Pada bab ini diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari hasil pengumpulan data terhadap 147 keluarga yang bertempat tinggal di wilayah Kelurahan Bajubang (RT 02/ 03) Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi. Penyajian hasil meliputi deskripsi data demografi responden, pengetahuan keluarga dan sikap keluarga tentang acara televisi yang sesuai untuk anak di Kampung Baru Kecamatan Bajubang Provinsi Jambi.
5.5.1. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian, data demografi responden yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, agama responden.
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Data Demografi Berdasarkan Umur Responden di Kampung Baru Kecamatan Bajubang Provinsi Jambi (n= 147)
Data Demografi Jumlah Persentase Umur Responden 21 – 26 tahun 27 – 32 tahun 33 – 38 tahun 39 – 44 tahun 45 – 50 tahun 51 – 56 tahun 57 – 62 tahun 63 – 68 tahun 10 33 24 36 24 12 6 2 6,8% 22,4% 16,3% 24,5% 16,3% 8,2% 4,1 % 1,4 %
Tabel 5.1. Lanjutan
Data Demografi Jumlah Persentase Jenis Kelamin Responden
Perempuan Laki – laki Pendidikan Responden Sarjana ( S1/ D3 ) SMA/ SMK/ Sederajat SMP/ Sederajat SD/ Sederajat Tidak Sekolah Pekerjaan Responden PNS Wiraswasta Tani / buruh Lain - lain Pendapatan Responden Rp.500.000,00 Rp.500.000,00 – 1.500.000,00 Rp.1.500.000,00 – 3.000.000,00 Rp.3.000.000,00 – 5.000.000,00 Agama Responden Islam Kristen 89 58 15 79 23 27 3 6 34 57 50 4 76 52 15 142 5 60,5 % 39,5 % 10,2 % 53,7 % 15,6 % 18,4 % 2 % 4,1 % 23,1 % 38,8 % 34 % 2,7% 51,7% 35,4% 10,2% 96,6% 3,4% Berdasarkan tabel 5.1 di atas, dari 147 keluarga yang menjadi responden, mayoritas data demografi yaitu umur responden 39 – 44 tahun berjumlah 36 orang (24,5%), jenis kelamin responden perempuan berjumlah 89 orang (60,5%), pendidikan responden SMA/ SMK/ Sederajat berjumlah 79 orang (53,7%), pekerjaan responden tani/ buruh berjumlah 57 orang (58,8%), pendapatan responden Rp.500.000,00 – Rp.1.500.000,00 berjumlah 76 orang (51,7%), dan agama responden Islam berjumlah 142 orang (96,6%).
5.5.2. Pengetahuan Keluarga Tentang Acara Televisi yang Sesuai Untuk Anak
Tabel 5.2. Pengetahuan Keluarga Tentang Acara Televisi yang Sesuai Untuk Anak di Kampung Baru Kecamatan Bajubang Provinsi Jambi (n= 147)
Pengetahuan Jumlah Persentase
Baik (38 – 50) Cukup (24 – 37) Kurang (10 – 23) Jumlah 16 82 49 147 10,9% 55,8% 33,3% 100 % Berdasarkan tabel 5.2 di atas, dari 147 keluarga yang menjadi responden, 82 responden memiliki pengetahuan cukup (55,8%), 49 responden memiliki pengetahuan kurang (33,3%) dan 16 responden memiliki pengetahuan baik (10,9%).
5.5.3. Sikap Keluarga Tentang Acara Televisi yang Sesuai Untuk Anak
Tabel 5.3. Sikap Keluarga Tentang Acara Televisi yang Sesuai Untuk Anak di Kampung Baru Kecamatan Bajubang Provinsi Jambi (n= 147)
Sikap Jumlah Persentase
Peduli ( 31 - 50) Tidak Peduli (10 – 30) Jumlah 89 58 147 60,5 % 39,5 % 100 % Berdasarkan tabel 5.3 di atas, dari 147 keluarga yang menjadi responden, 89 responden memiliki sikap peduli (60,5%) dan 58 responden memiliki sikap tidak peduli (39,5%).
