• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN SUKUK OLEH PENGAWAI BANK DI KOTA PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN SUKUK OLEH PENGAWAI BANK DI KOTA PADANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN

SUKUK OLEH PENGAWAI BANK DI KOTA PADANG

(Studi Kasus di Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Sumbar)

ARTIKEL

Ditulis Kepada Fakultas Hukum

Universitas Bung Hatta Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

MUHAMMAD AL HAFEZ NPM: 1110012111171

Bagian Hukum Pidana

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

2016

Reg No : 18/PID-02/VI-2016

(2)
(3)

1

INVESTIGATION CRIME OF FORGERY SUKUK BY BANK EMPLOYESS IN PADANG

(Case Studies in Special Criminal Investigation Directorate Western Sumatera Police)

Muhammad Al Hafez1 , Uning Pratimaratri1, Elyana Novira1

1

Department of Legal Studies, Faculty of Law Bung Hatta University

Email :

mhdalhafez51@gmail.com

ABSTRACT

Investigation crime is a series of follow-investigator according to the procedures set forth in the Act to seek and gather evidence with evidence that makes light of a criminal offense. Counterfeiting Sukuk are securities that deliberately issued with a form similar to a legitimate SBSN with the aim to make a profit either for themselves or others. Sukuk regulated in Law No. 19 of 2008 Article 30, paragraphs 1 and 2 of the State Sharia Securities. The problems 1) How is the implementation of the criminal investigation of counterfeiting bonds by employees of the Bank in Padang? 2) Are the constraints faced by investigators in an effort to disclose the crime of falsification of securities by employees of the Bank in Padang? This type of research used in this research is a socio legal research. Source of data used primary data and secondary data. The data obtained through interviews and documentacy study. Data were analyzed qualitatively. Based on the research concluded: 1) Implementation of investigations in uncovering the crime of counterfeiting bonds investigator or investigators maid did pemangilan of witnesses and expert witnesses. 2) Constraints in the conduct of investigations that internal constraints such as the number of experts (financial services authority or FSA) is lacking.

Keywords: Investigators, Investigation, Forgery, Sukuk Pendahuluan

Penyidikan tindak pidana merupakan serangkaian tindak penyidik dalam hal dan menurut tata cara yang di atur dalam Undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang suatu tindak pidana yang terjadi guna menemukan tersangka. Penyidikan merupakan suatu tahap yang terpenting dalam kerangka hukum acara pidana di

Indonesia, karena dalam tahap ini pihak penyidik berupaya menggungkapkan fakta-fakta dan bukti-bukti atas terjadinya suatu tindak pidana serta menemukan tersangka pelaku tindak pidana tersebut. Melihat perkembangan masyarakat saat ini cukup banyak permasalahan yang ditimbulkan, baik permasalahan yang menimbulkan kerugian pada suatu individu, masyarakat, ataupun Negara. Permasalahan yang banyak terjadi di lingkungan masyarakat adalah kejahatan pemalsuan. Pemalsuan

(4)

2 merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dianggap sebagai kejahatan yang bertentangan dengan kepentingan umum. Sebab dan akibat perbuatan itu menjadi perhatian dari berbagai pihak, dengan mengadakan penelitian-penelitian berdasarkan metode ilmiah agar dapat diperoleh suatu kepastian untuk menetapkan porsi dan klasifikasi dari kejahatan tersebut. Ada banyak perbuatan yang termasuk dalam kejahatan pemalsuan yaitu pemalsuan surat, pemalsuan tanda tangan atau pun cap/stempel merupakan salah satu diantara bentuk pemalsuan. Masalah pemalsuan sukuk merupakan suatu bentuk kejahatan yang masih kurang dipahami oleh masyarakat, terutama tentang akibat yang ditimbulkan dari pemalsuan sukuk tersebut. Masyarakat yang kurang paham akan hal itu terkadang menganggap bahwa memalsukan sukuk merupakan perbuatan yang tidak diatur dalam Undang-undang. Namun hal itu justru seharusnya tidak boleh dilakukan dengan alasan apapun karena tindakan pemalsuan sukuk merupakan suatu bentuk kejahatan yang bertentangan dengan aturan hukum, sehingga sebab dan akibatnya dapat merugikan individu, masyarakat dan negara, dan dapat diancam dengan hukuman pidana. Tindak pidana pemalsuan diatur dalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana (KUHP) Bab XII Buku II KUHP tentang Pemalsuan Surat dalam Pasal 263 ayat (1) yang berbunyi “Barangsiapa membuat surat palsu atau

