• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Konsumen

Karakteristik konsumen yang meliputi alamat, jenis kelamin, status pernikahan, umur, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Karakteristik Konsumen Madu PT Apiari Pramuka

Karakteristik Jumlah

Orang % Alamat

Jabodetabek Luar Jabodetabek

Tidak menyebutkan alamat

51 6 3 85,00 10,00 5,00 Jenis kelamin Perempuan Laki-laki 36 24 60,00 40,00 Status pernikahan Sudah menikah Belum menikah

Tidak menyebutkan status pernikahan

53 1 6 88,33 1,67 10,00 Umur 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun

Lebih dari 60 tahun Tidak menyebutkan umur

3 11 24 13 1 8 5,00 18,33 40,00 21,67 1,67 13,33 Pendidikan terakhir SMP SMA D3 S1 S2 S3

Tidak menyebutkan pendidikan terakhir

1 11 6 32 8 1 1 1,67 18,33 10,00 53,33 13,33 1,67 1,67 Pekerjaan PNS Pegawai swasta Wiraswasta Ibu rumah tangga Pensiunan 14 34 2 9 1 23,33 56,67 3,33 15,00 1,67 Penghasilan per bulan

Kurang dari satu juta rupiah Satu sampai tiga juta rupiah

Lebih dari tiga sampai lima juta rupiah Lebih dari lima juta rupiah

Tidak menyebutkan penghasilan

1 6 13 34 6 1,67 10,00 21,67 56,67 10,00

Tabel 6 memperlihatkan bahwa sebagian besar konsumen (85%) tinggal di sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Hal ini mengindikasikan bahwa jarak antara tempat tinggal konsumen dengan lokasi penjualan merupakan suatu pertimbangan bagi konsumen untuk membeli madu. Apiari Pramuka yang berlokasi di Cibubur Jakarta Timur masih dapat dijangkau oleh masyarakat sekitar Jabodetabek.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarwan (2002) yaitu lokasi dimana konsumen tinggal akan mempengaruhi konsumsinya terhadap suatu produk. Konsumen sangat mempertimbangkan akses dari tempat tinggalnya ke lokasi penjualan produk. Konsumen juga mengemukakan bahwa posisi Apiari Pramuka termasuk strategis karena letaknya dekat dengan pintu keluar tol Jagorawi. Faktor tersebut mendukung para konsumen untuk membeli madu di Apiari Pramuka. Sebanyak 10,00% konsumen tinggal di luar Jabodetabek. Hal ini menunjukkan bahwa ada konsumen di luar Jabodetabek yang mengenal madu Apiari Pramuka dan berminat untuk membelinya.

Hasil penelitian sebelumnya oleh Heriyana (2008) di PT Mutiara Tugu Ibu (MTI) Depok menyimpulkan hal yang sama yaitu sebagian besar konsumen madu berasal dari sekitar Jabodetabek dengan alasan lokasi penjualan madu tersebut masih dekat dengan tempat tinggal konsumen. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa konsumen umumnya membeli madu di daerah yang mudah dijangkau atau dekat dengan tempat tinggal.

Jumlah perempuan (60%) yang membeli madu ke Apiari Pramuka lebih banyak daripada laki-laki (40%). Perempuan biasanya lebih banyak berperan dalam hal keputusan pembelian produk rumah tangga. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lury (1998) yaitu bahwa 80% atau lebih keputusan pembelian atau konsumsi barang ditentukan oleh perempuan. Budaya masyarakat Indonesia sesuai dengan teori ini bahwa perempuan lebih bertanggung jawab pada keputusan pembelian keperluan rumah tangga.

Sebagian besar konsumen (88,33%) berstatus menikah sedangkan yang belum menikah hanya 1,67%. Status pernikahan konsumen dapat memberikan

unsur pengaruh dari pasangannya atau anggota keluarganya. Konsumen yang sudah menikah relatif lebih hati-hati dan terencana dalam melakukan pembelian terhadap suatu produk, sedangkan konsumen yang belum menikah relatif lebih bebas dalam menentukan pilihan mengkonsumsi suatu produk.

