• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-jenis tanaman agroforestri yang ditanam oleh masyarakat merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang mereka.Pola tanamannya merupakan pencampuran atau pengkombinasian antara tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian.Hal ini sesuai dengan pernyataan Senoaji (2012) bahwa agroforestri adalah suatu sistem pengelolaan lahan yang merupakan kombinasi antara produksi pertanian, termasuk pohon, buah-buahan dengan kehutanan.Jenis-jenis hasil agroforestri yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Puangaja dan Desa Sibolangit dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis Agroforestri yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Desa Puangaja dan Desa Sibolangit

No Jenis Hasil Agroforestri

Responden yang Memanfaatkan (orang)

Desa Puangaja % Desa

Sibolangit % 1 Durian 9 16.07 17 17.34 2 Langsat 6 10.71 10 10.20 3 Manggis 9 16.07 16 16.32 4 Duku 4 7.14 6 6.12 5 Petai 4 7.14 6 6.12 6 Jengkol 2 3.57 1 1.02 7 Cokelat 3 5.35 5 5.10 8 Kopi 1 1.78 5 5.10 9 Kemiri 3 5.35 - - 10 Salak - - 4 4.08

11 Air Nira (Aren) 4 7.14 1 1.02

12 Cabai 1 1.78 3 3.06 13 Pinang 1 1.78 5 5.10 14 Asam Glugur 4 7.14 2 2.04 15 Pisang 3 5.35 4 4.08 16 Asam Cekala 1 1.78 2 2.04 17 Jahe 1 1.78 2 2.04 18 Nanas - - 3 3.06 19 Jagung - - 4 4.08 20 Ubi - - 2 2.04

Dari Tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa jenis hasil praktek agroforestri yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Puangaja dan Desa Sibolangit adalah hasil agroforestri durian, namun secara kasat mata hasil agroforestri yang paling sedikit dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Puangaja adalah hasil agroforestri kopi, sedangkan di Desa Sibolangit adalah jengkol. Hasil agroforestri yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Puangaja dan Desa Sibolangit dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2.Hasil Agroforestridi Desa Puangaja dan Desa Sibolangit

Hasil Agroforestri Bagian yang Dimanfaatkan

Masa Panen

1. Durian (Durio zibethinus)

Gambar 4. Durian (Durio zibethinus)

Buah 8 Tahun

2. Langsat (Lansium domesticum)

Gambar5. Langsat (Lansium domesticum)

Buah 5-10 Tahun

Gambar 6. Manggis (Garcinia mangostana)

4. Duku (Lansium domesticum)

Gambar 7. Duku (Lansium domesticum)

Buah 5-10 Tahun

5. Petai (Parkia speciosa)

Gambar 8. Petai (Parkia speciosa)

Buah 10-15 Tahun

6. Jengkol (Pithecollobium jiringa) Buah 10-15 Tahun

Gambar 9. Jengkol (Pithecollobium jiringa) 7. Cokelat Gambar 10. Cokelat Buah dan Ranting 2 Tahun 8. Kopi Gambar 11. Kopi Buah 3-4 Tahun

9. Kemiri (Aleurites moluccana)

Gambar 12. Kemiri (Aleurites moluccana)

10. Salak (Salacca zalacca)

Gambar 13. Salak

Buah 5 Tahun

11. Air Nira (Arenga pinnata)

Gambar 14. Air Nira Manis

Air Nira 12-14 Tahun

12. Cabai

Gambar 15. Cabai

Buah 2 Bulan

13. Pinang Buah 3 Tahun

Gambar 16. Pinangyang sedang dijemur 14. Asam Glugur (Garcinia atroviridis)

Gambar 17. Asam Glugur (Garcinia atroviridis)

Buah 4 Tahun

15. Pisang (Areca catechu)

Gambar 18. Pisang

Buah 9 Bulan

16. Asam Cekala

Gambar 19. Asam Cekala

17. Jahe (Zingeber officinale)

Gambar 20. Jahe (Zingeber officinale)

Rimpang 6-8 Bulan

18. Nenas (Ananas comosus)

Gambar 21. Nenas Buah 2 Bulan 19. Jagung Gambar 22. Jagung Buah 3 Bulan 20. Ubi Rambat

