• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah singkat Perkebunan Malabar

Perkebunan Malabar merupakan peninggalan dari masa penjajahan Belanda. Perkebunan ini didirikan pada tahun 1896 oleh Karl Albert Rudolf Bosscha, seorang warga negara Belanda sebagai utusan dari Firma John Peet & Co. KAR Bosscha merupakan pemimpin Perkebunan Malabar yang pertama dari tahun 1896 hingga 1928, selanjutnya kepemimpinan digantikan oleh Ir RA Kerkhoven (1928 – 1934) dan kemudian digantikan oleh Ermeling (1934 – 1942). Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih Perkebunan Malabar pada tanggal 27 Desember 1957 dengan nama Perkebunan Negara Unit Jawa Barat III (PNU Jabar III) berdasar UU Nomor 86/1958 dan Peraturan Pemerintah Nomor 2/1959 tentang pengambil alihan kebun-kebun milik Belanda oleh Pemerintah Indonesia dan sejak saat itu pimpinan perkebunan dipegang oleh bangsa Indonesia.

Tahun 1964 PNU Jabar III berubah menjadi Perusahaan Perkebunan Negara Aneka Tanaman (PPN Antan IX), selanjutnya perkebunan ini di reorganisasi ke dalam Perusahaan Negara Perkebunan XIII (PNP XIII) tanggal 12 April 1968, berdasarkan PP Nomor 14/1968. Pada tanggal 1 Agustus 1971 PNP XIII diubah menjadi Perseroan Terbatas Perkebunan XIII (PTP XIII). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1996, Perkebunan Malabar resmi menjadi sebuah perkebunan yang berada dibawah manajemen PT Perkebunan Nusantara VIII yang merupakan penggabungan dari PTP XI, PTP XII dan PTP XIII.

PT Perkebunan Nusantara VIII membawahi 43 kebun dan 1 unit usaha pengepakan teh. Selain komoditi teh, PTPN VIII juga mempunyai komoditi-komoditi lainnya seperti karet, kina, kelapa sawit, kakao, dan gutta percha yang areal perkebunannya tersebar di seluruh Provinsi Jawa Barat dan sebagian di Provinsi Banten.

Letak geografis Perkebunan Malabar

Perkebunan Malabar merupakan salah satu dari 24 perkebunan teh yang berada di bawah manajemen PTPN VIII dengan lokasi terletak di Desa Banjarsari Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, dan jarak dari Kota Bandung 53 km. Kebun Malabar memiliki topografi berbukit dan berada pada ketinggian 1500-1550 meter diatas permukaan laut. Jenis tanah sebagian besar

adalah jenis andosol, sedangkan curah hujan tahunan 2300 – 3200 mm dengan temperatur harian 20-26 C.

Wilayah kerja Perkebunan Malabar terbagi menjadi empat afdeling, yaitu Malabar Utara, Malabar Selatan, Sukaratu dan Tanara yang berada di Desa Banjarsari. Produktivitas tanaman teh Perkebunan Malabar 2 700 kg/ha teh. Hasil panen pucuk diangkut ke pabrik diolah setiap hari dalam sebuah pabrik Orthodoks dengan kapasitas 70 000 kg per hari dan pemasarannya 80% untuk pasar ekspor dan 20% pasar lokal.

Struktur organisasi dan fasilitas

Perkebunan Malabar dipimpin oleh seorang administratur. Administratur dibantu oleh beberapa karyawan operasional yaitu sinder kepala bagian tanaman, sinder bagian pabrik, sinder bagian teknik dan sinder bagian tata usaha dan keuangan (TUK). Berdasarkan tingkatan jabatan sumberdaya manusia dibedakan menjadi tiga, yaitu karyawan pimpinan (staf), karyawan tetap dan karyawan harian. Karyawan staf diangkat dan penempatannya diatur langsung oleh direksi, sedangkan karyawan bulanan dan karyawan harian diangkat dan ditempatkan oleh administratur dengan seizin direksi.