Sebaran umur konsumen madu berturut-turut didominasi oleh kalangan umur 41-50 tahun (40,00%), 51-60 tahun (21,67%) dan 31-40 tahun (18,33%). Umur mempengaruhi selera konsumen dalam memilih produk yang mereka gunakan (Sumarwan, 2004). Konsumen yang berusia antara 41-50 tahun lebih mendominasi karena umumnya pada usia tersebut konsumen sudah berkeluarga dan kehidupannya mulai mapan. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa konsumen Apiari Pramuka berada di rentang usia yang dianggap masih produktif untuk bekerja (berpenghasilan). Sebagian besar konsumen yang berusia 41-50 tahun bekerja sebagai pegawai swasta (58,33%) dan PNS (20,83%).

Tabel 6 memperlihatkan bahwa sebagian besar konsumen berpendidikan S1 keatas (68,33%). Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi cara berpikir, cara pandang bahkan persepsi terhadap suatu produk (Sumarwan, 2002). Konsumen yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik relatif lebih responsif terhadap informasi, apalagi didukung oleh pekerjaan sebagai pegawai swasta (56,67%) dan PNS (23,33%) yang memiliki pendapatan memadai lebih dari lima juta rupiah per bulan untuk membeli madu yang cukup mahal yaitu Rp 100.000/kg. Sebagian besar konsumen yang bekerja sebagai pegawai swasta berpenghasilan lebih dari lima juta rupiah per bulan (55,88%) dan lebih dari tiga sampai lima juta rupiah per bulan (23,53%). Konsumen yang bekerja sebagai PNS sebagian besar juga berpenghasilan lebih dari lima juta rupiah per bulan (78,57%).

Perolehan Informasi dan Tingkat Pengetahuan Konsumen Mengenai Madu Perolehan Informasi Mengenai Madu

Perolehan dan tingkat kepentingan informasi madu bagi konsumen dapat dilihat pada Tabel 7. Konsumen pada umumnya sudah mengetahui istilah madu sejak Sekolah Dasar (88,33%). Sebagian besar (80,00%) mengetahuinya dari keluarga. Jumlah konsumen yang mengetahui istilah madu dari sekolah, teman dan iklan hanya sebagian kecil (20%).

Tabel 7. Perolehan dan Tingkat Kepentingan Informasi Madu

Perolehan dan tingkat kepentingan informasi madu Jumlah Orang % Waktu pertama sekali konsumen mengetahui istilah madu

SD 53 88,38

SMP 4 6,67

SMA 1 1,67

Kuliah 2 3,33

Sumber pertama sekali konsumen mengetahui istilah madu

Keluarga 36 80,00

Sekolah 6 15,00

Teman 1 1,67

Iklan 2 3,33

Tingkat keseringan konsumen mencari informasi tentang madu

Sangat sering 0 0,00

Sering Alasan

Ingin mengetahui nutrisi madu (8,00%) Ingin mengetahui manfaat madu (84,00%) Informasi tentang madu masih kurang (4,00%) Madu tertulis di kitab suci (4,00%)

25 41,67

Kadang-kadang 0 0,00

Jarang 35 58,33

Tidak pernah 0 0,00

Tingkat kepentingan informasi tentang madu bagi konsumen Sangat penting

Alasan

Sangat bermanfaat bagi kesehatan (100%)

4 6,67

Penting Alasan

Bermanfaat bagi kesehatan (85,45%)

Agar dapat membedakan madu palsu (5,45%) Madu tertulis di Al Qur’an (1,82%)

Tidak menyebutkan alasan (7,27%)

55 91,67

Ragu-ragu 1 1,67

Tidak penting 0 0,00

Sangat tidak penting 0 0,00

Tampaknya informasi yang diperoleh sejak kecil dirasa sudah cukup oleh sebagian besar konsumen (58,33%) sehingga mereka jarang mencari informasi tambahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Engel et al. (1995), yaitu bahwa konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak tentang suatu produk mungkin tidak terlalu termotivasi lagi untuk mencari

dimiliki untuk mengambil keputusan pembelian, sedangkan konsumen yang memiliki kepribadian yang senang mencari informasi akan meluangkan waktu untuk mencari informasi yang lebih banyak.

