• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengetahuan Konsumen terhadap Madu di PT Apiari Pramuka Cibubur Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengetahuan Konsumen terhadap Madu di PT Apiari Pramuka Cibubur Jakarta Timur"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGETAHUAN KONSUMEN TERHADAP MADU

DI PT APIARI PRAMUKA CIBUBUR JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

MAGDALENA SIMATUPANG

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

Magdalena Simatupang. D14070145. 2011. Analisis Pengetahuan Konsumen terhadap Madu di PT Apiari Pramuka Cibubur Jakarta Timur. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Hotnida C.H Siregar, M.Si Pembimbing Anggota : Ir. Lucia Cyrilla ENSD, M.Si

Konsumen umumnya membeli produk berdasarkan pengetahuan, demikian juga dengan madu. Madu merupakan produk peternakan yang berkontribusi banyak bagi kesehatan. Pengetahuan konsumen mengenai madu perlu diuji karena masyarakat yang mengetahui banyak hal tentang madu dimungkinkan dapat meningkatkan kesadarannya untuk mengkonsumsi madu. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis karakteristik konsumen madu, tingkat pengetahuan konsumen mengenai madu dan korelasi karakteristik konsumen terhadap pengetahuan madu.

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survei. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung kepada 60 orang konsumen madu Apiari Pramuka Cibubur Jakarta Timur. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah

accidental sampling, yaitu memilih konsumen yang kebetulan sedang membeli

produk dan bersedia untuk diwawancarai. Penelitian ini berlangsung sejak 03 Maret hingga 30 April 2011 di PT Apiari Pramuka Cibubur Jakarta Timur. Kuesioner yang digunakan bersifat terbuka dan tertutup, artinya pertanyaan di dalam kuesioner berupa isian dan pilihan berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik konsumen Apiari Pramuka, umumnya adalah perempuan, sudah menikah, berdomisili di sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, berusia antara 31-60 tahun, Sarjana dan berpenghasilan lebih dari lima juta rupiah per bulan. Sebagian besar konsumen (98,34%) menganggap informasi tentang madu penting tetapi sebanyak 58,33% jarang mencari informasi tambahan tentang madu karena informasi yang diperoleh sejak Sekolah Dasar dirasa sudah cukup.

Sebanyak 88,34% konsumen sudah mengetahui bahwa madu berjenis-jenis, akan tetapi masih banyak jenis madu yang belum mereka kenal. Jumlah konsumen yang mengetahui nutrisi, manfaat dan cara penyimpanan madu berturut-turut yaitu 15%; 42,12% dan 18,33%. Semua konsumen tidak dapat membedakan keaslian madu berdasarkan warna, rasa dan kekentalan namun berdasarkan aroma semua konsumen menjawab dengan benar. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara karakteristik konsumen terhadap pengetahuan madu.

(3)

ABSTRACT

Consumer Knowledge Analysis of Honey in PT Apiari Pramuka Cibubur East Jakarta

Simatupang, M., H. C. H. Siregar and L. Cyrilla

Honey is natural food with many beneficial for health. Knowledge about of honey were assumed to increase their honey consumption. The aims of this research were to analyze consumer’s character, their knowledge of honey and correlation between consumer’s character and knowledge of honey. The research used survey methodology. The data were collected by interviewing technique was to interview 60 consumers at PT Apiari Pramuka Cibubur, East Jakarta since 03 March until 30 April 2011. The samples were taken by accidental sampling, and the questioner was used as a tool. The data were analyzed descriptively. The result showed that most of the consumers were female, married, lived in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi, age around 31-60, university graduated and have income more than Rp 5.000.000. Information about honey was supposed to be important but most of the consumers (58,33%) seldom seek more information. The result also showed that 88,34% consumers knew that honey consists of many types, but they just knew limited kinds of honey. Only 15% of the consumers of honey nutrient, 42,12% of honey function and 18,33% of honey storage. Most of consumers didn’t know how to differ between pure and impure honey. Consumer knowledge of honey din’t correlate to consumers characteristic.

(4)

ANALISIS PENGETAHUAN KONSUMEN TERHADAP MADU

DI PT APIARI PRAMUKA CIBUBUR JAKARTA TIMUR

MAGDALENA SIMATUPANG D14070145

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(5)

Judul : Analisis Pengetahuan Konsumen terhadap Madu di PT Apiari Pramuka Cibubur Jakarta Timur

Nama : Magdalena Simatupang

NIM : D14070145

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Ir. Hotnida C. H. Siregar, M.Si) (Ir. Lucia Cyrilla ENSD, M.Si) NIP. 19620617 199003 2 001 NIP. 19630705198803 2 001

Mengetahui: Ketua Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc) NIP. 19591212 198603 1 004

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 19 April 1988 di Porsea, Sumatera Utara. Penulis

merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Jataris Simatupang dan

Floria Marpaung. Pendidikan dasar ditempuh di SD Negeri Siruar, Kecamatan

Porsea, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Sekolah Menengah Pertama

diselesaikan di SMP Negeri 3 Porsea pada tahun 2004, sekolah menengah atas di

SMA Negeri 1 Balige, Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2007. Pada tahun 2007,

Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas Peternakan,

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti beberapa organisasi yang

meliputi Anggota Komisi Pra-Alumni Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB

(2010/2011), Ketua Persekutuan Oikumene Protestan Katolik (POPK) Fakultas

Peternakan IPB (2009/2010), Anggota Komisi Kesenian PMK IPB (2007-sekarang)

dan Sekretaris Natal Fakultas Peternakan IPB (2008). Penulis juga aktif dalam

kegiatan kepanitiaan seperti Fasilitator Pesta Petani Muda Indonesia Provinsi Jawa

Barat dan Banten (2011) dan Anggota Divisi Konsumsi DEKAN CUP Fakultas

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala

berkat dan karunia-Nya yang tiada pernah berkesudahan sehingga Penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengetahuan Konsumen terhadap

Madu di PT Apiari Pramuka Cibubur Jakarta Timur”, yang merupakan salah satu

syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu

Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini dilaksanakan sejak Maret hingga April 2011, yang berlokasi di

PT Apiari Pramuka Cibubur, Jakarta Timur. Skripsi ini membahas tentang

karakteristik konsumen madu, tingkat pengetahuan konsumen terhadap madu dan

korelasi karakteristik terhadap tingkat pengetahuan madu. Hasil penelitian ini

memperlihatkan bahwa pengetahuan konsumen terhadap madu ternyata bervariasi,

dan tidak sepenuhnya pengetahuan tersebut benar secara ilmiah.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas pada umumnya

dan bidang peternakan pada khususnya.

