• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh : ALDIO PRATAMA Bagian Hukum Pidana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL PENELITIAN. Oleh : ALDIO PRATAMA Bagian Hukum Pidana"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

ARTIKEL PENELITIAN

PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENCATATAN PALSU YANG TERJADI DI BANK PEKREDITAN RAKYAT (BPR) SAMUDERA AIR TAWAR

KOTA PADANG

( STUDIKASUS DITRESKRIMSUS POLDA SUMBAR )

Oleh :

ALDIO PRATAMA 1110012111061

Bagian Hukum Pidana

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG 2017

(2)

2

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL PENELITIAN

PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENCATATAN PALSU YANG TERJADI DI BANK PEKREDITAN RAKYAT (BPR) SAMUDERA AIR TAWAR

KOTA PADANG

( STUDIKASUS DITRESKRIMSUS POLDA SUMBAR )

Disusun Oleh: ALDIO PRATAMA

1110012111061

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum

Universitas Bung Hatta

(3)

1

PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENCATATAN PALSU YANG TERJADI DI BANK PEKREDITAN RAKYAT (BPR) SAMUDERA

AIR TAWAR KOTA PADANG

( STUDIKASUS DITRESKRIMSUS POLDA SUMBAR )

Aldio Pratama1, Dr. Uning Pratimaratri, S.H., M.H.,1, Elyana Novira, S., M.H.,1 1

Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta Email: aldiopratamaboy@gmail.com

ABSTRACT

The criminal act of forgery of customer data arranged in uu No. 10 of 1998 on the banks where necessary role that banking institutions can handle the crime of falsification of banking on the customer data. The problems: 1) how the investigation of criminal falsification of customer data that occurred in the bank crediting of people (BPR) fresh water ocean desert city? 2) what are the constraints experienced in handling the crime of falsification of customer data that occurred in the bank crediting (BPR) of fresh water ocean desert city ?. This research used sociol legal approach this study used primary and secondary data,data was collected by interview and documentary study,data was analysed qualitatively.The conclusions of the study: 1) the implementation of the investigation at the start based on reports from the bank to the police chief's boast that further investigation in order to assist issuing a summons to both suspects and witnesses - witnesses 2) constraints - constraints faced by investigators lack of effective information that is made against suspects sehubung with criminal acts reported falsification of customer data and inhibiting the process of investigation such as the amount of the financial experts in the prosecutor's office and disagreements between investigators and prosecutors in assessing such cases either dissent in terms of evidence and suspects.

Keywords: investigation, crime, falsification of customer data. PENDAHULUAN

Tindak pidana pencatatan palsu merupakan tindak pidana perbankan. Kejahatan perbankan merupakan hal yang sangat meresahkan masyarakat khususnya nasabah bank. Oleh karena itu dibutuhkan peranan lembaga perbankan yang bisa menangani tindak pidana perbankan khususnya mengenai pencatatan palsu tentang data nasabah.

Peranan lembaga perbankan tidak dapat dilepaskan dari maju atau mundurnya perekonomian suatu negara. Lembaga perbankan dituntut untuk senantiasa stabil,

sehat, transparan, dan dikelola dengan baik (well managed).

Pada prinsipnya kegiatan suatu bank (baik bank umum maupun bank perkreditan rakyat) terdiri dari tiga golongan sebagai berikut: 1) Kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat. 2) Kegiatan penarikan dana kepada masyarakat 3) Kegiatan pemberian jasa tertentu yang dapat menghasilkan fee based income. Semua kegiatan bank seperti disebutkan di atas ialah suatu kegiatan yang didasarkan pada hubungan perjanjian antara bank itu sendiri dengan para nasabahnya.

(4)

2 Lembaga perbankan merupakan suatu lembaga kepercayaan (agent of trust), yaitu lembaga yang menjalankan usahanya sangat tergantung pada kepercayaan dari masyarakat untuk dapat berkembang.