Sebagian konsumen (41,67%) masih sering mencari informasi tambahan terutama konsumen yang pendidikannya cukup tinggi (S1-S3). Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarwan (2002) yakni konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan lebih responsif terhadap informasi. Konsumen memberikan respon terhadap kurangnya informasi madu dengan cara mencari informasi tambahan.

Sebagian besar alasan konsumen menyatakan sering mencari informasi tentang madu adalah karena mereka ingin mengetahui manfaatnya (84,00%), sedangkan alasan lainnya adalah ingin mengetahui nutrisinya (8,00%), masih kekurangan informasi tentang madu (4,00%) dan madu tertulis di kitab suci (4,00%). Hal ini sesuai dengan teori Sumarwan (2002) yang menyatakan bahwa umumnya konsumen lebih ingin mengetahui atribut manfaat suatu produk daripada atribut zat makanan yang terdapat di dalamnya. Konsumen bisa saja tidak mengetahui zat makanan apa saja yang terdapat dalam madu tetapi mereka tahu bahwa madu memiliki manfaat, atau walaupun mereka mengetahui zat makanan yang terdapat dalam madu tetapi mereka bisa saja tidak memahami maknanya. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa tampaknya konsumen yang merasa kurang mengetahui informasi tentang madu memiliki kepribadian yang senang mencari informasi dan mau meluangkan waktu untuk mencari informasi yang lebih banyak.

Hampir semua (91,67%) konsumen berpendapat bahwa informasi tentang madu penting, bahkan 6,67% menyatakan sangat penting. Alasan utama konsumen menyatakan informasi madu penting adalah karena madu bermanfaat bagi kesehatan (85,45%), sedangkan sebagian kecil alasan lainnya adalah agar dapat membedakan madu palsu (5,45%) dan madu tertulis di kitab suci Al Qur’an (1,82%). Hal ini sesuai dengan pendapat konsumen sebelumnya yaitu bahwa mereka sering mencari informasi tentang madu karena merasa penting untuk mengetahui manfaatnya. Tingkat Pengetahuan Konsumen Mengenai Madu

Tingkat pengetahuan konsumen mengenai jenis madu, manfaat, zat makanan (nutrien) terbesar, keaslian dan penyimpanan madu disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 memperlihatkan bahwa jumlah konsumen yang mengetahui tentang madu lebih

banyak daripada konsumen yang tidak mengetahui. Pengetahuan konsumen yang paling menonjol adalah jenis-jenis madu (88,34%) dan cara penyimpanan madu (65,00%), sebaliknya tingkat pengetahuan terhadap zat makanan terbesar dalam madu (35,00%), manfaat madu (42,12%) dan cara penyimpanan madu (30,00%) tergolong rendah.

Tabel 8. Tingkat Pengetahuan Konsumen Mengenai Madu

Pengetahuan Tingkat pengetahuan (%)

ST T R TT STT Total

Jenis-jenis madu 6,67 81,67 5,00 6,67 0,00 100,00

Zat makanan terbesar dalam

madu 8,33 26,67 15,00 50,00 0,00 100,00

Manfaat madu 2,53 39,59 4,70 52,95 0,23 100,00

Cara membedakan madu

asli dan palsu 0,00 30,00 15,00 50,00 5,00 100,00

Cara menyimpan madu 0,00 65,00 6,67 28,33 0,00 100,00

Rata-rata 5,15 48,30 10,92 34,42 1,08 100,00

Keterangan: ST = sangat tahu; T = tahu; R = ragu-ragu; TT = tidak tahu; STT = sangat tidak tahu

