• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sekolah Marsudirini Bogor merupakan cabang dari Sekolah Marsudirini yang berpusat di Semarang yang telah ada sebelum kemerdekaan RI. Sekolah ini merupakan yayasan pendidikan yang didirikan sejak tahun 2003. Sekolah Marsudirini terletak di Telaga Kahuripan, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Telaga Kahuripan, Kemang. Letak Sekolah Marsudirini diapit oleh BSD, Ciputat, dan Sawangan di sebelah utara, dan Bojong, Semplak dan Ring Road Tol Yasmin di sebelah selatan.

Sekolah Marsudirini berlokasi di Jln. Raya Parung km 47,5. Letak dari jalan Raya Parung ke dalam kompleks sekolah sekitar 4 km. Lingkungan sekolah yang jauh dari keramaian dan tidak bising merupakan lingkungan sekolah yang kondusif untuk belajar. Selain itu karena letaknya yang jauh dari jalan raya juga adanya peraturan dari sekolah membuat lingkungan sekolah terbebas dari pedagang jajanan sekolah.

Sekolah Marsudirini merupakan sekolah swasta Katolik di kabupaten Bogor, yang juga terbuka bagi siswa yang bukan Katolik. Sekolah ini merupakan sekolah National Plus, yang menerapkan kegiatan pembelajaran dengan sistem

full day (full day system learning). Kegiatan sekolah dimulai dari pukul 7.30 sampai 15.30 dan berlangsung selama 5 hari dari hari Senin sampai Jumat. Keistimewaan sekolah ini selain sistem full day yaitu adanya beragam ekstrakurikuler, tradisi makan bersama, serta keterbukaan terhadap anak-anak terbelakang (dengan pendampingan khusus).

Visi Sekolah Marsudirini yaitu mewujudkan pribadi yang bersaudara, beriman dan perduli terhadap ciptaan Allah dalam kegembiraan. Sedangkan misinya antara lain (1) Membantu mengembangkan pribadi yang seimbang dalam kecerdasan intelektual, emosi dan rohani; (2) Mengembangkan potensi diri secara terus menerus; (3) Menerapkan kemampuan yang dimiliki untuk perkembangan kehidupan bersama

Sekolah Marsudirini memiliki luas tanah 3,7 ha, dengan bangunan 3 lantai yang terdiri dari biara, asrama (guru, karyawan dan beberapa siswa), bangunan sekolah 4 lantai untuk TK, SD, SMP, dan SMA serta memiliki lapangan parkir yang luas serta lapangan basket dan olahraga lainnya. Pada bangunan SD terdapat perpustakaan, tempat bermain, ruang pertemuan, gedung perlengkapan

olahraga, toilet untuk pria dan wanita, ruang makan-minum bersama, serta dapur umum.

Ruang makan-minum bersama memiliki luas 16 x 45 m2, dilengkapi alat sound system untuk pengumuman dan doa bersama sebelum makan dan minum bersama, 30 meja makan besar yang masing-masing dapat ditempati 14 siswa yang duduk berkeliling di 2 bangku panjang 1,8 m masing-masing untuk 4 siswa dan 2 bangku panjang 1,2 m masing-masing untuk 3 siswa. Di ujung selatan terdapat 11 meja makan untuk siswa SMP. Ruang cuci piring memiliki luas 4 x 8 m2. Seluruh siswa, guru dan karyawan mencuci piring, gelas, sendok dan garpu secara mandiri, namun untuk alat makan yang digunakan anak-anak sekolah dilakukan pencucian ulang oleh petugas. Ruang dapur umum memiliki luas 8 x 15 m2, menjadi satu dengan ruang cuci piring dan ruang makan (dibatasi dinding).