5.2. Pembahasan
5.2.1. Pengetahuan Keluarga Tentang Acara Televisi yang Sesuai Untuk Anak
Pengetahuan keluarga tentang acara televisi yang sesuai untuk anak adalah segala hal yang diketahui keluarga mengenai acara televisi untuk anak. Pada penelitian ini, pengetahuan keluarga tentang acara televisi yang sesuai untuk anak meliputi apa yang diketahui keluarga tentang fungsi televisi, dampak televisi bagi anak, dan usia anak saat menonton. Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan keluarga tentang acara televisi yang sesuai untuk anak diperoleh hasil responden menunjukkan pengetahuan baik sebanyak 16 responden (10,9%), pengetahuan cukup sebanyak 82 responden (55,8%), dan pengetahuan kurang sebanyak 49 responden (33,3%).
Pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pada hasil penelitian pengetahuan baik menunjukkan jumlah sebanyak 16 responden (10,9 %) dengan data demografi penelitian yaitu pendidikan sarjana sebanyak 15 responden (10,2%), SMA sebanyak 79 responden (53,7%), dapat diasumsikan responden mengetahui fungsi televisi, dampak televisi bagi anak, dan usia anak saat menonton berdasar kuesioner. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elisse (2013) pada 102 responden di Desa Teluk Lubuk Kabupaten Muara Enim, ditemukan adanya hubungan antara jenjang pendidikan tinggi (sarjana dan SMA) dan dengan pengetahuan memilih acara televisi yang bersifat edukasi dan informatif, pengaturan waktu menonton yang baik frekuensi menonton yang
rendah dibanding responden dengan jenjang pendidikan formal yang rendah (SMP dan SD).
Dari hasil penelitian, menunjukkan responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 82 responden (55,8%). Pada data demografi diperoleh hasil responden dengan pendidikan SMP sebanyak 23 responden (15,6%) dan SMA sebanyak 79 responden (53,7%) dimana tidak secara keseluruhan pendidikan SMA memiliki pengetahuan baik. Asumsi peneliti, pengetahuan cukup responden dapat dipengaruhi oleh terbatasnya keinginan responden untuk mengetahui lebih banyak informasi. Pada teori telah dijelaskan meskipun seseorang berpendidikan rendah tetapi jika ia mau mendapatkan informasi yang lebih baik dari berbagai media maka hal itu akan meningkatkan pengetahuan seseorang.
Semakin tinggi pendidikan, maka semakin baik pengetahuan seseorang. Dari 147 responden, terdapat 49 responden (33,3%) yang memiliki pengetahuan kurang. Hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden, dimana berdasar data demografi responden dilihat dari karakteristik pendidikan masih terdapat responden yang tidak bersekolah sebanyak 3 responden (2%), SD sebanyak 27 responden (18,4%). Responden dengan pengetahuan rendah tidak mampu menjawab dengan baik mengenai pengetahuan tentang televisi, dampak televisi dan usia anak saat menonton. Masih ditemukannya pengetahuan rendah pada responden dalam penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan Bintarti, dkk (2011) di Tangerang di mana ditemukannya pengetahuan kurang pada orang tua siswa SD Cipayung dan SD Babakan, di mana orang tua selalu
menilai positif setiap tontonan anak dan ada kekeliruan dalam menangkap isi pesan dari tontonan anak tersebut.
Pendapatan keluarga juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, semakin tinggi ekonomi seseorang maka semakin besar peluang memperoleh pendidikan yang lebih tinggi dan berpengetahuan baik. Ditemukan pada data demografi jumlah pendapatan responden Rp.3.000.000,00 – Rp.5.000.000,00 sebanyak 15 responden (10,2%) dan pendidikan tinggi sarjana sebanyak 15 responden (10,2%). Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Dewi (2006) dimana ditemukan mayoritas ibu berpendapatan tinggi memiliki pengetahuan tinggi.
5.2.2. Sikap Keluarga Tentang Acara Televisi yang Sesuai Untuk Anak
Sikap keluarga tentang acara televisi yang sesuai untuk anak adalah bagaimana respon keluarga dalam menyikapi acara televisi anak sebelum melakukan suatu tindakan. Pada penelitian ini, sikap keluarga tentang acara televisi yang sesuai untuk anak meliputi sikap keluarga dalam memperhatikan tontonan anak, mendiskusikan tontonan anak dan membatasi jam anak menonton.
