• Tidak ada hasil yang ditemukan

JABATAN FUNGSIONAL

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Peraturan tentang Kualitas Air

Peraturan merupakan keputusan yang mengikat dan harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Apabila tidak dilaksanakan bagi yang melanggar akan memperoleh sanksi sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Usaha untuk melestarikan lingkungan dari pengaruh dampak pembangunan merupakan salah satu usaha yang perlu dijalankan. Pengelolaan lingkungan yang baik dapat mencegah kerusakan lingkungan akibat suatu kegiatan pembangunan. Pengelolaan yang baik menjaga ekosistem dengan mencegah berlangsungnya pembangunan yang bersifat merusak, sebab tujuan pembangunan adalah meningkatkan kualitas hidup manusia (Riani, 2012). Oleh karena itu, maka yang penting disini adalah membangun dengan berdasarkan wawasan lingkungan bukan membangun yang berwawasan ekonomi semata.

Pembangunan PPP Tasikagung Rembang merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Rembang dan sekitarnya. Tujuan dari pengelolaan hidup disini terutama mencegah kemunduran populasi sumberdaya alam yang dikelola dan sumberdaya alam di sekitarnya serta untuk mencegah pencemaran limbah yang membahayakan perairan di wilayah PPP Tasikagung Rembang. Hal ini telah dijelaskan dalam Undang-Undang No 32 tahun 2009 Pasal 22 ayat (1) menjelaskan bahwa “Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal” dan Pasal 34 ayat (1) menjelaskan bahwa “Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib Amdal memiliki UKL-UPL”. Koordinasi dan mekanisme kerja antar pusat, provinsi dan kabupaten/ kota sangat diperlukan, sehingga terdapat kejelasan mandat untuk menghindarkan terjadinya kerancuan dan tumpang tindihnya wewenang dan tanggung jawab bidang pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Sosialisasi dan komunikasi menjadi penting bagi implementasi pembangunan berwawasan lingkungan (Goesty et al. 2012). Oleh karena itu untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14 ayat (2) PP No 82 tahun 2001 maka dipandang perlu menetapkan Kepmen LH tentang pedoman penentuan status mutu air. Kepmen LH No 115 tahun 2003 Pasal 1 (b) status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan.

Air merupakan sumberdaya yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain (Effendi, 2003). Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 Pasal 1 ayat (4) menjelaskan pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air. Paradigma laut sebagai terminal universal dari segala kegiatan antropogenik sudah lama ditinggalkan, kemudian kesadaran daya dukung laut yang terbatas mulai

terbangun dan diterapkan untuk upaya perlindungan lingkungan yang merupakan kepentingan antar generasi (Syakti et al. 2012).

Pelabuhan Perikanan Pantai Tasikagung Rembang merupakan salah satu pelabuhan perikanan terbesar di Kabupaten Rembang. Permen Kelautan dan Perikanan RI No 8 tahun 2012 Pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa “Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan”. Pelabuhan perikanan pantai menurut klasifikasi No merupakan pelabuhan perikanan kelas C. Aktivitas yang ada di pelabuhan perikanan sudah tercantum semua pada peraturan tersebut. Oleh karena itu, apabila melanggar akan mendapat sanksi yang tegas dari pihak berwenang.

Metcalf dan Eddy (2003) sumber antropogenik yang paling banyak memberikan kontribusi kontaminasi ke lingkungan laut diantaranya limbah domestik. Limbah merupakan bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negatif terhadap masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Limbah domestik berasal dari buangan rumah tangga di zona urban, bangunan perdagangan, perkantoran dan sarana sejenis terdapat aktivitas sehari-hari masyarakat menghasilkan limbah padat maupun limbah cair (mandi, cuci, dan tinja). Menurut Permen LH No 5 tahun 2014 air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan/atau kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Adapun lampiran XLVI Permen LH No 5 tahun 2014 menjelaskan tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan domestik. Pasal 1 Permen LH No 5 tahun 2014 menjelaskan industri pengolahan hasil perikanan adalah usaha dan/atau kegiatan dibidang pengolahan hasil perikanan meliputi kegiatan pengalengan, pembekuan dan/atau pembuatan tepung ikan. Pasal 9 Permen LH No 5 tahun 2014 industri pengolahan hasil perikanan dibagi menjadi satu jenis kegiatan pengolahan, kegiatan pengolahan gabungan, dan pengolahan air limbah secara terpusat di wilayah kawasan industri. Di PPP Tasikagung terdapat hasil olahan ikan diantaranya olahan menjadi kerupuk, ikan asap, pemindangan, pembekuan ikan dan pengeringan ikan.

Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar yang dapat berupa gas, bahan-bahan terlarut, dan partikulat. Pencemaran memasuki badan air dengan berbagai cara misalnya melaui atmosfer, tanah, limpasan (run off),

pertanian dan perkotaan pembuangan limbah industri dll (Effendi, 2003). Definisi pencemaran laut menurut GESAMP adalah dimasukkannya oleh manusia, baik secara langsung ataupun tidak langsung senyawa-senyawa (bahan-bahan) dan energi ke dalam lingkungan laut termasuk estuaria yang dapat menyebabkan dampak negatif terhadap sumberdaya hayati, kesehatan masyarakat, gangguan aktivitas maritim termasuk di dalamnya kegiatan penangkapan ikan, penurunan kualitas air yang untuk peruntukannya dan penurunan minat kegiatan rekreasi (Metcalf dan Eddy, 2003). Kepmen LH No 51 tahun 2004 menjelaskan tentang baku mutu air laut untuk perairan pelabuhan, pelabuhan merupakan tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, bongkar muat barang, naik turun penumpang yang

dilengkapi dengan fasilitas seperti fasilitas pokok, fasilitas penunjang pelabuhan. Kegiatan tersebut apabila tidak terjaga dan dikontrol dengan baik akan mempengaruhi penurunan kualitas air di pelabuhan.

Perda Kabupaten Rembang No 8 tahun 2008 tentang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Sumberdaya alam tanpa pengelolaan yang baik tidak akan memberikan manfaat yang maksimal oleh sebab itu dibutuhkan sarana agar pengelolaan sumberdaya alam dapat dikontrol dengan baik. Pada Pasal 24 menjelaskan bahwa “Penetapan pemanfaatan tanah timbul di dasarkan pada zona dimana tanah timbul itu berada. Pengelolaan wilayah pesisir di Kabupaten Rembang dibagi atas tiga mintakarat (zona) yaitu zona preverensim, zona konservasi dan zona pemanfaatan intensif. Zona prevensi merupakan zonna yang tidak diperkenankan adanya pemanfaatan pembangunan, kecuali kepentingan penelitian dan pendidikan. Zona konservasi adalah kawasan yang diperbolehkan adanya kegiatan pembangunan, tetapi misalnya berupa wisata alam, perikanan tangkap dan budidaya yang ramah lingkungan dan pengusahaan hutan mangrove secara lestari. Zona pemanfaatan intenstif adalah kawasan yang karena sifat biologis dan ekologisnya dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan pembangunan yang lebih intensif seperti pelabuhan perikanan, pemukiman penduduk dan industri pengolahan ikan”.

Permen LH No 5 tahun 2012 Pasal 2 ayat (1) menjelaskan bahwa “Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal”. Lampiran 1 menjelaskan tentang jenis rancangan usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup pada bidang perhubungan diantaranya pembangunan pelabuhan dengan salah satu fasilitas seperti yaitu: (a) Dermaga dengan bentuk kontruksi

sheet pile atau open pile dengan skala/besaran panjang ≥ 200 m atau luas ≥ 6.000 m2 akan berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap perubahan arus pantai/pendangkalan dan sistem hidrologi, ekosistem, kebisingan dan dapat mengganggu proses-proses alamiah di daerah pantai (coastal processes), (b) Dermaga dengan kontruksi masif skala/besaran semua besaran akan berpotensi menimbulkan dampak terhadap ekosistem, hidrologi, garis pantai dan batimetri serta mengganggu proses-proses alamiah yang terjadi di daerah pantai, (c) Penahan gelombang (talud) dan/atau pemecah gelombang (break water) dengan panjang ≥ 200 m akan berpotensi menimbulkan dampak emisi gangguan lalulintas, aksessibilitas transportasi, kebisingan, getaran, ganggunan pandangan, sekologis, dampak sosial dan keamanan di sekitar kegiatan serta membutuhkan area yang luas. Kunjungan kapal yang cukup tinggi dengan bobot sekitar 5.000- 10.000 DWT serta draft kapal minimum 4-7 m sehingga kondisi kedalam yang dibutuhkan menjadi -5 s/d -9 m LWS dan (d) Fasilitas terapung (floating facility)

dengan skalan/besaran ≥ 10.000 DWT akan berpotensi menimbulkan dampak berupa gangguan alur pelayaran, perubahan batimetri, ekosistem, dan mengganggu proses-proses alamiah di daerah pantai terutama apabila yang dibongkar muat minyak mentah yang berpotensi menimbulkan pencemaran laut dari tumpahan minyak.