Karakteristik Siswa Umur dan Jenis Kelamin

Umur siswa berkisar antara 10 sampai 12 tahun. Siswa berjenis kelamin laki-laki sebanyak 32 orang (58,2%) dan perempuan sebanyak 23 orang (41,8%). Rata-rata umur siswa adalah 10,7 tahun dengan standar deviasi sebesar 0,50 tahun. Lebih dari separuh siswa (67,3%) berada pada 11 tahun; 30,9% berada pada umur 10 tahun, dan 1,8% berumur 12 tahun. Menurut tingkat kedewasaan, golongan umur ini tergolong ke dalam kategori anak-anak yaitu antara 0-14 tahun (Notoatmodjo 2007). Secara lebih khusus, menurut WHO/UNFPA dalam Soekirman et al. (2010), anak-anak berusia 10-15 tahun sudah digolongkan sebagai remaja dengan masa pertumbuhan cepat (growth spurt).

Berat Badan dan Tinggi Badan

Berat badan siswa berkisar antara 23-69 kg. Rata-rata berat badan siswa adalah 38 kg dengan standar deviasi sebesar 9 kg. Sedangkan tinggi badan siswa berkisar antara 132-161 cm. Rata-rata tinggi badan siswa adalah 142 cm dengan standar deviasi sebesar 6,21 cm.

Status Gizi

Status gizi siswa didasarkan pada indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) yang mengacu pada Kepmenkes RI nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar antropometri penilaian status gizi anak, yaitu pengkategorian status gizi IMT/U untuk anak usia 5-18 tahun dibagi menjadi lima kategori yaitu

sangat kurus (z skor< -3 SD), kurus (-3 SD < z skor < -2 SD), normal ( -2 SD < z skor < 1 SD), gemuk ( 1 SD < z skor< 2 SD), dan obesitas (z skor> 2 SD). Penentuan nilai z skor untuk IMT/U menggunakan software anthroplus 2007. Data status gizi siswa disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan status gizi

Status Gizi n % Sangat kurus 1 1,8 Kurus 4 7,3 Normal 27 49,1 Gemuk 18 32,7 Obesitas 5 9,1 Total 55 100

Tabel 6 menunjukan bahwa hampir separuh jumlah siswa (49,1%) berada pada kategori normal dan sebanyak 32,7% termasuk dalam kategori gemuk. Hanya sebagian kecil yaitu sebanyak 7,3% siswa termasuk ke dalam kategori obesitas, 7,3% termasuk dalam kategori kurus dan 1,8% termasuk dalam kategori sangat kurus.

Karakteristik Sosial Ekonomi Siswa Besar Keluarga

Besar keluarga dikategorikan berdasarkan BKKBN (1998) menjadi tiga, yaitu keluarga kecil (≤4 orang), menengah (5-7 orang), dan keluarga besar (≥8 orang). Gambaran sebaran besar keluarga dalam bentuk diagram dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Sebaran siswa menurut besar keluarga

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa lebih dari separuh siswa (60 ) memiliki jumlah anggota keluarga ≤4 orang, yaitu terdiri dari ayah, ibu, dan

60 38,2 1,8 0 10 20 30 40 50 60 70

1-4 (kecil) 5-7 (menengah) >7 (besar)

Per

sen

tase

2 orang anak. Jumlah anggota keluarga rata-rata adalah 5 orang dengan standar deviasi sebesar 1,0 orang. Jumlah anggota keluarga minimum adalah 3 orang, sedangkan maksimum adalah 10 orang. Menurut Suhardjo (1989) besar keluarga akan berpengaruh pada konsumsi pangan. Keluarga yang miskin pemenuhan kebutuhan makanan menjadi lebih mudah jika memiliki anggota keluarga sedikit. Jumlah anak yang sedikit dalam suatu keluarga akan mengurangi risiko gizi kurang.

Agama

Secara umum, agama mempengaruhi pemilihan terhadap makanan sehari-hari. Hal ini dikarenakan agama merupakan salah satu aspek budaya yang berhubungan dengan kebiasaan dan pemilihan makanan seseorang. Tiap- tiap budaya memiliki peraturan tentang makanan yang boleh/tidak boleh dimakan dan bagaimana pandangan terhadap suatu jenis makanan. Hal ini berkaitan dengan tabu makanan yang berkaitan dengan kepercayaan yang dianut (Drummond & Brevere 2007). Berikut ini disajikan sebaran agama siswa.