Tabel 7 menunjukkan sebaran jumlah tenaga kerja Perkebunan Malabar tahun 2008. Jumlah seluruh tenaga kerja di Perkebunan Malabar tahun 2008 adalah 2187 orang. Jumlah karyawan bulanan adalah 197 orang, dan karyawan harian sebanyak 1977. Jumlah karyawan harian terdiri dari 1082 karyawan harian tetap dan 895 karyawan harian lepas.

Karyawan harian terdiri dari karyawan harian tetap (KHT) dan karyawan harian lepas (KHL). Perbedaan karyawan harian tetap dan karyawan harian lepas adalah dalam pemberian fasilitas dan jaminan, yaitu karyawan harian lepas tidak mendapat tunjangan kesehatan, upah sosial, dana pensiun, dan dana cuti/libur hari raya. Secara umum, penyediaan fasilitas kesejahteraan sosial yang disediakan oleh perusahaan meliputi sarana perumahan, sarana kesehatan, sarana pendidikan dan ibadah, tempat penitipan anak, pelayanan koperasi, sarana olahraga dan kesenian, dan jaminan sosial tenaga kerja.

Sistem upah berdasarkan upah minimum regional yang berlaku dibagi dengan hari kalender atau hari kerja. Dalam hal ini, UMR Kabupaten Bandung yang berlaku sebesar Rp 672 000.00 per bulan, sehingga dalam satu bulan terdapat 30 hari dengan rincian 26 hari kerja dan 4 hari libur, sehingga upah per

hari sebesar Rp 22 500.00. Pada hari libur, karyawan harian tetap mendapatkan tunjangan upah sebesar Rp 22 500.00 per hari.

Tabel 7 Sebaran jumlah tenaga kerja Perkebunan Malabar tahun 2008

Bagian/

Afdeling Pimpinan

Unsur pelaksana Karyawan pelaksana

Jumlah Mandor besar Mandor Lain-lain Jumlah KHT*) KHL**) Jumlah Administrasi 4 10 - 28 38 73 7 80 122 Malabar Utara 1 4 12 5 21 214 197 411 433 Malabar Selatan 1 3 14 1 18 179 219 398 417 Sukaratu 1 4 15 1 20 277 164 441 462 Tanara 1 3 14 - 17 211 190 401 419 Pabrik 2 4 15 7 26 85 68 153 181 Teknik 2 3 5 41 49 38 15 53 104 Blending 1 1 2 5 8 5 35 40 49 Jumlah 13 32 77 88 197 1082 895 1977 2187

Sumber: Laporan PTPN VIII Perkebunan Malabar (2008) Keterangan *) KHT: Karyawan harian tetap

**) KHL: Karyawan harian lepas

Berdasarkan jenis kelamin jumlah pemetik wanita lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pemetik laki-laki. Afdeling yang paling banyak mempekerjakan pemetik adalah Malabar Utara dan Sukaratu. Tabel 8 menunjukkan jumlah pemetik teh di Perkebunan Malabar tahun 2008.

Tabel 8 Jumlah pemetik teh di Perkebunan Malabar tahun 2008

Afdeling Karyawan harian tetap Karyawan harian lepas Jumlah

L P Jumlah L P Jumlah L P Jumlah Malabar Utara 41 123 164 31 111 142 72 234 306

Malabar Selatan 31 107 138 117 44 161 148 151 299

Sukaratu 47 176 223 56 41 97 103 217 320

Tanara 43 119 162 66 69 135 109 188 297

Jumlah 162 525 687 270 265 535 432 790 1222 Sumber: Laporan PTPN VIII Perkebunan Malabar (2008)

Produksi pucuk teh basah Perkebunan Malabar tahun 2007

Produktivitas perusahaan diukur dengan realisasi pucuk teh basah yang diproduksi dibandingkan dengan target perusahaan. Target perusahaan didasarkan atas produktivitas lahan dan kapasitas dari pemetik. Gambar 3 menunjukkan produksi pucuk teh basah PTPN VIII Perkebunan Malabar dari

bulan Januari hingga Desember 2007. Produksi pucuk teh basah tersebut cenderung fluktuatif dari bulan ke bulan dan di bawah target perusahaan.