memalsukan surat yang dapat

menimbulkan suatu hak, perikatan atau pembebasan utang, atau yang diperuntukan sebagai bukti dari pada suatu hal dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak palsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling lama enam tahun”. Tindak pidana yang sering terjadi adalah berkaitan dengan Pasal 263 KUHP (membuat surat palsu atau memalsukan surat); dan Pasal 264 (memalsukan akta-akta otentik) dan Pasal 266 KUHP (menyuruh memasukan keterangan palsu ke dalam suatu akta otentik), Undang-undang No. 19 Tahun 2008 Pasal 30 ayat (1) dan (2) Tentang Surat Berharga Negara menyebutkan : (1) setiap orang yang meniru, membuat

palsu, atau memalsukan SBSN dengan maksud memperdagangkan SBSN tiruan, palsu, atau dipalsukan dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling

(5)

3 sedikit Rp 10.000.000.000.00 (sepuluh miliyar rupiah) dan paling banyak Rp 20.000.000.000.00 (dua puluh miliyar rupiah);

(2) setiap orang dengan sengaja tanpa

wewenang menerbitkan SBSN

berdasarkan Undang-undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 10(sepuluh) tahun dan paling lama 20(duapuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 20.000.000.000.00 (dua puluh miliyar rupiah) dan paling banyak Rp 40.000.000.000.00 (empat puluh miliyar rupiah).

Defenisi sukuk ialah sertifikat bernilai sama dengan bagian atau seluruhnya dari kepemilikan harta beruwujud untuk mendapatkan hasil dan jasa di dalam kepemilikan aset dan proyek tertentu atau aktivitas investasi khusus, sertifikat ini berlaku setelah menerima nilai sukuk, saat jatuh tempo dengan menerima dana sepenuhnya sesuai dengan tujuan sukuk tersebut. Sukuk diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau UU Sukuk Negara (soveriegn sukuk).

Secara terminologi sukuk adalah sebuah kertas atau catatan yang padanya

terdapat perintah dari seorang untuk membayar uang dengan jumlah tertentu pada orang lain yang namanya tertera pada kertas tersebut. Kata sukuk berasal dari bahasa persia yaitu Jak, lalu masuk dalam Bahasa Arab dengan nama Shak. Goiten menyebutkan bahwa Shak adalah asal kata dari kata Chek yang terdapat dalam Bahasa Inggris dimana pada dasarnya adalah surat hutang.1 Harus kita akui, bahwa sukuk atau obligasi syariah ini adalah salah satu bentuk terobosan baru dalam dunia keuangan islam, meskipun istilah tersebut adalah istilah memiliki akar sejarah yang panjang. Inilah salah satu bentuk produk yang paling inovatif dalam perkembangan sistem keuangan syariah kontemporer. 2 Suatu pergaulan di dalam masyarakat yang teratur dan maju tidak dapat berlangsung tanpa ada jaminan akan keberaran atas beberapa bukti surat dan atas alat tukar lainnya. Karena perbuatan pemalsuan dapat merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup dari masyarakat tersebut. Perbuatan pemalsuan ternyata

1

Ramadhan NM, 2012, Obligasi dan Sukuk,

diunduh dari :

http://dhanlaw.blogspot.co.id/2012/11/obligasi-dan-sukuk.htm?m=1

2

Hendro Wibowo, 2008, blog hendro

wibowo, diunduh dari:

http://hndwibowo.blogspot.com/2008/06/sukuk.htm l

(6)

4 merupakan suatu jenis perbuatan terhadap 2 (dua) norma dasar :

1. Kebenaran atau kepercayaan yang pelanggaranya dapat tergolong dalam kelompok kejahatan penipuan;

2. Ketertiban masyarakat yang pelanggarannya tergolong dalam kelompok kejahatan terhadap negara atau ketertiban umum.3

Bawasannya di dalam hukum positif yang terdapat di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 263 melakukan kesalahan dalam perbuatan Tindak Pidana pemalsuan surat yang merugikan orang lain dan negara maka dapat dipidana paling lama 6 (enam) tahun penjara. Dalam perakteknya masih saja karyawan yang melakukan penyimpangan yaitu penerbitan sukuk fiktif yang artinya penerbitan sukuk tanpa ada pembelian atau setoran dari pihak ketiga dengan nominal 4,9 Milliar (empat koma sembilan) yang terjadi di Bank Mandiri Syariah di kota padang. Proses penyidikan telah dilakukan oleh Ditreskrimsus Polda Padang dimana seorang karyawan Bank Mandiri Syariah

3

Dewi Kurnia Sari, 2009, Tindak Pidana Pemalsuan Surat Dalam Pandangan Hukum Pidana Islam, diunduh dari :

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/1234 56789/7531/1/DEWI%20KURNIA%20SARI-FSH.pdf

telah memalsukan Sukuk yang merugikan pihak Bank.

Berdasarkan uraian di atas mengingat betapa pentingnya peranan penyidik dalam menangani permasalahan tentang Tindak Pidana Pemalsuan Sukuk tersebut itulah yang menarik perhatian penulis serta menjadi alasan bagi penulis untuk mengangkat persoalan tersebut dalam suatu karya ilmiah yang berjudul “Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Pemalsuan Sukuk Oleh Pegawai Di Kota Padang (Studi Kasus di Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Sumbar)”.

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang di rumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pelaksanaan penyidikan tindak pidana pemalsuan sukuk oleh pegawai Bank di Kota Padang ?

2. Apakah kendala-kendala yang dihadapi

oleh penyidik dalam upaya

mengungkapkan tindak pidana pemalsuan sukuk oleh pegawai Bank di Kota Padang ?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang hendak penulis lakukan sebagai berikut :

(7)

5 1. Untuk mengetahui pelaksanaan

penyidikan tindak pidana pemalsuan sukuk oleh pegawai Bank di Kota Padang.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh penyidik dalam upaya mengungkapkan tindak pidana pemalsuan sukuk oleh pegawai Bank di Kota Padang.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum sosiologis (socio legal research) yaitu mengaitkan hukum kepada usaha untuk mencapai tujuan-tujuan serta kebutuhan-kebutuhan konkrit dalam masyarakat. Oleh karena itu, metode ini memusatkan perhatian pada mengamati mengenai efektivitas dari hukum.4 Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama.5 Data tersebut diperoleh di lapangan dengan melakukan wawancara dengan informan yang terdiri dari 2 (dua) orang penyidik

4

Bambang Sunggono, 2013, Metodologi

Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, hlm68.

5

Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar

Penelitian Hukum, cetak ketiga, Universitas Indonesia, Jakarta, hlm 12.

yang bernama AKBP Jefri Indra dan AKP Indra Syahputra dan 1 (satu) orang penyidik pembantu yang bernama BRIPKA Adri Irawan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan perpustakaan. 6 Data sekunder diperoleh dari Direktorat Reserse Kriminal Khusus POLDA Kota Padang, berupa statistik kriminal tentang peranan polisi dalam penyidikan tindak pidana pemalsuan sukuk oleh pengawai Bank di Kota Padang. Teknik Pengumpulan Data yang digunakan adalah dalam mengumpulkan data adalah dengan wawancara, adalah metode pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dengan berkomunikasi antara si pewawancara dengan informan.7 Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan kepada subjek penelitian. melalui buku-buku, literatur, jurnal ilmiah yang terkait dengan pemalsuan sukuk.8

Analisis data adalah Seluruh data yang relevan dengan objek penelitian ini dilakukan analisi secara kualitatif, dengan melakukan penafsiran terhadap data

6

Ibid,. hlm37

7

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 2012,

penelitian Hukum Suatu Tinjauan Singakat, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm13.

8

Aldo Rahman, 2013, blog aldo rahman, diunduh dari

: http://aldorahman.blogspot.co.id/2011/12/study-dokumentasi.html

(8)

6 tersebut, kemudian dihubungkan dengan konsep-konsep yang digunakan dan selanjutnya dikaitkan dengan masalah-masalah penelitian untuk memperoleh kesimpulan penelitian.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Pemalsuan Sukuk oleh Pegawai Bank di Kota Padang

Direktorat Reserse Kriminal Khusus berada di kantor Kepolisian Daerah

(POLDA) Sumatera Barat yang

ditempatkan dilantai empat (4) terletak di Jalan Sudirman. Pelaksanaan penyidikan mulai dilakukan setelah diketahui atau diduga telah terjadi suatu tindak pidana berdasarkan laporan atau pengaduan. Baik laporan ataupun pengaduan yang diterima penyidik merupakan bahan yang masih mentah dan perlu diadakan penelitian dan penyaringan. Dalam tindak pidana yang penulis ambil untuk diteliti yaitu tindak pidana pemalsuan sukuk, diketahuinya telah terjadi tindak pidana tersebut karena ada pengaduan dari pihak Bank kepada Polda Padang, karena tindak pidana tersebut merupakan delik aduan, yang selanjutnya oleh aparat kepolisian di Polda Padang dibuatkan laporan yang isinya

adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh pihak Bank menerangkan telah terjadi peristiwa tindak pidana yaitu pemalsuan sukuk yang dilakukan oleh pegawai Bank Mandiri Syariah. Dalam laporan polisi tersebut dicantumkan model huruf B, yang artinya bahwa laporan polisi tersebut dibuat berdasarkan laporan ataupun pengaduan dari masyarakat yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi korban suatu tindak pidana. Dalam mengungkap tindak pidana pemalsuan sukuk penyidik atau penyidik pembantu melakukan pemangilan terhadap saksi-saksi yang akan dimintai keterangan dan dibuatkan dalam berita acara (BAP). Penyidik atau penyidik pembantu memangil 27 orang saksi dan ditambah 2 orang saksi ahli.9

Setelah laporan diterima oleh petugas kepolisian segera mengambil tindakan yaitu mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP). Setelah didapat keterangan dan bukti pemulaan yang cukup, maka harus dilakukan terlebih dahulu penyelidikan yang lebih lanjut dan perlu dikeluarkannya surat perintah penyelidikan untuk mendapatkan bukti bahwa laporan tersebut

9

Hasil wawancara dengan Bapak BRIPKA Adri Irawan selaku penyidik Ditreskrim Khusus Polda Padang, Kamis, 14 April 2016

(9)

7 adalah suatu tindak pidana. Hasil wawancara dengan AKBP Jefri Indrajaya selaku Kasubdit II Ditreskrim Khusus Polda Padang, yang mengatakan bahwa segera dibuat surat perintah penyidikan untuk mengetahui lebih lanjut tindak

pidana tersebut dengan No.

Lp/196/VI/2015-SDKT,SBR, Tgl 25 Juni/2015, dalam kasus ini diberikan kepada penyidik dan penyidik pembantu. Dengan adanya surat perintah penyidikan tersebut, penyidik atau penyidik bantu yang nama dan jabatannya tercantum wewenang untuk menangani dan mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk kepentingan penyidikan sesuai kewenangannya berkaitan dengan tindak pidana yang dilaporkan.10

Hasil wawancara dengan bapak AKP Indra Syahputra selaku penyidik Direskrim Khusus Polda Padang, mengatakan untuk memulai penyidikan tindak pidana pemalsuan sukuk, maka dikeluarkannya surat perintah penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu melakukan tindakan-tindakan hukum terhadap orang, maupun benda atau pun barang yang ada hubungannya dengan tindak pidana yang terjadi. Untuk mempelancar proses

10

Hasil wawancara dengan Bapak AKBP Jefri Indra selaku Kasubdit II Ditreskrim Khusus POLDA Padang, Senin, 11 April 2016.

penyidikan tindak pidana pemalsuan sukuk, pihak kepolisian memberikan surat panggilan pertama dan kedua namun tersangka tidak menanggapi surat panggilan tersebut. Sehingga pihak kepolisan melakukan penangkapan seseorang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Setelah penangkapan dilakukan, segera dilakuan pemeriksaan untuk mengetahui perlu diadakannya suatu penahanan terhadap tersangka atau tidak, mengingat jangka waktu penangkapan yang diberikan oleh undang-undang hanya 1x24 jam, setelah penangkapan dilakukan dibuat berita acara penangkapan yang berisi pelaksanaan penangkapan yang ditanda tangani oleh tersangka dan penyidik yang melakukan penangkapan. Untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu atas perintah, penyidik berwenang untuk melakukan penahanan berdasarkan bukti permulaan yang cukup bahwa pelaku diduga keras melakukan tindak pidana yang dapat dikenakan penahanan. Penahanan dilakukan dengan pertimbangan bahwa pelaku dikhawatirkan akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan mengulangi tindak pidana yang telah dilakukannya. Apabila penyidik telah selesai maka penyidik wajib segera