Gambar 3 Sebaran siswa menurut agama

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa lebih dari separuh siswa (56,4%) beragama Katolik; 30,9% beragama Kristen; 7,3% beragama Buddha; 3,6% beragama Hindu; 1,8% beragama Konghucu dan tidak ada siswa yang beragama Islam. Menurut Drummond & Brevere (2007), penganut agama Katolik tidak memiliki pantangan untuk mengonsumsi makanan apapun, kecuali pada waktu-waktu tertentu (pantang daging dan puasa sebelum hari raya tertentu). Agama Kristen dan Konghucu juga tidak memiliki pantangan apapun dalam hal makanan. Beberapa sekte dari agama Buddha memiliki kepercayaan untuk menjadi lacto-ovo vegetarian, namun tidak seluruhnya. Agama Hindu secara

0 30,9 56,4 7,3 3,6 1,8 0 10 20 30 40 50 60

Islam Kristen Katolik Buddha Hindu Konghucu

Per

sen

tase

umum memiliki pantangan untuk mengonsumsi daging sapi. Agama Islam memiliki beberapa pantangan makanan yang dianggap tidak halal, seperti babi, binatang berkaki empat yang menangkap mangsanya dengan mulut, hewan yang disembelih tanpa melalui ritual dan minuman beralkohol.

Pendidikan Orangtua

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi keadaan gizi, karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Pendidikan formal dan pendidikan non-formal sangat penting dalam menentukan status kesehatan, fertilitas dan status gizi keluarga seperti halnya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana (Sukarni 1994). Tingkat pendidikan orang tua berkisar dari tingkat sekolah dasar menengah atas atau sederajat. Berikut ini disajikan sebaran tingkat pendidikan orangtua siswa.

Gambar 4 Sebaran siswa menurut tingkat pendidikan orangtua

Gambar 4 menunjukan lebih dari separuh siswa memiliki ayah dan ibu dengan pendidikan perguruan tinggi, dengan 65,5% untuk ayah dan 58,2% untuk ibu. Sisanya yaitu sebanyak 34,5% ibu dan 32,7% ayah memiliki pendidikan SMA/SMK. Sedangkan hanya sebagian kecil, yaitu 1,8% ayah yang berpendidikan SMP dan 7,8% ibu yang berpendidikan SD. Secara umum, sebagian besar siswa memiliki orangtua dengan pendidikan perguruan tinggi sehingga diharapkan pengetahuan atau informasi gizi yang dimiliki menjadi lebih baik dan dapat memberikan asupan gizi yang baik untuk anak-anaknya.

Pekerjaan Orangtua

Pekerjaan merupakan salah satu unsur yang menentukan kelas sosial (Notoatmodjo 2007). Berikut ini disajikan sebaran pekerjaan orangtua siswa.

0 7,3 0 34,5 58,2 0 0 1,8 32,7 65,5 0 10 20 30 40 50 60 70

Tidak sekolah SD SMP SMA/SMK PT (D3/S1/S2/S3) Per sen tase Pendidikan % ibu % ayah

Gambar 5 Sebaran siswa menurut tingkat pekerjaan orangtua

Gambar 5 menunjukan lebih dari separuh siswa (64%) memiliki ibu dengan pekerjaan ibu rumah tangga dan sebanyak 21% memiiliki ibu dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta. Separuh siswa (50%) memiliki ayah dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta dan sebanyak 38% memiliki ayah dengan pekerjaan sebagai wiraswasta. Masing-masing sebanyak 5% ibu siswa bekerja sebagai PNS dan wiraswasta, dan sisanya 4% bekerja sebagai guru. Hanya 7% ayah siswa yang memiliki pekerjaan sebagai lainnya (advokat, developer, dan peneliti), 4% sebagai PNS/ ABRI/ Polri dan 2% ayah siswa yang tidak bekerja.