Pengetahuan jenis-jenis madu. Tabel 8 menunjukkan sebagian besar konsumen (88,34%) mengetahui bahwa madu berjenis-jenis. Adapun jenis-jenis madu yang mereka ketahui seperti terlihat pada Tabel 9 adalah madu hutan (5,00%), super (41,67%), royal jelly (5,00%), klengkeng (11,67%), kapuk (13,33%), propolis, apel, karet, kopi, sonokeling dan mangga masing-masing 3,33%, sedangkan rambutan dan mahoni masing-masing 1,67%.

Tabel 9. Jenis-jenis Madu yang Dikenal oleh Konsumen

Jenis-jenis madu Jumlah

Orang % Hutan 3 5,00 Super 25 41,67 Royal jelly 3 5,00 Klengkeng 7 11,67 Kapuk 8 13,33 Propolis 2 3,33 Apel 2 3,33 Karet 2 3,33 Kopi 2 3,33 Sonokeling 2 3,33 Mangga 2 3,33 Rambutan 1 1,67

Madu yang paling umum dikenal oleh konsumen adalah madu super, yaitu madu kapuk yang dicampur dengan pollen dan royal jelly. Penambahan pollen dan

royal jelly dalam madu menjadi daya tarik bagi konsumen sehingga mereka lebih

mengenal madu ini. Konsumen menyatakan bahwa selain merasakan manfaat madu, mereka juga sekaligus dapat merasakan manfaat pollen dan royal jelly. Pollen dapat berfungsi sebagai sumber protein, lemak dan karbohidrat, sedangkan royal jelly dapat berfungsi sebagai sumber protein dan vitamin ( B1, B2, B6, B12, C, A dan K) (Sihombing, 2005).

Jenis madu yang paling jarang dikenal oleh konsumen adalah madu rambutan, mahoni, propolis, apel, karet, kopi, sonokeling dan madu mangga. Jadi, sebagian besar konsumen sudah mengetahui kalau madu berjenis-jenis, namun tidak semua jenis madu mereka kenal. Oleh karena itu, pengenalan jenis-jenis madu perlu dilakukan lebih luas kepada konsumen.

Pengetahuan zat makanan yang terdapat dalam madu. Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah konsumen yang tidak mengetahui zat makanan terbesar dalam madu (50,00%) lebih banyak daripada konsumen yang mengetahui (35%). Konsumen yang menyatakan tahu zat makanan terbesar dalam madu memberikan jawaban yang berbeda-beda. Sebanyak 42,86% konsumen diantaranya menyatakan karbohidrat merupakan zat makanan terbesar dalam madu, 23,81% konsumen menyatakan protein dan 33,33% konsumen menyatakan vitamin.

Zat makanan terbesar dalam madu adalah karbohidrat (Sihombing, 2005; Bognadov, 2010; Suarez et al., 2010). Madu mengandung sekitar 80% karbohidrat, sedangkan jumlah protein dan vitamin kurang dari 0,5% (Suarez et al., 2010). Unsur karbohidrat terbesar dalam madu adalah monosakarida yaitu fruktosa dan glukosa, mencapai 85-90% dari total karbohidrat sedangkan disakarida, oligosakarida dan polisakarida hanya sebagian kecil (Sihombing, 2005). Oleh karena itu, hanya 15% konsumen yang mengetahui zat makanan terbesar dalam madu dengan benar.