Pelabuhan Perikanan Pantai Tasikagung memiliki panjang dramaga 1.000 m dan penahan gelombang dengan panjang ≥ 200 m sehingga diwajibkan membuat Amdal. Pengembangan pelabuhan perikanan meliputi dua jenis pengembangan fisik dan pengembangan nonfisik. Di area pengembangan selain didukung dengan

fasilitas-fasilitas yang memadai dan beroperasinya industri, juga akan ada penyerapan tenaga kerja di dalamnya. Mengingat pentingnya kebijakan-kebijakan tersebut diatas maka kebijakan-kebijakan menjadi landasan yang digunakan pada penelitian ini. Secara ringkas kebijakan-kebijakan mana yang menjadi landasan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan pelabuhan

No Kebijakan Tentang

1. UU RI No 32 tahun 2009 Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

2. PP No 82 tahun 2001 Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air

3. Permen Kelautan dan Perikanan No 8 tahun 2012

Kepelabuhan perikanan 4. Permen LH No 5 tahun 2014 Baku mutu air limbah 5. Kepmen LH No 51 tahun 2004 Baku mutu air laut

6. Kepmen LH No 115 tahun 2003 Pedoman penentuan status mutu air 7. Perda Kabupaten Rembang No 8 tahun

2007

Pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau- pulau kecil di Kabupaten Rembang 8. Permen LH No 5 tahun 2012 Jenis rencana dan/atau kegiatan yang wajib

memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.

Realisasi Pengelolaan Lingkungan Pelabuhan Perikanan Tasikagung Wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat produktif, karenanya wilayah ini pada umumnya merupakan tempat pemusatan bagi berbagai kegiatan dan akibat dari kegiatan manusia, baik yang menggunakan teknologi maupun tradisional. Pengembangan wilayah pesisir seringkali menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya. Salah satu aktivitas utama di wilayah pesisir adalah aktivitas pelabuhan sebagai sarana (Rahim dan Ali, 2014). Menurut Lubis (2012) kondisi pelabuhan perikanan di Indonesia yang merupakan pusat aktivitas ekonomi perikanan laut, masih sangat memprihatikan. Jumlah perikanan saat ini masih belum sebanding dengan potensi perikanan dan luas wilayah laut yang ada. Kondisi fasilitas yang ada sebagian besar tidak layak atau dibawah standar, sehingga sulit untuk mengharapkan investor domestik dan asing untuk datang berinvestasi. Pelabuhan perikanan di Indonesia belum berkembang disebabkan oleh lemahnya dukungan perangkat hukum.

Terkait dengan pengelolaan lingkungan, hasil pengamatan dilokasi penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa komponen dari rencana pengelolaan lingkungan di PPP Tasikagung yang sudah terealisasi terutama dalam hal penyediaan prasarana yang baik, seperti perbaikan jalan utama untuk lalu lintas kendaraan menuju pelabuhan. Namun, ada pula yang belum dilaksanakan dengan baik oleh pihak pengelola pelabuhan sendiri maupun oleh pihak pemerintah. Khusus untuk fasilitas pokok dan fasilitas penunjang, PPP Tasikagung sudah cukup lengkap. Namun, masih ada beberapa gedung yang dibuat, tetapi masih belum digunakan fungsikan contohnya menara air yang ada di dekat TPI 1 Tasikagung. Fasilitas pokok kolam pelabuhan juga belum ada, padahal kolam pelabuhan tersebut diantaranya berfungsi untuk menampung kapal saat sandar di pelabuhan agar kapal dapat dengan mudah melakukan bongkar muat tanpa gangguan gelombang.

Fasilitas pelabuhan perikanan yang baik dan mencukupi merupakan salah satu faktor penting yang mendukung upaya kegiatan perikanan di suatu pelabuhan agar berjalan dengan baik dan lancar. Terkait hal tersebut Pemerintah Kabupaten Rembang juga telah mengadakan perbaikan jalan di sekitar PPP Tasikagung untuk memperlancar segala aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan di PPP Tasikagung. Hal ini disebabkan pelabuhan perikanan pantai merupakan pendukung kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan dan pemasaran. Kegiatan antara lain pembangunan dermaga Jetty PPP Tasikagung, pembangunan sentra perikanan (hasil reklamasi), pembangunan TPI Tasikagung Rembang, pembangunan jalan, drainase dan elektrikal di PPI Tasikagung, pembangunan