Oleh karena itu, tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat, tentu bank tidak mampu menjalankan kegiatan usahanya dengan baik. Sehingga tidaklah berlebihan bila dunia perbankan harus sedemikian rupa menjaga kepercayaan dari masyarakat untukmemberikan perlindungan hukum terhadap kepentingan masyarakat, terutama kepentingan nasabah dari bank yang bersangkutan.

Dengan perkataan lain, dalam rangka untuk menghindari kemungkinan terjadinya ketidakpercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan, yang pada saat ini gencar melakukan ekspansi untuk mencari dan menjaring nasabah, maka perlindungan hukum bagi nasabah penyimpan terhadap kemungkinan terjadinya kerugian sangat diperlukan.

Pasal 29 ayat (3) UU Perbankan terkandung penerapan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit atau pembiayaan kepada nasabah debitur. Selengkapnya Pasal 29 ayat (3) UU Perbankan yang berbunyi: dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menjalankan cara yang tidak

merugikan bank dan kepentingan nasabah yang memercayakan dananya kepada bank. Ketentuan Pasal 29 Ayat (2) dan Ayat (3) di atas berhubungan dengan ketentuan Pasal 29 Ayat (4), karena bertujuan untuk melindungi kepentingan nasabah penyimpan dan simpanannya. Bunyi Pasal 29 Ayat (4): Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai terjadinya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.

Oleh karena itu, tidak dijelaskan mengenai makna dari prinsip kehati-hatian (prudential principle) tersebut di dalam isi dari UU No. 7 Tahun 1992 maupun UU No. 10 Tahun 1998.

Pengertian mengenai prinsip kehati-hatian dapat ditemukan dalam Kamus Perbankan bahwa hati-hati atau kehati-hatian bank adalah: Pelaksanaan prinsip kehati-hatian bank untuk meminimalkan risiko usaha operasional bank berpedoman dengan ketentuan bank sentral dan ketentuan intern bank (prudential banking). Prinsip kehati-hatian ini sangat penting dalam hubungan antara bank dengan nasabahnya, karena kedudukan nasabah bank seringkali kurang dihormati dan dilindungi karena kurang mendapat tanggapan dari pihak otoritas moneter berwenang. Bank juga harus menjaga kesehatan dari bank itu sendiri.

(5)

3 Berbagai kasus tindak pidana perbankan telah mendapatkan putusan oleh pengadilan baik pada tingkat pertama, banding, dan pada tingkat mahkamah agung. Menurut kasus kejahatan perbankan tentang pencatatan palsu yang terjadi pada tahun 2012, kejahatan perbankan mengenai pembukuan nasabah seperti pencatatan palsu dan pemalsuan nama nasabah sebanyak 75 orang yang dilakukan oleh Direktur Bank BPR dan Direktur Perusahaan Suzuya.

Direktur tersebut diancam dengan Pasal 10, Pasal 13, Pasal 49 Ayat (1) huruf a dan c Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Dan menurut putusan Pengadilan Negeri Padang dijatuhi hukuman 3,5 tahun penjara.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk mengangkat permasalahan ini sebagai suatu karya ilmiah skripsi yg berjudul: Penyidikan Tindak Pidana Pencatatan Palsu yang Terjadi di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Samudera Air Tawar Kota Padang.

Tujuan penelitian hendak penulis lakukan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penanganan tindak pidana pencatatan palsu yang terjadi di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Samudra Air Tawar Kota Padang. 2. Untuk mengetahui kendala yang

dialami dalam melakukan penanganan

tindak pidana pencatatan palsu yang terjadi di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Samudra Air Tawar Kota Padang.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum sosiologis (socio legal research) yaitu mengaitkan hukum kepada usaha untuk mencapai tujuan-tujuan serta kebutuhan-kebutuhan konkrit dalam masyarakat.

Oleh karena itu, metode ini memusatkan perhatian pada mengamati mengenai efektivitas dari hukum. Penelitian ini juga bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Pemalsuan data nasabah oleh Pegawai Bank Di Kota Padang oleh peneliti.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama. Data tersebut diperoleh di lapangan dengan melakukan wawancara dengan informan yang terdiri dari 2 (dua) orang penyidik. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan perpustakaan. Data sekunder diperoleh dari Direktorat Reserse Kriminal Khusus POLDA Kota Padang, berupa statistik kriminal tentang peranan polisi dalam penyidikan tindak pidana pemalsuan data nasabah oleh pengawai Bank di Kota Padang.