Gambar 23. Ubi Rambat

Buah 3-3,5 Bulan

Hasil penelitian dari petani praktek agroforestri di Desa Puangaja dan Desa Sibolangit menunjukkan bahwa tanaman durian merupakan salah satu

tanaman pengisi di lahan agroforestri.Tanaman ini dikelola dengan sangat sederhana, tidak membutuhkan pemeliharaan yang intensif terhadap pemeliharaan durian. Masyarakat hanya memanfaatkan buah durian saja, dimana dari hasil wawancara menunjukkan bahwa tanaman durian dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Puangaja yaitu 9 responden dan di Desa Sibolangit 17 responden dari 35 responden. Durian dapat dipanen pada umur kisaran 8 tahun dengan frekuensi pemanenan sekali dalam setahun.Pemasaran buah durian di kedua desa tersebut umumnya dilakukan melalui tengkulak dengan harga jual yang berlaku pada saat panen, biasanya petani menjual dengan harga Rp. 7.000.-/buah.

Langsat merupakan pohon hutan yang menjulang tinggi ke atas dan tidak jauh berbeda dengan tanaman duku.Langsat tidak mempunyai teknik khusus dalam perawatannya.Langsat dan duku merupakan salah satu tanaman pokok oleh masyarakat di Desa Puangaja dan Desa Sibolangit.Langsat dan duku dapat di panen pada umur kisaran 5-10 tahun dengan frekuensi panen sekali dalam setahun.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa tanaman duku dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Puangaja dan Desa Sibolangit sebanyak 10 responden, sedangkan untuk tanaman langsat dimanfaatkan oleh masyarakat di kedua desa tersebut adalah sebanyak 16 responden dari 35 responden. Tanaman langsat dan duku dapat tumbuh pada kondisi tertentu dengan tidak membutuhkan pemeliharaan yang intensif.Hal ini sesuai dengan pernyataan Puspitojati dkk

(2014), yang menyatakan bahwa petani buah perlu memilikipemahaman yang baik tentang kesesuaian tempat tumbuh serta budidaya dan pemasaran buah agar dapat mengusahakan buah secara menguntungkan.Mengusahakan durian atau

duku pada tempat tumbuh yangsesuai merupakan langkah awal yang menentukan keberhasilan.

Manggis (Garcinia mangostana)merupakan pohon hutan.Sosoknya tidak terlalu tinggi, sekitar 20 m. Buah manggis dipetik setelah berwarna merah kehitaman, buah matang berwarna merah kecokelatan dengan bekas kepala putik berwarna merah kehitaman.Buah yang memenuhi standar mutu kelas super adalah 6-8 buah/kg. Hasil wawancara dari petani agroforestri di Desa Puangaja dan Desa Sibolangit yang ikut memanfaatkan tanaman manggis sebanyak 25 orang dari 35 responden dengan rincian di Desa Puangaja 9 orangdan di Desa Sibolangit 16 orang. Manggis merupakan salah satu tanaman pokok masyarakat petani di kedua desa tersebut.Buah manggis dapat dipanen pada umur kisaran 10 tahun.Manggis dapat dipanen hanya satu kali dalam setahun.Buah manggis dijual dengan harga Rp. 20.000.-/Kg sesuai harga yang berlaku pada saat panen.

Hasil wawancara masyarakat petani agroforestri di Desa Puangaja dan Desa Sibolangit yang memanfaatkan tanaman jengkol yaitu 2 orang di Puangaja dan 1 orang di Sibolangit. Buah jengkol dapat dipanen pada usia 10-15 tahun, frekuensi massa panen jengkol dalam setahun hanya 1 kali. Satu pohon jengkol dapat menghasilkan kurang lebih 75-150 kg. Petani agroforestri biasanya menjual produk ke agen seharga Rp. 3.000.- per/kg.

Coklat merupakan tanaman yang dapat tumbuh dan berproduksi hingga puluhan tahun.Tanaman ini sangat komersil dan memiliki prospek ekonomi yang cukup bagus.Coklat umumnya dapat berbuah mulai dari umur 2 tahun.Buah coklat ini sudah banyak dikembangkan di Indonesia terutama di daerah perkebunan.Bagian tanaman yang dimanfaatkan adalah bijinya.Jika sudah cukup

umur, buah coklat dapat dipanen setiap hari namun dengan jumlah yang sedikit sehingga biji coklat tersebut dikumpulkan terlebih dahulu selama satu bulan dan kemudian dapat dijual.

Masyarakat di kedua desa ini umumnya memanfaatkan ranting dan bijinya. Rantingnya biasanya dipakai untuk kayu bakar, sementara bijinya akan dijemur terlebih dahulu untuk kemudian dijual ke agen. Tanaman cokelat di kedua desa ini sudah diserang oleh hama penyakit sehingga buah yang dihasilkanpun tidak bagus. Simanjuntak (2002) menyatakan bahwa salah satu hama yang menyerang tanaman cokelat adalah Penggerek buah kakao (PBK) (Conopomorpha cramerella) serangannya dapat merusak hampir semua hasil.

Masyarakat menanam kopi selain dengan tanaman aren dan durian, juga menanam kopi di sela-sela tanaman pisang sebagai tanaman penaung.Hal ini menambah variasi jenis tanaman di dalam lahan agroforestri sehingga mampu menambah pendapatan petani.Sejalan dengan pernyataan Nurrochmat (2005) bahwa kopi ditanam di bawah kanopi durian yang kurang rapat.Selama tahun-tahun awal pertumbuhannya, kopi muda ditanam berdampingan dengan pisang dan papaya.Pohon-pohon ini berperan sebagai naungan kopi dan meningkatkan hasil keseluruhan kebun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35 responden yang diwawancarai, hanya 1 petani Desa Puangaja yang memanfaatkan kopi dan 5 di Desa Sibolangit. Tanaman kopi sebagian besar sudah diganti dengan tanaman lain dikarenakan kopi sudah tidak berproduksi bagus yang disebabkan hama dan harga kopi yang dijual juga menurun yaitu seharga Rp 2.000/kg.Bagian kopi yang diambil adalah buahnya yang ranum yang berwarna merah.Tanaman kopi ini

mulai dapat dipanen perdana pada umur 3 tahun sampai 4 tahun.Buah kopi umumnya tidak dapat matang secara serempak dan tidak dapat dipetik sekaligus tetapi bertahap.Hal ini dikarenakan keluarnya bunga tidak terjadi secara serempak.Buah yang sudah merah dipetik satu per satu dan yang masih hijau ditinggalkan.Jika panen liar, kopi dapat dipanen setiap minggunya dan jika panen raya dapat dipanen 2 kali dalam setahun.

Tanaman kemiri tidak begitu banyak menuntut persyaratan tumbuh.Kemiri pertama kali di panen pada umur kisaran 4 tahun, frekuensi kemiri berbuah sekali dalam setahun.Hasil wawancara masyarakat petani yang memanfaatkan tanaman kemiri hanya terdapat pada Desa Puangaja yaitu 3 orang dari 35 responden.Jenis tanaman yang ditanam oleh petani praktek agroforestri di Desa Puangaja dan Desa Sibolangit salah satunya adalah jenis tanaman serba guna seperti kemiri, kopi, cokelat dan lain sebagainya.Pujiwinarko dkk (2015) menjelaskan bahwa untuk tanaman serbaguna (MPTS) tanaman yang menjadi pilihan di lahan agroforestri adalah kopi, jambu biji, buah kemiri dan teh.

Aren merupakan salah satu produk agroforestri yang dimanfaatkan masyarakat di Desa Puangaja dan Desa Sibolangit.Tumbuhan ini tumbuh subur secara alami di lahan agroforestri sejak dahulu.Ada juga aren yang sengaja ditanam oleh masyarakat tetapi produksinya tidak sebaik aren yang tumbuh secara alami.Bagian aren yang dimanfaatkan masyarakat hanyalah sebatas airnya saja yang diolah menjadi

tuak (minuman fermentasi) dan air nira manis. Aren yang siap untuk di panen mulai

dari usia 12-14 tahun.

Pemanfaatan aren oleh masyarakat di Desa Puangaja lebih banyak dibandingkan di Desa Sibolangit, yaitu 4 responden di Puangaja dan 1 responden di Sibolangit.Tanaman aren termasuk cukup tinggi mengingat air nira banyak

dikonsumsi oleh masyarakat di kedua desa tersebut yang merupakan suku karo.Selain itu, pengambilan air nira dapat dilakukan setiap hari sehingga dapat memberikan penghasilan rutin.Meskipun frekuensi pengambilan air nira dilakukan setiap hari,namun sewaktu-waktu air nira tidak dapat diproduksi beberapa bulan karena produksi nira sedikit.Berdasarkan wawancara yang dilakukan, untuk menghasilkan produksi air nira yang baik dan banyak, masyarakat tidak memanfaatkan buah kolang-kaling karena harganya kurang bersaing dan peminatnya sedikit. Selain itu, hal yang paling mendasar adalah karena masyarakat kurang mengetahui teknik pengolahan lain dari aren tersebut.