cold storage, pembangunan rest area dan pembangunan SPDN dilaksanakan tahun 2012 oleh swasta. Hal yang melandasi pengembangan kawasan sentra kelautan dan perikanan Kabupaten Rembang adalah kebutuhan pengembangan potensi perikanan tangkap, kebutuhan fasilitas usaha pengelolaan ikan, kebutuhan peningkatan kualitas industri perikanan, kebutuhan penyediaan wisata laut, kebutuhan penyediaan sarana edukasi bidang perikanan dan sebagainya. Sektor perikanan diharapkan akan mampu mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi, menciptakan peluang usaha dan kesempatan kerja, mengurangi angka kemiskinan serta meningkatkan ketahanan pangan. Kawasan PPP Tasikagung diarahkan sebagai kawasan terpadu dengan basis kegiatan minapolitan perikanan tangkap.

Kegiatan yang berlangsung di PPP Tasikagung dan sekitarnya akan mempengaruhi kualitas perairan pelabuhan tersebut. Oleh sebab itu, perlu pengelolaan lingkungan yang baik. Kegiatan yang belum dilaksanakan dengan baik di PPP Tasikagung diantaranya masalah sampah. Pencemaran laut di PPP Tasikagung terdapat banyak penyebab yang cukup sulit untuk dikenal satu persatu karena bersifat kompleks. Berdasarkan sudut pandang faktor penyebab potensial terpaparnya bahan pencemar ke lingkungan perairan ada dua kelompok besar yaitu (1) Sumber dari aktivitas manusia (antrophogenic) berupa limbah domestik, limbah industri dan limbah pertanian dan (2) Sumber alami (natural) berupa bencana alam.

Limbah yang berasal dari kegiatan domestik yang cukup dominan dilokasi penelitian adalah sampah. Jenis sampah yang masuk ke perairan PPP Tasikagung berasal dari sampah domestik rumah tangga. Limbah dalam bentuk cair yang cukup dominan adalah limbah cair dari kegiatan bongkar muat ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) masuk ke perairan PPP Tasikagung.

Pembongkaran ikan dilakukan oleh anak buah kapal, lama pembongkaran ikan dari kapal dipengaruhi oleh jumlah tenaga pembongkar, banyaknya jumlah dan jenis ikan tangkapan. Ikan yang berada di palka kapal dimasukan ke dalam keranjang untuk diangkut ke atas kapal dengan menggunakan tambang. Ikan berada pada suhu dingin dan terlihat segar, kemudian kegiatan penyortiran ikan dimulai. Namun, untuk mempercepat ikan diangkut ke TPI proses pembongkaran dilakukan di dermaga dekat perahu disandar. Pada saat penyortiran, air disiramkan pada ikan untuk membersihkan lendir dan kotoran serta membuat ikan tampak segar, air bekas siraman tersebut langsung masuk ke laut. Pengangkutan ikan dari kapal ke TPI diangkut dalam keranjang plastik oleh pekerja pengakut secara langsung atau menggunakan kereta dorong.

Tahap selanjutnya penimbangan ikan yang dilelang di TPI dilakukan sebelum ikan ditempatkan di area lelang yang dilakukan oleh petugas lelang. Penyusunan ikan di lokasi dilakukan dengan menempatkan ikan yang lebih dahulu dibongkar dan sampai di tempat pelelangan untuk dilelang terlebih dahulu. Proses lelang dilakukan setelah ikan tersusun rapi, penawaran ikan dilakukan oleh seorang juru lelang. Setelah proses pelelangan selesai dan terjadi kesepakatan harga, proses selanjutnya adalah pengepakan.

Pengepakan merupakan kegiatan memasukan ikan ke dalam wadah penyimpanan yang digunakan selama pengangkutan ikan keluar TPI. Proses sebelum pengepakan diantaranya proses pembersihan dan pemotongan ikan yang digunakan sebagai bahan baku ikan asin dan kerupuk, penggaraman ikan serta pencucian ikan. Kegiatan ini dilakukan di lantai dekat area pengepakan di TPI. Setiap proses penanganan ikan di TPI menghasilkan limbah yang tidak disadari, hal tersebut mengakibatkan muncul bau busuk, dan terjadinya gangguan kesehatan lingkungan.