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

(6)

4 adalah:Wawancara, Studi Dokumen. Seluruh data yang relevan dengan objek penelitian ini dilakukan analisi secara kualitatif, dengan melakukan penafsiran terhadap data tersebut, kemudian dihubungkan dengan konsep-konsep yang digunakan dan selanjutnya dikaitkan dengan masalah-masalah penelitian untuk memperoleh kesimpulan penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Pemalsuan data nasabah atau pencatatan palsu oleh Pegawai Bank di Kota Padang

Direktorat Reserse Kriminal Khusus berada di kantor Kepolisian Daerah (POLDA) Sumatera Barat yang ditempatkan dilantai empat (4) terletak di Jalan Sudirman.

Pelaksanaan penyidikan mulai dilakukan setelah diketahui atau diduga telah terjadi suatu tindak pidana berdasarkan laporan atau pengaduan. Baik laporan ataupun pengaduan yang diterima penyidik merupakan bahan yang masih mentah dan perlu diadakan penelitian dan penyaringan.

Dalam tindak pidana yang penulis ambil untuk diteliti yaitu tindak pidana pemalsuan data, diketahuinya telah terjadi tindak pidana tersebut karena ada pengaduan dari pihak Bank Indonesia kepada Polda Padang, karena tindak pidana

tersebut merupakan delik aduan, yang selanjutnya oleh aparat kepolisian di Polda Padang dibuatkan laporan yang isinya adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh pihak Bank menerangkan telah terjadi peristiwa tindak pidana yaitu pemalsuan sukuk yang dilakukan oleh pegawai Bank Pekreditan rakyat.

Dalam laporan polisi tersebut dicantumkan model huruf B, yang artinya bahwa laporan polisi tersebut dibuat berdasarkan laporan ataupun pengaduan dari masyarakat yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi korban suatu tindak pidana.

Dalam mengungkap tindak pidana pemalsuan data nasabah penyidik atau penyidik pembantu melakukan pemanggilan terhadap saksi-saksi yang akan dimintai keterangan dan dibuatkan dalam berita acara (BAP). Penyidik atau penyidik pembantu memangil 75 orang saksi dan ditambah 2 orang saksi ahli.

Setelah laporan diterima oleh petugas kepolisian segera mengambil tindakan yaitu mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP). Tindakan tersebut dilakukan untuk mencari keterangan-keterangan dan bukti guna menentukan suatu peristiwa yang dilaporkan atau diadukan tersebut merupakan tindak pidana atau bukan tindak pidana, melengkapi keterangan dan bukti-bukti yang telah diperoleh akan menjadi jelas sebelum

(7)

5 dilakukan tindakan selanjutnya dan juga sebagai persiapan pelaksanaan penindakan atau pemeriksaan.

Setelah didapat keterangan dan bukti pemulaan yang cukup, maka harus dilakukan terlebih dahulu penyelidikan yang lebih lanjut dan perlu dikeluarkannya surat perintah penyelidikan untuk mendapatkan bukti bahwa laporan tersebut adalah suatu tindak pidana.

Dengan adanya surat perintah penyidikan tersebut, penyidik atau penyidik bantu yang nama dan jabatannya tercantum wewenang untuk menangani dan mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk kepentingan penyidikan sesuai kewenangannya berkaitan dengan tindak pidana yang dilaporkan.

Dari penyidikan dapat diketahui pengakuan tersangka yang kronologis terjadinya tindak pidana pemalsuan sukuk yang dapat dijerat dengan pasal 49 ayat (1) huruf a dan b Jo ayat (2) huruf b Undang Undang RI : 10 Tahun 1998 , tentang perubahan Undang Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan Jo pasal 55 ayat (1) Jo 263 ayat (1),(2) KUHP.