Secara umum, sebagian besar siswa memiliki ibu dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Diharapkan dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, ibu lebih sering di rumah dan lebih memperhatikan kebutuhan gizi anaknya. Sedangkan pekerjaan ayah siswa cenderung sebagai pegawai swasta dan wiraswasta sehingga diduga besar pendapatannya cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Penyelenggaraan Makanan di Sekolah Marsudirini

Sekolah Marsudirini mengelola penyelenggaraan makanan untuk para siswa, karyawan dan pihak kesusteran setiap hari. Penyelenggaraan makanan ini mulai dilaksanakan sejak tahun 2006. Penyelenggaraan makanan dilaksanakan dalam sekolah tersebut (on-site food service), sekolah menyediakan dapur dan pengolah makanan sendiri, tidak menggunakan catering. Setiap hari kerja, penyelenggaraan makanan di Sekolah Marsudirini menyediakan makanan untuk 863 orang, dengan rincian siswa TK-SD (kelas 1 dan 2) sebanyak 157 orang,

0 20 3,6 5,5 5,5 65,5 0 1,8 49,1 0 3,6 38,2 0 7,3 0 10 20 30 40 50 60 70 tidak berkerja pegawai swasta Guru PNS/ ABRI/ Polri

wiraswasta IRT lainnya

Per sen tase Pekerjaan % ibu % Ayah

siswa SD (3-6) sebanyak 240 orang, siswa SMP-SMA beserta karyawan dan guru sebanyak 360 orang, serta dari pihak kesusteran sebanyak 6 orang. Makanan lengkap (makan pagi hingga makan malam) disajikan bagi siswa dan karyawan yang tinggal di asrama, sedangkan pada jam sekolah, makanan yang disajikan adalah selingan 1, makan siang dan selingan 2.

Input Penyelenggaraan Makanan

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala penyelenggaraan makanan, tujuan diadakannya penyelenggaraan makanan di Sekolah Marsudirini adalah menyediakan makanan yang terjamin kebersihan dan kesehatannya, menghindari siswa jajan sembarangan, juga dikarenakan jam sekolah yang cukup lama hingga sore hari, pihak sekolah merasa perlu untuk menyediakan makanan bagi siswa.

Dapur yang disediakan oleh Sekolah Marsudirini memiliki luas sebesar 12 X 8 m2 dengan jumlah karyawan sebanyak 15 orang. Status pegawai yang bekerja di dapur tersebut adalah pegawai tetap, dengan jam kerja dari pukul 07.00-17.00. Akan tetapi, khusus untuk bagian memasak biasanya datang dari pukul 03.30-04.00 pagi karena harus menyediakan makan pagi untuk siswa dan karyawan yang tinggal di asrama. Seluruh pegawai dapur tinggal di asrama khusus untuk karyawan. Daftar tenaga kerja di dapur beserta tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Lampiran 6. Mengacu pada Lampiran 6, terlihat bahwa secara umum pendidikan akhir tenaga kerja di dapur adalah SMP. Jumlah tenaga pengolah makanan adalah 7 dan 1 tambahan pemasak nasi. Pengolahan bahan makanan untuk makan di sekolah dilakukan oleh penanggung jawab masak tiap kelas, yang terbagi menjadi TK-SD (1,2), SD (3-6), SMP-SMA-guru dan karyawan, serta pengolah snack.

Penyelenggaraan makanan di Sekolah Marsudirini ini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan makan institusional (non-profit) dikarenakan tidak bertujuan untuk mencari keuntungan. Bentuk penyelenggaraan ini biasanya berada di dalam suatu tempat yaitu asrama, panti asuhan, rumah sakit, perusahaan, lembaga kemasyarakatan, sekolah dan lain-lain (Moehyi 1992). Sekolah Marsudirini belum dapat memberikan informasi secara rinci mengenai dana (untuk biaya karyawan, biaya belanja, dll). Anggaran dana untuk penyelenggaraan makanan tersebut berasal dari uang SPP. Pemasukan dalam sebulan untuk penyelenggaraan makanan yaitu sekitar 20% dari uang SPP sebesar Rp. 1.000.000,- dari tiap siswa, sehingga proporsi dari SPP untuk

makanan ditetapkan sebesar Rp 200.000/20 hari atau dengan kata lain Rp 10.000/hari/3X makan. Biaya makan untuk siswa yang tinggal di asrama tidak dijelaskan lebih mendetail oleh kepala sekolah, karena sudah menjadi satu dengan biaya tinggal di asrama. Menurut wawancara dengan kepala sekolah, pengeluarannya seimbang dengan pemasukan karena Sekolah Marsudirini tidak berorientasi mendapatkan keuntungan (non-profit oriented).