Pengetahuan manfaat madu. Tingkat pengetahuan konsumen tentang manfaat madu sangat terbatas. Hal ini didukung dari hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 memperlihatkan bahwa dari 14 manfaat madu yang ditanyakan, hanya 5 manfaat madu yang paling banyak diketahui konsumen yaitu meningkatkan daya tahan tubuh (93,33%), sumber energi (90,00%), sumber nutrisi (85,00%),

campuran bahan pangan (78,33%) dan anti mutagenik (73,33%). Manfaat lain seperti yang tercantum pada Tabel 10 kurang diketahui oleh konsumen. Pengamatan ketika wawancara menunjukkan bahwa setelah mengetahui berbagai manfaat madu seperti yang tercantum dalam kuesioner, konsumen memberikan reaksi yang positif untuk lebih meningkatkan konsumsi madu. Hal ini mengindikasikan bahwa informasi tentang madu yang mudah diakses diperlukan untuk meningkatkan konsumsi. Tingkat pengetahuan konsumen terhadap berbagai manfaat madu dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Tingkat Pengetahuan Konsumen terhadap Manfaat Madu

No Manfaat Tingkat Pengetahuan (%)

ST T R TT STT Total

1 Meningkatkan

daya tahan tubuh 21,67 71,67 0,00 6,67 0,00 100,00

2 Sumber energy 30,00 60,00 3,33 6,67 0,00 100,00 3 Sumber nutrisi 38,33 46,67 5,00 10,00 0,00 100,00 4 Campuran bahan pangan 18,33 60,00 11,67 10,00 0,00 100,00 5 Anti mutagenik 13,33 60,00 5,00 21,67 0,00 100,00 6 Anti radang 11,67 26,67 20,00 41,67 0,00 100,00 7 Anti virus 8,33 28,33 10,00 53,33 0,00 100,00 8 Anti mikroba 6,67 26,67 13,33 53,33 0,00 100,00 9 Meningkatkan kadar hemoglobin darah 8,33 23,33 25,00 43,33 0,00 100,00 10 Obat luka 8,33 23,33 20,00 48,33 0,00 100,00 11 Apiterapi 0,00 26,67 15,00 58,33 0,00 100,00 12 Anti oksidan 5,00 20,00 15,00 60,00 0,00 100,00 13 Anti tumor 5,00 20,00 20,00 55,00 0,00 100,00 14 Anti kanker 3,33 20,00 13,33 63,33 0,00 100,00

Keterangan : ST= sangat tahu; T =tahu; R =ragu-ragu; TT=tidak tahu; STT=sangat tidak tahu

Madu dapat berfungsi meningkatkan kekebalan tubuh (Bognadov, 2010; Suarez et al., 2010) karena mampu meningkatkan B-limfosit dan T-limfosit serta mengaktivasi neutrofil dalam tubuh. Zat makanan terbesar dalam madu adalah karbohidrat, terutama fruktosa dan glukosa (Sihombing, 2005; Bognadov, 2010; Suarez et al., 2010). Fruktosa dan glukosa selama proses pencernaan, dapat dengan cepat ditransportasikan ke dalam darah sehingga cepat pula dimanfaatkan tubuh sebagai sumber energi (Bognadov, 2010).

karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral. Manfaat madu dalam berbagai produk makanan diantaranya sebagai pemanis alami dan pelengkap nutrisi (kue, es teh, yogurt, jus dan susu), anti oksidasi, anti bakteri, mengurangi reaksi pencokelatan dan memperbaiki rasa (daging, sayur dan buah), serta mengatur kadar air untuk berbagai makanan ringan (Bognadov, 2010).

Sifat anti mutagenik pada madu dipengaruhi oleh unsur glukosa dan fruktosa. Madu terbukti mampu menghambat penyebaran sel kanker pada kandung kemih selain itu, dibuktikan juga bahwa pasien yang menderita kanker kepala dan leher, setelah diterapi dengan madu hasilnya menunjukkan penurunan yang signifikan. Suarez et al (2010) menyatakan bahwa madu dapat mengurangi penyebaran sel tumor karena madu mampu melakukan pelepasan sitotoksik H2O2 dan mampu mengurangi aktivitas oksigen reaktif dalam tubuh.