Gambar 3 Produksi pucuk teh basah Perkebunan Malabar tahun 2007

Karakteristik Contoh Usia

Gambar 4 menunjukkan sebaran contoh menurut usia. Usia contoh pada penelitian ini tergolong produktif berkisar antara 21 sampai 55 dengan usia rata-rata 34.8 tahun. Sebagian besar contoh (77.2%) berada pada usia dewasa madya yaitu antara 30 sampai 49 tahun dan 20.6% diantaranya berusia 21 sampai 29 tahun.

Pengelompokkan usia tersebut disesuaikan dengan kebutuhan gizi berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) 2004 mengikuti rasionalisasi dan kesepakatan FAO/WHO/UNU 2001 dan harmonisasi RDA di Asia Tenggara (WNPG 2004).

Gambar 4 Sebaran contoh menurut usia

Menurut Suhardjo (1989) semakin bertambah usia maka jumlah energi yang diperlukan akan semakin meningkat dan mencapai puncaknya pada masa dewasa, namun jumlah energi yang diperlukan tubuh akan mengalami penurunan kembali pada usia lanjut.

Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa tingkat pendidikan contoh cenderung homogen, yaitu hanya sampai tingkat sekolah dasar. Gambar 5 menunjukkan lebih dari separuh jumlah contoh (73.9%) berpendidikan hnaya sekolah dasar dan 14.1% diantaranya tidak tamat SD. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspitaloka (2005) yang menunjukkan bahwa pendidikan wanita pemetik teh sebagian besar (79.5%) hanya sampai tingkat sekolah dasar.

Pekerjaan memetik teh merupakan pekerjaan yang lebih banyak memerlukan keterampilan fisik sehingga tingkat pendidikan tidak terlalu diperlukan. Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan upah yang diterima sangat rendah dengan jaminan sosial yang kecil. Menurut Berg (1986) jika dilihat dari aspek gizi, latar belakang pendidikan dapat mempengaruhi keadaan gizi, karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.

Status karyawan

Lebih dari separuh contoh (68.5%) memiliki status sebagai karyawan harian lepas dan 31.5% diantaranya sebagai karyawan harian tetap (Gambar 6). Perbedaan karyawan tetap dengan karyawan harian lepas adalah pada karyawan tetap cuti dan hari libur tetap dibayar dengan upah, sedangkan pada karyawan harian lepas, upah per bulan hanya ditentukan berdasarkan jumlah petikan pucuk (kg) dalam satu bulan.

Gambar 6 sebaran contoh berdasarkan status karyawan Upah

Upah dikategorikan menjadi dua, yaitu di atas upah minimum regional (UMR) dan di bawah UMR. UMR yang digunakan merupakan data UMR Kabupaten Bandung yang diperoleh dari laporan bulan April 2008 Perkebunan Malabar. UMR Kabupaten Bandung sebesar Rp 672 000.00 per bulan. Hampir seluruh contoh (94.6%) memiliki upah masih dibawah UMR dan upah rata-rata yang diterima contoh per bulan sebesar Rp 327 500 per bulan. Gambar 7 menunjukkan sebaran contoh menurut upah yang diterima.

Gambar 7 Sebaran contoh menurut upah yang diterima

Masih banyaknya contoh yang memiliki upah di bawah standar UMR dipengaruhi dari persentase contoh (68.5%) yang memiliki status karyawan harian lepas lebih banyak daripada contoh yang memiliki status karyawan tetap. Menurut Ravianto (1985b) tingkat upah yang terlalu rendah di bawah standar pemenuhan kebutuhan fisik minimum akan menjadi penghambat peningkatan produktivitas tenaga kerja.