Untuk mempelancar proses penyidikan tindak pidana pemalsuan data, pihak kepolisian memberikan surat panggilan pertama dan kedua namun tersangka tidak menanggapi surat panggilan tersebut. Sehingga pihak kepolisan melakukan penangkapan seseorang yang

diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.

Setelah penangkapan dilakukan, segera dilakuan pemeriksaan untuk mengetahui perlu diadakannya suatu penahanan terhadap tersangka atau tidak, mengingat jangka waktu penangkapan yang diberikan oleh undang-undang hanya 1x24 jam, setelah penangkapan dilakukan dibuat berita acara penangkapan yang berisi pelaksanaan penangkapan yang ditanda tangani oleh tersangka dan penyidik yang melakukan penangkapan.

Untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu atas perintah, penyidik berwenang untuk melakukan penahanan berdasarkan bukti permulaan yang cukup bahwa pelaku diduga keras melakukan tindak pidana yang dapat dikenakan penahanan. Penahanan dilakukan dengan pertimbangan bahwa pelaku dikhawatirkan akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan mengulangi tindak pidana yang telah dilakukannya.

Atas pertimbangan tersebut, maka penyidik Ditreskrim Khusus Polda Padang yang menangani kasus pemalsuan sukuk mengeluarkan surat perintah penahanan untuk menahan tersangka.

Pemeriksaan dilakukan untuk mendapatkan keterangan atau kejelasan tersangka atau saksi atau barang bukti maupun tentang unsur-unsur tindak pidana

(8)

6 yang telah terjadi, sehingga kedudukan dan peranan seseorang maupun barang bukti didalam tindak pidana tersebut menjadi jelas dan dituangkan dalam berita acara pemeriksaan (BAP).

Dalam suatu pemeriksaan agar dapat memperoleh keterangan, petunjuk, bukti-bukti dan data yang cukup benar, maka hasil pemeriksaan tersangka dan saksi-saksi yang dituangkan dalam acara pemeriksaan dievaluasi baik secara sendiri ataupun secara keseluruhan guna mengembangkan dan mengarahkan pemeriksaan berikutnya ataupun untuk membuat suatu kesimpulan dari pemeriksaan sebagai salah satu kegiatan penyidikan yang telah dilakukan.

Setelah diperoleh gambaran atau kontruksi tindak pidana tersebut secara bulat maka dapat diketahui bahwa benar suatu tindak pidana telah terjadi, peranan tersangka, siapa saja saksinya dan barang-barang yang menjadi barang-barang bukti. Dari hasil evaluasi tersebut penyidik atau penyidik pembantu dapat menyusun suatu resume dalam tindak pidana pemalsuan data nasabah.

Perkembangan penyitaan dan pembuatan surat perintah penyitaan adalah laporan polisi, hasil pemeriksaan, laporan hasil penyelidikan yang dibuat oleh petugas atas perintah penyidik atau penyidik pembantu dan hasil pengeledahan. Dalam tindak pidana pemalsuan sukuk terdapat beberapa barang yang dapat disita

Apabila penyidik telah selesai maka penyidik wajib segera menyerahkan berkas tersebut kepada penuntut umum yang merupakan penyerahan dalam tahap pertama yaitu hanya berkas perkaranya saja. Tetapi penuntut umum masih meragukan hasil penyidik apakah kasus ini termasuk tindak pidana pencucian uang (money loundry) sehingga penyidik mendatangi ahli jasa keuangan atau dari pihak OJK, setelah ahli jasa keuangan menjelaskan sehingga penyidik dan penuntut umum memiliki kesepakatan yang sama.

Dalam hal ini penyidikan sudah dianggap selesai maka penyidik menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum.

B. Kendala-kendala yang Dihadapi oleh Penyidik dalam Upaya Mengung-kapkan Tindak Pidana Pemalsuan data nasabah atau pencatatan palsu oleh Pegawai Bank di Kota Padang.

Dalam proses penyidikan perkara pidana terdapat beberapa permasalahan-permasalahan yang menjadi kendala penyidik untuk meningkatkan profesio-nalisme dalam melakukan penyidikan.

