yang sulit, ketidakmampuan memberikan nafkah, pengangguran akan mempengaruhi pengasuhan yang diberikan kepada anak. Berdasarkan teori “resource dilution model”, bahwa kualitas sumberdaya yang menurun karena pertambahan anggota keluarga membuat orang tua dan keluarga menurunkan perhatian, waktu dan jumlah materi yang dapat diterima setiap anak (Hastuti 2008).

Karakteristik Anak

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sensitivitas ibu dengan karakteristik anak. Beberapa hal yang berpengaruh terhadap sensitivitas ibu adalah kemampuan anak untuk berinteraksi aktif dengan ibu, temperamen anak, prematur, cacat, penyakit kronis. Setiap anak memiliki kebutuhan yang berbeda sehingga memerlukan pengasuhan yang berbeda, selain itu sensitivitas ibu berbeda pada satu anak dan anak lainnya (Kemppinnen 2007).

(29)

Pandangan yang berbeda antara anak laki-laki dan perempuan, akan mengakibatkan sensitivitas yang berbeda pula karena orang tua cenderung melakukan pengasuhan yang berbeda antara anak laki-laki dan perempuan (Sevon 2009).

Karakteristik Budaya

Lingkungan budaya merupakan faktor yang berhubungan dengan kelekatan. Sesuai dengan Teori Model Ekologi menurut Bronfenbrenner diacu dalam Bern (1993), anak dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan yang mempengaruhi anak terdiri atas lingkungan mikro, meso, ekso dan makro. Sistem yang paling luas adalah lingkungan makro seperti etnik budaya. Menurut Koentjaraningrat (1979) diacu dalam Wahyuni (2002), kebudayaan adalah sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan cara mempelajarinya.

Kebudayaan yang berada di Kampung Adat Urug yang merupakan sisa peradaban masa silam yang masih mempertahankan nilai – nilai ketradisiannya sampai saat ini. Kampung Adat Urug ini merupakan kampung adat yang masih memegang kuat budaya pada setiap aspek kehidupannya. Kebudayaan yang ditanamkan pada individu melalui proses interaksi antara orang tua dan anaknya kemudian akan membentuk pengasuhan yang khas (Hakim 2010).

Menurut Froelich et al. (2008), terdapat perbedaan yang signifikan dalam sensitivitas ibu pada berbagai latar belakang budaya yang berbeda. Davies (1999) menuturkan bahwa norma budaya diperoleh dari proses sosialisasi melalui pengasuhan yang sensitif. Anak mengidentifikasikan nilai-nilai budaya pada orang tua dan pengasuh utamanya melalui verbal maupun nonverbal.

Riwayat Perkembangan Anak

Berdasarkan penelitian Kemppinnen (2007) menunjukkan bahwa ibu yang memiliki sensitivitas yang rendah memiliki depretion symptoms setelah kehamilan dan kelahiran. Ibu yang mengalami depresi setelah kelahiran akan menjadi faktor yang menyebabkan rendahnya responsif dan pengendalian disiplin perilaku ibu ketika berinteraksi dengan anak. Ibu yang memiliki interaksi yang intim selama kehamilan maka akan membentuk sikap sensitif ibu pada periode selanjutnya.

(30)

Menurut (Gribble 2006), pemberian ASI juga akan meningkatkan sensitivitas ibu hal ini dikarenakan psikologi dan perilaku ibu dipengaruhi oleh meningkatnya

hormone oxytocin, prolactin dan cholecystokinin selama menyusui. Menyusui

juga berkaitan dengan sistem syaraf pusat yang dapat mempengaruhi psikologi dan perilaku ibu menjadi lebih positif. Ibu yang menyusui dapat menurunkan tekanan darah, mengatur emosi dan mengurangi stres, dan lebih tenang dibanding dengan ibu yang tidak menyusui. Ibu yang tidak stress dapat meningkatkan interaksi sosial kepada anak, lebih sensitif dan responsif dibanding dengan ibu yang tidak menyusui.

Faktor yang Berhubungan dengan Kelekatan

Menurut Santrock (1997), faktor utama yang berhubungan kelekatan emosi yaitu sensitivitas ibu dan riwayat perkembangan anak. Berikut merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan kelekatan emosi antara ibu dan anak.

