Penyelenggaraan makanan di sekolah merupakan salah satu kegiatan di sekolah yang bertujuan menyediakan makanan bagi seluruh penghuni sekolah. Penyelenggaraan makanan di sekolah biasanya melibatkan katering, namun dapat dilakukan oleh sekolah itu sendiri. Salah satunya yaitu penyelenggaraan makanan di Sekolah Marsudirini. Penyelenggaraan makanan merupakan suatu sistem, di mana terdiri dari input (tenaga kerja, dana, sarana) melalui suatu proses (perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan) sehingga menghasilkan output yaitu berupa makanan. Penyelenggaraan makanan di Sekolah Marsudirini menyediakan makanan juga untuk pegawai, dan khususnya untuk siswa yang di sekolah maupun tinggal di asrama. Pemorsian makanan dilakukan dikhususkan pada siswa yang di sekolah, terutama siswa TK dan SD (makanan pokok dan lauk hewani). Makanan yang disajikan oleh sekolah akan mempengaruhi ketersediaan zat gizi dari makanan yang disediakan oleh sekolah.
Penyelenggaraan makanan yang baik dalam segi kualitas dan kuantitas akan menghasilkan makanan yang berkualitas dan dapat memenuhi kecukupan gizi masing-masing siswa. Makanan yang disajikan dalam penyelenggaraan makanan di sekolah harus dapat menyumbangkan energi sepertiga dari total kebutuhan energi anak (Mahan & Stump 2004) serta harus disesuaikan dengan kebutuhan gizi anak sesuai dengan umurnya. Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda serta preferensi yang berbeda terhadap makanan. Hal ini mempengaruhi daya terima makanan yang disediakan oleh pihak sekolah. Apabila makanan yang disajikan oleh sekolah bergizi, namun tidak dapat diterima dengan baik oleh siswa, maka akan mempengaruhi besarnya konsumsi dari makanan yang disediakan oleh sekolah.
Makanan yang disediakan oleh Sekolah Marsudirini berupa selingan pagi, makan siang, serta selingan sore. Oleh karena itu untuk mengetahui total konsumsi siswa juga dipengaruhi dari konsumsi dari luar sekolah. Tingkat kecukupan energi dan protein siswa dapat dihitung berdasarkan perbandingan total konsumsi siswa dibandingkan dengan angka kecukupan gizi siswa. Tingkat kecukupan energi dan protein siswa lebih lanjut dapat berpengaruh terhadap status gizi siswa. Bagan kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran Proses Perencanaan menu Pelaksanaan Pencatatan dan pelaporan Penyelenggaraan makanan Sekolah Marsudirini Input Tenaga Anggaran dana
Sarana fisik dan peralatan Output (warna, aroma, rasa, tekstur, porsi, variasi makanan) Daya terima makanan Ketersediaan makanan (zat gizi) sekolah Total konsumsi anak Tingkat kecukupan energi, protein, dan
zat gizi AKG Konsumsi anak di luar sekolah Konsumsi anak di sekolah Karakteristik anak Umur Jenis kelamin Status gizi Sosial ekonomi Preferensi makanan anak
METODE
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan karakteristik dari sampel (Singarimbun & Effendi 1995). Penelitian ini dilakukan di Sekolah Marsudirini, Telaga Kahuripan, Parung, Bogor. Pengambilan tempat dilakukan secara purposive dengan mempertimbangkan bahwa Sekolah Marsudirini merupakan sekolah yang melakukan penyelenggaraan makanan untuk sekolah itu sendiri, serta letaknya yang mudah dijangkau. Penelitian dilakukan selama 1 bulan dari awal bulan Mei-Juni 2011.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Marsudirini. Sekolah Marsudirini merupakan sebuah yayasan pendidikan yang terdiri dari TK, SD, SMP, dan SMA. Contoh yang diambil adalah tingkat SD, di mana penyelenggaraan makanan untuk siswa-siswi tingkat SD di Sekolah Marsudirini tersebut dilakukan dengan pemorsian baik makanan pokok maupun lauknya.