Bogor, September 2011

(8)

DAFTAR ISI

Pengetahuan Konsumen ... 18

Karakteristik Konsumen ... 19

Keputusan Pembelian ... 20

Lokasi dan Waktu ... 22

(9)

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ... 24

Lokasi Perusahaan ... 24

Sejarah Perusahaan ... 24

Visi dan Misi Perusahaan ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

Karakteristik Konsumen ... 26

Perolehan Informasi dan Tingkat Pengetahuan Konsumen Mengenai Madu ... 28

Perolehan Informasi Mengenai Madu ... 28

Tingkat Pengetahuan Konsumen Mengenai Madu ... 30

Pengetahuan jenis-jenis madu. ... 31

Pengetahuan zat makanan yang terdapat dalam madu 32 Pengetahuan manfaat madu. ... 32

Pengetahuan keaslian madu ... 34

Pengetahuan cara penyimpanan madu ... 38

Konsumsi dan Keputusan Pembelian Madu ... 39

Konsumsi Madu ... 39

Keputusan Pembelian Madu ... 41

Korelasi Karakteristik Konsumen terhadap Pengetahuan Madu .... 43

KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

Kesimpulan ... 45

Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

UCAPAN TERIMAKASIH ... 49

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Komposisi Kimia Madu Amerika Serikat dan Indonesia ... 4

2. Jumlah Karbohidrat, Protein, Lemak, Mineral dan Vitamin dalam 100 g Madu ... 5

3. Rataan Komponen Madu dari Beberapa Jenis Tumbuhan ... 7

4. Standar Nasional Mutu Madu di Indonesia ... 12

5. Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Perkembangan Khamir dalam Madu ... 17

6. Karakteristik Konsumen Madu PT Apiari Pramuka ... 26

7. Perolehan dan Tingkat Kepentingan Informasi Madu ... 29

8. Tingkat Pengetahuan Konsumen Mengenai Madu ... 31

9. Jenis-jenis Madu yang Dikenal oleh Konsumen ... 31

10.Tingkat Pengetahuan Konsumen terhadap Manfaat Madu ... 33

11.Cara Pengujian Keaslian Madu ... 35

12.Konsumsi Madu Konsumen ... 39

13.Jenis Madu yang Dikonsumsi oleh Konsumen ... 40

14.Minat Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Madu ... 41

15.Jumlah Konsumen Berdasarkan Ada/Tidaknya Keluhan pada Pembelian Madu ... 41

16.Tempat Responden Membeli Madu ... 42

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Reaksi Pembentukan HMF, Asam Levulinat dan Asam Format dari

(12)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Madu merupakan cairan kental kaya karbohidrat, yang diproduksi oleh lebah

dari nektar tanaman. Madu sejak dahulu tidak hanya dikenal sebagai bahan pangan,

tetapi juga sebagai penyembuh penyakit. Masyarakat Mesir kuno sudah

memanfaatkan madu sebagai obat luka, obat sakit perut dan pengawet mumi. Para

ilmuwan sudah berhasil mengidentifikasi sejumlah nutrisi yang terdapat dalam madu

serta manfaat-manfaatnya. Beberapa manfaat madu diantaranya anti mikroba, anti

virus, anti parasit, anti oksidan, anti inflammatory, campuran bahan pangan, anti kanker, mengurangi peradangan kulit, mempercepat penyembuhan luka,

menstimulasi regenerasi jaringan tubuh yang rusak, sebagai sumber energi dan

meningkatkan daya tahan tubuh.

Madu yang dijual di masyarakat sering kali dipalsukan dengan beberapa

bahan tambahan seperti gula, air, pewarna dan bahan tambahan lainnya, sehingga

diperlukan metode yang lebih tepat untuk membedakan madu asli dan palsu. Madu

merupakan bahan pangan yang memerlukan cara penyimpanan yang baik agar

terhindar dari kerusakan. Hal tersebut menarik diuji kepada masyarakat, apakah

mereka sudah mengetahuinya atau belum. Masyarakat yang mengetahui banyak hal

tentang madu dimungkinkan dapat meningkatkan kesadarannya untuk

mengkonsumsi madu.

Konsumsi madu per kapita masyarakat Indonesia masih sangat rendah yaitu

sebesar 0,3 kg per tahun dibandingkan masyarakat Jerman dan Jepang sudah

mencapai 1,3 kg per tahun (PPN, 2005). Salah satu faktor yang diduga dapat

mempengaruhi rendahnya konsumsi madu masyarakat Indonesia adalah kurangnya

pengetahuan tentang madu. Ada lima tahapan proses pengambilan keputusan

pembelian yang dilakukan oleh konsumen, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian

informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan hasil.

Pencarian informasi merupakan efek dari pengetahuan yang tersimpan di

dalam ingatan. Pengetahuan adalah faktor penentu utama perilaku konsumen. Setiap

(13)

Timur”. Pengetahuan konsumen yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi

jenis-jenis madu, nutrisi, manfaat, keaslian dan cara penyimpanan.