Sensitivitas Ibu

Sensitivitas ibu merupakan faktor yang paling mempengaruhi kelekatan antara ibu dan anak. Ainsworth (1978) diacu dalam Santrock (1997) mengemukakan bahwa kelekatan yang aman dipengaruhi oleh sensitivitas seorang pengasuh dalam hal ini ibu terhadap sinyal yang diberikan anak. Menurut Kuczynski (2004) diacu dalam Hastuti (2008), menciptakan keterikatan yang aman antara anak dan ibu dapat dilakukan dengan memberikan respon atau memebuhi kebutuhan anak, memberikan kenyamanan, perhatian dan komunikasi.

Anak dengan kelekatan yang aman memiliki ibu yang lebih peka, menerima, dan ekspresif dengan penuh kasih sayang, sedangkan anak dengan kelekatan yang tidak aman memiliki ibu yang tidak sensitif, jarang melakukan kontak fisik, berinteraksi dengan kemarahan, dan menolak anak. Pengasuh yang tidak menyenangkan akan membuat anak tidak percaya dan mengembangkan kelekatan yang tidak aman (Santrock 2009). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mills (2007) dan Ijzendoorn et al. (2004) bahwa ibu yang sensitif akan membentuk kelekatan yang aman sedangkan ibu yang tidak sensitif memiliki anak dengan kelekatan yang tidak aman.

(31)

Menurut Damon (1998), dari berbagai penelitian terdapat hubungan antara sensitivitas ibu dan kelekatan dipengaruhi oleh konteks yang terjadi ketika pengamatan. Sensitivitas ibu ketika anak mengalami tekanan atau ketakutan akan lebih meningkatkan kelekatan yang aman dibandingkan pada keadaan anak saat kurang tertekan seperti ketika makan atau bermain.

Riwayat Perkembangan Anak

Riwayat perkembangan anak yang mempengaruhi kelekatan terdiri atas riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan riwayat pemberian ASI. Menurut Kemppinen (2007), kehamilan dan persalinan adalah fase yang penting untuk menyiapkan bayi untuk menyesuaikan diri pada kehidupan pascanatal. Menurut Illingworth (1974), kelahiran yang sulit mempengaruhi perilaku ibu dalam merawat anaknya sehingga meningkatkan ikatan emosi antara ibu kepada anaknya sehingga ibu berusaha memberikan rasa aman bagi anak dan terjalinlah kelekatan yang kuat antara ibu dan anak.

Riwayat pemberian ASI berhubungan dengan pembentukan kelekatan karena melalui pemberian makanan akan terjadi kontak yang nyaman antara ibu dan anak. Menurut Freud, seorang ahli psikoanalisis, bayi akan membentuk kelekatan dengan seseorang ketika bayi merasakan kepuasan oral sejak bayi mendapatkan makanan dari ibu melalui pemberian ASI (Santrock 1997). Gribble (2006) mengungkapkan interaksi antara ibu dan anak selama menyusui dapat berperan secara signifikan dalam perkembangan kelekatan antara ibu dan anak karena dapat memberikan ketenangan, relaksasi, menghilangkan stres dan dampak analgesik ketika anak disusui.

(32)

KERANGKA PEMIKIRAN

Anak usia dini merupakan masa penting terjadinya keterikatan dengan orang tua atau tokoh khusus seperti ibu. Hubungan psikologis yang kuat antara ibu dan anak ini disebut kelekatan. Menurut Brook (2001), kelekatan antara ibu dan anak dibedakan menjadi kelekatan yang aman dan kelekatan yang tidak aman. Kelekatan yang dibangun oleh anak dan ibu diduga dipengaruhi oleh sensitivitas ibu selama melakukan proses pengasuhan. Crittenden (2010) memaparkan bahwa sensitivitas ibu ini berupa kemampuan ibu untuk merespon sinyal anak yang ditunjukan dengan ekspresi wajah, ekspresi bicara, posisi dan kontak fisik, ekspresi kasih sayang, dan pengendalian disiplin. Ahli psikososial Erikson, menyatakan bahwa sensitivitas ibu dalam pengasuhan akan membantu anak untuk membangun perasaan percaya dan aman. Ainsworth (1978) diacu dalam Santrock (2007) mengidentifikasi bahwa sensitivitas ibu yang tinggi merupakan unsur penting untuk membentuk kelekatan yang aman sedangkan sensitivitas ibu yang rendah akan membentuk kelekatan yang tidak aman.