Penjualan air nira ini ternyata sangat mengimbangi kebutuhan masyarakat karena hasil penjualannya cukup tinggi per tahunnya.Pengambilan air nira biasanya dilakukan setiap hari pada sore hari.Satu pohon aren menghasilkan ± 5 liter per hari tergantung kualitas pohon aren itu sendiri.Tidak setiap hari selama setahun air nira berproduksi aktif, namun beberapa waktu air nira tidak dapat berproduksi. Air nira umumnya dijual ke agen dengan harga Rp 1.500/L.

Asam glugur adalah tumbuhan berkayu, bertajuk tinggi dan besar.Tidak dibutuhkan perawatan yang khusus pada tanaman ini, karena asam glugur dapat tumbuh pada jenis tanah apapun.Buah asam glugur berwarna hijau pada waktu muda dan berwarna kuning sesudah tua.Asam glugur adalah pohon penghasil asam potong atau asam keping. Asam potong diperoleh dari irisan buah asam glugur yang dikeringkan dengan cara dijemur di bawah terik matahari. Asam potong dimanfaatkan petani agroforestri untuk dikonsumsi sendiri seperti untuk bumbu masak dan dijual ke pasar dengan harga Rp. 5.000.- per/kg, harga ini disesuaikan dengan harga panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Desa

Puangaja lebih banyak memanfaatkan tanaman ini yaitu 4 orang sedangkan di Sibolangit yaitu 2 orang.

Asam cekala atau kecombrang adalah sejenis tumbuhan rempah dan merupakan tumbuhan tahunan, biasanya masyarakat petani agroforestri di kedua desa ini menyebutnya kencong. Dari 35 responden, masyarakat petani yang memanfaatkan tanaman ini hanya 3 orang, yaitu 1 orang di Puangaja dan 2 orang di Sibolangit. Tanaman ini tidak begitu digemari di lahan agroforestri petani desa ini, hanya ditanam sedikit dilahan petani dan ada juga yang menanamnya di pekarangan rumah mereka. Masyarakat biasanya memanfatkan rimpang dan bunganya sebagai bumbu masak atau dijual ke pasar seharga Rp. 10.000.- per/kg.

Jahe merupakan tanaman pertanian yang dapat tumbuh di bawah naungan dan biasanya ditanam pada sela-sela tanaman cokelat ataupun pisang. Dari hasil wawancara diketahui bahwa petani agroforestri yang memanfaatkan tanaman jahe di Desa Puangaja hanya 1 responden, sedangkan di Desa Sibolangit 2 responden dari 35 responden. Jahe merupakan tanaman rempah yang dimanfaatkan sebagai minuman atau campuran berbagai bahan pangan.Rasa jahe yang pedas bila dibuat minuman bisa memberikan sensasi sebagai pelega dan penyegar tenggorokan, juga bisa memberikan rasa hangat pada tubuh.Selain sebagai penyedap makanan dan minuman, rimpang jahe juga berkhasiat sebagai obat-obatan.Jahe segar dapat di panen pada usia 6-8 bulan, frekuensi panen jahe sekali dalam setahun. Rimpang dapat di produksi dengan memanen rimpang setelah usia 6-8 bulan, dengan harga sesuai dengan harga pasar. Petani agroforestri menjual seharga Rp. 8.000.- per/kg.

Tanaman nenas merupakan rumput yang batangnya pendek.Nenas merupakan tanaman monokotil dan bersifat merumpun.Buah nenas harus di panen

setelah tua atau matang pohon.Nenas biasanya dapat dipanen kapan saja oleh masyarakat di desa ini mengingat buah nenas tidak mengenal musim dan karena penanaman buah nenas di desa ini tidak dilakukan secara intensif.Hasil wawancara menunjukkan hanya di Desa Sibolangit saja yang memanfaatkan tanaman nenas, yaitu 3 responden.Buah ini dijual keagen seharga Rp 8.000/buah.Namun, tidak semua nenas dijual, sebagian dikonsumsi pribadi.Nenas dapat tumbuh begitu saja di daerah ini sehingga pertumbuhannya tidak memerlukan pemeliharaan intensif.