Dapur yang digunakan pada penyelenggaraan makan di Sekolah Marsudirini adalah dapur khusus (denah dapur terlampir pada Lampiran 1). Terdapat gudang penyimpanan dan bahan bakar yang digunakan adalah LPG. Terdapat beberapa ruangan di Sekolah Marsudirini yaitu ruang penyimpanan (kering dan segar) yang dipisah, ruang persiapan dan ruang pengolahan yang digabung, dan ruang pencucian. Tidak terdapat ruang penerimaan bahan di Sekolah Marsudirini tersebut. Ruang untuk mencuci sayur dan alat besar di dapur sedangkan ruang untuk mencuci alat-alat makan di luar dapur. Alat untuk mencuci alat besar menggunakan semprotan dengan air panas, serta untuk peralatan makan dicuci secara manual.

Penyelenggaraan makanan di Sekolah Marsudirini juga dilengkapi dengan wastafel untuk mencuci tangan. Untuk daerah ruang makan dan dapur, disediakan tempat cuci tangan yang cukup banyak, yaitu berdasarkan hasil pengamatan terdapat sebanyak 20 buah. Begitu pula dengan tempat sampah, tersedia sebanyak 4 buah di ruang makan SD-SMA (3 terbuka, 1 tertutup), 3 buah di ruang makan PG-TK (2 terbuka, 1 tertutup) dan 3 buah di dapur (seluruhnya terbuka). Letak tempat sampah di ruang makan SD-SMA yaitu di pojok-pojok dekat tempat cuci piring dan jalan keluar dari ruang makan, letak tempat sampah PG-TK di dekat tempat cuci piring dan di dalam ruang makan, sedangkan letak tempat sampah dapur yaitu dekat pintu masuk, di bawah tempat cuci sayur, dan di tempat cuci peralatan besar. Jamban terletak terpisah/tidak menyatu dengan dapur. Jumlah jamban yang tersedia di dekat ruang makan yaitu sebanyak 10 dimana 5 untuk wanita dan 5 untuk pria.

Pembuangan limbah/sampah akhir jauh dari dapur dan tempat penyajian. Terdapat obat-obatan P3K di UKS, namun tidak terdapat pemeriksaan kesehatan pada karyawan. Terdapat kamar mandi dan tempat cuci piring yang terpisah dan terdapat tempat cuci tangan (wastafel). Alat masak yang digunakan yaitu: kompor, rice cooker 8 liter, wajan, panci, pisau, talenan, ulekan, blender, alat pengaduk adonan kue khusus dan lain-lain.

Proses Penyelenggaraan Makanan

Berdasarkan Depkes (1991), proses penyelenggaraan makanan mencakup kegiatan/subsistem penyusunan anggaran belanja makanan, penyediaan/pembelian bahan makanan, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran bahan makanan, persiapan dan pemasakan makanan, penilaian dan distribusi makanan, pencatatan, pelaporan, dan evaluasi, yang dilaksanakan dalam rangka penyediaan makanan bagi kelompok masyarakat di suatu institusi. Proses penyelenggaraan makanan di Sekolah Marsudirini memiliki alur sebagai berikut.

Gambar 6 Alur penyelenggaraan makanan Sekolah Marsudirini

Apabila dilihat berdasarkan fungsi manajemen menurut Terry diacu dalam Yuliati & Santoso (1995), secara garis besar terbagi menjadi 4 yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling).

Perencanaan (planning). Berdasarkan wawancara dengan kepala penyelenggaraan makanan Sekolah Marsudirini, perencanaan yang dilakukan di Sekolah Marsudirini lebih kepada perencanaan menu. Perencanaan menu makanan pokok dan snack ditentukan oleh Sr. M. Rosali, OSF sebagai kepala

Perencanaan pembelian bahan makanan sesuai dengan jenis menu

Perencanaan menu 1 minggu Pembelian bahan makanan Penyimpanan bahan makanan Stock bahan makanan Persiapan bahan makanan Pengolahan bahan makanan Pendistribusian makanan Pemorsian makanan Penyajian makanan Pencucian alat- alat masak Pencucian alat- alat makan

sekolah SD sekaligus kepala penyelenggaraan makanan dan Katarina Mujinem sebagai penanggung jawab (manajer) dapur. Proses perencanaan menu belum melibatkan ahli gizi dan belum memperhitungkan kecukupan gizi tiap murid.

Standar resep tertulis untuk makanan pokok belum ada. Pengolah makanan pokok mengandalkan keterampilannya dalam mengolah makanan. Standar resep tertulis dalam sebuah buku resep hanya untuk menu snack. Hal ini dikarenakan tenaga pengolah snack ada yang pernah memperoleh pelatihan/ kursus dari Bogasari. Standar porsi secara tertulis untuk masing-masing makanan juga belum ada, tetapi tenaga pengelola makanan sudah mengetahui standar porsi yang diperkirakan, sehingga kepala dapur merasa tidak perlu membuat standar porsi tertulis. Pemorsian dilakukan khusus untuk kelas TK-SD (contoh: nasi putih 1 centong, ayam 1 potong, tempe 1 potong kecil, dll).

Perencanaan menu yang dilakukan di Sekolah Marsudirini terdiri dari 20 jenis menu makanan dan snack, ditulis di kertas dan ditempel di dapur sebagai master menu untuk menentukan pilihan menu tiap minggu. Setiap minggu, pihak manajer dapur akan merencanakan menu berbeda yang mengacu pada perencanaan menu yang dibuat oleh kepala sekolah dan disesuaikan dengan jenis bahan pangan yang masih banyak tersedia. Setiap satu tahun diadakan evaluasi menu, yaitu menu mana saja yang dihilangkan atau diadakan penambahan menu baru pada master menu tersebut. Pihak sekolah kemudian memberitahukan jenis menu-menu yang akan diberikan ke siswa kepada orang tua siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan manajer dapur, penentuan evaluasi menu baru dilihat berdasarkan keseimbangan dan keberagaman menu, serta dari menu yang disukai oleh siswa atau tidak.

Menu dalam satu hari pada jam sekolah terdiri dari menu makan siang dan menu makanan selingan (snack). Menu yang diolah tiap harinya berbeda- beda tergantung jenjang pendidikannya. Tabel master menu makan siang berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan master menu makan siang pada Lampiran 3 tampak bahwa menu untuk siswa PG, TK, SD, dan SMP-SMA-karyawan berbeda-beda namun terdapat beberapa jenis menu yang sama. Master menu untuk siswa PG-TK-SD (1-2) terdiri dari 10 jenis menu, sedangkan untuk SD (3-6) dan SMP-SMA terdiri dari 20 jenis menu. Apabila dilihat dari susunan dan variasinya secara umum dari master menu Sekolah Marsudirini, menu tersebut cukup beragam yaitu terdiri dari sumber karbohidrat, protein hewani, protein nabati, dan sayuran. Akan tetapi

tidak ada tambahan buah dalam menu tersebut. Variasi menu untuk 1 hari belum secara lengkap beragam (terdapat sumber karbohidrat, protein hewani/nabati, dan sayuran). Sekolah Marsudirini hanya memorsikan lauk dan sayur bagi konsumen TK dan SD. Apabila lauk masih tersisa di dapur, mereka diperbolehkan menambah porsi makanan sehingga jumlah pemenuhan kebutuhan gizi dari tiap siswa tidak dapat terkontrol.