Apiari Pramuka Cibubur merupakan perusahaan yang khusus menghasilkan

produk lebah madu. Madu yang diproduksi oleh Apiari Pramuka, menurut hasil

penelitian Laboratorium Institut Fűr Honigforschung, Bremen, Jerman dan Laboratorium Lembaga Penelitian Holtikultura Departemen Pertanian RI di Jakarta,

telah memenuhi Standar Internasional (Sarwono, 2001). Sebagian besar konsumen

perusahaan ini adalah konsumen Rumah Tangga. Konsumen yang menjadi sampel

dalam penelitian ini merupakan konsumen rumah tangga, sehingga hal ini menjadi

dasar pemilihan PT Apiari Pramuka Cibubur, Jakarta Timur sebagai lokasi

penelitian.

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis karakteristik konsumen madu PT Apiari Pramuka Cibubur, Jakarta

Timur.

2. Menganalisis tingkat pengetahuan konsumen terhadap madu

(14)

TINJAUAN PUSTAKA Madu

Madu merupakan cairan alami yang umumnya mempunyai rasa manis,

dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nectar) atau bagian lain

dari tanaman (extra floral nectar) atau ekskresi serangga ( SNI, 2004). Definisi madu

menurut Codex (1989) adalah zat pemanis alami yang diproduksi oleh lebah madu

dari nektar tanaman atau sekresi bagian lain dari tanaman atau ekskresi dari insekta

pengisap tanaman, yang dikumpulkan, diubah dan dikombinasikan dengan zat

tertentu dari lebah kemudian ditempatkan, dikeringkan, lalu disimpan di dalam

sarang hingga matang.

Lebah menambahkan enzim dan bahan anti mikroba selama proses

pemindahan (Siregar, 2006). Enzim utama madu adalah diastase (amilase), invertase

(sukrase, α-glukosidase) dan glukosa oksidase. Diastase berperan dalam

menguraikan glikogen menjadi gula-gula sederhana, invertase menguraikan sukrosa

menjadi fruktosa dan glukosa dan glukosa oksidase berperan dalam memproduksi

hidrogen peroksida serta glukosa asam glukonik (Suarez et al., 2010). Lebah menurunkan kadar hingga sekitar 50%, selanjutnya akan memasukkannya ke sel

madu yaitu sel-sel yang terdapat di bagian atas sisiran. Lebah pekerja masih terus

mengipasi madu di dalam sel sampai kadar air mencapai sekitar 20%, selanjutnya sel

ditutupi atau disegel dengan malam (wax). Madu dalam sel yang tersegel disebut

madu matang dan sudah dapat dipanen. Proses pembentukan madu yang melibatkan

banyak bunga dari berbagai tanaman dan banyak lebah menyebabkan madu dari

setiap koloni lebah memiliki komposisi kimia, penampilan fisik, maupun ciri biologi

yang khas. Produk lebah madu selain madu diantaranya pollen dan royaljelly. Pollen merupakan pakan lebah madu yang mengandung protein, lemak dan karbohidrat

(Sihombing, 2005). Royal jelly juga merupakan bahan pakan lebah madu yang mengandung protein dan vitamin ( B1, B2, B6, B12, C, A dan K).

Komposisi Madu

Faktor utama yang menentukan komposisi madu adalah komposisi nektar

(15)

Amerika berbeda dengan madu Indonesia. Komposisi kimia madu Amerika Serikat

dan Indonesia dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Kimia Madu Amerika Serikat dan Indonesia

Komposisi Satuan

Amerika Serikat Indonesia

Rataan Kisaran

nilai

Rataan Kisaran nilai

Air % 17,2 13,4-22,9 22,9 16,6-37,0

Keterangan : a = satuan untuk Amerika Serikat adalah %, sedangkan Indonesia adalah miliekivalen (mek)/kg

td = tidak dianalisis dan DN = Diastase Number

Madu didominasi oleh unsur karbohidrat sedangkan unsur yang paling sedikit

adalah nitrogen. Perbedaan yang menonjol antara madu Amerika dengan madu

Indonesia terletak pada kadar air, fruktosa, sukrosa dan total asam.

Karbohidrat

Unsur terbesar dalam madu adalah karbohidrat (Sihombing, 2005; Bognadov,

2010; Suarez et al., 2010). Madu mengandung sekitar 80% karbohidrat, sedangkan jumlah protein dan vitamin kurang dari 0,5% (Suarez et al., 2010). Karbohidrat merupakan kelompok nutrien yang penting dalam susunan makanan, yang

bermanfaat sebagai sumber energi (Gaman dan Sherrington, 1992). Fungsi

karbohidrat menurut Budiyanto (2002), diantaranya sebagai sumber energi utama,

terlibat dalam proses metabolisme lemak (sintesis asam lemak) dan menghemat

(16)

Tabel 2. Jumlah Karbohidrat, Protein, Lemak, Mineral dan Vitamin dalam 100 g

Sumber : Bognadov (2010)

Monosakarida (fruktosa dan glukosa) mencapai 85-90% dari karbohidrat

yang terdapat dalam madu, sedangkan disakarida, oligosakarida dan polisakarida

hanya sebagian kecil (Sihombing, 2005). Fruktosa dan glukosa selama proses

pencernaan, dapat dengan cepat ditransportasikan ke dalam darah sehingga cepat

pula dimanfaatkan tubuh sebagai sumber energi (Bognadov, 2010). Konsumsi madu

sebanyak 20 g dapat memenuhi kebutuhan energi sebesar 3%. Konsumsi madu

menurut Bognadov etal. (2008) sebaiknya antara 50-80 g per hari. Madu pada dosis ini memberikan efek yang paling baik bagi kesehatan. Konsumsi madu dapat

dilakukan dengan cara mencampurnya dengan air putih karena madu akan lebih

mudah berdifusi ke dalam darah (Sarwono, 2001).