Manfaat madu sebagai anti mikroba dipengaruhi oleh sifat osmolaritasnya yang tinggi, keasaman dan hidrogen peroksida yang dibentuk dari oksidasi glukosa oleh enzim glukosa oksidase selama pematangan dalam sarang (Suarez et al., 2010). Aktivitas air (aw) yang rendah dalam madu yaitu sekitar 0,5-0,6 (Suarez et al., 2010; Bognadov et al., 2008) serta pH yang rendah dengan rata-rata 3,9 membuat madu mampu menghambat pertumbuhan mikroba. Madu mengandung glukosa oksidase, katalase, asam askorbik, flavonoid, asam phenolic, asam organik dan asam amino sehingga mampu berfungsi sebagai anti oksidan (Bognadov, 2010). Madu dapat mencegah pembentukan radikal bebas yang dilepaskan dari jaringan tubuh yang meradang karena adanya sifat anti bakteri di dalamnya.

Madu banyak digunakan sebagai obat perawatan luka karena tingkat osmolaritasnya yang tinggi dapat mempercepat pengeringan pada bagian tubuh yang luka serta mencegah perkembangan bakteri. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Suarez et al. (2010) yaitu sifat osmolaritas madu termasuk tinggi sehingga pada saat dioleskan pada bagian tubuh yang luka madu akan menyerap air sehingga pertumbuhan koloni bakteri dapat dikurangi atau bahkan dicegah. Madu dapat meningkatkan serum darah, monosit dan kadar hemoglobin (Bognadov, 2010). Pengetahuan keaslian madu. Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah konsumen yang menyatakan tidak mengetahui cara membedakan madu asli dan palsu lebih besar (55,00%) daripada yang menyatakan tahu (30,00%). Hal ini mengindikasikan bahwa

sebagian besar konsumen tidak dapat membedakan madu asli dan palsu secara fisik. Pendapat konsumen tentang cara mengenali madu asli secara fisik dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Cara Pengujian Keaslian Madu

Cara pengujian Jumlah

Orang %

Berdasarkan rasa Manis Sangat manis

Tidak menyebutkan jawaban

11 4 3 61,11 22,22 16,67 Berdasarkan warna Cokelat Agak jernih

Tidak menyebutkan jawaban

7 5 6 38,89 27,78 33,33 Berdasarkan aroma Khas

Tidak menyebutkan jawaban

14 4 77,78 22,22 Berdasarkan kekentalan Sangat kental Agak kental 7 11 38,89 61,11 Madu asli tidak mengkristal

Madu asli tidak dikerumuni semut Telur akan matang dalam madu asli Madu asli tidak berbusa

5 8 2 4 26,32 42,11 10,53 21,05

Keaslian madu secara fisik dilihat berdasarkan rasa, warna, aroma dan kekentalan. Konsumen menyatakan dua pendapat yang berbeda tentang rasa madu asli. Sebanyak 61,11% konsumen menyatakan madu asli memiliki rasa manis sedangkan 22,22% menyatakan sangat manis. Rasa madu asli berbeda-beda, tergantung nektar tanaman dan kandungan nutrisinya (Bognadov et al., 1999). Madu asli ada yang sangat manis seperti madu klengkeng dan kapuk, manis seperti madu karet dan pahit seperti madu hutan dan mahoni. Oleh karena itu, pendapat konsumen tentang keaslian madu berdasarkan rasa masih kurang tepat karena tidak semua madu asli memiliki rasa manis atau sangat manis.

Sebanyak 38,89% konsumen menyatakan bahwa madu asli berwarna cokelat, sedangkan 27,78% menyatakan warna madu asli adalah agak jernih. Warna madu asli bervariasi mulai dari putih, kuning muda hingga merah gelap dan hitam (Miret et

oleh sumber nektar tanaman, proses pengolahan dan proses penyimpanan seperti suhu dan waktu (Terrab et al., 2003). Oleh Karena itu, pendapat konsumen tentang keaslian madu berdasarkan warna masih kurang tepat karena madu asli tidak selalu berwarna cokelat atau agak jernih. Warna beberapa madu yang dijual di PT Apiari Pramuka dapat dilihat pada Gambar 2.