Kelekatan merupakan suatu hasil dari proses interaksi yang panjang antara ibu dan anak selama proses perkembangan anak. Perkembangan anak dimulai sejak anak berada dalam kandungan atau prenatal. Setelah itu fetus dilahirkan melalui proses perinatal/kelahiran/persalinan. Selanjutnya anak memasuki periode bayi dimana kebutuhan dasar anak yang terpenting yaitu makan melalui pemberian ASI. Berbagai tahap perkembangan yang dialami anak ini dikelompokkan sebagai riwayat perkembangan anak.

Riwayat perkembangan anak pada periode kehamilan diduga menentukan kelekatan karena berhubungan dengan pengalaman dan penyesuaian anak dengan lingkungannya khususnya dengan pengasuh/ibu. Ibu yang memiliki psikologi yang positif dan interaksi yang intim selama kehamilan diduga akan membentuk kelekatan dengan anak. Kondisi persalinan yang kurang baik diduga akan meningkatkan kelekatan antara ibu dan anak karena ibu akan cenderung lekat dan memberikan perhatian pada anak yang mengalami kelainan persalinan. Menurut Gribble (2006), pemberian ASI secara eksklusif dan segera setelah lahir dapat membentuk kelekatan karena bayi secara langsung akan mengalami kontak kulit dengan ibunya selama proses menyusui.

(33)

Sensitivitas ibu berkaitan dengan kesediaan dan orang tua menginvestasikan perhatiannya kepada anak sehingga orang tua memiliki perencanaan yang berbeda dalam menginvestasikan perhatian (Grossmann & Grossmann 2009). Karakteristik orang tua berupa usia orang tua, besar keluarga, pendidikan, pendapatan, dan status pekerjaan ibu juga diduga berhubungan dengan sensitivitas ibu. Usia orang tua merupakan faktor yang dapat menentukan kualitas pengasuhan terhadap anak. Gunarsa dan Gunarsa (2004) menjelaskan bahwa kepadatan anggota keluarga akan mengurangi perhatian yang didapatkan anak. Menurut Papalia et al. (2009), status sosial ekonomi yang meliputi pendidikan, status pekerjaan ibu dan pendapatan juga berhubungan dengan proses pengasuhan yang sensitif.

Sensitivitas ibu ini diduga berhubungan dengan karakteristik anak, seperti umur dan jenis kelamin. Semakin tua umur anak maka alokasi waktu ibu dalam mengasuh cenderung berkurang seiring bertambahnya usia anak. Perbedaan jenis kelamin juga diduga berhubungan dengan sensitivitas ibu, dimana anak perempuan biasanya lebih diberi perhatian.

Riwayat perkembangan anak diduga dipengaruhi oleh karakteristik keluarga seperti usia orang tua, besar keluarga, pendidikan, pendapatan, dan status pekerjaan ibu. Menurut Santrock (2009), usia ibu dapat menjadi salah satu faktor yang menentukan kelainan pada kehamilan dan kelahiran. Begitu pula dengan tingkat pendidikan yang dimiliki ibu pun menjadi faktor yang menentukan perawatan kehamilan, persalinan dan pemberian ASI (Jacobson et al. 1991). Status ekonomi yang tinggi juga menyebabkan ibu cenderung mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik ketika hamil dan melahirkan, namun cenderung menggunakan susu formula. Selain itu latarbelakang budaya berupa pantangan, mitos atau anjuran dari nilai-nilai kebudayaan akan membentuk riwayat kehamilan, persalinan dan pemberian ASI (Vasta et al. 1999); (Small 1998).

Sesuai pemaparan di atas, keterkaitan variable yang diteliti secara sederhana dapat digambarkan dalam gambar 1. Bagan tersebutlah yang menjadi kerangka pemikiran dari penelitian ini.

(34)

Ket:

= variabel yang diteliti = hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Karakteristik Anak

• Jenis kelamin anak • Usia anak

Karakteristik Keluarga • Usia ibu

• Pendidikan ibu • Status pekerjaan ibu • Pendapatan keluarga • Besar keluarga Karakteristik Budaya Sensitivitas Ibu • Ekspresi wajah • Ekspresi bicara • Posisi dan kontak fisik • Ekspresi kasih sayang • Pengendalian disiplin

Kelekatan

• Kelekatan yang aman • Kelekatan yang tidak aman Riwayat Perkembangan

Anak • Riwayat kehamilan • Riwayat persalinan • Riwayat pemberian ASI

(35)

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah cross sectional study dan restrospective. Cross

sectional study yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu waktu tertentu,

desain ini digunakan untuk melihat data karakteristik keluarga, karakteristik anak, sensitivitas ibu dan kelekatan. Restrospective yaitu penelitian yang menggali data mengenai pengalaman masa lampau responden yaitu untuk melihat data riwayat perkembangan anak.