Madu sebaiknya dikonsumsi oleh konsumen yang berumur satu tahun ke atas

(17)

seperti madu. Spora Clostridium botulinum dapat bertahan dalam saluran pencernaan bayi di bawah umur satu tahun dan dapat menimbulkan keracunan sedangkan dalam

saluran percernaan anak di atas umur satu tahun bakteri ini tidak dapat bertahan

lama. Saluran pencernaan bayi umur satu tahun ke atas lebih mampu mentolerir

bakeri ini daripada umur di bawah satu tahun.

Protein, Enzim dan Asam Amino

Jumlah protein dalam madu termasuk sedikit, paling tinggi sebesar 0,5%

yang terdiri atas enzim dan asam amino (Suarez et al., 2010), namun protein sangat diperlukan di dalam tubuh. Fungsi protein menurut Budiyanto (2002) adalah sebagai

enzim, sebagai alat pengangkut molekul dalam tubuh, pengatur pergerakan otot,

penunjang mekanis, pertahanan tubuh, media perambatan impuls syaraf dan

pengendali pertumbuhan. Protein berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan sel

tubuh, serta dapat berperan sebagai sumber energi apabila kadarnya di dalam tubuh

berlebih (Gaman dan Sherrington, 1992).

Asam amino dalam madu sekitar 1%. Jenis asam amino yang terdapat dalam

madu adalah asam glutamik, asam aspartik, asparagin, glutamin, histidin, glisin,

treonin, b-alanin, arginin, a-alanin, asam gaminobutirik, prolin, tirosin, valin,

amonium, metionin, sistin, isoleusin, leusin, triptopan, penillalanin, ornitin dan lisin

(Suarez et al., 2010).

Vitamin dan Mineral

Vitamin merupakan suatumolekul organik yang sangat diperlukan oleh tubuh

untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal (Budiyanto, 2002). Jenis

vitamin berdasarkan kelarutannya terbagi menjadi dua bagian yaitu vitamin larut air

(vitamin B dan C) dan vitamin larut lemak (vitamin A, D, E dan K). Jenis vitamin

yang terdapat dalam madu adalah phyllochinon (K), thiamin (B1), riboflavin (B2),

pyridoxin (B6), niacin, asam panthothenic (B3) dan asam ascorbic (C), sedangkan

unsur mineralnya adalah P, S, Ca, Mg, K, Na, Zn, Fe, Cu dan Mn. Unsur lain yang

terdapat dalam madu adalah Al, Ba, Sr, Bi, Cd, Hg, Pb, Sn, Te, Tl, W, Sb, Cr, Ni, Ti,

V, Co dan Mo (Suarez et al., 2010).

Vitamin secara umum, berfungsi sebagai koenzim metabolisme karbohidrat,

lemak dan protein (Gaman dan Sherrington (1992). Mineral adalah unsur-unsur

(18)

memperkuat tulang dan gigi, membentuk garam-garam yang dapat larut sehingga

mampu mengendalikan komposisi cairan tubuh, serta membangun enzim dan protein

(Budiyanto, 2002).

Jenis-jenis Madu

Jenis-jenis madu beraneka ragam tergantung nektar tanamannya. Beberapa

jenis madu di Indonesia antara lain madu kapuk, karet, kopi, klengkeng, sonokeling,

durian, rambutan, apel, jambu air, mangga, kaliandra, multiflora, hutan, jambu mente, mahoni, bunga matahari dan madu royal jelly. Jenis-jenis madu lain yang terdapat di negara sub tropis menurut Sihombing (2005) antara lain alfalfa, aster, athel, bamboo, basswood, bergamot, blackberry, bluberry, blue curls, bluevine, boneset, buckwheat, cantaloupe, cape vine, coralvine, cranberry, galiberry, goldenrod, holly, horsemint, locust, manzanita, marigold, mesquite, mountain laurel,

mustard, palmatto dan pepperbush

Setiap madu mempunyai karakteristik yang berbeda baik berdasarkan

komposisi, rasa maupun penampilan fisik (Bognadov et al., 2008). Perbedaan komposisi madu dari berbagai tumbuhan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Komponen Madu dari Beberapa Jenis Tumbuhan

Nama Tumbuhan

Komponen (%)

Dekstrosa Levulosa Sukrosa Maltosa Total

asam Air Ketapang baluh

(Tilia Americana) 31,6 37,9 1,2 6,9 0,46 16,5

Beberetean

(Rubus spp) 25,9 37,6 1,3 11,3 0,57 16,4

Semanggi putih

(Trifolium repens) 30,7 38,4 1,0 7,3 0,62 17,9

Kapas belanda

(Gossypium) 36,7 39,3 1,1 4,9 0,58 16,1

Jeruk

(Citrus spp) 32,0 38,9 2,8 7,2 0,59 16,5

(19)

jelly, sonokeling, kapuk, mahoni, rambutan dan propolis, sedangkan yang berwarna cerah antara lain madu karet dan madu bunga matahari. Jenis madu yang tergolong

berwarna gelap menurut Bognadov (2010), diantaranya chesnut, cotton, honeydew,

heather dan manuka, sedangkan yang berwarna agak cerah yaitu eucalyptus, linden,

thyme dan tupelo. Beberapa madu yang berwarna cerah diantaranya acacia, borage,

clover, lavender, lucerne, rosemary, orange, rape, rhododendron, sunflower dan

taraxacum.

Manfaat Madu

Beberapa manfaat madu diantaranya meningkatkan daya tahan tubuh, sumber

energi, sumber nutrisi, campuran bahan pangan, anti mutagenik, anti radang, anti

virus, anti mikroba, meningkatkan kadar hemoglobin (Hb) darah, obat luka,

apiterapi, anti oksidan, anti tumor dan anti kanker (Bognadov et al., 2008; Bognadov, 2010; Suarez et al., 2010).

Madu mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Echinococcus serta virus Rubella (Suarez et al., 2010; Bognadov et al., 2008).