Tabel 9 menunjukkan hubungan antara status karyawan dengan upah. Hasil uji statistik menunjukkan semakin tinggi status karyawan, semakin tinggi upah yang diterima (r=0.764, p<0.01). Upah di atas UMR, dimiliki seluruhnya oleh karyawan yang memiliki status karyawan harian tetap, sedangkan karyawan harian lepas seluruhnya mendapatkan upah di bawah UMR.

Tabel 9 Hubungan status karyawan dengan upah yang diterima contoh

Status karyawan

Upah

Jumlah <UMR >UMR

n % n % n %

Karyawan harian lepas 63 68.5 0 0 63 68.5

Karyawan harian tetap 24 26.1 5 5.4 29 31.5

Jumlah 87 94.6 5 5.4 92 100

Besar keluarga

Besar keluarga dikategorikan berdasarkan Hurlock (1993) menjadi tiga, yaitu keluarga kecil (≤4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (≥8 orang). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa lebih dari separuh

jumlah contoh (53.3%) memiliki jumlah anggota keluarga lima sampai tujuh orang dengan jumlah anggota rata-rata sebanyak 5 orang (Gambar 8). Menurut Suhardjo (1989) besar keluarga akan berpengaruh pada konsumsi pangan. Keluarga yang miskin pemenuhan kebutuhan makanan akan lebih mudah jika memiliki anggota keluarga sedikit. Jumlah anak yang sedikit dalam suatu keluarga akan mengurangi resiko ibu terhadap gizi kurang.

Gambar 8 Sebaran contoh menurut besar keluarga Pendapatan per kapita

Pendapatan per kapita contoh dikategorikan menjadi dua, berdasarkan garis kemiskinan (poverty line) untuk wilayah Kabupaten Bandung (BPS 2006). Pengkategorian tersebut dibedakan menjadi miskin (<Rp 186 774.00) dan tidak miskin (≥Rp 186 774.00). Contoh memiliki pendapatan per kapita rata-rata sebesar Rp 162 500 per bulan.

Gambar 9 menunjukkan lebih dari separuh jumlah contoh (63%) tergolong miskin dan hanya 37% contoh termasuk tidak miskin. Persentase contoh yang miskin lebih tinggi dari rata-rata persentase kemiskinan nasional. Persentase kemisikinan nasional adalah 18.2% pada dengan variasi 2.6 sampai 61% tergantung kabupaten (WNPG 2004).

.

Gambar 9 Sebaran contoh menurut pendapatan per kapita

Menurut Ravianto (1985b) pendapatan per kapita berhubungan dengan tingkat kesejahteraan seseorang. Semakin tinggi produktivitas tenaga kerja kesejahteraan hidupnya akan lebih terjamin, sebaliknya dengan kesejahteraan yang tinggi tenaga kerja akan mampu bekerja lebih produktif.

Masa kerja

Masa kerja (tahun) dikategorikan menjadi tiga berdasarkan interval kelas (Slamet 1993), yaitu 1-14 tahun, 15-29 tahun, dan 30-43 tahun. Gambar 10 menunjukkan sebaran contoh menurut masa kerja. Lebih dari separuh jumlah contoh (56.5%) memiliki masa kerja antara 1-14 tahun dengan masa kerja contoh rata-rata 13.8 tahun. Usia contoh termuda yaitu 21 tahun, sedangkan usia contoh tertua yaitu 55 tahun. Usia pensiun di PTPN VIII yaitu pada sekitar usia 55 tahun, karena jika diatas 55 tahun dikhawatirkan tidak produktif lagi. Semakin tua usia, maka semakin lama masa kerja.

Gambar 10 Sebaran contoh menurut masa kerja Jam kerja per hari

Jumlah jam kerja adalah jumlah jam kerja yang digunakan untuk bekerja, tidak termasuk kerja yang digunakan untuk jam kerja istirahat resmi dan jam kerja yang digunakan untuk untuk hal-hal di luar pekerjaan (BPS 2006b). Gambar 11 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (80.4%) bekerja antara 6 sampai 8 jam per hari dengan rata-rata 5.9 jam per hari. Menurut Suma’mur (1989) lamanya seseorang bekerja sehari secara fisik pada umumnya 6 sampai 8 jam (jam kerja optimal). Memperpanjang waktu kerja lebih dari 8 jam biasanya disertai menurunnya efisiensi, timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan. Kecenderungan ini lebih terlihat pada pekerjaan yang dilakukan dengan tangan tidak tergantung pada mesin.

Gambar 11 Sebaran contoh menurut jam kerja per hari

Aktivitas Fisik dan Pengeluaran Energi

Menurut FAO/WHO/UNU (2001) pengkategorian tingkat aktivitas fisik dengan nilai physical activity level (PAL) dibagi menjadi tiga, yaitu ringan (1.40≤PAL≤1.69), sedang (1.70≤PAL≤1.99), dan berat (2.00≤PAL≤2.40). Angka kebutuhan energi dihitung dengan pendekatan pengeluaran energi, yaitu angka metabolisme basal dikali dengan tingkat aktivitas fisik.

Tingkat aktivitas fisik contoh pada hari kerja lebih tinggi dibandingkan dengan hari libur dengan nilai PAL rata-rata 1.87 (p<0.05). Tingkat aktivitas fisik contoh pada hari libur dan gabungan hari kerja dan libur masing-masing sebesar 1.69 dan 1.84. Hampir seluruh contoh (90.6%) pada hari kerja memiliki tingkat aktivitas fisik yang tergolong sedang, sedangkan lebih dari separuh jumlah contoh (52%) memiliki tingkat aktivitas fisik ringan pada hari libur (Tabel 10). Perbedaan tersebut dipengaruhi dari pekerjaan memetik teh dengan alokasi

waktu antara 6 sampai 8 jam per hari memiliki tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas kegiatan rumah tangga pada hari libur. Tabel 10 Sebaran contoh menurut tingkat aktivitas fisik (physical activity level/

PAL) Tingkat aktivitas fisik (PAL) Hari Kerja (n=85) Hari Libur (n=25)

Gabungan hari kerja dan libur (n=90) n % n % n % Ringan (1.40-1.69) 3 3.5 13 52 10 11.1 Sedang (1.70-1.99) 77 90.6 12 48 78 86.7 Berat (2.00-2.40) 5 5.9 0 0 2 2.2 Jumlah 85 100 25 100 90 100 Rata-rata±sd 1.87±0.08 1.69±0.13 1.84±0.11

Pengeluaran energi digunakan untuk menentukan angka kebutuhan energi (estimated average requirement/ EAR). Untuk menentukan angka kebutuhan energi akan lebih tepat jika menggunakan EAR dibandingkan dengan AKG, karena EAR menggunakan angka metabolisme basal yang pada kelompok umur, jenis kelamin, dan ukuran tubuh (berat) dan aktifitas fisik (FAO/WHO/UNU 2001; WNPG 2004). Metabolisme basal merupakan energi minimal yang diperlukan untuk mempertahankan proses-proses hidup yang pokok, meliputi mempertahankan tonus otot, sistem sirkulasi, pernafasan, kelenjar-kelenjar dan aktivitas seluler. Basal metabolisme dinyatakan per satuan luas badan yang disebut basal metabolic rate (BMR) (Suhardjo & Kusharto 1992).

Terdapat perbedaan persamaan angka metabolisme basal antara Schofield equation yang digunakan FAO/WHO/UNU 2001 dengan Oxford equation yang digunakan WNPG 2004. Asumsi WNPG 2004 menggunakan Oxford equation karena dianggap lebih sesuai, sampel yang digunakan termasuk populasi Asia (China dan Filipina). Adapun sampel Schofield equation adalah populasi Eropa Barat dan Amerika Utara. Walaupun demikian, WHO berasumsi angka metabolisme basal Schofield equation dapat mewakili populasi secara universal dan representatif.