Penelitian dilakukan di Kampung Adat Urug yang berkedudukan di lereng pegunungan Halimun, tepatnya di Desa Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive di Kampung Adat Urug yang merupakan kampung adat yang masih memegang teguh budaya Suku Sunda di berbagai aspek kehidupannya sehingga berbeda dengan masyarakat Sunda pada umumnya yang sedikit demi sedikit meninggalkan kebudayaan leluhurnya. Selain itu Kampung Adat Urug telah ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Bogor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebagai Cagar Budaya. Waktu pengambilan data yaitu pada bulan April sampai Mei 2011.

Cara Pemilihan Contoh

Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki anak usia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug. Contoh dari penelitian ini adalah anak dan ibu. Anak yang menjadi contoh memiliki kriteria usia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug yang berasal dari keluarga utuh dengan ayah sebagai kepala keluarga, sedangkan ibu yang menjadi contoh merupakan pengasuh utama anak. Anak dengan usia 3-5 tahun diambil karena termasuk pada kategori anak usia prasekolah dengan tahapan perkembangan kelekatan menurut Bowlby (1951) diacu dalam Brooks (2001), berada pada tahap yang sama yaitu tahap membangun kerjasama. Adapun responden dari penelitian ini adalah ibu yang merupakan pengasuh utama dari anak yang berusia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug.

(36)

Cara pemilihan contoh dalam penelitian ini menggunakan teknik proportional

random sampling yaitu teknik sampling dengan melakukan pengacakan sesuai

dengan perbandingan jumlah populasi pada setiap wilayah. Berdasarkan data dari Puskesmas Desa Kiarapandak, jumlah anak usia 3-5 tahun di Kampung Adat Urug yaitu 124 orang. Secara geografis Kampung Adat Urug terbagi menjadi tiga bagian yaitu Urug Tonggoh, Uruh Tengah dan Urug Lebak. Total sampel penelitian ini adalah 60. Berdasarkan rumus Slovin, berikut adalah formulasi perhitungan sampel:

n=N/(1+Ne2) n= N/(1+N.0,092) n= 124/ (1+124. 0,092) n= 60 Keterangan n= Jumlah sampel N= Jumlah populasi

e= Persen toleransi ketidaktelitian Berikut ini adalah kerangka pemilihan contoh penelitian:

Gambar 2 Cara pemilihan contoh.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data penelitian bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner yang diuji validitas dan reliabilitasnya. Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi terhadap contoh dengan alat bantu kuesioner yang meliputi data karakteristik budaya; karakteristik keluarga (usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga); karakteristik anak (usia, jenis kelamin, urutan dalam keluarga); riwayat perkembangan anak (riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat pemberian ASI) menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan nilai cronbach alpha 0,890; sensitivitas ibu (ekspresi wajah, ekspresi

Purposive Kampung Adat Urug (N=124) Urug Tonggoh (N=25) Urug Tengah (N=43) Urug Lebak (N=56) Proportional Random Sampling L=5 P=7 L=11 P=10 L=14 P=13 Purposive

(37)

bicara, posisi dan kontak fisik, ekspresi kasih sayang, dan pengendalian disiplin) menggunakan kuesioner CARE-Index dengan nilai cronbach alpha yaitu 0,862; dan kelekatan (perilaku bereksplorasi, respon kasih sayang dan kesadaran sosial) menggunakan kuesioner Attachment Q-Sort dengan nilai cronbach alpha yaitu 0,713. Data sekunder dalam penelitian meliputi jumlah penduduk Kampung Adat Urug, monografi desa. Rincian jenis dan cara pengumpulan data disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Jenis dan cara pengumpulan data

Jenis data

Variabel Alat bantu dan skala data

Responden/ sumber

Cara pengumpulan data

Primer Karakteristik budaya Kuesioner Kepala adat Wawancara mendalam Primer Karakteristik keluarga

• Usia • Lama pendidikan • Status Pekerjaan • Pendapatan • Besar keluarga Kuesioner Rasio Rasio Nominal Rasio Rasio Ibu Wawancara

Primer Karakteristik anak: • Usia • Jenis kelamin • Urutan kelahiran Kuesioner Rasio Nominal Nominal Ibu Wawancara