Limbah cair di TPI merupakan air kotor yang mengandung lendir dan darah ikan yang keluar dari keranjang setelah penyiraman ikan, selain itu air kotor yang berasal dari pembersihan lantai di TPI. TPI dibersihkan setelah lelang selesai dengan menyedot atau menyiram air ke lantai dengan menggunakan pompa air. Air tersebut berasal dari laut, kemudian limbah cair dari TPI mengalir ke saluran pembuangan air. Kondisi saluran pembuangan limbah cair di TPI merupakan saluran terbuka. Saluran pembuangan di TPI kurang diperhatikan sanitasinya. Di beberapa bagian sekitar TPI terdapat genangan air sehingga menimbulkan bau busuk. Limbah padat yang dihasilkan dari TPI merupakan limbah ikan hasil pembersihan seperti bagian kepala, isi perut, sirip dan ekor. Di setiap TPI bagian- bagian tubuh ikan tersebut tidak dibuang tetapi dikumpulkan untuk dipasok pada usaha pembuatan tepung ikan. Namun, terkadang masih ada ceceran limbah padat di lantai TPI yang belum dibersihkan. Di TPI PPP Tasikagung kondisi kebersihan kotoran padat maupun cair kurang diperhatikan.

Jenis sampah domestik rumah tangga di lokasi penelitian ada yang dikelola dengan baik dengan cara dimasukan ke tong sampah yang ada di belakang rumah dan selanjutnya dibuang ke TPS yang berada didekat tepi pantai. Masyarakat masih ada yang membuang sampah di belakang rumah yang berbatasan langsung dengan saluran air yang menuju PPP Tasikagung, hal tersebut diketahui pada saat penelitian berlangsung. Hingga saat ini paradigma yang ada pada masyarakat sampah adalah sesuatu yang tidak bermanfaat sehingga harus dibuang (Riani, 2012). Oleh karena itu, apabila sampah atau bahan pencemar lainnya dapat menurunkan kualitas air dan dapat mengganggu kehidupan makhluk di dalamnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Riani et al. (2014) bahwa bahan pencemar B3 ada yang dapat mengakibatkan terjadinya kecacatan ada embrio yang dilahirkan (ditetaskan). Selain itu menurut Riani (2015) pencemaran yang masuk kedalam kategori B3 dapat terakumulasi pada organ tubuh seperti hati, ginjal dan insang sehingga akan mengganggu kehidupan dan akan membahayakan manusia yang mengkonsumsinya.

Hasil wawancara dengan Dinas Pekerjaan Umum Bagian Kebersihan, pengumpulan sampah di PPP Tasikagung sampai dua rit, dalam seminggu yang diangkut dua kali dengan menggunakan kontainer. Pengangkutan sampah dengan drum truk diangkut sesuai dengan banyaknya sampah yang terkumpul di PPP

Tasikagung, semakin banyak sampah semakin frekuensi pengangkutan akan lebih banyak. Sampah di angkut ke TPA Randon. Penggunaan bak sampah yang tidak tertutup akan menyebabkan gangguan kesehatan serta keindahan lingkungan kawasan pelabuhan. Pada proses pengangkutan sampah dari TPS ke TPA bak sampah yang bermuatan terlalu banyak akhirnya tercecer di sepanjang jalan yang berada di dekat perairan PPP Tasikagung Rembang. Penyediaan tempat sampah yang terlalu dekat dengan bibir pantai akan berdampak kurang baik apabila angin kencang dan pada waktu pasang, sampah akan terbawa ke perairan pelabuhan.

Dramaga dua PPP Tasikagung yang panjangnya ≥ 200 m biasanya untuk tempat bersantai pada hari libur. Kegiatan tersebut menyebabkan sampah berserakan di sekitar pelabuhan, banyak pedagang yang berjualan di sekitar dramaga. Tong sampah yang jumlahnya masih kurang dari cukup dan belum semua tempat tersedia yang mudah dijangkau dan strategis dengan aktivitas warga di PPP Tasikagung, serta belum optimalnya penanganan sampah, pengawasan penerapan hukum, penyadaran masyarakat tentang pentingnya sanitasi dan higienisasi agar kelestarian lingkungan perairan tetap terjaga. Undang-Undang RI No 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah pasal 2 ayat (3) menjelaskan sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berasal dari kawasan komersil, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan.atau fasilitas lainnya. Sedangkan, Dewan Perwakilan Rakyat RI penjelasan atas UU RI No 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah menjelaskan pelabuhan laut termasuk fasilitas umum.