Sekolah Marsudirini memiliki 550 orang siswa. Contoh yang diteliti adalah siswa-siswi SD Marsudirini. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, dimana sampel memperoleh makanan yang sudah diporsikan oleh sekolah. Populasi contoh merupakan siswa kelas 5 SD yang totalnya sebanyak 66 siswa, terdiri dari 4 kelas. Kriteria inklusi dalam pengambilan contoh adalah merupakan siswa-siswi Marsudirini kelas 5 SD (berusia 10-12 tahun), tidak sedang sakit, tidak mengalami gangguan/ alergi terhadap makanan yang disajikan oleh sekolah, serta mampu mengikuti penelitian secara lengkap dari awal hingga akhir. Berdasarkan kriteria inklusi tersebut, diperoleh contoh sebanyak 55 siswa.
Alasan pemilihan contoh dari kelas 5 SD berdasarkan teori perkembangan Piaget diacu dalam Hidayat (2004) yakni pada usia ini tingkat perkembangan kognitif anak berada pada akhir masa konkrit operasional, sehingga anak-anak sudah dapat diajak berkomunikasi dengan baik, mampu mengingat kejadian 24 jam yang lalu, dan sudah diikutkan dalam kegiatan sekolah yang menuntut tanggung jawab.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi: (1) sistem penyelenggaraan makanan sekolah, (2) menu
makanan yang disediakan dalam penyelenggaraan makanan, (3) karakteristik fisik siswa (berat badan dan tinggi badan), (4) daya terima responden terhadap menu yang disajikan, (5) preferensi makanan siswa, (6) ketersediaan makanan yang disajikan oleh sekolah, (7) konsumsi siswa terhadap makanan yang disajikan sekolah, (8) total konsumsisiswa dalam satu hari. Pengambilan data di awal penelitian dan pada hari penimbangan makanan dilakukan oleh tim yang berjumlah 5-6 orang. Pengambilan data dilakukan oleh mahasiswa gizi masyarakat IPB yang mengerti dan sudah diberikan pengetahuan sebelumnya mengenai cara penimbangan, pengukuran, serta wawancara. Hal ini dilakukan untuk menghindari bias pada pengambilan data.
Sistem penyelenggaraan makanan sekolah diketahui dengan menggunakan wawancara dan observasi langsung. Data menu makanan yang disediakan dilihat berdasarkan daftar standar menu. Karakteristik fisik yang mencakup berat badan dan tinggi badan siswa diukur secara langsung. Data berat badan diperoleh dengan penimbangan langsung menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 1 kg, data tinggi badan diperoleh dengan pengukuran langsung di lokasi menggunakan mikrotoise dengan ketelitian 1 cm.
Daya terima responden terhadap menu yang disajikan diketahui dari habis/tidaknya konsumsi siswa terhadap makanan sekolah. Pemilihan menu untuk diteliti daya terimanya dilakukan berdasarkan jenis lauk hewani pilihan (ayam, telur, olahan daging) yang disajikan oleh sekolah. Preferensi makanan siswa merupakan pilihan makanan kesukaan dan penilaian makanan yang disajikan sekolah oleh siswa.
Ketersediaan makanan yang disediakan oleh sekolah dilihat melalui penimbangan satu porsi makanan yang akan disajikan (sebelum dikonsumsi) dengan timbangan digital dan juga melalui wawancara dengan tenaga pengolah makanan. Penimbangan makanan dari sekolah dilakukan sebanyak 3 kali, disesuaikan dengan jenis lauk hewani yang berbeda yang disediakan oleh sekolah (menu ayam, telur, dan olahan daging). Makanan awal atau sebelum penimbangan sudah dalam bentuk porsi yang disediakan dengan ukuran yang relatif sama dalam plato yang terdiri dari nasi, lauk pauk dan sayur sehingga penimbangan makanan dilakukan untuk mendapatkan konversi berat makanan sesuai porsi yang tersedia.