Pada penelitian ini didapat hasil dengan mayoritas responden memiliki sikap peduli sebanyak 89 responden (60,5%) dan minoritas responden memiliki sikap tidak peduli sebanyak 58 responden (39,5%) . Menurut Azwar (2005) sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan yang mendukung atau memihak (favourable) maupun tidak mendukung atau tidak memihak (unfavourable) pada objek tersebut. Hal ini memiliki hubungan dimana responden memiliki sikap
peduli terhadap anak dimana responden memiliki perasaan mendukung untuk peduli memperhatikan acara televisi yang sesuai untuk anak.
Usia responden dapat mempengaruhi sikap responden dalam memperhatikan acara televisi yang sesuai untuk anak. Semakin matang usia seseorang maka sikap yang ditunjukkan semakin baik. Pada data demografi dijumpai usia responden dengan rentang 45 – 68 tahun berjumlah 44 orang. Rentang usia ini tergolong usia yang matang. Semakin matang usia responden, maka semakin peduli sikap responden terhadap anak. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Herawati (1999) dalam Safitri (2006), dimana ditemukan mayoritas ibu dengan usia lebih dari 38 tahun mempunyai sikap yang lebih baik dalam pendampingan anak menonton televisi dibanding dengan usia ibu kurang dari 38 tahun.
Dari 147 responden, 58 responden (39,5%) memiliki sikap tidak peduli. Pendidikan yang menjadi salah satu faktor pembentukan sikap dapat mempengaruhi sikap responden yang tidak peduli. Menurut penelitian yang dilakukan Atmarita (2003) dalam Yusrizal (2008), membuktikan tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku kesehatan. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi memudahkan seseorang atau masyarakat menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari – hari untuk mendukung sikap yang baik dan sebaliknya. Hal ini dapat dihubungkan dari data penelitian demografi responden dimana masih dijumpai responden yang tidak sekolah dan lulus SD sebanyak 30 responden (20,4%). Sikap tidak peduli responden pada penelitian ini juga sejalan pula dengan penelitian Binarti, dkk (2011) pada Focus Group Discussion (FGD), ditemukan sikap orang tua siswa
memberi kelonggaran pada anak dalam menonton. Penelitian lain oleh Widiyanto, Aviyanti, dan Tyas (2012) mengungkapkan hal serupa tentang keterkaitan tingkat pendidikan dan sikap yaitu ditemukannya ada hubungan antara pendidikan ibu terhadap sikap pemberian ASI ekslusif, sebanyak 16 responden (53,3%) dengan pendidikan rendah mempunyai sikap kurang mendukung.
Didasarkan oleh pekerjaan responden yang kebanyakan bekerja sebagai buruh atau tani sebanyak 57 responden (38,8%), menjadi faktor sikap ketidakpedulian keluarga, dimana responden atau keluarga yang bekerja sebagai buruh atau tani ini menganggap televisi dengan acara yang ditayangkan lebih baik bagi anak – anak mereka untuk berada di rumah dibandingkan berkegiatan di luar rumah dikarenakan waktu responden untuk bekerja lebih banyak daripada mengawasi kegiatan anak, dimana pekerjaan tersebut dilakukan dari pagi sampai sore. Priska (2011) melalui penelitian fenomenologi yang dilakukan pada orang tua dan anak usia 3 – 6 tahun dan 7 – 11 tahun dengan komunikasi aktif, menemukan bahwa orang tua berusaha untuk mendampingi anak menonton televisi, namun kesibukan orang tualah yang membuat orang tua tidak fokus pada anak dan tayangan televisi yang sedang ditonton anak.
Pendapatan responden dapat berpengaruh terhadap kepedulian keluarga terhadap acara televisi yang sesuai untuk anak. Di lapangan, peneliti menemukan semakin tinggi pendapatan keluarga, maka sikap yang diperoleh semakin negatif atau tidak peduli. Hal ini diperoleh peneliti melalui tanya jawab yang dilakukan peneliti diluar pernyataan kuesioner terhadap responden khususnya responden dengan pendapatan lebih dari Rp.3.000.000,00 dan ditemukan keluarga yang
memberikan fasilitas televisi di kamar anak tanpa pendampingan dalam menonton televisi. Pengaruh pendapatan pada penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Prabawa, Dunia, dan Haris (2014) dimana ditemukan mayoritas orang tua dari siswa yang diteliti yang memiliki pendapatan yang tinggi berpengaruh pada kurangnya perhatian orang tua terhadap prestasi belajar anak.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN