• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PPP Tasikagung Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah (Gambar 2). Waktu penelitian bulan Januari-Februari 2015.

Gambar 2 Lokasi penelitian di PPP Tasikagung Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh air yang diambil dari 13 lokasi titik sampling di wilayah PPP Tasikagung. Persiapan alat untuk pengumpulan data primer pengukuran insitu kualitas air (DO meter, refraktometer, ekman grab, dan termometer) serta GPS (Global Positioning System).

Jenis dan Sumber Data 1. Kualitas air

Kualitas air merupakan suatu batasan yang digunakan untuk menggambarkan kondisi dari suatu badan air sehubungan dengan kebutuhan manusia (Sunanisari et al. 2009). Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengukuran langsung di lapangan yang meliputi parameter fisik kimia biologi perairan PPP Tasikagung. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan lokasi yang telah ditentukan dengan pertimbangan bahwa aktivitas pada lokasi pengambilan sampel air diduga berpengaruh terhadap kualitas air laut dengan

menentukan 13 titik sampling berdasarkan rona lingkungan dengan tidak ada pengulangan. Parameter air yang diukur pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Parameter kualitas air yang diteliti

No Parameter Satuan Sumber Data Metode Uji Fisik

1. Suhu oC In situ Pembacaan pada thermom

2. TSS mg/l Laboratorium SNI 06-6989.3-2004 3. Kekeruhan NTU Laboratorium SNI 06-6989.25-2005 Kimia

4. pH - Laboratorium SNI 06-6989.11-2004

5. BOD mg/l Laboratorium SNI 6989.72:-2009 6. COD mg/l Laboratorium SNI 6989.2 -2009

7. DO mg/l In situ Pembacaan pada DO Meter

8. Salinitas PSU In situ dan Laboratorium HACH CO 150 9. Amonia total (NH3) mg/l Laboratorium SNI 06-6889.31-2005 10. Nitrit(NO2) mg/l Laboratorium SNI 06-6989.9-2004 11. Nitrat(NO3) mg/l Laboratorium SNI 06-2480-1991 12. N total mg/l Laboratorium SNI 06-6989.30-2005 13. Sulfat(SO4) mg/l Laboratorium SNI 06-6989.20-2004 14. PO4 mg/l Laboratorium SNI 06-6889.31-2005 Biota

15. Makro zoobenthos

- Laboratorium

2. Indentifikasi serta gambaran mengenai analisis aktivitas pelabuhan dan pengelolaan limbah di PPP Tasikagung

Sumber data primer yang digunakan dari petugas PPP Tasikagung, nelayan, masyarakat Desa Tasikagung, pengolah ikan dan pedagang. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif yang bersifat studi kasus. Metode penelitian ini untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar. Penelitian ini mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit- unit sosial yang menjadi subjek yang merupakan generalisasi dari pola- pola kasus tipikal dari individu, kelompok, lembaga dan sebagainya (Nazir, 2011). Data sekunder pada penelitian ini di peroleh dari studi pustaka, literatur dari dinas terkait. Hal ini sebagai pendukung dari data primer terkait dengan informasi tentang kegiatan di PPP Tasikagung sesuai fakta di lapangan.

3. Persepsi masyarakat terhadap keberadaan PPP Tasikagung

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif (Ghofar et al. 2013). Data primer penelitian ini diperoleh dari pihak-pihak yang terkait diantaranya nelayan,

pedagang, pengolah ikan dan masyarakat Desa Tasikagung yang di pilih secara random sampling untuk dijadikan sampel penelitian yang mewakili populasi. 4. Strategi pengendalian pencemaran organik di PPP Tasikagung