Sampah plastik merupakan sampah yang dominan di kawasan PPP Tasikagung Rembang sangat sulit ditangani karena sangat sulit terurai namun saat ini sudah dapat diatasi. Hal tersebut dapat diatasi atas bantuan dari berbagai pihak, kerjasama masyarakat, serta dukungan pemerintah setempat. Sampah plastik dikumpulkan dan saat ini sudah bernilai ekonomis. Sampah plastik karena sulit terurai harus dikelola dengan baik mengingat sampah plastik yang jumlahnya sangat melimpah dapat menyebabkan pendangkalan dan menghambat kipas penggerak kemudi kapal, apalagi belum adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) seperti berdampak pada semakin menurunnya kualitas perairan di PPP Tasikagung.

Kualitas Air di Pelabuhan Perikanan Pantai Tasikagung

Menurut Syakti et al. (2012) seiring dengan pemanfaatan sumberdaya yang ada di laut, laut juga terancam oleh banyaknya tekanan dari aktivitas manusia, baik secara langsung atau pun tidak langsung. Aktivitas manusia ini dapat memasukan zat, materi, energi ataupun organisme ke dalam lingkungan laut dalam bentuk, jumlah, dan waktu tertentu yang menyebabkan penurunanan kualitas lingkungan laut dalam menjalankan fungsi dan peran serta potensi pemanfaatan sesuai dengan peruntukannya. Salah satu langkah yang diinginkan adalah pemantauan dan interpretasi dan kualiatas fisik, kimia, dan biologi. Pengendalian merupakan upaya pencegahan dan atau penanggulangan dan atau pemulihan. Tabel 11 merupakan hasil pengukuran di perairan PPP Tasikagung.

Keterangan: BMBL = Baku Mutu Biota Laut BMPP = Baku mutu Perairan Pelabuhan

Tabel 11 Nilai pengukuran parameter fisik, kimia dan biologi di perairan PPP Tasikagung Rembang

No Parameter BM BL BM PP Satuan Titik sampling Fisik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1. Suhu 28-32 - oC 29,4 32,2 30 37,5 31,6 29,5 30,3 27,9 31 29,4 29,5 30,3 27,9 2. TSS 80 80 mg/l 149,8 507,33 139,83 178,21 101 48,8 45,1 35,17 35,13 15,4 33,9 20,15 40,93 3. Kekeruhan < 5 - NTU 197 2170 129 30,2 32,5 11,3 33,3 17,3 24,8 1,9 3,8 2 5,2 Kimia 4. pH 6,5-8,5 6,5-8,5 - 7,60 8,08 7,82 7,72 8,03 8,11 7,36 7,92 7,75 8,12 8,00 8,20 8,12 5. BOD 20 - mg/l 301,58 822,48 73,11 708,25 891,02 799,63 731,09 845,33 776,79 1050,95 868,17 708,25 753,94 6. COD - - mg/l 472,04 1294,2 114,71 1066,56 1395,66 1250,14 1152,7 1301,88 1197,12 1627,59 1345,54 1090,42 1169,28 7. DO >5 - mg/l 2,28 5,94 2,9 3,11 4,11 2,96 1,96 2,32 3,1 3,61 3,75 4,13 3,71

8. Salinitas Alami Alami PSU 3,7 18,75 8,05 19,52 20,95 27,65 26,55 26,35 26,8 27,05 29,1 30,75 26,8

9. Amonia total (NH3) 0,3 0,3 mg/l 0,4694 0,2538 0,3845 0,3972 0,168 0,1179 0,9615 0,3017 0,2404 0,1309 0,1475 0,1124 0,1136 10. Nitrit (NO2-) - - mg/l 0,665 0,1517 0,536 0,246 0,0243 0,0106 0,546 0,0419 0,2325 0,0018 0,0043 0,0042 0,0032 11. Nitrat (NO3-) 0,008 - mg/l 1,7166 1,7976 1,5142 0,6154 0,6397 0,4737 0,668 0,6073 0,4211 0,3846 0,3765 0,3482 0,4494 12. N total - - mg/l 0,9095 1,8725 0,7064 0,6787 0,3355 0,336 1,2873 0,5472 0,5264 0,5499 0,3172 0,2926 0,2121 13. Sulfat (SO42-) - - mg/l 230,46 2868,4 573,68 1848,5 1039,15 2971,6 4169,9 4261 3460,6 2725,6 8640,9 8321,25 8534,1 14. Fosfat 0,015 - mg/l 0,6668 0,2162 0,4236 0,545 0,3809 0,0961 5,076 0,1027 0,6549 0,0418 0,0136 0,0306 0,0018 Biota 15. Makrozoo- benthos

Dokumen terkait