Berdasarkan persamaan angka metabolisme basal menurut Schofield equation dan Oxford equation, hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan pengeluaran energi berdasarkan persamaan AMB Schofield equation dan Oxford equation. Total pengeluaran energi menurut AMB Schofield equation baik pada

hari kerja, hari libur, dan gabungan hari kerja dan hari libur lebih tinggi dibandingkan menggunakan perhitungan AMB menurut Oxford equation (p<0.01). Dengan demikian, hal tersebut membuktikan bahwa persamaan Schofield equation mempunyai indeks angka metabolisme basal yang lebih besar dibandingkan dengan Oxford equation.

Berdasarkan perbedaan hari, pengeluaran energi contoh rata-rata menurut persamaan angka metabolisme basal Schofield equation pada hari kerja, hari libur, serta gabungan hari kerja dan libur berturut-turut sebesar 2362 kkal, 2134 kkal dan 2324 kkal (Tabel 11). Pengeluaran energi pada hari kerja lebih tinggi dibandingkan pada hari libur (p<0.05). Hal tersebut juga berlaku pada pengeluaran energi dengan menggunakan Oxford equation, pengeluaran energi contoh menurut persamaan angka metabolisme basal Oxford equation pada hari kerja, hari libur, serta hari kerja dan hari libur berturut-turut sebesar 2223 kkal, 2011 kkal, dan 2188 kkal. Pengeluaran energi pada hari kerja lebih tinggi dibandingkan pada hari libur (p<0.05).

Analisa secara statistik menunjukkan pengeluaran energi antara hari kerja dengan gabungan hari kerja dan libur baik menurut persamaan AMB Schofield equation dan Oxford equation tidak berbeda (p>0.05). Namun, pengeluaran energi antara hari libur lebih rendah dibandingkan dengan gabungan hari kerja dan hari libur (p<0.01). Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran energi hari kerja contoh mewakili pola hari yang sama dengan gabungan hari kerja dan hari libur, namun tidak dengan pengeluaran energi pada hari libur.

Tabel 11 menunjukkan jenis aktivitas, alokasi waktu serta pengeluaran energi contoh per jenis kegiatan. Jenis kegiatan contoh dikelompokkan menjadi empat kelompok kegiatan besar berdasarkan FAO/WHO /UNU 2001, yaitu aktivitas umum (general personal activities), kegiatan transportasi (means of transport), kegiatan rumah tangga (domestic chores), dan kegiatan pertanian (agricultural activities) sebagai pekerjaan utama. Selengkapnya data jenis aktivitas, alokasi waktu dan pengeluaran energi contoh disajikan pada tabel 11.

Tabel 11 Jenis aktivitas, alokasi waktu dan pengeluaran energi contoh

No Jenis aktivitas Padanan

aktivitas* PAR** Alokasi waktu (Jam/hari) Pengeluaran energi Hari kerja (n=85) Hari libur (n=25)

Oxford equation Schofield equation Hari kerja (n=85) Hari libur (n=25) Hari kerja (n=85) Hari libur (n=25) Aktivitas umum/ General personal activities

1 Tidur Sleeping 1 7.0 9.0 306.0 448.0 412.4 457.6 2 Berpakaian Dressing 2.3 0.3 0.0 4.4 3.5 4.7 3.7 3 Mandi Washing hands/face and hair 2.3 0.5 0.5 55.6 54.4 60.6 58.5

4 Istrahat, duduk Light leisure activities

1.4 2.0 1.6 150.5 115.4 160.0 129.1

5 Makan Eating 1.4 0.5 0.3 19.3 24.0 20.8 25.5 6 Nonton TV Watching TV 1.4 1.4 2.6 131.4 181.1 143.2 199.4 7 Beribadah Light leisure

activities

1.4 1.0 0.6 47.6 49.9 55.3 51.5

Kegiatan transportasi/ Means of trasnsport 1 Berjalan kaki, berangkat kerja Walking downhill 3.2 0.9 0.0 149.0 0.0 147.8 0.0 2 Jalan-jalan, ke rumah tetangga Walking around 2.5 0.2 0.6 21.2 153.5 21.8 163.0 3 Berangkat kerja, naik motor Sitting on a motor cycle 1.5 0.1 0.0 7.1 0.0 9.2 0.0

Kegiatan rumah tangga/ Domestic chores

1 Memasak Cooking 2.1 1.7 3.0 179.5 345.0 184.5 364.0 2 Mencuci piring Washing

dishes

1.7 0.1 0.5 6.4 50.0 6.8 60.0

3 Mencuci pakaian Washing clothes 2.8 0.7 1.0 94.2 80.0 60.0 83.0 4 Menyetrika Ironing clothes 1.7 0.1 0.0 10.5 50.0 11.1 60.0 5 Menyapu dan membersihkan rumah Sweeping and house cleaning 2.3 0.3 0.4 46.0 52.1 42.5 57.0

Tabel 11 Jenis aktivitas, alokasi waktu dan pengeluaran energi contoh (lanjutan)

No Jenis aktivitas Padanan

aktivitas* PAR** Alokasi waktu (Jam/hari) Pengeluaran energi Hari kerja (n=85) Hari libur (n=25)

Oxford equation Schofield equation Hari kerja (n=85) Hari libur (n=25) Hari kerja (n=85) Hari libur (n=25) 6 Merawat anak Child care 2.5 0.9 3.2 130 303.9 135.0 318.7 7 Mengambil air Collecting

water

4.5 0.1 0.0 7.0 12.8 8.0 13.0

8 Mengambil kayu Chopping wood (for fuel) 4.2 0.3 0.5 8.7 87.3 9.1 90.0 9 Kegiatan rumah tangga lainnya Housework 2.8 0.0 0.0 3.3 0.0 3.6 0.0

Kegiatan pertanian/ Agricultural activities 1 Memetik teh Collecting

cocoa 2.9 5.8 0.0 834.7 0.0 867.1 0.0 2 Pengarahan dari mandor Standing 1.5 0.1 0.0 10.5 0.0 11.6 0.0 Jumlah 24.0 24.0 2223.0 2011.0 2362.0 2134.0 Keterangan : *) Padanan aktivitas yang terdapat dalam FAO/WHO/UNU (2001)

**)

Physical activity ratio (PAR/ Faktor aktivitas)

Kegiatan umum yang dilakukan contoh meliputi tidur, berpakaian, mandi, istirahat/duduk, makan, menonton TV, dan beribadah. Alokasi waktu dan pengeluaran energi terbesar pada kelompok aktivitas umum yaitu tidur dan dan menonton TV baik pada hari kerja dan hari libur. Pada hari libur, alokasi waktu untuk kegiatan umum seperti tidur dan menonton TV lebih lama dibandingkan dengan dengan hari kerja. Alokasi waktu untuk tidur pada hari kerja dan hari libur masing-masing sebesar 7 jam dan 9 jam, dengan pengeluaran energi antara 300 sampai 450 kkal per hari.

Alokasi waktu dan pengeluaran energi terbesar pada kelompok kegiatan transportasi pada hari kerja yaitu terdapat pada jenis kegiatan berangkat kerja (berjalan kaki), dan pada hari libur yaitu ke rumah tetangga (jalan-jalan). Alokasi waktu pada hari kerja dan hari libur berturut-turut yaitu 0.9 dan 0.6 jam per hari dengan pengeluaran energi antara 150 sampai 170 kkal per hari.

Kegiatan rumah tangga yang dilakukan contoh yaitu memasak, mencuci piring, mencuci pakaian, menyetrika, menyapu dan membersihkan rumah, merawat anak, mengambil air, mengambil kayu, dan kegiatan rumah tangga lainnya. Alokasi waktu dan pengeluaran energi terbesar pada kelompok kegiatan rumah tangga yaitu memasak dan merawat anak baik pada hari kerja dan hari libur. Pada kegiatan rumah tangga seperti memasak dan merawat anak, alokasi waktunya lebih lama pada hari libur dibandingkan dengan hari kerja. Alokasi waktu untuk memasak pada hari kerja dan hari libur berturut-turut sebesar 1.7 jam dan jam per hari, sedangkan alokasi waktu untuk merawat anak pada hari kerja dan hari libur sebesar 0.9 dan 3.2 jam per hari. Pengeluaran energi untuk seluruh kegiatan rumah tangga berkisar antara 500 sampai 1000 kkal per hari.

