• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN MEREK DAGANG DI POLRESTA PADANG ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN MEREK DAGANG DI POLRESTA PADANG ARTIKEL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PELAKSANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN

MEREK DAGANG DI POLRESTA PADANG

ARTIKEL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

HULDI YANTO 0910012111264

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

2015

(2)

2

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PERSETUJUAN ARTIKEL/JURNAL

Nama : HULDI YANTO

Nomor Buku Pokok : 0910012111264 Program Kekhususan : Hukum Pidana

Judul Skripsi : Pelaksanaan Penyidikan tindak Pidana Pemalsuan Merek Dagang Di Polresta Padang.

Telah dikonsultasikan dan disetujui oleh pembimbing untuk di upload ke website

1. Dr.`Fitriati, S.H., M.H. Pembimbing I

(3)

1

INFRINGEMENT OF CRIME INVESTIGATION TRADEMARKS IN POLRESTA PADANG

Huldi Yanto1, Fitriati2,Yetisma Saini1.

1)

Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta

2)

Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Taman Siswa Email: huldiyanto264@yahoo.com

Abstract

Trademark counterfeiting is one form of the crime of Intellectual Property Rights (IPR) in violation of Law No. 15 of 2001 on the Right Brand. In the business world trademark counterfeiting main goal is to seek quick profits. Criminal acts of trademark counterfeiting adversely affect economic development and therefore the role of the investigator in the investigation of criminal trademark counterfeiting law enforcement is needed in order to tercegahnya abuse of trademarks that have been registered and provide legal protection for trademark owners. Formulation of the problem (1) How is the implementation of criminal investigations trademark counterfeiting in Polresta Padang? (2) Are the obstacles encountered by investigators in the investigation of the crime of trademark counterfeiting in Polresta Padang? Juridical Sociological research approach ie. Data sources include primary data sources and secondary data sources. Data collection techniques with interviews and document study. The collected data were analyzed qualitatively. The research approach: (1) the implementation of an investigation conducted by investigators in accordance with the Code of Criminal Procedure (2) constraints investigation is infrequent reporting of victims or trademark owner to Polresta Padang, the lack of reports in uncovering the crime of trademark counterfeiting, proving very difficult for investigators, lack of personnel in the investigation and difficult to track where the crime of trademark counterfeiting is done.

Keywords: Investigation, Fraud, Trademark, Trade.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam rangka menunjukkan masyarakat

Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, maka pelaksanaan pembangunan terutama dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbagai macam jenis produk bermunculan untuk berlomba-lomba memasuki pasar Domestik Internasional. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Sistem tanda resmi seperti itu terus dipakai karena bisa membedakan dari penghasil barang sejenis

lainnya. Kebutuhan adanya perlindungan hukum atas merek semakin berkembang dengan pesatnya orang-orang yang melakukan peniruan. Berkembangnya perdagangan internasional mengakibatkan adanya kebutuhan untuk perlindungan merek secara internasional pula. Tahun 1883 di Paris dibentuk sebuah konvensi mengenai hak milik perindustrian, yang menjadi tonggak sejarah mulainya perkembangan peraturan merek secara internasional. Pemalsuan merek adalah salah satu bentuk dari persaingan curang. Sebagaimana

(4)

2 diketahui bahwa dalam dunia usaha tujuan utama adalah untuk mencari keuntungan, maka banyak sekali industri yang kurang memahami arti penting hubungan antara pengusaha, konsumen dan masyarakat akan berprilaku “profit oriented” semata tanpa memperhatikan aspek-aspek yang tetapi lebih mementingkan kepentingan sendiri tanpa menghiraukan kepentingan pihak-pihak yang lain dan yang lebih mendorong mereka untuk melakukan hal tersebut adalah tersedianya konsumen yang menggunakan produk mereka padahal merek merupakan salah satu contoh HAKI yang harus dilindungi.

Merek sebagai salah satu wujud karya intelektual memiliki peranan penting bagi kelancaran dan peningkatan perdagangan barang atau jasa dalam kegiatan perdagangan dan investasi. Merek dagang, kemasan, logo, dan slogan adalah aset lewat proses kreatif, melainkan karena semuanya itu merupakan ciri yang dipakai konsumen untuk mengenali suatu produk. Dalam UU Merek telah dibuatnya suatu sanksi pidana mengenai pemalsuan merek dagang yang terdapat di dalam Pasal 90 UU Merek. Berdasarkan uraian di atas menjadi dukungan untuk memaparkan masalah ini ke dalam suatu karya ilmiah yang berbentuk tulisan dengan judul: “Pelaksanaan

Penyidikan Tindak Pidana Pemalsuan Merek Dagang Di Polresta Padang”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dapat dikemukakan perumusan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan penyidikan tindak pidana pemalsuan merek dagang di Polresta Padang?

2. Apakah kendala-kendala yang ditemui oleh penyidik dalam penyidikan tindak pidana pemalsuan merek dagang di Polresta Padang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian yang penulis buat ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan penyidikan tindak pidana pemalsuan merek dagang di Polresta Padang.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang ditemui oleh penyidik tindak pidana pemalsuan merek dagang di Polresta Padang.

D. Metode Penelitian

Agar suatu penelitian dapat dilakukan secara sistematis, sehingga diperoleh suatu karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, diperlukan suatu data atau sumber penulisan yang akurat guna tercapainya suatu standar ilmiah tertentu, maka penulis melakukan penelitian sebagai berikut, maka penulis melakukan penelitian sebagai berikut:

(5)

3

1. Jenis Pendekatan

Dalam penulisan ini penulis menggunakan jenis penelitian yuridis sosiologis yaitu menekankan kepada aspek hukum yang berlaku dan dikaitkan dengan prakteknya di lapangan.

2. Sumber Data

Dalam penulisan yang penulis lakukan, penulis menggunakan data atau materi penelitian sebagai berikut:

a. Data primer

Data primer, yaitu sumber data yang didapatkan langsung dari lapangan dengan melakukan wawancara, observasi, maupun laporan dalam bentuk dokumen yang kemudian diolah oleh peneliti. Data primer diperoleh dari wawancara dengan 2 (dua) orang penyidik yang pernah menyidik pemalsuan merek dagang di Polresta Padang yaitu Ipda Swantri dan Brigadir Rezil Murtesiswara.

b. Data sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan obyek penelitian. Data sekunder yang diperoleh penulis yaitu data yang berasal dari kantor Kepolisian Polresta Padang tentang pemalsuan merek dagang pada Tahun 2013.

3. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam pengumpulan data, penulis menggunakan alat pengumpulan data sebagai berikut:

a. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara secara terarah dan sistematis, yang dilakukan dalam bentuk wawancara semi terstruktur adalah melakukan wawancara di samping menggunakan pedoman wawancara tertulis, juga mengajukan wawancara pertanyaan lepas sesuai dengan jawaban yang diberikan informan.

b. Studi Dokumen

Tujuan dan kegunaan studi dokumen ini pada dasarnya adalah menunjukkan jalan pemecahan permasalahan penelitian. Penulis mengambil data dari buku dan jurnal ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti yaitu berupa dokumen-dokumen.

4. Analisis Data

Analisis yang dilakukan untuk menganalisa data primer dan data sekunder dengan menggunakan metode kualitatif dengan mengelompokkan data menurut aspek-aspek yang diteliti dan selanjutnya diambil suatu kesimpulan yang relevan atau berhubungan dengan permasalahan dalam skripsi ini.

(6)

4

A. Tinjauan tentang Penyidik dan Penyidikan

1. Pengertian Penyidik dan Penyidikan

Di dalam Pasal 1 butir 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menjelaskan mengenai pengertian dari penyidik, bahwa penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan dan di dalam sistem peradilan di Indonesia, bahwa penyidikan dalam tindak pidana dapat dilakukan oleh berikut ini:

a. Penyidik, b. Jaksa,

c. Pejabat Penyidik yang berwenang yang lain

d. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, dan

e. Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu yang diberikan wewenang khusus oleh undang-undang.

Mengenai pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang dijadikan penyidik tentunya dilakukan oleh institusi Kepolisian yang bertugas menangani permasalahan tindak pidana di lingkungan masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP

Andi Hamzah menyebutkan beberapa bagian hukum acara pidana yang menyangkut penyidikan adalah :

a. Ketentuan tentang alat-alat penyidikan

b. Ketentuan tentang diketahuinya terjadinya delik

c. Pemeriksaan di tempat kejadian d. Pemanggilan tersangka atau terdakwa e. Penahanan sementara

f. Penggeledahan

g. Pemeriksaan dan introgasi

h. Berita Acara (penggeledahan, introgasi dan pemeriksaan di tempat)

i. Peyitaan

j. Penyampingan Perkara

k. Pelimpahan perkara kepada penuntut umum dan pengembalian kepada Penyidik untuk disempurnakan.

Sebelum dilakukan tindakan penyidikan, terlebih dahulu dilakukan tindakan penyelidikan oleh pejabat penyelidikan dengan maksud dan tujuan untuk mengumpulkan bukti permulaan yang cukup agar dapat dilakukan penyidikan. Penyidikan dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

1) Penyidikan dalam arti luas.

Meliputi penyidikan, pengusutan dan pemeriksaan yang sekaligus berupa rangkaian dan tindakan-tindakan terus menerus, tidak ada permulaan dan penyelesaian.

2) Penyidikan dalam arti sempit

Yaitunya semua tindakan yang merupakan suatu bentuk operasi represif dari penyidik Polri yang

(7)

5 merupakan permulaan dari pemeriksaan perkara pidana.

B. Tugas dan Wewenang Penyidik

Arti dari kata wewenang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah hak dan kekuasaan untuk bertindak, kewenangan, kekuasaan membuat keputusan, memerintah, dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain, hak fungsi yang boleh tidak dilaksanakan. Wewenang penyidik adalah tindakan yang dilakukan oleh penyidik yang diberikan oleh dan berdasarkan undang-undang sehubungan dengan tindakan mencari kebenaran dari suatu kejahatan dan pelanggaran yang terjadi.

Pada hakekatnya setiap tindakan penyidikan diatur di dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan dalam suatu penyidikan terdapat beberapa upaya paksa yang dapat dilakukan oleh pihak penyidik dalam usaha membuat terang suatu perkara tindak pidana. Upaya-upaya paksa tersebut dapat berupa suatu penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.

C. Tinjauan tentang Merek menurut UU Merek

1. Pengertian Merek

Merek telah lama di gunakan sebagai alat untuk membedakan barang dan jasa yang diproduksi oleh perusahaan lain yang

sejenis atau di gunakan untuk memberikan tanda dari produk yang di hasilkan. Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU Merek bahwa pengertian merek adalah berupa gambar nama, kata, huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembela yang digunakan dalam perdagangan atau jasa. Jadi, kesimpulan di dalam Pasal 1 ayat (1) UU Merek, maka merek adalah sebagai tanda yang mempunyai ciri khusus dalam membedakan setiap tanda yang memiliki seorang distributor pada suatu barang atau jasa yang satu dengan barang atau jasa lain.

2. Macam-macam Hak Merek

UU Merek mengatur tentang macam-macam hak merek, yaitu sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 butir (2) dan (3) UU Merek yaitu merek dagang dan merek jasa. Khusus untuk merek kolektif sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai jenis merek yang baru oleh karena merek kolektifini sebenarnya juga terdiri dari merek dagang dan jasa. Hanya saja merek kolektif ini pemakaiannya digunakan secara kolektif.

Lebih lanjut Soekardono, mengemukakan pendapatnya bahwa, tentang bentuk atau wujud dari merek itu Undang-undang tidak memerintahkan apa-apa, melainkan harus berdaya pembeda, yang diwujudkan dengan:

a) Cara yang oleh siapa pun mudah dapat dilihat (beel mark).

(8)

6 b) Merek dengan perkataan (word mark). c) Kombinasi dari merek atas penglihatan

dan merek perkataan.

Di samping itu saat ini dikenal pula merek dalam bentuk tiga dimensi (three dimensional trademark) seperti merek pada produk minuman Coca-Cola dan Kentucky Fried Chicken. Di Australia dan Inggris, definisi merek dagang telah berkembang luas dengan mengikutsertakan bentuk dan aspek tampilan produk di dalamnya. Di Inggris, perusahaan Coca-Cola telah mendaftarkan bentuk botol merek sebagai suatu merek.

Perkembangan ini makin mengindikasikan kesulitan membedakan perlindungan merek dengan perlindungan desain produk. Selain itu, kesulitan juga muncul karena selama ini terdapat perbedaan antara merek dengan barang-barang yang ditempeli merek tersebut

3. Perbuatan yang Dilarang dalam UU Merek

Perbuatan yang dilarang di dalam UU Merek Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek Dagang. Tindak pidana pemalsuan merek dagang ini terdiri dari unsur-unsur delik yang ada dalam Pasal 90 sampai dengan Pasal 94 UU Merek yaitu:

a) Pasal 90. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek dagang yang sama pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis

yang diproduksi dan/atau diperdagangkan.

b) Pasal 92 ayat (1). Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang sama pada keseluruhan dengan indikasi geografis milik pihak lain untuk barang yang sama atau sejenis dengan barang yang terdaftar ayat (2) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang sama pada pokoknya dengan indikasi geografis ayat (3) milik pihak lain untuk barang yang sama atau sejenis dengan barang yang terdaftar ayat (4) Terhadap pencantuman asal sebenarnya pada barang yang merupakan hasil pelanggaran ataupun pencantuman kata yang menunjukkan bahwa barang tersebut merupakan tiruan dari barang yang terdaftar dan dilindungi berdasarkan indikasi-geografis, diberlakukan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

c) Pasal 93. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang dilindungi berdasarkan indikasi asal pada barang atau jasa sehingga dapat memperdaya atau menyesatkan masyarakat mengenai asal barang atau asal jasa tersebut.

d) Pasal 94 ayat (1). Barang siapa memperdagangkan barang dan/atau jasa yang diketahui atau patut

(9)

7 diketahui bahwa barang dan/atau jasa tersebut merupakan hasil pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, dan Pasal 93 (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. e) Pasal 95. Tindak pidana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, dan Pasal 94 merupakan delik aduan.

D. Pemalsuan Merek Dagang sebagai Tindak Pidana Khusus

Tindak pidana pemalsuan merek dagang merupakan tindak pemalsuan terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) yang dimana tindak pidana HAKI ini termasuk dalam tindak pidana khusus (ius spesialis). Menurut Andi Hamzah yang dimaksudkan tindak pidana umum adalah pelanggaran atau kejahatan yang melanggar ketentuan yang berada di dalam KUHP sedangkan tindak pidana khusus pelanggaran atau kejahatan yang pengaturan hukumnya tidak diatur di dalam KUHP karena peraturan perundangan-undangan yang mengatur dari tindak pidana khusus ini adalah penambahan dan perubahan dari KUHP itu sendiri. Untuk mengetahui suatu peraturan perundangan-undangan sebagai peraturan khusus, jika diperhatikan secara khusus pembagian hukum pidana atas hukum pidana umum dan hukum pidana

khusus yaitu semua perundang-undangan yang tidak termasuk di dalam KUHP.

Berdasarkan uraian tersebut maka tindak pidana pemalsuan merek termasuk dalam tindak pidana HAKI, dikarenakan merek salah satu jenis dari HAKI yang dimana jika terjadinya tindak pidana pemalsuan merek maka akan termasuk dalam tindak pidana HAKI.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Pemalsuan Merek Dagang Oleh Polresta Padang.