Konsumsi siswa secara keseluruhan selama mengonsumsi makanan dari sekolah sama sesuai makanan yang disediakan pada hari tersebut. Namun, yang
membedakan adalah penambahan porsi nasi, lauk dan sayur dari tiap siswa. Untuk membedakan antara satu contoh dengan yang lain, maka pada hari penimbangan, ditempelkan kertas sesuai dengan nomor absen dan kelas contoh pada meja dimana contoh akan makan. Pada kertas tertulis nama, kelas, nomor absen dan berapa centong tambahan nasi, lauk dan sayur yang diambil, sehingga memudahkan dalam pencatatan hasil penimbangan sisa makanan.
Total konsumsi siswa dalam satu hari diketahui berdasarkan gabungan dari tiga buah metode, yaitu metode pencatatan (food record) dengan cara memberikan responden formulir konsumsi makanan satu hari sebelum hari dilakukan penelitian. Setelah itu, responden diberikan penjelasan cara pengisian kuesioner, kemudian membawa pulang kuesioner dan mengisi secara mandiri di rumah (hanya untuk makan pagi). Sedangkan konsumsi siswa terhadap makanan yang disajikan oleh sekolah (selingan 1, makan siang dan selingan 2) dilihat dari penimbangan langsung (food weighing) dari sisa makanan siswa menggunakan timbangan digital berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 g. Setelah responden pulang, responden diminta kembali untuk menuliskan semua jenis makanan serta URT-nya setelah pulang sekolah. Data kemudian dikumpulkan seluruhnya keesokan harinya. Setelah data terkumpul seluruhnya, dilakukan
recall ulang kepada tiap siswa untuk mengetahui lebih detail mengenai besar URT dan pengolahan yang dilakukan.
Data sekunder meliputi lokasi sekolah, karakteristik sekolah, jumlah siswa dan jam belajar, karakteristik siswa (mencakup nama, umur, jenis kelamin, sosial ekonomi keluarga), serta sarana dan prasana yang dimiliki oleh sekolah. Data sekunder diperoleh berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah, kepala dapur dan bagian tata usaha.
Tabel 4 Jenis dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis Data Cara Pengumpulan
Data Alat 1. Penyelenggaraan makanan (PM) - Sistem pengelolaan PM - Tujuan PM
- Jenis menu yang disediakan
- Ketenagaan/ SDM - Fasilitas fisik
- Higiene dan sanitasi PM
Primer Wawancara,
pengamatan langsung Kuesioner
2.
Daya terima makanan (Habis/tidak habisnya makanan dari sekolah)
Primer Wawancara Kuesioner
3. Preferensi makan - Penilaian menu makanan secara keseluruhan yang disajikan di sekolah (Warna, aroma, rasa, tekstur, porsi, keseluruhan) - Persepsi kebersihan (tempat,alat, cara penyajian), variasi makanan
Primer Wawancara Kuesioner
4.
Ketersediaan makanan - Variasi menu makanan - Berat makanan Primer Pengamatan langsung, wawancara, Food weighing Timbangan digital
5. Konsumsi makanan dari
sekolah Primer Food weighing
Timbangan digital
6. Total konsumsi dalam satu
hari Primer
Food record 3 x 24 jam, food weighing dan recall
Form food record, timbangan digital, wawancara langsung 7. Karakteristik sekolah - Jumlah karyawan - Jam belajar - Sarana prasarana
Sekunder Wawancara dengan
pihak sekolah Kuesioner
8. Karakteristik sosial ekonomi
keluarga individu Sekunder
Data pribadi siswa dari
Tata Usaha Catatan
9 Karakteristik fisik individu
berat badan, tinggi badan Primer
Pengukuran secara langsung Mikrotois, timbangan berat badan
KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Pengolahan dan Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian pertama-tama diperiksa terlebih dahulu kelengkapannya sesuai dengan tujuan penelitian. Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pengeditan, pengkodean, pengentrian, pengecekan ulang dan analisis. Pengolahan data menggunakan
Microsoft Excel 2007 dan dianalisis lebih lanjut menggunakan SPSS 16.0 for Windows.