Beberapa bakteri lain yang sensitif terhadap madu diantaranya Bacillus anthracis,

Corynebacterium diphtheriae, Escherichia coli, Haemophilus influenza, Klebsiella

pneumoniae, Mycobacterium tuberculosis, Proteus sp., Pseudomonas aeruginosa,

Salmonella sp., Salmonella cholerae-suis, Salmonella typhi, Salmonella

typhimurium, Serrata marcescens, Shigella sp., Streptococcus faecalis,

Streptococcus mutans, Streptococcus pneumonia, Streptococcus pyogenes, Vibrio

choleriae, Actin pyogenes, Streptococcus agal dan Epiderm floccosum (Bognadov,

2010).

Aktivitas anti mikroba pada madu dipengaruhi oleh sifat osmolaritasnya yang

tinggi, keasaman dan hidrogen peroksida yang dibentuk dari oksidasi glukosa oleh

enzim glukosa oksidase selama pematangan dalam sarang (Suarez et al., 2010). Glukosa oksidase yang secara alami diperoleh dari kelenjar hipofaringyang terdapat

dalam kepala lebah madu, dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

Aktivitas air (aw) yang rendah dalam madu yaitu sekitar 0,5-0,6 menjadikan

(20)

carotovora, Yersinia enterocolitica dan Aeromonas hydrophila (Truchado et al., 2009). Madu memiliki pH rendah dengan rata-rata 3,9 sehingga mampu berfungsi

sebagai anti mikroba. Bakteri yang berasal dari golongan Pseudomonas memiliki pH minimum untuk pertumbuhannya sekitar 5,6 (Buckle et al., 1987) sehingga ketika pH turun melewati batas minimum pertumbuhan maka pertumbuhan sel bakteri

berhenti dan kehilangan kemampuan hidup.

Setiap madu memiliki sifat anti bakteri yang berbeda-beda. Madu yang

memiliki aktivitas anti mikroba tinggi adalah madu buckwheat, chestnut, cotton,

honeydew dan manuka, sedangkan yang aktivitas anti mikrobanya sedang

diantaranya eucalyptus, heather, lavender, linden, rape, rhododendron, rosemary,

thyme dan tupelo, dan yang memiliki aktivitas anti mikroba rendah yaitu acacia,

borage, clover, lucerne dan orange (Bognadov, 2010). Jenis madu yang kemampuan

anti bakterinya paling baik adalah madu manuka (Leptospermum scoparium) yang

berasal dari Amerika (Suarez et al., 2010). Madu manuka mengandung komponen penolik yaitu methyl syringate dan asam syringic yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Madu sebaiknya disimpan di tempat yang dingin, terhindar dari cahaya atau sinar, serta jangan terlalu lama disimpan supaya

kemampuan anti mikrobanya tetap baik (Bognadov, 2010).

Madu dapat mengurangi reaksi oksidasi di dalam pangan dan tubuh manusia

(Suarez et al., 2010). Hasil penelitian Mayasari (2002) membuktikan bahwa konsentrasi madu 20% efektif menghambat ketengikan daging sapi yang dikukus

dalam bentuk yang dihaluskan maupun dipotong dadu (2x2x2) cm3. Madu mangga

yang berwarna gelap lebih efektif dalam menghambat oksidasi lemak hingga

penyimpanan 21 hari, sedangkan madu karet yang berwarna terang hanya efektif

menghambat oksidasi pada penyimpanan kurang dari 14 hari. Madu mangga dan

madu karet dapat menurunkan nilai pH daging hingga 21 hari. Kadar air daging yang

ditambahkan madu karet dan madu mangga lebih rendah daripada daging yang tidak

ditambahkan madu.

Madu mengandung sejumlah unsur tertentu sehingga mampu berfungsi

(21)

oksidannya lebih tinggi. Penyimpanan madu selama enam bulan pada suhu 4 oC

dapat menurunkan aktivitas anti oksidan sebesar 30% (Wang et al., 2004).

Inflammatory merupakan peradangan dalam saluran pencernaan (Bognadov,

2010). Penyakit radang pada saluran pencernaan tikus telah berhasil dikurangi karena

mengkonsumsi madu. Radang pada saluran pencernaan manusia juga sudah pernah

berhasil dikurangi setelah mengkonsumsi madu. Madu dapat mencegah pembentukan

radikal bebas yang dilepaskan dari jaringan tubuh yang meradang. Pengurangan

peradangan disebabkan oleh adanya sifat anti bakteri pada madu.

Madu akasia, buckwheat, firewheat, soybean (kedelai), tupelo dan christmas

berry dapat menghambat mutasi amina heterosiklik seperti Trp-p-1

(3-Amino-1,4-dimethyl-5H-pyridol [4,3-b] indole) pada bahan makanan selama pemanggangan dan

penggorengan (Bognadov, 2010). Amina heterosiklik dapat timbul pada daging saat

penggorengan atau pemanggangan. Senyawa heterosilklik yang terkonsumsi melalui

bahan pangan dapat menyebabkan kanker dalam tubuh.

Pemberian madu pada tikus dapat menghambat penyebaran sel kanker dan

tumor, serta mampu mengaktifkan sitem kekebalan tubuhnya (Bognadov, 2010).

Madu dapat menghambat penyebaran sel kanker pada kandung kemih. Pasien yang

menderita kanker kepala dan leher, setelah diterapi dengan madu hasilnya

menunjukkan adanya penurunan yang signifikan dibanding pasien yang sama sekali

tidak diterapi dengan madu.

Madu hutan dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan aktivitas anti tumor

pada tikus (Bognadov, 2010). Penyebaran sel tumor dapat dikurangi karena madu

mampu melakukan pelepasan sitotoksik H2O2 dan mengurangi aktivitas oksigen

reaktif dalam tubuh (Suarez et al., 2010).

Madu dapat digunakan sebagai obat luka (Bognadov, 2010). Madu banyak

digunakan sebagai obat perawatan luka karena tingkat osmolaritasnya yang tinggi

dapat mempercepat pengeringan pada bagian tubuh yang luka serta mencegah

perkembangan bakteri. Sifat osmolaritas madu termasuk tinggi sehingga pada saat

dioleskan pada bagian tubuh yang luka madu akan menyerap air sehingga

(22)

Zat makanan terbesar dalam madu adalah karbohidrat, terutama fruktosa dan

glukosa (Sihombing, 2005; Bognadov, 2010; Suarez et al., 2010). Fruktosa dan glukosa selama proses pencernaan, dapat dengan cepat ditransportasikan ke dalam

darah sehingga cepat juga dimanfaatkan tubuh sebagai sumber energi (Bognadov,

2010).

Madu dapat berfungsi meningkatkan kekebalan tubuh (Bognadov, 2010;

Suarez et al., 2010), karena madu mampu meningkatkan B-limfosit dan T-limfosit serta mengaktivasi neutrofil dalam tubuh. Madu dapat menstimulasi produksi anti

bodi dalam tubuh (Bognadov, 2010). Madu dapat meningkatkan serum darah dan

monosit.

Madu dapat digunakan sebagai bahan pemanis alami dan pelengkap nutrisi

untuk berbagai produk makanan dan minuman seperti kue, es teh, yogurt, jus, dan

susu (Bognadov, 2010). Madu juga dapat digunakan dalam proses pengolahan

daging, sayur dan buah, yang bertujuan sebagai anti oksidasi, anti bakteri,

mengurangi reaksi pencokelatan dan memperbaiki rasa. Penambahan madu untuk

berbagai makanan ringan bertujuan untuk mengatur kadar air.

Keaslian Madu

Maduasli adalah pemanis alami yang dihasilkan oleh lebah madu dari nektar

tanaman (James et al., 2009). Madu palsu adalah semua bahan makanan yang menggunakan nama madu namun tidak semuanya dihasilkan dari lebah

(Sumoprastowo dan Suprapto, 1980). Pemalsuan madu terdiri atas tiga kategori yaitu

pemalsuan volume, pemalsuan mutu dan pemalsuan menyeluruh. Pemalsuan volume

dilakukan dengan cara meningkatkan volume madu dengan ditambah bahan lain

seperti fruktosa, glukosa, sirup dan bahan pengental. Pemalsuan mutu biasanya

dilakukan dengan memodifikasi kadar air. Standar mutu madu berdasarkan Standar

Nasional Indonesia (SNI) 2004 dapat dilihat pada Tabel 4.

Pemalsuan menyeluruh umumnya tidak menggunakan madu asli sebagai

bahan utama, biasanya menggunakan campuran sagu, gula pasir dan pewarna. Madu

palsu tidak memiliki kandungan enzim, selain itu juga tidak memiliki kandungan

(23)

Tabel 4. Standar Nasional Mutu Madu di Indonesia

No Komponen Satuan Persyaratan

1 Aktivitas enzim diastase Diastase Number Minimal 3

2 Hidroksimetilfurfural (HMF) mg/kg Maksimal 50

3 Air % Maksimal 22

Keterangan : b/b= berat/berat Sumber : SNI 01-3545-2004

Warna

Warna madu asli bervariasi mulai dari putih, kuning muda hingga merah

gelap dan hitam (Miret et al., 2007). Warna madu dipengaruhi oleh sumber nektar tanaman, proses pengolahan dan proses penyimpanan seperti suhu dan waktu (Terrab

et al., 2003). Senyawa polifenol dapat mempengaruhi warna madu, terutama pada

madu berwarna pekat. Oksidasi yang berlangsung antara zat-zat polifenol akan

semakin menimbulkan warna gelap. Warna madu sebelum dan sesudah penyimpanan

dapat berubah. Madu yang disimpan semakin lama akan memiliki warna yang

semakin gelap (White, 1979).

Warna yang timbul pada madu yang disimpan lama disebabkan oleh

kombinasi beberapa faktor, seperti gabungan tannat dan polifenol lain dengan zat

besi dari kemasan atau alat pengolah, reaksi dari gula tereduksi dengan senyawa

yang mengandung nitrogen amino (asam amino, polipeptida dan protein) dan

ketidakstabilan fruktosa dalam larutan asam (karamelisasi) (White, 1979). Madu

yang berwarna pekat banyak mengandung tirosin dan triptofan, sedangkan

kandungannya pada madu yang berwarna cerah sangat sedikit atau hampir tidak ada.

Madu yang berwarna gelap mengandung lebih banyak mineral seperti Fe, Cu dan

(24)

Rasa

Rasa madu asli berbeda-beda karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor

yang mempengaruhi rasa madu menurut Bognadov et al. (1999) adalah nektar tanaman dan kandungan nutrisinya. Madu kapuk memiliki rasa yang berbeda dengan

madu hutan. Rasa madu kapuk adalah manis sedangkan rasa madu hutan agak pahit.

Rasa manis pada madu dipengaruhi oleh unsur karbohidrat. Madu palsu sering

memiliki rasa dan penampilan fisik yang hampir sama dengan madu asli, namun

khasiat dan komponen nutrisinya berbeda (James et al., 2009).

Kekentalan

Kekentalan madu dipengaruhi oleh kadar air nektar tanaman (Garcia, 2008).

Madu asli memiliki kekentalan rendah jika kadar air sumber nektar tanamannya

tinggi. Madu kapas belanda (Gossypium) lebih kental daripada madu semanggi

putih (Tripolium repens). Kadar air madu kapas belanda sebesar 16,1% sedangkan

madu semanggi putih 17,9% (Sihombing, 2005). Suhu juga dapat mempengaruhi

kekentalan madu (Bognadov, 2010). Kekentalan madu pada suhu 20 oC lebih tinggi

daripada suhu 30 oC. Madu pada suhu tinggi akan lebih mudah mengalami pencairan.

