• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produktivitas tenaga kerja sebagai suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan antara output (hasil kerja) dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari seorang tenaga kerja dalam satuan waktu yang lebih singkat. Tenaga kerja dinilai produktif jika mampu menghasilkan output atau produk yang lebih besar dari tenaga kerja lain untuk satuan waktu yang sama (Ravianto 1985b). Produktivitas kerja pemetik teh diukur dengan jumlah petikan daun teh per hari kerja efektif (HKE).

Peningkatan produktivitas secara keseluruhan sangat penting karena akan meningkatkan kesejahteraan, peningkatan produktivitas berarti peningkatan pendapatan pekerja, dan peningkatan pendapatan selanjutnya menambah daya beli masyarakat akan barang dan jasa. Menurut WHO (1995) rendahnya produktivitas kerja pada individu dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan status kesehatan yang kurang baik. Selanjutnya menurut Kussriyanto (1986) faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja antara lain motivasi, status gizi dan kesehatan, serta teknologi yang digunakan. Lebih lanjut menurut Ravianto (1985b) produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya latar belakang pendidikan dan latihan, alat-alat produksi dan teknologi, value system yaitu nilai-nilai atau pranata sosial masyarakat (ikatan kekeluargaan, mobilitas, motivasi), iklim pekerja, derajat kesehatan dan gizi, dan tingkat upah minimal yang berlaku. Selain itu, menurut Sinungan (2003) pengalaman kerja juga mempengaruhi produktivitas kerja.

Pekerjaan sebagai pemetik teh membutuhkan ketangguhan fisik yang tinggi. Ironisnya hal tersebut tidak didukung dengan asupan gizi yang baik akibat faktor sosial ekonomi yang rendah sehingga pada akhirnya kualitas hidup pekerja wanita cenderung memburuk.

Individu yang tercukupi kebutuhan zat gizinya dan memiliki derajat kesehatan yang baik akan menghasilkan produktivitas yang tinggi. Jika status gizi kurang akan menyebabkan penurunan produktivitas, sehingga status gizi merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan tingkat produktivitas kerja. Secara teoritis, aktivitas fisik sangat tergantung dari asupan gizi tenaga kerja (Ravianto 1985b). Pengeluaran energi seseorang tergantung dari aktivitas fisik. Pengeluaran energi dapat menentukan kebutuhan energi individu dan dipengaruhi oleh faktor usia, massa tubuh dan tingkat aktivitas fisik.

Status gizi dipengaruhi oleh tingkat konsumsi dan status kesehatan. Konsumsi pangan dan gizi seseorang dipengaruhi pada karakteristik individu seperti usia, pendidikan, pendapatan, dan besar keluarga dapat mempengaruhi pemilihan makanan yang dikonsumsi.

Berdasarkan teori-teori tersebut di atas, maka berbagai faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja meliputi karakteristik individu, tingkat konsumsi, dan status gizi (Gambar 1).

Keterangan:

= variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti = hubungan yang diteliti = hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Status karyawan Upah

Jam kerja per hari Masa kerja

Usia Pendidikan

Pendapatan per kapita Besar keluarga Aktifitas fisik Pengeluaran energi Konsumsi pangan Status gizi Status kesehatan Produktivitas kerja Keterampilan Teknologi Manajemen Motivasi

Peningkatan kesejahteraan karyawan Peningkatan keuntungan perusahaan

Tingkat konsumsi energi dan zat gizi

METODE

Desain, Tempat dan Waktu

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di PT Perkebunan Nusantara VIII, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2008.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Populasi contoh penelitian ini adalah wanita pemetik teh yang terpilih secara acak (random sampling) pada penelitian sebelumnya yang berjumlah 504 orang (A Study of Plantation Women Workers: Socio Economic Status, Family Strength, Food Consumption, and Children Growth and Development oleh Sunarti, Roosita & Herawati 2007). Kriteria contoh dalam penelitian tersebut adalah wanita pemetik teh yang memiliki anak usia dini (0-72 bulan) dan dapat diwawancarai.