Selain menu makan siang, Sekolah Marsudirini juga menyediakan menu selingan (snack). Siswa PG, TK, dan SD (1-2) mendapatkan 1 kali menu selingan setiap harinya, sedangkan siswa SD kelas 3 sampai SMA mendapat 2 kali menu selingan yang bervariasi jenisnya, baik dalam bentuk snack manis (kue-kue) maupun snack asin (makanan sepinggan). Tabel master menu snack

berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 4. Berdasarkan master menu snack pada Lampiran 4 tampak bahwa jenis menu

snack yang dijadikan master menu tersebut bervariasi bukan hanya dari bahan baku yang digunakan, tetapi juga jenis pengolahannya. Jenis snack untuk siswa PG, TK, SD kelas 1 dan 2 terdiri dari 14 menu, untuk SD kelas 3-6 terdiri dari 15 menu dan untuk siswa SMP dan SMA terdiri dari 18 macam menu. Seluruh menu

snack berbeda antara snack pagi dan sorenya.

Selain pada jam sekolah, penyelenggaraan makanan di Sekolah Marsudirini juga dibuat untuk penghuni asramanya, yaitu karyawan dan siswa yang tinggal jauh dari sekolah. Lauk bagi penghuni yang tinggal di asrama juga memiliki master menu tersendiri (selain makan siang dan snack) yang terdiri dari makan pagi dan sore. Berdasarkan hasil wawancara dengan penanggung jawab dapur, khusus bagi siswa yang tinggal di asrama diberikan buah-buahan sebanyak satu kali dalam seminggu. Variasi jenis menu bagi penghuni asrama (makan pagi dan malam) tidak sebanyak variasi menu pada jam sekolah (makan siang dan snack). Tabel master menu makan pagi dan sore asrama Marsudirini tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 5.

Perencanaan menu selama 1 minggu dilakukan oleh penanggung jawab dari tiap unit tenaga pengolah makanan (unit makanan pokok dan unit snack). Perencanaan menu dalam 1 minggu ini berpedoman pada master menu yang dibuat oleh kepala penyelenggaraan makanan. Berikut ini adalah contoh perencanaan menu selama 1 minggu ketika penelitian dilakukan.

Tabel 7 Perencanaan menu 1 minggu

Kelas Hari

ke- Makan Siang

Snack

Snack 1 Snack 2 PG-TK-SD

(1-2)

1 Sop, bakwan jagung Bakso -

2 Nasi goreng istimewa Bolu kukus -

3 Sayur bening, nugget Bolu panggang -

4 Ayam kecap (dirajang), kerupuk Brownies kukus -

5 Telur kecap, keripik kentang Bubur ayam -

SD (3-6)

1 Sup sayur, telur dadar Bubur ayam Pukis

2 Capcay, ayam fillet goreng tepung Bolu kukus Roti coklat

3 Sapo tahu, bakwan jagung Brownies kukus Puding

4 Nasi uduk, tempe orek, telur dadar Bolu panggang Donat coklat

5 Semur tahu, kerupuk udang Bakso Muffin

choco chip

SMP-SMA- guru- karyawan

1 Sop timlo, sate sosis baso Brownies kukus Pastel

2 Sayur asem, tempe goreng,

ikan asin

Donat Muffin

choco chip

3 Oseng-oseng kacang panjang,

telur dadar

Capcay manis Spaghetti

4 Sapo tahu, telur ceplok Bolu kukus Bakso

5 Sambel goreng, tempe kering Mie ayam Lontong

opor Sekolah Marsudirini memiliki peraturan yang mengharuskan murid- muridnya untuk menghabiskan makanan yang sudah disediakan dan memberi kesempatan kepada murid yang ingin menambah nasi atau lauk ke loket di dapur selama lauk dan sayur di dapur masih tersisa. Pihak sekolah juga memiliki peraturan agar siswa tidak membawa menu makanan dari luar dan hanya mengonsumsi makanan yang disediakan oleh sekolah. Beberapa siswa yang memiliki permasalahan kesehatan (seperti alergi dengan makanan yang disajikan oleh sekolah), diperkenankan untuk membawa menu khusus dari luar sekolah. Hal ini dikarenakan pihak sekolah tidak menyediakan makanan khusus. Nama- nama siswa dan alasan membawa menu khusus dari luar sekolah ditempel di

Dokumen terkait