Komposisi madu selain air umumnya hanya sedikit mempengaruhi kekentalannya.

Aroma

Faktor yang mempengaruhi aroma madu adalah unsur volatil di dalamnya

terutama asam glukonat dan prolin (Suarez et al., 2010). Unsur volatil dari setiap nektar tanaman berbeda-beda sehingga aroma yang ditimbulkan pun khas atau

berbeda. Banyaknya unsur volatil yang sudah ditemukan dalam madu sekitar 500

jenis, diantaranya pada madu jeruk yaitu methylanthranilate, lilac aldehyde,

hotrienol dan 1-p-menthen-al dan di dalam madu eucalyptus diantaranya nonanol,

nonanal, nonanoic, serta isophorone (3,5,5- trimethylcyclohexen-2-enone). Ada 4

unsur volatil baru yang ditemukan oleh Barra et al. (2010) dalam madu yaitu

1,3-propanodiol, 2-methyl butanoic acid, 3,4-dimethyl-3-hexen-2-one dan

6-methyl-5-octen-2-one.

(25)

madu campuran sagu dan sukrosa. Keenam sampel tersebut diuji dengan metode uji

semut, uji larut, uji keruh, uji buih, uji pemanasan, uji tarik, uji lengket, uji segi

enam, uji ikan mentah dan uji iod. Hasilnya menunjukkan bahwa uji yang paling

efektif digunakan untuk membedakan madu asli dan madu palsu adalah uji larut

dengan persentase efektivitas rata-rata sebesar 83,3%. Uji pemalsuan yang paling

tidak efektif adalah uji semut dan uji lengket dengan persentase efektivitas rata-rata

0,5% dan 0%.

Empat jenis sampel madu palsu yang diuji oleh Ansori (2002) diantaranya

madu palsu sukrosa, fruktosa, glukosa dan gula aren. Metode pengujian yang

digunakan didasarkan pada pengetahuan yang ada di masyarakat, diantaranya uji

bakar, uji rembes, uji koagulasi, uji kristalisasi dan uji larut. Hasilnya menunjukkan

bahwa hanya uji larut yang paling akurat untuk menguji keaslian madu. Uji bakar, uji

rembes, uji koagulasi dan uji kristalisasi tidak akurat sehingga tidak dianjurkan untuk

digunakan dalam pengujian keaslian madu. Uji larut memiliki tingkat akurasi sebesar

83,3% (Rahmani, 2004).

Uji semut dilakukan dengan cara mengoleskan sampel madu pada plastik

berukuran 5x3 cm lalu disimpan di tempat yang terdapat semut merah kecil dan

semut lain. Semut diamati setelah 90 menit apakah datang atau tidak. Hasilnya

menujukkan bahwa madu asli dan semua madu palsu sama-sama didatangi semut.

Madu asli dan madu palsu didatangi semut diduga karena gula-gula yang terdapat

pada madu merupakan makanan dari semut (Rachmawaty, 2011).

Uji buih dilakukan dengan cara memasukkan 15 g sampel madu ke dalam

botol kecil dan dikocok secara vertikal sebanyak sepuluh kali kemudian didiamkan

selama 5 menit. Hasilnya menunjukkan bahwa madu asli dan semua madu palsu

berbuih. Buih pada madu palsu sukrosa, fruktosa, glukosa, serta campuran sagu dan

sukrosa cenderung menghilang setelah lima menit didiamkan, sedangkan buih pada

madu palsu CMC dan gelatin bertahan hingga satu minggu (Rachmawaty, 2011).

Uji kristalisasi yang dilakukan oleh Ansori (2002) menunjukkan bahwa madu

asli dan madu palsu mengalami pengkristalan. Madu asli dan madu palsu fruktosa

yang disimpan selama dua minggu mengkristal pada suhu 22-27 oC. Kristal madu

asli dan madu palsu fruktosa bertekstur halus, sedangkan kristal madu sukrosa

(26)

akan mudah mengalami kristalisasi pada suhu antara 11-18 oC (kristalisasi optimal

pada suhu 14 oC). Kristalisasi madu dipengaruhi oleh perbandingan jumlah gula

pereduksi yang terdapat dalam madu, jika kadar glukosa lebih besar daripada

fruktosa maka madu akan cepat mengkristal (Gojmerac, 1983). Persentase kadar

glukosa yang dapat menyebabkan madu mengkristal antara 30-70%, sedangkan

fruktosa yang menjadi syarat pengkristalan madu antara 78-95%. Proses

pengkristalan sebenarnya biasa terjadi pada madu, karena madu bersifat lewat jenuh

(supersaturated) (Achmadi, 1991).

Uji koagulasi yang dilakukan oleh Ansori (2002) menunjukkan bahwa kuning

telur yang dimasukkan ke dalam madu asli dan madu palsu sama-sama mengalami

koagulasi. Madu asli dan palsu sama-sama dapat terkoagulasi karena kuning telur

mengandung sekitar 16% protein per 100 g berat telur. Madu asli dan palsu

umumnya bersifat asam (pH 3,81-5,70) sehingga ketika dicampur dengan kuning

telur maka kuning telur akan mengalami proses koagulasi (Winarno, 1982).

Penyimpanan Madu

Penyimpanan madu perlu diperhatikan oleh setiap konsumen agar terhindar

dari kerusakan atau penurunan kualitas. Madu dapat mengalami beberapa perubahan

selama penyimpanan. Hasil penelitian Siregar (2002) menunjukkan bahwa perubahan

yang terjadi pada madu selama penyimpanan adalah kadar air, kadar

hidroksimetilfurfural (HMF), gula pereduksi, aktivitas enzim dan jumlah khamir.