Primer Riwayat perkembangan anak • Riwayat kehamilan • Riwayat persalinan • Riwayat pemberian ASI Kuesioner Ordinal Ordinal Ordinal

Ibu Wawancara secara retrospektif

Primer Sensitivitas ibu • Ekspresi wajah • Ekspresi bicara • Posisi dan kontak fisik • Ekspresi kasih sayang • Pengendalian disiplin Kuesioner (CARE-Index) Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Anak dan ibu Wawancara dan observasi Primer Kelekatan • Perilaku bereksplorasi • Respon kasih sayang • Kesadaran sosial Kuesioner (Attachment Q-Sort) Ordinal Ordinal Ordinal Anak dan ibu Wawancara dan observasi

(38)

Sensitivitas ibu diukur dengan menggunakan CARE-Index (Child Adult

Relational Experimental Index) yang diadopsi dan dimodifikasi oleh peneliti. CARE-Index adalah pengukuran interaksi ibu dan anak yang sederhana. Instrumen ini

dikembangkan oleh Crittenden tahun 1994. Instrumen ini diukur melalui wawancara kepada ibu dan observasi terhadap interaksi antara ibu dan anak (Crittenden 2010).

Kelekatan diukur menggunakan instrumen Attachment Q-Sort yang dikembangkan oleh Everett Water dan Kathleen E Deane pada tahun 1985. AQS didesain dengan pernyataan yang sesuai dengan perilaku alami yang dilakukan anak di rumah. Instrumen ini menggambarkan perilaku anak yang diobservasi selama berinteraksi dengan ibu. Instrumen ini telah digunakan secara luas dan memiliki validitas dalam mengukur index tentang kelekatan aman (Water 1985) diacu dalam Bost (1998).

Metode ini lebih baik daripada strength situation procedure yang dikembangkan oleh Ainsworth (1978) dengan metode eksperimen di laboratorium karena AQS dapat dilakukan dirumah dengan memiliki validitas yang ekologis dan tidak memerlukan pemisahan dengan ibu yang menyebabkan stres anak. Aplikasi AQS pada budaya yang beragam dapat menyesuaikan diri pada prototypical perilaku dasar rasa aman pada anak yang memiliki latarbelakang yang berbeda. Selain itu metode ini sesuai untuk melihat secara garis besar tipe kelekatan anak yang terbagi menjadi dua yaitu kelekatan aman dan kelekatan tidak aman (Ijzendoorn et al. 2004).

Pengolahan dan Analisis Data

Tahap pengolahan data dilakukan dengan kegiatan seperti editing, coding,

entrying, dan cleaning. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Analisis

deskriptif mencakup rata-rata, nilai maksimum dan minimum yang digunakan untuk semua data kuantitatif. Sistem skoring dilakukan pada variabel riwayat perkembangan anak dan sensitivitas yaitu dengan menjumlahkan dan dibuat persentasinya kemudian dikategorikan dengan menggunakan Cut off Point yaitu: kurang (<60%), sedang (60%-80%), baik (>80%).

Gambar

Tabel 1. Ciri umum dan ciri khusus kelekatan berdasarkan usia anak
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Karakteristik Anak
Tabel 2 Jenis dan cara pengumpulan data  Jenis
Tabel 3 Deskripsi acara syukuran masyarakat di Kampung Adat Urug
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah hasil dari proses penelitian saya yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur penelitian yang benar dengan arahan

Rule 3: Null values (distinct from the empty character string or a string of blank characters and distinct from zero or any other number) are supported in fully relational DBMS

Selanjutnya pada pengamatan suhu rendah pada akhir penyimpanan (hari ke-27) nilai organoleptik tekstur tertinggi adalah pelapisan Aloe vera 100% (4,7) dan yang

Beberapa transaksi hukum yang menggunakan konsep-konsep nominee di Indonesia, yang paling tegas melarang terdapat di Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

Shawir, yang memaksa Shawir lari dari Mesir dan meminta bantuan kepada Nuruddin untuk mengalahkan Dargham dan menguasai Mesir..  Dengan pertimbangan lokasi yang strategis

(2) Konsep Rancangan Standar Kompetensi yang dihasilkan oleh Panitia Teknik Perumusan Standar Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) sebelum dibahas dalam

Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus dalam mengelola perijinan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) masih menggunakan sistem manual yaitu pendataan PIRT masih didata

A. Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Pemalsuan Merek Dagang Oleh Polresta Padang. Proses penyidikan mulai dilakukan setelah diketahui atau diduga telah terjadi suatu