Kegiatan pertanian sebagai pekerjaan utama contoh meliputi memetik teh dan pengarahan dari mandor. Pada hari kerja, contoh memetik teh rata-rata 5.8 jam per hari dengan pengeluaran energi sebesar 834.7 kkal untuk pengeluaran energi bedasarkan AMB Oxford equation dan 867.1 kkal untuk pengeluaran energi bedasarkan AMB Schofield equation.

Konsumsi Pangan dan Tingkat Konsumsi

Konsumsi energi contoh rata-rata pada hari kerja, hari libur, dan gabungan hari kerja dan libur berturut-turut sebesar 2244 kkal, 2176 kkal, dan 2245 kkal. Namun, hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan konsumsi energi diantara ketiga kelompok hari tersebut (Tabel 12). Hal tersebut diduga dari pola konsumsi energi antara tiga kelompok hari tersebut mempunyai pola yang sama.

Tingkat konsumsi energi contoh rata-rata pada hari kerja, hari libur, dan gabungan hari kerja dan hari libur menurut AMB Schofield equation masing-masing sebesar 95.1%, 103.2%, dan 97.2%. Tingkat konsumsi energi contoh rata-rata pada hari kerja, hari libur, dan gabungan hari kerja dan hari libur menurut AMB Oxford equation masing-masing sebesar 101.1%, 116.7%, dan 103.3%. Namun, analisa secara statistik tidak menunjukkan perbedaan diantara ketiga kelompok tersebut.

Kerja berat merupakan kegiatan yang memerlukan upaya fisik yang kuat selama periode kerja. Konsumsi energi dari karyawan dalam kerja berat merupakan faktor utama dalam menentukan produktivitas kerja. Pada waktu

bekerja, pengeluaran energi meningkat. Makin besar gerakan otot makin tinggi pula pengeluaran energi kerjanya (Sastrowinoto 1985).

Tabel 12 Konsumsi rata-rata, kebutuhan dan tingkat konsumsi energi contoh pada hari kerja, hari libur, dan gabungan hari kerja dan libur

Variabel Rata-rata±sd Hari kerja (n=85) Hari libur (n=25) Gabungan hari kerja dan libur

(n=90) Kebutuhan (kkal/hari) Schofield equation 2362±235 2134±158 2324±158 Oxford equation 2223±141 2011±149 2188±155 Konsumsi (kkal/hari) 2244±355 2176±477 2245±328 Tingkat konsumsi (%) Schofield equation 95.1±15.4 103.2±16.1 97.2±13.5 Oxford equation 101.1±14.7 116.7±29.1 103.3±14.1

AKG yang didapatkan untuk menentukan tingkat konsumsi protein, vitamin A, vitamin C, dan zat besi contoh berdasarkan AKG 2004. Sejalan dengan konsumsi energi, rata-rata konsumsi, kecukupan dan tingkat konsumsi zat gizi (protein, vitamin A, Vitamin C, dan zat besi) pada tiga kelompok hari tersebut juga tidak berbeda. Tabel 13 menunjukkan nilai rata-rata konsumsi, AKG dan tingkat konsumsi zat gizi contoh. Tingkat konsumsi protein berkisar pada angka 65 sampai 67% AKG pada hari kerja, hari libur, maupun gabungan hari kerja dan libur. Sedangkan tingkat konsumsi vitamin A contoh hanya memenuhi 22 sampai 27% AKG vitamin A. Tingkat konsumsi vitamin C lebih rendah lagi, yaitu hanya 16 sampai 20% AKG. Sedangkan tingkat konsumsi zat

Dokumen terkait