Sistem penyelenggaraan makanan akan dianalisis secara deskriptif. Data karakteristik responden terdiri atas nama, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, sosial ekonomi keluarga akan dianalisis menggunakan tabulasi. Angka kebutuhan zat gizi responden didasarkan pada kecukupan energi dan dan zat gizi menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) 2004 menurut kelompok umur.
Data jumlah makanan yang disediakan dan dikonsumsi dari sekolah serta dari luar sekolah dikonversikan ke dalam bentuk energi, protein, kalsium, zat besi, dan vitamin C dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan sehingga diperoleh konsumsinya sehari (Hardinsyah & Briawan 1994). Secara umum rumus untuk menghitung kandungan energi dan zat gizi yang dikonsumsi adalah sebagai berikut:
Keterangan :
Kgij = Kandungan zat gizi i dalam bahan makanan j Bj = Berat makanan j yang dikonsumsi
Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan j BDDj = Bagian bahan makanan j yang dapat dimakan
Jika dalam penilaian konsumsi pangan dijumpai makanan dalam keadaan olahan atau masak dan tidak terdapat di DKBM, dapat digunakan DMM (Daftar Konversi Mentah Masak). DMM merupakan daftar yang memuat perbandingan berat bahan pangan dalam bentuk mentah dengan bentuk yang sudah diolah atau dimasak (Hardinsyah & Briawan 1994). Selain itu, jika makanan yang dikonsumsi berupa makanan kemasan, kandungan gizi dilihat berdasarkan
nutrition fact dari label makanan tersebut. Berat mentah dari bahan makanan olahan (masak) dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
Keterangan :
Fj = Faktor konversi mentah masak makanan j BMj = Berat bahan makanan j dalam bentuk mentah
Boj = Berat bahan makanan j dalam bentuk masak (olahan)
Tingkat ketersediaan energi dan zat gizi dari menu makanan yang disediakan oleh sekolah dihitung dengan cara membandingkan ketersediaan energi dan zat gizi makanan yang disediakan dengan kebutuhan gizi masing- masing responden. Kebutuhan gizi masing-masing responden didasarkan pada kecukupan energi dan dan zat gizi menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) 2004 menurut kelompok umur, dengan koreksi berat badan dan tinggi badan, sementara faktor aktivitas dianggap seragam.
Tingkat kecukupan energi dan zat gizi dihitung berdasarkan angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan menurut umur dan berat badan sehat (WNPG 2004). Tingkat kecukupan energi diperoleh dengan menggunakan cut-off point
Depkes (1996) yang dibedakan menjadi defisit tingkat berat (<70%), defisit tingkat sedang (70-79%), defisit tingkat ringan (80-89%), normal (90-119%), dan kelebihan (>120%). Tingkat kecukupan energi (TKE) dapat diketahui dengan cara membandingkan total konsumsi energi siswa dengan angka kebutuhan energi siswa (AKE). Tingkat kecukupan protein (TKP) diketahui dengan membandingkan antara konsumsi protein dengan angka kebutuhan protein siswa. Tingkat kecukupan vitamin dan mineral dapat diketahui dengan cara membandingkan konsumsi mineral dan vitamin dengan angka kebutuhan vitamin dan mineral (AKG). Tingkat kecukupan vitamin dan mineral diperoleh dengan menggunakan cut-off point Gibson (2005) yang dibedakan menjadi kurang (<77 ) dan cukup (≥77 ).