Populasi contoh tersebar di lima wilayah perkebunan yang kemudian disebut “cluster area” yaitu Rancabali, Purbasari, Malabar, Talun Santosa, dan Sedep. Secara purposive terpilih Malabar sebagai cluster yang contoh pemilihannya berdasarkan pertimbangan kemudahan akses, jarak, dan topografi serta kehomogenan antar cluster. Menurut Notoatmodjo (2002) pada teknik cluster/area yang menjadi unit sampel adalah cluster/area bukan individu. Oleh karena itu, semua individu pada cluster/area yang terpilih diteliti.

Jumlah contoh pada penelitian awal (Sunarti, Roosita & Herawati 2007) di Perkebunan Malabar berjumlah 102 orang. Pada saat pengambilan data sebanyak 8 orang contoh pindah tempat tinggal dan tidak lagi bekerja sebagai pemetik teh, sehingga jumlah contoh penelitian ini berjumlah 92 orang (Gambar 2).

Random sampling

Cluster area

Purposive

Gambar 2 Cara pengambilan contoh

Wanita Pemetik Teh di PTPN VIII Bandung

Rancabali N= 146 Malabar N=102 Purbasari N= 96 Malabar

N= 102 Talun Santosa N= 67 Sedep N= 93

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik contoh, konsumsi pangan, aktivitas fisik, data antropometri (berat badan dan tinggi badan), dan produktivitas kerja (jumlah petikan daun teh per hari kerja efektif). Cara pengumpulan data primer disajikan pada Tabel 4. Data sekunder didapatkan dari PTPN VIII Bandung yang meliputi gambaran tenaga kerja dan gambaran umum lokasi penelitian.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Data karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan formal terakhir, pendapatan, besar keluarga, status karyawan, masa kerja (tahun), jam kerja per hari serta upah yang didapatkan dari pemetikan teh.

Data konsumsi meliputi jumlah dan jenis pangan (recall 2x24 jam). sedangkan konsumsi teh dihitung dengan jumlah teh yang dikonsumsi dalam satu hari. Data aktivitas fisik digunakan untuk menghitung kebutuhan energi. Aktivitas fisik dihitung berdasarkan recall aktivitas 2x24 jam.

Wawancara dilakukan pada saat contoh berada dalam hari kerja ataupun hari libur. Total contoh yang direcall pada hari kerja pertama atau kedua sebanyak 85 orang, sedangkan total contoh yang direcall pada saat hari libur pertama atau kedua sebanyak 25 orang. Total contoh yang direcall pada saat gabungan hari kerja dan hari libur sebanyak 92 orang. Dua orang contoh pada saat hari libur kedua mengalami sakit, sehingga konsumsi energi dan pengeluaran energinya sangat rendah. Oleh karena itu, dua contoh tersebut tidak dimasukkan ke dalam perhitungan rata-rata konsumsi dan kebutuhan energi. Selanjutnya total contoh yang direcall pada saat hari kerja dan hari libur (hari gabungan) menjadi 90 orang.

Data status gizi dihitung berdasarkan indeks massa tubuh (kg/m2) yang meliputi data berat badan (kg) dan tinggi badan (m). Data produktivitas kerja diukur berdasarkan jumlah petikan pucuk daun teh per hari kerja efektif.

Tabel 4 Jenis dan cara pengumpulan data primer

Variabel Jenis data Cara pengumpulan data Karakteristik contoh 1. Usia

2. Pendidikan 3. Pendapatan per kapita Wawancara dengan menggunakan kuesioner

Tabel 4 Jenis dan cara pengumpulan data primer (lanjutan)

Variabel Jenis data Cara pengumpulan data 4. Besar keluarga

5. Status karyawan 6. Masa kerja (tahun) 7. Jam kerja per hari 8. Upah

Konsumsi pangan 1. Jumlah dan jenis pangan

1.Recall konsumsi pangan (2x24 jam) 2. Jumlah konsumsi

teh per hari

2. Food frequency

questionnaire (FFQ) teh

1 hari Aktivitas fisik 1. Jenis aktivitas fisik

2. Durasi aktivitas fisik (jam)

Recall aktivitas

(2x24 jam) Status gizi 1. Berat badan (kg)