Berdasarkan tujuan pertama mengetahui kualitas air di PPP Tasikagung, tujuan kedua indentifikasi serta analisis aktivitas pelabuhan dan pengelolaan limbah di PPP Tasikagung dan tujuan ketiga mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan PPP Tasikagung. Setelah data dari tujuan satu, dua, tiga terkumpul selanjutnya dibuat strategi pengendalian pencemaran organik di PPP Tasikagung Rembang Jawa Tengah sesuai fakta di lapangan.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah sejumlah masyarakat yang beraktivitas di PPP Tasikagung diantaranya nelayan, pedagang, pengolah ikan di PPP Tasikagung dan masyarakat Desa Tasikagung. Dasar teori yang digunakan populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti (Sugiyono, 2009). Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak yang dianggap cukup memadai untuk memperoleh data penelitian yang mencerminkan keadaan populasi. Berdasarkan data profil Desa Tasikagung pada tahun 2013 jumlah penduduk laki-laki 1891 orang dan jumlah penduduk perempuan 1792 orang. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menurut Bungin (2005) dengan rumus:

= 43,91 dibulatkan menjadi 44 Keterangan:

n : jumlah total sampel yang dicari N: jumlah populasi

d : nilai presisi = 0,15 dengan tingkat kepercayaan sebesar 85%

Jumlah populasi yang diambil adalah masyarakat yang terlibat dalam aktivitas PPP Tasikagung dan masyarakat sekitar yang terpengaruh oleh aktivitas pelabuhan. Presisi ditetapkan 15% merupakan tingkat kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir yang mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi dengan karakteristik populasi. Penyusunan strategi pemilihan responden dilakukan melalui purposive sampling yakni hanya pakar yang mengetahui seluk beluk pengelolaan pelabuhan dan pencemaran saja yang dijadikan responden.

Teknik Pengumpulan Data 1. Kualitas air

Hasil pengukuran kualitas air di laboratorium yang dilakukan pada tiga belas titik di PPP Tasikagung digunakan untuk menilai apakah data primer yang berhubungan dengan keberadaan perairan PPP Tasikagung itu sesuai dengan standar baku mutu atau tidak. Pengukuran kualitas air dilakukan di BPIK Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan BBTPPI Semarang, Kementrian Perindustrian.

2. Indentifikasi serta gambaran mengenai analisis aktivitas pelabuhan dan pengelolaan limbah PPP Tasikagung

Menurut Arikunto (2006), metode observasi merupakan cara yang efektif dalam penelitian, caranya yaitu dengan melengkapi format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Di dalam penelitian ini peneliti mengamati langsung terhadap kondisi objek penelitian. Penentuan titik-titik pengambilan contoh di pelabuhan diarahkan dengan pertimbangan seperti pusat kegiatan penduduk sebagai sumber limbah. Hal ini diduga berpengaruh terhadap kualitas perairan pantai. Selain melakukan observasi peneliti juga melakukan wawancara yaitu proses untuk memperoleh keterangan dengan tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden dapat menggunakan alat yang berupa panduan wawancara (Nazir, 2011). Wawancara ini untuk mengetahui aktivitas pelabuhan dan pengolahan limbah di sekitar pelabuhan seperti apa. Wawancara dilakukan kepada pihak yang terkait langsung di lapangan diantaranya nelayan, pedagang dan petugas PPP Tasikagung. Wawancara pribadi digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai bagian yang kecil-kecil (Chen dan Liu 2013).

3. Persepsi masyarakat terhadap keberadaan PPP Tasikagung

Metode deskriptif diharapkan mendapatkan gambaran yang menyeluruh sebagai hasil dari pengumpulan data dan analisis data dalam jangka waktu tertentu dan terbatas pada daerah tertentu (Nurdyana et al. 2013). Wawancara diikuti pendekatan terstruktur, tetapi semua pernyataan yang dibuat oleh yang mewawancarai pada setiap tahap tampilan dicatat sebagai kuesioner (Veiga et al. 2013). Penelitian ini menggunakan metode wawancara terstruktur untuk mendapatkan data kuantitatif dan kualitatif dari nelayan yang beroperasi di area studi lapangan (Rees et al. 2013). Hal ini dimanfaatkan untuk mengetahui persepsi terhadap keberadaan PPP Tasikagung, sehingga dilakukan wawancara kepada masyarakat di sekitar PPP Tasikagung.

4. Strategi pengendalian pencemaran organik di PPP Tasikagung

Pengumpulan data kualitas air di PPP Tasikagung, indentifikasi serta analisis aktivitas pelabuhan dan pengelolaan limbah di PPP Tasikagung dan persepsi masyarakat terhadap keberadaan PPP Tasikagung sebagai dasar untuk membuat strategi perencanaan pengelolaan PPP Tasikagung. Metode yang digunakan untuk mendukung sistem keputusan ini dengan menggunakan analisis hirarki proses (AHP).

Analisis Data

Analisis data adalah proses telaah dan pencarian makna dari data yang diperoleh untuk menemukan jawaban dari masalah penelitian. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis kualitas air, analisis kajian aktivitas pelabuhan dan pengelolaan limbah yang dihasilkan di PPP Tasikagung dan analisis kajian persepsi masyarakat terhadap keberadaan PPP Tasikagung.

1. Kualitas air

Lingkungan fisik kimia

Salah satu dasar analisis lingkungan air secara umum harus dilakukan pada ukuran yang sama (Nollet, 2007). Analisis data kualitas air dilakukan secara deskriptif dan untuk mengetahui kondisi kualitas air pada lokasi penelitian, data-data tersebut selanjutnya dibandingkan dengan standar baku mutu berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (KepMen LH) No 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut sebagai perbandingan. Parameter air tersebut selanjutnya akan dinilai dengan metode indeks pencemaran yang mengacu pada ketentuan dari Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Indeks pencemaran digunakan untuk menentukan kualitas air yang diijinkan. Hasil dari indeks pencemaran ini dapat memberikan masukan kepada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta dalam memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar (Damaianto dan Masduqi, 2014). Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 115 Tahun 2003 perhitungan indeks pencemaran dilakukan dengan menggunakan persamaan:

Keterangan:

Pij = Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j)

Ci = Konsentrasi parameter kualitas air hasil pengukuran Lij = Konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan

dalam baku mutu peruntukan air (j) (Cij/Lij)M = Nilai Cij/Lij maksimum

(Cij/Lij)R = Nilai Cij/Lij rata-rata Tabel 3 Hubungan nilai IP dengan status mutu air

Indeks Pencemaran Mutu perairan

0 ≤ Pij ≤ 1,0 Memenuhi baku mutu (kondisi baik) 1,0 < Pij ≤ 5,0 Tercemar ringan

5,0 < Pij ≤ 10 Tercemar sedang Pij ≥ 10 Tercemar berat

Sumber: Kepmen LH No 115 tahun 2003 tentang pedoman penentuan status mutu air

Prosedur penggunaan metode Indeks Pencemaran (Kepmen LH No 115 tahun 2003) yaitu:

1) Memilih parameter-parameter yang ada di dalam baku mutu air laut.

2) Menghitung harga Ci/Lij untuk tiap parameter pada setiap lokasi pengambilan sampel.

3) Menggunakan nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran jika nilai ini lebih kecil dari 1,0 dan penggunaan (Ci/Lij)baru jika nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran lebih besar dri 1,0 (Ci/Lij)baru = 1,0 + P log (Ci/Lij)hasil pengukuran.

4) Menentukan nilai rat-rata dan nilai maksimum dari keseluruhan Ci/Lij ((Ci/Lij)R dan (Ci/Lij)M).

5) Menentukan harga indeks pencemaran.

Makrozoobenthos

Pendugaan kondisi perairan dapat dilakukan berdasarkan sifat fisika-kimia air maupun berdasarkan data biotik penghuni perairan tersebut, semakin buruk kondisi suatu perairan akan menyebabkan keanekaragaman jenis benthos semakin kecil karena akan semakin sedikit spesies yang dapat toleran dan beradaptasi terhadap kondisi perairan tersebut (Tobing, 2009). Bentos mencakup biota menempel, merayap dan melintang di dasar laut. Kelompok biota ini hidup di dasar perairan mulai dari garis pasut sampai dasar abisal (Romimohtarto dan Juwana 2009). Zoobethos merupakan kelompok hewan invertebrata dimana sebagian besar siklus hidupnya berada disubrat dasar perairan. Menurut Mann (1982) secara umum benthos dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu makrobenthos (berukuran lebih besar dari 1 mm), meiobenthos (berukuran antara 0,1 mm sampai 1 mm) dan mikrobenthos (berukuran lebih kecil 0,1 mm). Pengumpulan organisme makrozoobenthos dilakukan dengan cara menyaring substrat lumpur atau sedimen dasar perairan dengan menggunakan alat sampel

Ekman Grab pada saat di lapangan filtrat hasil ayakan diberi formalin 10% untuk pengawetan sementara dan selanjutnya dianalisis di laboratorium. Indeks keanekaragaman dihitung dengan indeks Shannon- Wiener (Hammer dan Harper 2006):

Keterangan: H’= indeks keanekaragaman Shannon - Wiener

Pi = ni/ N = jumlah individu masing-masing jenis (i=1,2....)

ni = nilai penting setiap spesies N = jumlah total individu jenis ke-i s = jumlah jenis biota

Sellano (2010) dalam Fachrul 2007 menjelaskan bahwa beberapa kriteria air berdasarkan indeks keanekaragaman jenis Shannon - Wiener dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener

No Indeks Keanekaragaman Kualitas Pustaka

1 >3 Air bersih Wilha (1975)

1-3 Setengah tercemar <1 Tercemar berat 2 3,0 – 4,0 Tercemar sangat ringan Wilha (1975) 2,0 – 3,0 Tercemar ringan 1,0 – 2,0 Setengah tercemar

3 2,0 Tidak tercemar Lee, et al (1975)

2,0 – 1,5 Tercemar ringan 1,5 – 1,0 Tercemar sedang <1,0 Tercemar berat

2. Indentifikasi serta gambaran mengenai analisis aktivitas pelabuhan dan pengelolaan limbah PPP Tasikagung

Prosedur analisis untuk mengetahui aktivitas pelabuhan dan pengelolaan limbah di PPP Tasikagung menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan wawancara, observasi langsung dilapangan. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi pendukung dan detail dari objek penelitian pada masyarakat yang terlibat langsung di PPP Tasikagung Rembang. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai fenomena.

Penelitian ini juga menggunakan data sekunder sebagai acuan dan perbandingan dari data primer yang diperoleh di lapangan, setelah kegiatan di PPP Tasikagung diidentifikasi kemudian dianalisis untuk memperoleh gambaran kegiatan di lapangan.

3. Persepsi masyarakat terhadap keberadaan PPP Tasikagung

Penelitian ini juga menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan skala likert. Skala likert mengkategorikan variabel-variabel tersebut menjadi berpengaruh sangat setuju, setuju, cukup/ netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Variabel yang ditawarkan mempunyai alternatif jawaban dengan uraian skor maksimum hingga minimum yaitu 5,4,3,2 dan 1. Skor responden dijumlahkan dan jumlah ini merupakan total skor ditafsirkan sebagai posisi responden dalam skala likert. Skala likert menggunakan ukuran ordinal hanya dapat membuat rangking tetapi tidak dapat diketahui berapa kali responden lebih baik atau lebih buruk dari repsonden lainnya (Nazir, 2011). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah butir-butir pertanyaan yang dianggap sebagai indikator dari pelaku tertentu (Budiaji, 2013). Berdasarkan cara penilaian menggunakan skor jawaban tentang persepsi masyarakat terhadap keberadaan PPP Tasikagung diperoleh skor total tertinggi dan terendah, sehingga dapat dihitung interval kelas dengan rumus:

4. Strategi pengendalian pencemaran organik di PPP Tasikagung

Skenario optimal dalam strategi pengendalian pencemaran organik di PPP Tasikagung Jawa Tengah menggunakan pendekatan AHP. Metode AHP

dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki (Nasution, 2013). Persoalan dari penelitian ini meliputi kualitas air, keberlanjutan aktivitas pelabuhan dan persepsi masyarakat terhadap keberadaan PPP Tasikagung. Masyakarat di PPP Tasikagung kurang sadar akan sanitasi lingkungan, belum adanya IPAL di pelabuhan, pembersihan sampah yang kurang efektif dan penegakan hukum yang belum berjalan dengan baik dapat berpengaruh terhadap kualitas air laut di pelabuhan. Metode AHP dapat memprioritaskan strategi apa yang bisa direncanakan untuk pengelolaaan PPP Tasikagung. Masalah perencanaan strategis berkaitan dengan pembangunan masa depan jangka panjang pantai, seperti penentuan tapak dari pelabuhan atau lokasi perkembangan kota pesisir. Strategi yang harus realistis, aksi berorientasi, dan difahami melalui semua bidang manajemen. Strategi yang harus lebih dari sekelompok ide-ide dalam pikiran beberapa pengambil keputusan, bukan konsep harus disebarkan dan dipahami oleh semua manajer (Kay dan Alder, 1999). Berikut ini gambar konsep dari metode AHP. Tahap-tahap prosedur yang digunakan dalam analisis sangat bergantung pada jenis aplikasi, namun pada dasarnya prosedur AHP meliputi: (1) Mendefinisikan struktur hirarki masalah yang akan dipecahkan.

(2) Melakukan pembobotan elemen-elemen pada setiap level hirarki. (3) Menghitung prioritas terbobot dan konsistensi pembobotan.

(4) Menampilakn urutan/ rangking dari alternatif-alternatif yang akan dipertimbangkan.

Konsistensi hirarki jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgement harus diperbaiki (Rosmawanti dan Bahar, 2013), namun jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1 maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. Penyelesaian AHP dengan software Expert Choice, kelebihan dari software Expert Choice antara lain memiliki tampilan antarmuka yang lebih menarik, mampu untuk mengintegrasikan pendapat pakar, dan tidak membatasi level dari struktur hierarki (Marimin dan Maghfiroh, 2010).

Bagan berikut mempresentasikan keputusan untuk memilih strategi pengendalian pencemaran organik di PPP Tasikagung Rembang Jawa Tengah dengan menggunakan AHP. Responden ada lima yaitu dari PPP Tasikagung, Dinas Kebersihan dan Lingkungan Kab. Rembang, Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Rembang, Dinas Pekerjaan Umum (bagian kebersihan) dan masyarakat. Aspek penelitian ini yaitu kualitas air, keberlanjutan aktivitas pelabuhan dan persepsi masyarakat. Alternatif yang digunakan untuk menentukan strategi dalam penelitian ini diantaranya PMS, PIP, PLS dan PH. Hierarki persoalan yang akan diselesaikan dapat dilihat pada Gambar 3.

Strategi Pengendalian Pencemaran Organik di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasikagung Rembang Jawa Tengah Level 1 Fokus Level 2 Aspek Level 3 Alternatif

Kualitas Air Keberlanjutan Aktivitas

Pelabuhan Persepsi Masyarakat

PMS PIP PLS PH

Gambar 3 Tingkat hierarki proses strategi pengendalian pencemaran organik di PPP Tasikagung Rembang

Sumber: Modifikasi Saaty dan Vargas (2012) Keterangan:

PMS : Penyadaran masyarakat tentang Sanitasi lingkungan PIP : Pengadaan IPAL di Pelabuhan

PLS : Pembersihan laut dari Sampah PH : Penegakan hukum

4 KEADAAN UMUM PELABUHAN PERIKANAN PANTAI

Dokumen terkait