Proses penyidikan mulai dilakukan setelah diketahui atau diduga telah terjadi suatu tindak pidana berdasarkan laporan, pengaduan dan informasi dari masyarakat. Baik laporan ataupun pengaduan serta informasi dari masyarakat yang diterima penyelidik atau penyidik merupakan bahan yang masih mentah dan perlu diadakan penelitian dan penyaringan. Dalam tindak pidana yang penulis ambil untuk diteliti, yaitu tindak pidana pemalsuan merek dagang berupa handphone bermerek SAMSUNG S4 di Toko Raja Ponsel yang bertempat di Jalan Pemuda Nomor 7 Kecamatan Padang Barat, diketahuinya telah terjadi tindak pidana tersebut, karena ada laporan konsumen kepada pihak Sat Reskrim Polresta Padang, selanjutnya dibuatlah laporan polisi No.Pol: LP/1343/XII/B/2013/Resta. Dalam laporan polisi tersebut dicantumkan model huruf B,

(10)

8 yang artinya bahwa laporan polisi tersebut dibuat berdasarkan laporan ataupun pengaduan dari masyarakat yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi korban suatu tindak pidana. Dalam laporan polisi dimuat identitas pelapor, peristiwa yang dilaporkan atau diadukan, tindak pidana yang terjadi, uraian singkat kejadian, serta nama dan alamat para saksi.

B. Kendala-Kendala yang Ditemui oleh Penyidik dalam Penyidikan Tindak Pidana Pemalsuan Merek Dagang di Polresta Padang

Kendala-kendala yang ditemui oleh penyidik dalam penyidikan tindak pidana pemalsuan merek dagang di Polresta Padang dapat diatasi dengan kerjasama antara aparat penegak hukum serta dilandasi dengan tanggung jawab untuk menyelesaikan perkara tindak pidana pemalsuan merek dagang tersebut. Kendala-kendala yang ditemui penyidik dalam tindak pidana pemalsuan merek dagang tersebut, antara lain:

1. Jarangnya pelaporan dari pembeli merek tersebut ke Polresta Padang 2. Kurangnya peran dari masyarakat

dalam memberikan informasi tentang tindak pidana pemalsuan merekdagang tersebut.

3. Kendala yang timbul dalam pembuktian tindak pidana pemalsuan merek dagang

4. Kurangnya personil dari Polresta Padang yang mengetahui keaslian merek tersebut.

PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan proses penyelidikan dan penyidikan tindak pidana pemalsuan merek di Polresta Padang, dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan penyidikan dalam tindak pidana pemalsuan merek dagang mempunyai peranan yang sangat penting, karena dengan adanya proses penyelidikan dan penyidikan dapat memperjelas apakah benar telah terjadi suatu tindak pidana atau bukan. Pelaksanaan Proses Penyelidikan dan Penyidikan, antara lain :

a. Penerimaan Laporan. b. Mendatangi TKP.

c. Mengeluarkan Surat Perintah Penyidikan.

d. Mengeluarkan Surat Perintah dimulainya Penyidikan.

e. Pelaksanaan Penyidikan, meliputi: 1) Penangkapan.

2) Penahanan.

3) Pemeriksaan, meliputi: a) Pemeriksaan Tersangka. b) Pemeriksaan Saksi.

c) Evaluasi Hasil Pemeriksaan 4) Penggeledahan

(11)

9 5) Penyitaan.

Selesainya Penyidikan, dengan penyerahan tersangka dan barang bukti kepada pihak Kejaksaan.

2. Kendala-kendala yang ditemui oleh penyidik dalam penyidikan tindak pidana pemalsuan merek dagang di Polresta Padang yaitujarangnya pelaporan dari korban ataupun pemilik merek ke Polresta Padang, kurangnya peran masyarakat dalam mengungkap telah terjadinya tindak pidana pemalsuan merek dagang, pembuktian yang sangat susah bagi penyidik Polresta Padang, kurangnya personil dalam penyidikan, dan Susahnyamelacak tempat dimana tindak pidana pemalsuan merek dagang ini dilakukan.

B. Saran

1. Pemalsuan merek dagang adalah kejahatan yang membutuhkan perhatian dari penegak hukum karena kejahatan di bidang merek dagang ini berkaitan dengan permasalahan perkembangan perekonomian masyarakat.

2. Pentingnya permasalahan merek dagang ini diperhatikan karena kejahatan ini sangat merugikan secara perorangan.

3. Ucapan Terima Kasih

4. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang sudah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi. Pihak-pihak yang dengan sabar membimbing dan selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5. Pihak tersebut adalah: (1) Ibu Yansalzisatry, S.H., M.H, selaku Pembimbing I (2) Bapak Desmal Fajri S.Ag., M.H, selaku Pembimbing II. Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum, (3) Bapak Adri, S.H., M.H, dan selaku Penguji II (4) Ibu As Suaiti Arief, S.H., M.H, selaku Penguji I, (6) Keluarga tercinta yang selalu memberi dukungan moril maupun materi. (7) serta teman-teman seperjuangan.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Adrian Sutedi. 2009, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Edisi 1, Sinar Grafika, Jakarta.

Andi Hamzah, 2008, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.

, 1985, Hukum Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Barda Nawawi Arief, 2010, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan

(12)

10

Penanggulangan Kejahatan,

Kencana. Jakarta.

Bambang Sunggono. 1996. Metode

Penelitian Hukum, PT.

RajaGrafindo Persada, Jakarta. Daryanto, 1998, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Apollo, Surabaya.

F.Agsya, 2010, KUHP dan KUHAP, Cetakan I,AsaMandiri, Jakarta. Harsono Adisumarto, 1990,Hak Milik

Intellectual Khususnya Paten dan Merek, CV. Akademika Presindo, Jakarta.

Hermien Hadiati Koeswadji, 1983, Suatu Tinjauan Ringkasan Sistem

Pemidanaan di Indonesia,

Akademika Pressindo, Jakarta.

Marpaung, 1995, Tindak Pidana terhadap Hak Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta.

Muhammad Djumhana. 2006, Perkembangan Doktrin dan Teori

Perlindungan Hak Kekayaan

Intelektual, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

R. M. Suryodiningrat, 1981, Aneka Milik Perindustrian, Edisi Pertama, Tarsito, Bandung.

R. Soekardono, 1983, Hukum Dagang Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta. Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar

Penelitian Hukum, UI-Press,

Jakarta.

Sudargo Gautama,1989,Hukum Merek

Indonesia, Citra Aditya Bakti,

Bandung.

Sudarto, 1981,KapitaSelekta Hukum Pidana, Sinar Baru, Bandung. Zainuddin Ali, 2013, Metode Penelitian

Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

B. PeraturanPerundang-Undangan:

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001

Referensi

Dokumen terkait

(2) Hambatan-hambatan apa yang ditemukan penyidik dalam pelaksanaan penyidikan terhadap pelaku tindak pidana uang palsu di wilayah hukum Polresta Surakarta dan

pelaku tindak pidana uang palsu di wilayah hukum Polresta Surakarta yang. hasilnya akan dilaporkan ke dalam bentuk skripsi berjudul:

Proses pelaksanaan penyidikan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh pihak Polresta Surakarta adalah suatu sistem atau cara penyidikan yang dilakukan untuk mencari,

Untuk tindak pidana pemalsuan merek di Provinsi Riau, pihak yang berwenang untuk menegakan aturan dalam hal penyidikan ialah Direktorat Reserse Kriminal Khusus

penyidikan dalam kasus tindak pidana pemalsuan surat oleh pihak Kepolisian Resor Kota Dumai dalam tindak pidana pemalsuan surat keterangan ganti rugi dan surat

a) Faktor_ faktor yang menghambat penyidikan tindak pidana perjudian di Polresta Denpasar, yakni: faktor penegak hukum, faktor sarana atau fasilitas yang kurang

Dismpulkan pertama, karakteristik tindak pidana pemalsuan merek yang terjadi pasca berlakunya UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek mengkategorikan semua tindak pidana dalam

Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan penyidikan tindak pidana penipuan dengan pelaku wanita yang ditangani oleh Polresta Surakarta antara lain: (a) bukti yang