2. Tinggi badan (cm)

Pengukuran langsung menggunakan

microtoise dan

timbangan digital Produktivitas kerja Jumlah petikan

pucuk teh per hari kerja efektif

Wawancara dengan menggunakan kuesioner

Pengolahan dan Analisis Data

Tahapan pengolahan data dimulai dari verifikasi, coding, entri, cleaning selanjutnya dianalisis. Verifikasi dilakukan untuk mengecek konsistensi informasi. Penyusunan code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data. Selanjutnya dilakukan entri data, kemudian dilakukan cleaning data.

Pengkategorian karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, pendapatan per kapita, besar keluarga, status karyawan, masa kerja, jam kerja per hari dan upah per bulan yang diterima. Usia contoh dikategorikan menjadi tiga berdasarkan WNPG (2004) yaitu dewasa muda (21-29 tahun), dewasa madya (30-49 tahun) dan dewasa akhir (50-55 tahun). Pendidikan contoh dikategorikan tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, SMP, dan SMA.

Pengkategorian pendapatan per kapita didasarkan pendapatan per kapita wilayah Kabupaten Bandung sebagai indikator garis kemiskinan. Garis kemiskinan (poverty line) wilayah Kabupaten Bandung yaitu Rp 186 774.00 (BPS

2006). Pendapatan per kapita dibagi menjadi dua yaitu <Rp 186 774.00 (miskin) dan >Rp 186 776.00 (tidak miskin). Besar keluarga berdasarkan Hurlock (1993) dikategorikan menjadi tiga, yaitu keluarga kecil (≥4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (≥8 orang).

Status karyawan dibedakan menjadi dua, yaitu karyawan harian lepas dan karyawan harian tetap. Masa kerja dikategorikan berdasarkan interval kelas (Slamet 1993), yaitu 1-14 tahun, 15-29 tahun, dan 30-43 tahun. Jam kerja per hari dibagi menjadi dua yaitu <6 jam per hari dan 6-8 jam per hari (Suma’mur 1989). Upah yang diterima per bulan dibedakan menjadi dua berdasarkan UMR Kabupaten Bandung (2008), yaitu diatas UMR (≥Rp 672 000.00) dan dibawah UMR (<Rp 672 000.00).

Adapun klasifikasi interval kelas dengan perhitungan sebagai berikut (Slamet 1993):

Interval kelas yang diperoleh digunakan untuk menentukan selang antara tingkat batas bawah dan batas atas. Selanjutnya skor batas bawah dikategorikan menjadi tingkat rendah, sedangkan skor batas atas dikategorikan menjadi tingkat tinggi. Selang antara skor batas bawah dan batas atas dikategorikan menjadi tingkat sedang (Slamet 1993).

Pengeluaran energi menggunakan AMB dan aktivitas fisik. Tingkat aktivitas fisik dikategorikan menjadi tiga, yaitu ringan (1.40≤PAL≤1.69), sedang (1.70≤PAL≤1.99), dan berat (2.00≤PAL≤2.40) (FAO/WHO/UNU 2001). Kebutuhan energi dihitung berdasarkan angka metabolisme basal dan faktor aktivitas (FAO/WHO/UNU 2001).

Angka metabolisme basal ditetapkan dengan menggunakan persamaan Schofield equation dalam FAO/WHO/UNU (2001) dan Oxford equation dalam WNPG (2004):

Interval kelas = range + 1 jumlah kelas

Range= nilai tertinggi – nilai terendah

Tingkat kebutuhan energi = AMB x Faktor aktivitas

a. Angka metabolisme basal (Schofield equation)

AMB wanita usia (19-29 tahun) = 14.818 BB + 486.6 kkal AMB wanita usia (30-60 tahun) = 8.12 BB + 845.6 kkal

Konsumsi zat gizi dibandingkan dengan angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan (AKG 2004), kecuali energi dibandingkan dengan kebutuhan energi. Jumlah dan komposisi zat gizi yang diperoleh dari konsumsi pangan dapat dinilai dari jumlah pangan yang dikonsumsinya dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan (DKBM).