Analisis data yang digunakan adalah deskriptif dan inferensia yang terdiri dari:
1. Deskriptif (Persentase dan rata-rata) a. data karakteristik individu, b. karakteristik sosial ekonomi,
c. preferensi dan daya terima makanan siswa, d. tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa,
e. kontribusi makanan dari sekolah terhadap total konsumsi sehari. Fj = (BMj)/(BOj)
2. Inferensia:
Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara: a. karakteristik dan sosial ekonomi siswa (status gizi, besar keluarga, pendidikan dan pekerjaan orangtua siswa) terhadap daya terima makanan di sekolah.
b. daya terima terhadap tingkat kecukupan energi dan protein siswa. Uji beda independent sample T-test digunakan untuk mengetahui perbedaan antara jenis kelamin terhadap: daya terima, preferensi makanan, konsumsi, kontribusi makanan sekolah dan tingkat kecukupan energi dan protein siswa.
Pengkategorian variabel dan kriteria untuk setiap variabel dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Kategori dan Kriteria untuk setiap variabel penelitian
No. Variabel Kategori Kriteria
1 Besar keluarga
(BKKBN 1998)
keluarga kecil ≤ 4 orang
keluarga sedang 5 – 7 orang
keluarga besar ≥ 8 orang
2 Pekerjaan orangtua (ketentuan peneliti) Tidak bekerja Pegawai swasta Guru PNS/ABRI/Polri Wiraswasta Ibu rumah tangga Lainnya 3 Pendidikan orangtua (ketentuan peneliti) Tidak sekolah SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Perguruan tinggi
4 Tingkat kecukupan energi
(Depkes 1996)
defisit tingkat berat < 70% Kebutuhan
defisit tingkat sedang 70-79% Kebutuhan
defisit tingkat ringan 80-89% Kebutuhan
Normal 90-119% Kebutuhan
Lebih ≥120 Kebutuhan
5 Tingkat kecukupan protein
(Depkes 1996)
defisit tingkat berat < 70% Kebutuhan
defisit tingkat sedang 70-79% Kebutuhan
defisit tingkat ringan 80-89% Kebutuhan
Normal 90-119% Kebutuhan
Lebih ≥120 Kebutuhan
6 Tingkat kecukupan vitamin
dan mineral (Gibson 2005)
Kurang < 77% AKG
Batasan Istilah
Menu makanan sekolah adalah makanan yang disediakan oleh penyelenggaraan makanan yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah pada jam sekolah, terdiri dari selingan pagi, makan siang dan selingan siang.
Penyelenggaraan makanan adalah serangkaian kegiatan yang saling berkaitan dalam penyediaan makanan bagi murid dan karyawan di Sekolah Marsudirini.
Contoh adalah siswa kelas 5 SD Marsudirini yang terpilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Ketersediaan energi, protein dan zat gizi lainnya adalah jumlah energi, protein, dan zat gizi dari makanan yang disediakan oleh sekolah per porsi makanan per siswa.
Food record adalah catatan konsumsi makanan yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui total konsumsi makanan pada satu hari. Catatan tersebut diberikan pada hari sebelum dilakukan penimbangan makanan di sekolah dan kemudian dikembalikan pada hari setelah penimbangan makanan di sekolah.
Daya terima makanan adalah penerimaan (habis/tidaknya konsumsi) siswa terhadap makanan yang disajikan oleh sekolah.
Preferensi makanan adalah tanggapan/penilaian subjektif yang dilakukan oleh siswa (kualitas) terhadap makanan yang disediakan oleh sekolah (rasa, aroma, warna, dan tekstur), yang dikategorikan dari sangat tidak suka sampai sangat suka.
Konsumsi zat gizi sehari adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh siswa berdasarkan ketersediaan makanan di sekolah dan daya terima siswa terhadap makanan tersebut terhadap pemenuhan kebutuhan sehari siswa.
Kebutuhan gizi siswa dari makanan sekolah adalah besarnya zat gizi yang diperlukan oleh siswa yang seharusnya diperoleh dari makanan yang disediakan oleh sekolah.
Tingkat kecukupan energi, protein, dan zat gizi lainnya adalah persentase energi dan zat gizi dalam menu makanan yang diperoleh oleh siswa berdasarkan total konsumsi siswa terhadap kecukupan zat gizi siswa dari makanan sekolah.