Sebanyak 100% konsumen yang memberikan jawaban tentang aroma madu asli menyatakan bahwa madu asli beraroma khas. Aroma madu asli adalah khas (Suarez et al., 2010). Faktor yang mempengaruhi aroma madu adalah unsur volatil di dalamnya. Unsur volatil dari setiap nektar tanaman berbeda-beda sehingga aroma yang ditimbulkan pun khas atau berbeda. Oleh karena itu, pendapat konsumen tentang aroma madu asli adalah benar.

Pendapat konsumen tentang kekentalan madu asli ada dua, yakni sebanyak 38,89% konsumen menyatakan madu asli secara fisik terlihat sangat kental sedangkan 61,11% menyatakan madu asli agak kental. Kekentalan madu asli bervariasi, tergantung kadar air nektar tanaman (Garcia, 2008). Madu asli memiliki kekentalan rendah jika kadar air sumber nektar tanamannya tinggi. Rata-rata kadar air madu sebesar 17,2% (Siregar, 2002).

Suhu juga mempengaruhi kekentalan madu (Bognadov, 2010). Kekentalan madu pada suhu 20 oC lebih tinggi daripada suhu 30 oC. Madu pada suhu tinggi akan lebih mudah mengalami pencairan. Komposisi madu selain air umumnya hanya sedikit mempengaruhi kekentalannya. Oleh karena itu, pendapat konsumen tentang kekentalan madu masih kurang tepat karena tidak semua madu asli sangat kental atau agak kental.

Konsumen mengemukakan cara lain untuk membedakan madu asli dan palsu, diantaranya madu asli jika dimasukkan ke dalam kulkas tidak mengkristal, madu asli tidak dikerumuni semut, apabila telur dimasukkan ke dalam madu asli maka telurnya akan matang dan madu asli tidak berbusa. Uji kristalisasi tidak efektif digunakan untuk menguji keaslian madu karena madu asli dan palsu sama-sama dapat mengkristal di dalam kulkas (Ansori, 2002).

Kristalisasi madu dipengaruhi oleh perbandingan jumlah gula pereduksi yang terdapat dalam madu, jika kadar glukosa lebih besar daripada fruktosa maka madu akan cepat mengkristal (Gojmerac, 1983). Persentase kadar glukosa yang dapat

menyebabkan madu mengkristal antara 30-70%, sedangkan fruktosa yang menjadi syarat terjadinya kristalisasi madu antara 78-95%. Proses pengkristalan biasa terjadi pada madu karena madu bersifat lewat jenuh (supersaturated) (Achmadi ,1991).

                (A)Madu hutan (B) Madu karet (C) Madu klengkeng

                

(D) Madu royal jelly (E) Madu sonokeling (F) Madu kapuk

                

(G) Madu super (H) Madu mahoni (I) Madu propolis  

                       

Uji semut tidak efektif digunakan untuk membedakan madu asli dan madu palsu karena madu asli dan palsu sama-sama dikerumuni semut (Rachmawaty, 2011). Madu asli dan palsu dikerumuni oleh semut diduga karena gula-gula yang terdapat di dalamnya merupakan makanan semut.

Uji koagulasi tidak efektif digunakan untuk membedakan madu asli dan palsu karena berdasarkan hasil penelitian Ansori (2002), kuning telur dapat terkoagulasi di dalam madu asli maupun madu palsu. Koagulasi telur dipengaruhi oleh unsur protein di dalamnya. Madu asli dan palsu umumnya bersifat asam (pH 3,81-5,70) sehingga ketika dicampur dengan kuning telur maka akan terjadi proses koagulasi pada kuning telur. Protein akan terdenaturasi oleh asam sehingga terbentuklah koagulat (Winarno, 1982).

Hasil penelitian Rachmawaty (2011) menunjukkan bahwa uji buih kurang efektif digunakan untuk membedakan madu asli dan madu palsu karena madu asli dan palsu yang diujikan sama-sama berbusa. Timbulnya busa pada madu asli dan madu palsu diakibatkan oleh adanya protein.

Uji yang lebih efektif adalah uji larut (Ansori, 2002; Rachmawaty, 20100). Madu asli tidak mudah larut dalam air sedangkan madu yang dipalsukan dengan sukrosa, gula, fruktosa, CMC dan gelatin mudah larut (Rachmawaty, 2011). Efektivitas uji larut yang dilakukan oleh Rachmawaty (2011) sebesar 83,3%. Hasil penelitian Ansori (2002) menunjukkan bahwa madu asli hanya satu dari 20 percobaan yang menunjukkan tanda-tanda terjadinya pelarutan, madu palsu glukosa 11 dari 20 percobaan, madu palsu fruktosa 15 dari 20 percobaan, madu palsu sukrosa 20 dari 20 percobaan dan madu palsu gula aren sebanyak 19 dari 20 percobaan. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa semua uji yang disebutkan oleh konsumen tidak efektif untuk menguji kepalsuan madu.

Pengetahuan cara penyimpanan madu. Tabel 8 menunjukkan bahwa konsumen yang menyatakan tahu cara menyimpan madu adalah 65,00%, sebanyak 28,21% diantaranya menyatakan madu harus disimpan di kulkas sedangkan 71,79% menyatakan di suhu ruang. Hasil penelitian Siregar (2002) membuktikan bahwa kadar air dan keasaman madu yang disimpan pada suhu kulkas (3 oC) lebih rendah

daripada yang disimpan pada suhu ruang (28 oC), selain itu aktivitas enzimnya lebih tinggi. Hal ini berarti madu sebaiknya disimpan pada suhu kulkas (3 oC).

Suhu yang tinggi dapat meningkatkan kadar HMF (Winarno,1992). Kadar HMF madu di daerah panas (17-21 oC) meningkat dua kali lebih cepat setelah disimpan selama enam bulan dibandingkan di daerah dingin (14-18 oC) dengan lama penyimpanan yang sama (Bosch dan Serra, 1986). Oleh karena itu, madu sebaiknya disimpan pada suhu kulkas daripada suhu ruang. Jadi, berdasarkan jawaban konsumen dapat diketahui bahwa total konsumen yang menjawab tahu cara penyimpanan madu dengan benar hanya sebesar 18,33% dari total konsumen.

Konsumsi dan Keputusan Pembelian Madu Konsumsi Madu

Tujuan konsumen mengkonsumsi madu, anggota keluarga, frekuensi dan cara konsumen mengkonsumsi madu dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Konsumsi Madu Konsumen

Konsumsi madu Jumlah

Orang %

Tujuan mengkonsumsi madu

Obat 14 23,33

Makanan biasa 9 15,00

Kecantikan 0 0,00

Obat dan makanan biasa 32 53,33

Obat, makanan biasa dan kecantikan 5 8,33

Anggota keluarga yang mengkonsumsi madu

Anak-anak dan remaja (1-18 tahun) 9 15,00

Orang dewasa dan lanjut usia (lebih dari 19 tahun) 9 15,00

Orang sakit 1 1,67

Semua keluarga 41 68,33

Frekuensi konsumsi madu

Satu kali satu hari (satu sendok makan) 15 25,00

Dua kali satu hari (satu sendok makan) 39 65,00

Tiga kali satu hari (satu sendok makan) 2 3,33

Jarang 4 6,67

Cara mengkonsumsi madu

Minum langsung 43 71,67

Dicampur dengan bahan lain Air putih (64,71%)

Tabel 12 menunjukkan bahwa umumnya madu dikonsumsi oleh semua anggota keluarga (68,33%). Hal ini menunjukkan bahwa madu tidak hanya dikonsumsi oleh kelompok umur tertentu. Madu dapat dikonsumsi oleh semua

Dokumen terkait