Secara umum penilaian jumlah zat gizi tertentu yang dikonsumsi sebagai berikut (Hardinsyah & Martianto 1992):

Keterangan: Gij = Zat gizi yang dikonsumsi dari pangan atau makanan j BPj = Berat pangan atau makanan j yang dikonsumsi (gram)

Bddj = Bagian yang dapat dimakan (dalam persen atau gram dari 100 gram pangan atau makanan j)

Kgij = Kandungan zat gizi tertentu (i) dari pangan (j) atau makanan yang dikonsumsi sesuai dengan satuannya

Data konsumsi pangan yang didapat dalam ukuran rumah tangga (URT), dikonversikan ke dalam bentuk gram yang kemudian diolah untuk mengetahui konsumsi energi dan zat gizi (protein, vitamin A, vitamin C, dan zat besi). Data konsumsi energi yang telah didapat kemudian dibandingkan dengan kebutuhan atau pengeluaran energi.

Konsumsi zat gizi lainnya yang meliputi protein, vitamin A, vitamin C, dan zat besi dibandingkan dengan angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan (AKG 2004) dan dihitung sebagai berikut :

Keterangan : Ki = Konsumsi zat gizi i (sesuai satuannya)

AKGi = Angka kecukupan zat gizi i yang dianjurkan (sesuai satuannya)

Tingkat konsumsi zat gizi = Ki x 100% AKGi Gij = BPj x Bddj x KGij

100 100

Tingkat konsumsi energi = Ki x 100% Kebutuhan

b. Angka metabolisme basal (Oxford equation)

AMB wanita usia (19-29 tahun) = 13.4 BB + 517 kkal AMB wanita usia (30-60 tahun) = 9.59 BB + 687 kkal

Tingkat konsumsi vitamin A, vitamin C dan zat besi menggunakan cut off point Gibson (2005) yaitu 77% dari angka kecukupan.

Mean adequacy ratio (MAR) dihitung dengan menjumlahkan tingkat konsumsi zat gizi dibagi dengan jumlah jenis zat gizi (Gibson RS 1990).

Jumlah konsumsi teh dikategorikan dengan menggunakan interval kelas (Slamet 1993), yaitu 1-5 gelas per hari, 6-10 gelas perhari dan 11-13 gelas per hari.

Pengolahan data antropometri menggunakan indikator status gizi. Status gizi ditentukan dengan indeks massa tubuh (IMT) contoh berdasarkan kategori WHO (1995). Nilai IMT dapat diklasifikasikan sebagai berikut; nilai IMT kurang dari 18.49 kg/m2 termasuk kurus, 18.5-24.99 kg/m2 termasuk kategori normal, dan 25.00-29.99 kg/m2 termasuk kategori overweight.

Produktivitas kerja dikur dengan jumlah petikan pucuk teh per hari. Cut off point untuk mengukur produktivitas kerja tersebut menggunakan standar deviasi. Petikan pucuk teh contoh rata-rata sebesar 30.5 kg/hari dengan standar deviasi 10.5 kg/hari. Pengkategorian produktivitas kerja dibagi menjadi tiga yaitu <20 kg per hari, 20-41 kg per hari, dan >41 kg per hari.

Tabel 5 Cara pengkategorian variabel penelitian

No Variabel Kategori pengukuran 1 Karakteristik contoh

 Usia (WNPG 2004) 1. Dewasa muda (21-29 tahun) 2. Dewasa madya (30-49 tahun) 3. Dewasa akhir (50-55 tahun)  Pendidikan 1. Tidak sekolah

2. Tidak tamat SD 3. Tamat SD 4. SMP 5. SMA  Pendapatan per kapita

Kabupaten Bandung (BPS 2006)

1.Miskin <Rp 186 774.00 2.Tidak miskin >Rp 186 774.00  Besar keluarga (Hurlock 1993) 1. Keluarga kecil (≤4 orang)

2. Keluarga sedang (5-7 orang) 3. Keluarga besar (>8 orang)

MAR = Jumlah tingkat konsumsi untuk x zat gizi Jumlah jenis zat gizi (X)

Tabel 5 Cara pengkategorian variabel penelitian (lanjutan)

No Variabel Kategori pengukuran 1.  Status karyawan 1. Karyawan harian lepas

2. Karyawan harian tetap  Masa kerja

(interval kelas, Slamet 1993)

1. 1-14 tahun 2. 15-29 tahun 3. 30-43 tahun  Jumlah jam kerja (Suma’mur 1989) 1. <6 jam per hari

2. 6-8 jam per hari 3. >8 jam per hari

 Upah (UMR Kabupaten Bandung 2008) 1. Dibawah UMR <Rp 672 000.00 2. Diatas UMR >Rp 672 000.00 2. Tingkat aktivitas fisik

 Aktivitas fisik (FAO/WHO/UNU 2001) 1. Ringan (1.40≤PAL≤1.69) 2. Sedang (1.70≤PAL≤1.99) 3. Berat (2.00≤PAL≤2.40) 3 Tingkat konsumsi

 Tingkat konsumsi vitamin dan mineral (Gibson 2005)

1. <77% AKG 2. >77% AKG

 Jumlah konsumsi teh (interval kelas, Slamet (1993))

1. 1-5 gelas per hari 2. 6-10 gelas per hari 3. 11-13 gelas per hari 4. Status gizi

 Indeks Massa Tubuh (IMT) (WHO 1995) 1. Kurus/underweight (IMT<18.5) 2. Normal (18.5≤IMT≤24.9) 3. Overweight (25≤IMT≤29.9) 5. Produktivitas kerja

 Jumlah petikan pucuk teh per hari kerja efektif (pengkategorian menggunakan standar deviasi)

1. <20 kg/hari 2. 20-41 kg/hari 3. >41 kg/hari

Analisis dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dan inferensia. Uji hubungan antar variabel dan uji beda menggunakan statistik inferensia yang meliputi statistik parametrik dan non parametrik. Statistik parametrik yang digunakan adalah korelasi Pearson dan uji t, sedangkan statistik non parametrik yang digunakan adalah korelasi Spearman dan uji u (Mann

Whitney). Statistik parametrik dan non parametrik digunakan tergantung jenis data dan normalitas data. Normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smiornov. Analisis data diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2003 dan Statistical Program for Social Sciences (SPSS) version 12.0 for windows.

Tabel 6 Cara analisis korelasi antar variabel

No. Variabel Analisis*

1. Perbedaan pengeluaran energi, konsumsi, tingkat konsumsi energi dan zat gizi, serta tingkat aktifitas fisik pada hari kerja, hari libur, serta gabungan hari kerja dan hari libur

T-test dan Mann-Whitney

2. Aktivitas fisik dengan pengeluaran energi, dan usia serta

berat badan dengan pengeluaran energi Korelasi Pearson 3. Karakteristik contoh (usia, pendidikan, pendapatan, dan

besar keluarga) dengan tingkat konsumsi energi, protein, vitamin A, vitamin C, dan zat besi

Korelasi Spearman dan Pearson 4. Karakteristik contoh (usia, pendidikan, pendapatan, dan

besar keluarga), tingkat konsumsi energi dan zat gizi, dengan status gizi

Korelasi Spearman dan Pearson 5. Karakteristik contoh (usia, pendidikan, pendapatan, dan

besar keluarga, status karyawan, jam kerja per hari, masa kerja (tahun), dan upah), tingkat konsumsi energi dan zat gizi, konsumsi teh, status gizi, dengan produktivitas kerja

Korelasi Spearman

Keterangan :

*) Statistik parametrik (T-test dan korelasi pearson) digunakan dalam penelitian ini jika data menyebar normal dan jenis data berupa rasio

Dokumen terkait