(10)

8 menyerahkan berkas tersebut kepada penuntut umum yang merupakan penyerahan dalam tahap pertama yaitu hanya berkas perkaranya saja. Tetapi penuntut umum masih meragukan hasil penyidik apakah kasus ini termasuk tindak pidana pencucian uang (money loundry) sehingga penyidik mendatangi ahli jasa keuangan atau dari pihak OJK, setelah ahli jasa keuangan menjelaskan sehingga penyidik dan penuntut umum memiliki kesepakatan yang sama.

Dalam hal ini penyidikan sudah dianggap selesai maka penyidik menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum.11

B. Kendala-kendala yang Dihadapi oleh Penyidik dalam Upaya Mengungkapkan Tindak Pidana Pemalsuan Sukuk oleh Pegawai Bank di Kota Padang.

Dalam proses penyidikan perkara pidana terdapat beberapa permasalahan-permasalahan yang menjadi kendala

penyidik untuk meningkatkan

profesionalisme dalam melakukan

penyidikan. Dalam mewujudkan

11

Hasil wawancara dengan AKP Indra Syahputra selaku Penyidik Ditreskrim Khusus Polda Padang, Senin, 11 April 2016.

penegakan hukum diperlukan satu mata rantai proses yang baik dan sistematis. Demi terwujudnya penegakan hukum yang baik diperlukan juga hubungan koordinasi yang baik antara aparat penegak hukum dengan berpedoman pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Hasil wawancara dengan BRIPKA Adri Irawan mengatakan bahwa sejauh ini kendala yang dihadapi oleh penyidik, yaitu hambatan internalnya seperti kurangnya jumlah ahli (Otoritas Jasa Keuangan atau OJK), sehubung jumlah saksi ahli dari OJK hanya memiliki 4 (empat) orang saksi yang ada di Indonesia.12

Kendala atau hambatan selanjutnya perbedaan pendapat antara penyidik dan Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam menilai kasus baik barang bukti maupun tersangka. Tidak adanya kendala-kendala tetapi adanya hambatan yang perlu dikoordinasi untuk dipercepat dan menjadi tantangan tersendiri untuk penyidik. Secara umum masyarakat kurang mengerti dalam pembelian setifikat sukuk itu sendiri. Sehingga masyarakat mudah terpengaruh oleh pelaku, sedangkan masyarakat tidak mengetahui perbedaan yang mana sertifikat sukuk dan yang mana

12

Hasil wawancara dengan BRIPKA Adri Irawan selaku penyidik Ditreskrim Khusus Polda Padang, Kamis, 14 April 2016

(11)

9 bukti pembelian sertifikat sukuk. Sehubung sertifikat sukuk tersebut hanya ada satu yang terdapat di Bank Indonesia.

Penutup

Berdasarkan permasalahan dan pembahasan pada skripsi ini, maka penulis berkesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan penyidikan mulai dilakukan setelah diketahui atau diduga telah terjadi suatu tindak pidana berdasarkan laporan atau pengaduan dari pihak Bank kepada Polda Padang, karena tindak pidana tersebut merupakan delik aduan, yang selanjutnya oleh aparat kepolisian di Polda Padang dibuatkan laporan yang isinya adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh pihak Bank menerangkan telah terjadi peristiwa tindak pidana yaitu pemalsuan sukuk yang dilakukan oleh pegawai Bank Mandiri Syariah. Dalam mengungkap tindak pidana pemalsuan sukuk penyidik atau penyidik pembantu melakukan pemangilan terhadap saksi-saksi yang akan dimintai keterangan dan dibuatkan dalam berita acara (BAP). Penyidik atau penyidik pembantu memangil 27 orang saksi dan ditambah 2 orang saksi ahli.

Pelaksanaan penyidik dan penyidikan antara lain :

a. Penerimaan laporan b. Mendatangai TKP

c. Mengeluarkan surat perintah penyidikan

d. Mengeluarkan surat perintah dimulainya penyidikan e. Pelaksanaan penyidikan, meliputi : 1) Penangkapan 2) Penahanan 3) Pemeriksaan a) Pemeriksaan Tersangka b) Pemeriksaan saksi c) Evaluasi hasil pemeriksaan 4) Penggeledahan 5) Penyitaan f. Selesainya penyidikan, dengan menyerahkan

tersangka dan barang bukti kepada Jaksa Penuntut Umum.

2. Kendala-kendala yang dihadapi oleh penyidik adalah Kurang aktifnya tersangka dalam memenuhi penggilan yang dilakukan oleh penyidik atau penyidik pembantu untuk dimintai keterangannya sehubung dengan dugaan tindak pidana pemalsuan

(12)

10 sukuk yang dilaporkan, sehingga penyidik atau penyidik pembantu menerbitkan surat panggilan kedua terhadap tersangka yang akan dimintai

keterangannya. Penghambat

penyelidikan yaitu hambatan internalnya seperti jumlah ahli (jaksa keuangan atau OJK) yang kurang dan hambatan selanjutnya perbedaan pendapat antara penyidik dan Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam menilai kasus baik barang bukti maupun tersangka. Masyarakat kurang mengerti dalam pembelian sukuk ataupun sukuk itu sendiri, sehingga masyarakat mudah saja terpengaruh oleh tersangka sehingga masyarakat tidak mengetahui perbedaan yang mana sukuk dan yang mana bukti pembelian sukuk

Saran

1. Pentingnya permasalahan pemalsuan sukuk ini diperhatikan oleh pihak Bank Indonesia dan OJK, karena kejahatan ini sangat merugikan seseorang, masyarakat, maupun pihak Bank.

2. Dalam hal membuktikan suatu kejahatan pemalsuan sukuk diharapkan pihak Kepolisian mampu benar-benar menguasai pekara ini dengan baik agar pelaku tindak pidana pemalsuan sukuk

ini dapat dijerat menurut Undang-undang yang berlaku. Dalam hal ini pada pihak Bank Indonesia dan OJK

agar bisa menambah atau

memperbanyak ahli dalam Jaksa Keuangan yang bisa membantu proses penyidikan.

Daftar Pustaka

Adrian Sutedi, 2008, Aspek Hukum

Obligasi dan Sukuk, Sinar Grafika, Jakarta

Ahmad Ifham Sholihin, 2010, Buku Pintar Ekonomi Syariah, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Bambang Sunggono, 2013, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta

P.A.F. Lamintang, 2001, Delik-Delik Kejahatan Membahayakan Kepercayaan Umum Terhadap Surat, Alat Pembayaran, Alat Bukti, Peradilan, PT. Sinar Grafika, Jakarta

R.Sugandhi, 1980, KUHP Kitab Undang-undang Hukum Pidana Berikut Penjelasan, Usaha Nasional, Jakarta

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 2012,

Penelitian Hukum Suatu Tinjauan Singakat, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta

Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, cetak ketiga, Universitas Indonesia, Jakarta

(13)

11 Teguh Prasetyo, 2011, Hukum Pidana,

PT. Rajagrafindo Persada, Yogyakarta

Wirjono Prodjodikoro, 2010, Tindak-tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, Refika Aditama, Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Tindakan penyidik menghentikan penyidikan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana karena untuk membuat suatu terang peristiwa yang diduga dan menentukan

Kendala-kendala yang Ditemui Dalam Melakukan Penyidikan Tindak Pidana Korupsi di Kejaksaan Negeri Sawahlunto .... Koordinasi Jaksa dengan Perangkat Hukum Lainnya

penelitian yang akan disusun dalam sebuah Skripsi dengan judul “ Pelaksanaan Penyidikan Terhadap Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik (Studi Kasus di Polresta

Untuk lebih menegaskan bahwa jaksa mempunyai wewenang untuk melakukan penyidikan tindak pidana korupsi, dapat ditelusuri dari ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

Dalam pengungkapan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan sangat berkaitan dengan

Untuk tindak pidana pemalsuan merek di Provinsi Riau, pihak yang berwenang untuk menegakan aturan dalam hal penyidikan ialah Direktorat Reserse Kriminal Khusus

Proses penyidikan terhadap anggota Kepolisian yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan Narkotika Pelaksanaan proses penyidikan tindak pidana narkotika diawali

Novan Hadian : Proses penyidikan tindak pidana korupsi di bidang perbankan di Kota Medan, 2001 USU Repository © 2008.... Novan Hadian : Proses penyidikan tindak pidana korupsi