Dalam mewujudkan penegakan hukum diperlukan satu mata rantai proses yang baik dan sistematis. Demi terwujudnya penegakan hukum yang baik diperlukan juga hubungan koordinasi yang baik antara aparat penegak hukum dengan

(9)

7 berpedoman pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Beberapa kendala yang dihadapi penyidik dalam proses penyidikan perkara pidana adalah :

1. Kurangnya partisipasi saksi dalam memberikan keterangan dalam proses penyidikan.

2. Terbatasnya jumlah penyidik.

Keterbatasan jumlah penyidik sangat berpengaruh terhadap efektifnya kinerja penyidik dalam melakukan penyidikan.

Selain itu terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam mengungkap tindak pidana pemalsuan sertifikat sukuk yang terjadi di Kota Padang. Kendala-kendala tersebut diantaranya sebagai berikut : 1. Kendala Internal

Kurangnya pemahaman penyidik terdahap pemalsuan data nasabah. 2. Kendala Eksternal

Kendala Eksternal yang dihadapi oleh penyidik dalam menangani tindak pidana pemalsuan data nasabah, meliputi :

a. Kurangnya kerja sama antara penyidik dengan Jaksa Penuntut Umum.

b. Kurangnya saksi ahli dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

c. Ketidakjelasan alamat tersangka dalam rangka pemeriksaan di penyidikan. d. Kurang aktifnya tersangka dalam

memenuhi penggilan yang dilakukan

oleh penyidik atau penyidik pembantu untuk dimintai keterangannya sehubung dengan dugaan tindak pidana pemalsuan data nasabah yang dilaporkan, sehingga penyidik atau penyidik pembantu menerbitkan surat panggilan kedua terhadap tersangka yang akan dimintai keterangannya.

Hasil wawancara dengan BRIPKA Adri Irawan mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada kendala yang dihadapi penyidik, tetapi yang menghambat penyelidikan yaitu hambatan internalnya seperti kurangnya jumlah ahli di OJK, sehubung jumlah saksi ahli dari OJK hanya memiliki 4 (empat) orang saksi yang ada .

Kendala atau hambatan selanjutnya perbedaan pendapat antara penyidik dan Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam menilai kasus baik barang bukti maupun tersangka. Tidak adanya kendala-kendala tetapi adanya hambatan yang perlu dikoordinasi untuk dipercepat dan menjadi tantangan tersendiri untuk penyidik.

Secara umum masyarakat kurang mengerti dalam tatacara memalsukan data nasabah atau data fiktif itu sendiri. Sehingga masyarakat mudah terpengaruh oleh pelaku, sedangkan masyarakat tidak mengetahui tentanng pemalsuan data nasabah tersebut.

(10)

8 PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapatlah ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan penyidikan mulai dilakukan setelah diketahui atau diduga telah terjadi suatu tindak pidana berdasarkan laporan atau pengaduan dari pihak Bank kepada Polda Padang, karena tindak pidana tersebut merupakan delik aduan, yang selanjutnya oleh aparat kepolisian di Polda Padang dibuatkan laporan yang isinya adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh pihak Bank menerangkan telah terjadi peristiwa tindak pidana yaitu pemalsuan data nasabah yang dilakukan oleh pegawai Bank pekreditan rakyat. Dalam mengungkap tindak pidana pemalsuan data penyidik atau penyidik pembantu melakukan pemanggilan terhadap saksi-saksi yang akan dimintai keterangan dan dibuatkan dalam berita acara (BAP). Penyidik atau penyidik pembantu memangil 75 orang saksi dan ditambah 2 orang saksi ahli. Pelaksanaan penyidik dan penyidikan antara lain :

a. Penerimaan laporan b. Mendatangai TKP

c. Mengeluarkan surat perintah penyidikan

d. Mengeluarkan surat perintah dimulainya penyidikan

e. Pelaksanaan penyidikan, meliputi : 1) Penangkapan

2) Penahanan 3) Pemeriksaan

a) Pemeriksaan Tersangka b) Pemeriksaan saksi

c) Evaluasi hasil pemeriksaan 4) Penggeledahan

5) Penyitaan

f. Selesainya penyidikan, dengan menyerahkan tersangka dan barang bukti kepada Jaksa Penuntut Umum. 2. Kendala-kendala yang dihadapi oleh