Hasil wawancara terhadap responden, petani memilih beragam jenis tanaman untuk ditanam di lahan agroforestri seperti tanaman berkayu maupun tanaman palawija.Karena memberikan kontribusi yang cukup tinggi, masyarakat hanya merasakan manfaat ekonomi dari lahan agroforestri tanpa menyadari manfaat ekologi yang didapat dari pola agroforestri tersebut.Sejalan dengan itu, Irwanto (2007) menyatakan bahwa petani kebun campuran pada dasarnya belum mengerti manfaat ekologi dari kegiatan tumpangsari, walaupun mereka sudah mengelola lahannya dengan sistem tanaman campuran yang umumnya meliputi tanaman pokok (pohon kayu) dan tanaman pengisi (palawija dan perkebunan).

Hasil penelitian di Kecamatan Sibolangit bahwa lahan agroforestri yang paling banyak ditanam sebagai tanaman pokok adalah jenis tanaman buah-buahan atau tanaman kehutanan.Hal ini sangat berbeda dengan Kabupaten Karo yang mana masyarakat di desa tersebut lebih banyak memanfatkan tanaman pertanian saja.Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah penghasil berbagai buah-buahan, bunga-bungaan dan sayur-sayuran.Mata pencaharian penduduk yang paling utama adalah usaha di bidang pertanian pangan, hasil hortikultura.Kabupaten Karo terdiri

dari 17 kecamatan, salah satunya adalah Kecamatan Berastagi yang memiliki iklim sejuk dan cocok sebagai lahan pertanian sayuran dataran tinggi.Daerah tersebut telah lama berfungsi sebagai sentra sayuran dan buah-buahan.Jenis sayuran yang banyak dihasilkan di daerah tersebut adalah tomat, kol, kentang, labu, cabe, buncis, wortel, lobak dan lain sebagainya (BPS Kabupaten Karo, 2012).

Nilai Ekonomi ProdukAgroforestri

Nilai ekonomi jenis-jenis produk agroforestri diperoleh dari perkalian antara total pengambilan per unit per tahun dengan harga hasil agroforestri per unit per jenis barang per tahun.Semua komponen agroforestri memberikan nilai yang berbeda-beda sesuai dengan manfaat dari komponen tersebut.Berdasarkan hasil penelitian, beberapa jenis produk agroforestri menghasilkan produk yang dapat dikonsumsi langsung oleh masyarakat.Sejalan dengan itu, Nurfatriani (2006) mengatakan bahwa nilai sumberdaya hutan sendiri bersumber dari berbagai manfaat yang diperoleh masyarakat. Masyarakat yang menerima manfaat secara langsung akan memiliki persepsi yang positif terhadap nilai sumberdaya hutan yang ditunjukkan dengan tingginya nilai sumberdaya hutan tersebut.

Secara umum tanaman di lahan agroforestri di Desa puangaja dan Desa Sibolangit ditanam secara tidak beraturan.Penanaman tanaman pertanian seperti jahe dan ubi rambat dilakukan pada lahan agroforestri yang masih terbuka.Penanaman pisang dan nenas dilakukan di sela-sela pepohonan yang tajuknya belum rindang.Penanaman tanaman buah-buahan seperti manggis, duku, durian, langsat ditanam dengan sistem tumpang sari dengan tanaman pertanian seperti pisang, cabe dan ubi rambat ditanam pada lahan agroforestri.Sumarhani (2015) menjelaskan bahwadiantara tanaman pokok hutan dan serbaguna dimanfaatkan petani untuk kegiatan tumpangsari dengan tanaman semusim (padi,

jagung, cabe, kacang tanah, dan lain-lain). Tanaman yang digunakan sebagai tanaman pagar biasanya adalah aren, kemiri, pinangdan lain sebgainya. Buah dari hasil praktek agroforestri di jual untuk mendapat nilai ekonomi dan menambah pendapatn petani praktek agroforestri dan sebagian lagi dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan pangannya.Berikut nilai ekonomi dari hasil agroforestri yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Puangaja dan Desa Sibolangit dapat dihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3. Persentasi Nilai Ekonomi Produk Agroforestri Desa Puangaja