penyidik adalah Kurang aktifnya tersangka dalam memenuhi penggilan yang dilakukan oleh penyidik atau penyidik pembantu untuk dimintai keterangannya sehubung dengan dugaan tindak pidana pemalsuan data nasabah yang dilaporkan, sehingga penyidik atau penyidik pembantu menerbitkan surat panggilan kedua terhadap tersangka yang akan dimintai keterangannya. Penghambat penyelidikan yaitu hambatan internalnya seperti jumlah ahli di jaksa keuangan yang kurang dan hambatan selanjutnya perbedaan pendapat antara penyidik dan Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam menilai kasus baik barang bukti maupun tersangka.

(11)

9 TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN DATA NASABAH YANG TERJADI DI BANK PEKREDITAN RAKYAT (BPR) SAMUDRA AIR TAWAR KOTA

PADANG (STUDIKASUS

DITRESKRIMSUS POLDA

SUMBAR)”. Penulisan skripsi ini diselesaikan dalam rangka untuk mencapai gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan serta bimbingan dan dorongan moril maupun materil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Dr. Uning Pratimaratri, S.H., M.H., selaku Dosen

Pembimbing I sekaligus sebagai ketua bagian hukum pidana dan Ibu Elyana Novira, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing II dimana dalam penulisan skripsi ini telah banyak meluangkan waktu, membantu, dan memberikan nasehat maupun saran agar penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dwi Astuti Palupi, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta.

2. Ibu Nurbeti, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta.

DAFTAR PUSTAKA Buku-buku

Adam Chazawi, Mei 2014, tindak pidana

pemalsuan, PT RajaGrafindo

Persada Jakarta ,

Bambang Sunggono, 2013, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta,

(12)

10 Djoni S. Gozali, April 2012, Hukum

Perbankan, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta

HAK Moch Anwar, 1986, Tindak Pidana di Bidang Perbankan,

Bandung,

Hermansyah, 2005, Hukum Perbankan Nasional , Kencana Prenada Media, Jakarta,

Munir Fuady, 1999, Hukum Perbankan , Citra Aditya Bakti, Bandung, Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar

Penelitian Hukum, cetak ketiga, Universitas Indonesia, Jakarta.

Teguh Prasetyo, 2011, Hukum Pidana, PT. Rajagrafindo Persada, Yogyakarta,

Undang-undang

Kitap Undang-undang hukum pidana (KUHP)

UU, nomor. 07 tahun 1992, yang di robah undang-undang no,10Tentang hukum perbankan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Analisis Biplot, dapat diketahui bahwa posisi atribut yang berada pada derajat kepentingan sangat penting adalah atribut manfaat kesehatan, kandungan nutrisi

memperbesar peluang untuk menyisakan makanan untuk dibuang. Ketika makanan menjadi sisa, maka orang lain sudah pasti tidak mau memakannya. Di restoran-restoran,

Pembelajaran. Berdasarkan grafik 3 dapat di amati bahwa terdapat perbedaan rata-rata perolehan hasil belajar siswa sebelum pembelajaran menggunakan modul dan setelah

PENENTUAN ATRIBUT PRODUK Suatu jenis produk tertentu yg memiliki pembeda dgn produk lainnya Atau Faktor-faktor yang dipertimbang- kan pembeli pada saat membeli produk.

Yakni seolah-olah kamu menganggap bahwa Allah tidak mengilmui dan mengetahui, demikianlah syetan dari kalangan jin dan manusia menghias-hiasi untuk mereka dalam keadaan mereka

Adapun dalam penelitian hadis tentang silaturrahmi ini menghasilkan bahwa hadis tersebut bernilai s}ah}i>h} li Dha>tihi karena adanya sanad yang muttas}il dari

Kitab Maleakhi adalah sebuah pesan yang bernuansa moral-spiritual, karena Allah yang begitu mengasihi umat Israel namun umat Israel justru merespon sebaliknya, mereka