No Produk

Agroforestri Satuan TP Harga Jumlah/Rp

% NE 1 Durian Buah 6.700 7.000 46.900.000 17 % 2 Langsat Kg 8.300 5.000 41.500.000 15 % 3 Manggis Kg 2.700 20.000 67.500.000 24.36 % 4 Duku Kg 2.200 10.000 22.000.000 7.94 % 5 Petai Ikat 500 17.000 8.500.000 3.06 % 6 Jengkol Kg 700 3.000 2.100.000 0.75 % 7 Cokelat Kg 3.024 18.000 23.328.000 8.42 % 8 Kopi Kg 720 2.000 1.440.000 0.51 % 9 Kemiri Kg 4.200 5.000 21.000.000 7.58 % 10 Air Nira (Aren) Liter 10.500 1.500 15.750.000 5.69 % 11 Cabai Kg 5 30.000 150.000 0.05 % 12 Pinang Kg 20 15.000 300.000 0.10 % 13 Asam Glugur Kg 4.650 5.000 23.250.000 8.40 % 14 Pisang Tandan 38 35.000 1.330.000 0.48 % 15 Asam Cekala Kg 120 10.000 1.200.000 0.43 % 16 Jahe Kg 100 8.000 800.000 0.28 % Total 277.048.000 100

Jenis produk agroforestri yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan masyarakat Desa Puangaja adalah manggis dengan nilai ekonomi Rp.

67.500.000,-. Jenis produk agroforestri selanjutnya yang memberikan kontribusi terbesar kedua adalah durian dengan nilai ekonomi Rp. 46.900.000,-dan jenis produk agroforestri yang memberikan kontribusi terbesar ketiga adalah langsat dengan nilai ekonomi Rp. 41.500.000,-. Jenis produk agroforestri yang memberikan kontribusi terkecil terhadap pendapatan masyarakat adalah cabai yaitu sebesar Rp. 150.000, disusul dengan pinang yang memberikan kontribusi sebesar Rp. 300.000,-dan jahe memberikan kontribusi sebesar Rp. 800.000,-. Tabel 4. Persentasi Nilai Ekonomi Produk Agroforestri Desa Sibolangit

No Produk

Agroforestri Satuan TP Harga Jumlah/Rp

% NE 1 Durian Buah 13.550 7.000 88.550.000 18.20 % 2 Langsat Kg 17.850 5.000 89.250.000 18.35 % 3 Manggis Kg 3.750 20.000 75.000.000 15.42 % 4 Duku Kg 12.000 10.000 120.000.000 24.67 % 5 Petai Ikat 1.100 17.000 18.700.000 3.84 % 6 Jengkol Kg 400 3.000 1.200.000 0.24 % 7 Cokelat Kg 720 18.000 12.960.000 2.66 % 8 Kopi Kg 4.800 2.000 9.600.000 1.98 % 9 Salak Kg 8.760 15.000 3.450.000 0.70 % 10 Air Nira (Aren) Liter 1.500 1.500 2.250.000 0.46 % 11 Cabai Kg 100 30.000 3.000.000 0.61 % 12 Pinang Kg 320 15.000 5.100.000 1.04 % 13 Asam Glugur Kg 3.600 5.000 18.000.000 3.70 % 14 Pisang Tandan 75 35.000 2.625.000 0.54 % 15 Asam Cekala Kg 840 10.000 8.400.000 1.73 % 16 Jahe Kg 20 8.000 160.000 0.03% 17 Nanas Buah 75 8.000 600.000 0.12 % 18 Jagung Kg 9.000 3.000 27.000.000 5.55 %

19 Ubi Rambat Kg 90 5.000 450.000 0.10 %

Total 486.295.000

100

Jenis produk agroforestri yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan masyarakat Desa Sibolangit adalah duku dengan nilai ekonomi Rp. 120.000.000,-. Jenis produk agroforestri selanjutnya yang memberikan kontribusi terbesar kedua adalah langsat dengan nilai ekonomi Rp. 89.250.000,-. Jenis produk agroforestri yang memberikan kontribusi terbesar ketiga adalah durian dengan nilai ekonomi Rp. 88.550.000,-. Jenis produk agroforestri yang memberikan kontribusi terkecil terhadap pendapatan masyarakat adalah jahe yaitu sebesar Rp. 160.000,- disusul dengan ubi rambat yang memberikan kontribusi sebesar Rp. 450.000,-dan nenas memberikan kontribusi sebesar Rp. 600.000,-.

Kontribusi Produk Agroforestri Terhadap Pendapatan Rumah Tangga

Masyarakat di Desa Puangajadan Desa Sibolangit memiliki beragam profesi, namun semua responden memiliki lahan agroforestri sehingga masyarakat memperoleh pendapatan dari pemanfaatan produk agroforestri tersebut.Hasil penelitian pada Tabel 5 menunjukkan bahwa sumber pendapatan masyarakat Desa Puangaja dari hasil pemanfaatan diluar agroforestri.

Tabel 5.Pendapatan Rumah Tangga Per Tahun di Luar Pemanfaatan Agroforestri Desa Puangaja

No Sumber Pendapatan Jumlah (Rp) Persentasi (%)

1 PNS 19.000.000 89.7

2 Wirausaha 2.160.000 10.2

Hasil penelitian menunjukkan bahwa total pendapatan masyarakat dari praktik agroforestri Desa Puangaja yaitu sebesar Rp. 284.948.000,- per tahun atau 93% dengan rata-rata pendapatan per responden sebesar Rp. 28.494.800,- per tahunnya. Sedangkan hasil dari luar pemanfaatan agroforestri seperti PNS dan wirausaha sebesar Rp. 21.160.000,- per tahun atau 7%. Perbandingan pendapatan masyarakat dari hasil agroforestri dengan diluar agroforestri dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 24. Persentasi Nilai Ekonomi Hasil Agroforestri dan di Luar Agroforestri DesaPuangaja

Hasil penelitian pada Tabel 6 menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat Desa Sibolangit dari hasil pemanfaatan di luar agroforestri seperti peternak, pensiunan, PNS, wirausaha dan buruh tani.

Tabel 6.Pendapatan Rumah Tangga Per Tahun di Luar Pemanfaatan Agroforestri Desa Sibolangit

No Sumber Pendapatan Jumlah (Rp) Persentasi (%)

1 Peternak 420.000 0.311 2 Pensiunan 3.000.000 2.226 3 PNS 3.000.000 2.226 4 Wirausaha 63.500.000 47.134 7% 93%

Pendapatan Luar Agroforestri Pendapatan Agroforestri

5 Buruh Tani 30.700.000 40.083

Total 100.620.000 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa total pendapatan masyarakat dari praktik agroforestri Desa Sibolangit yaitu sebesar Rp. 468.825.000,- per tahun atau 82% dengan rata-rata pendapatan per responden sebesar Rp. 18.753.000,- per tahunnya. Sedangkan hasil dari luar pemanfaatan agroforestri seperti peternak, pensiunan, PNS, wirausaha dan buruh tani sebesar Rp. 100.620.000,- per tahun atau 18%. Perbandingan pendapatan masyarakat dari hasil agroforestri dengan diluar agroforestri dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 25. Persentasi Nilai Ekonomi Hasil Agroforestri dan di Luar Agroforestri Desa Sibolangit

Dengan membandingkan pendapatan masyarakat dari luar agroforestri dengan pendapatan masyarakat dari agroforestri maka kita dapat melihat bahwa pendapatan yang terbesar diperoleh dari kedua desa ini yaitu dari pendapatan agroforestri. Pendapatan dari praktik agroforestri ini cukup besar dibandingkan dengan pendapatan di luar agroforestri dimana selisihnya sebesar Rp. 263.788.000.- di Puangaja dan Rp. 368.205.000.- di Sibolangit. Rincian pendapatan ini dan besarnya kontribusi masing-masing pendapatan dapat dilihat

18%

82%

pada lampiran 6 dan lampiran 12.Dari lampiran tersebut dapat diketahui bahwa pendapatan dari produk-produk agroforestri memberikan kontribusi yang besar dibandingkan pendapatan dari luar pemanfaatan produk agroforestri.Sehingga dapat mensejahterakan masyarakat di kedua desa tersebut.Hal ini menandakan bahwa ketergantungan masyarakat terhadap agroforestri di desa ini masih cukup tinggi.Sejalan dengan hasil penelitian Senoaji (2009) yang menyatakan bahwa kontribusi yang disumbangkan dari hasil hutan sangat besar.Kondisi ini mengindikasikan bahwa ketergantungan masyarakat terhadap keberadaan hutan sebagai sumber pendapatan keluarga sangat tinggi.

Dokumen terkait