Suhu dan lama penyimpanan merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas madu

selama penyimpanan.

Kadar Air

Kadar air madu dapat mengalami perubahan selama penyimpanan. Suhu dan

lama penyimpanan dapat mempengaruhi kadar air (Siregar, 2002). Kadar air madu

kapuk randu yang disimpan selama empat bulan lebih tinggi daripada yang disimpan

dua bulan (pada suhu yang sama). Kadar air madu yang disimpan pada suhu 28 oC

lebih tinggi daripada yang disimpan pada suhu 3 oC (pada waktu yang sama). Ada

dua faktor yang mempengaruhi peningkatan kadar air madu yaitu sifat madu yang

(27)

temperatur yang tinggi akibatnya madu akan semakin encer dan mudah terfermentasi

(Sihombing, 2005).

Kadar HMF

HMF merupakan senyawa kimia hasil dekomposisi glukosa, fruktosa dan

monosakarida lain yang memiliki enam atom C, dalam suasana asam dan dipercepat

dengan bantuan panas. Reaksi ini selanjutnya menghasilkan asam format dan

levulinat (Achmadi, 1991). Kadar HMF dapat menjadi indikator kerusakan madu.

Suhu yang tinggi atau pemalsuan madu dengan gula-gula invert dapat meningkatkan kadar HMF (Winarno, 1982). Warna madu akan semakin gelap seiring meningkatnya

kadar HMF karena oksigen dari udara akan mengoksidasi HMF sehingga

membentuk warna gelap. Madu yang baru dipanen dapat mengandung HMF dalam

jumlah kecil, yaitu 0,06-0,2 mg/100 g madu (White, 1979).

Suhu dan lama penyimpanan madu saling berinteraksi dalam mempengaruhi

kadar HMF. Kadar HMF madu didaerah panas (17-21 oC) meningkat dua kali lebih

cepat dibandingkan di daerah dingin (14-18 oC) dengan lama penyimpanan yang

sama yaitu enam bulan (Bosch dan Serra, 1986). Kadar HMF madu yang disimpan

pada suhu 28 oC selama empat bulan lebih tinggi dibandingkan kadar HMF madu

yang disimpan pada suhu yang sama selama dua bulan (Siregar, 2002). Hasil

penelitian Ghostidar dan Chakrabarti (1992) juga menunjukkan bahwa kadar HMF

meningkat seiring dengan bertambahnya suhu dan lama penyimpanan.  

 

(28)

Aktivitas Enzim

Suhu penyimpanan dapat mempengaruhi aktivitas enzim dalam madu. Hasil

penelitian Siregar (2002) menunjukkan bahwa aktivitas enzim diastase yaitu pada

suhu 28 oC sangat nyata lebih rendah daripada suhu 3 oC. Suhu tingggi dan

penyimpanan yang lama dapat menyebabkan penurunan aktivitas enzim diastase dan

invertase pada madu (White, 1979).

Keasaman

Suhu dan lama penyimpanan berpengaruh pada keasaman madu. Keasaman

madu yang disimpan pada suhu 28 oC lebih tinggi daripada suhu 3 oC, keasaman

madu yang disimpan selama empat bulan juga lebih tinggi daripada madu yang

disimpan selama dua bulan (Siregar, 2002). Penyimpanan madu pada temperatur

tinggi akan meningkatkan kadar asam bebas (Chai et al., 1988). Keasaman madu dipengaruhi oleh jumlah khamir. Pengaruh suhu selama penyimpanan terhadap

perkembangan khamir dalam madu disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Perkembangan Khamir dalam Madu Suhu

penyimpanan (o C)

Perkembangan khamir

11 Khamir tidak dapat tumbuh

13-21 Kisaran minimal untuk proses fermentasi madu 27 Kisaran maksimal untuk proses fermentasi madu

71 Temperatur penting untuk mengawasi perkembangan khamir 77 Terjadi perubahan kimia dan rasa madu secara cepat

Sumber : Graham (1992)

Khamir dalam madu merombak sebagian gula pereduksi menjadi asam asetat

(Achmadi, 1991). Khamir mulai dapat melakukan proses fermentasi dalam madu

pada suhu antara 13-21 o C, dan maksimal fermentasinya berlangsung pada kisaran

suhu 27 o C.

Konsumen

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, konsumen merupakan setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang

(29)

Kotler (2005) adalah individu atau kelompok yang berusaha untuk memenuhi atau

mendapatkan barang atau jasa untuk kehidupan pribadi atau kelompoknya.

Konsumen terdiri atas dua bagian yaitu konsumen individu dan konsumen

organisasi. Konsumen individu merupakan konsumen yang membeli barang dan jasa

untuk digunakan sendiri, sedangkan konsumen organisasi merupakan konsumen

yang menggunakan barang dan jasa untuk keperluan organisasi seperti organisasi

bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintahan dan lembaga lainnya seperti

sekolah, perguruan tinggi dan rumah sakit (Sumarwan, 2002).

Pengetahuan Konsumen

Pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen

mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait

dengan produk dan jasa tersebut (Sumarwan, 2002). Pengetahuan konsumen terdiri

atas tiga bagian yaitu pengetahuan produk, pengetahuan pembelian dan pengetahuan

pemakaian. Pengetahuan produk adalah kumpulan berbagai macam informasi

mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi pengetahuan karakteristik atau atribut

produk, pengetahuan manfaat produk dan pengetahuan kepuasan yang diberikan

produk kepada konsumen.

Atribut suatu produk dibedakan menjadi dua bagian yaitu atribut fisik dan

atribut abstrak. Atribut fisik menggambarkan ciri-ciri fisik suatu produk seperti

bentuk dan ukuran, sedangkan atribut abstrak menggambarkan karakteristik subjektif

dari suatu produk berdasarkan persepsi konsumen. Konsumen memiliki kemampuan

yang berbeda dalam menyebutkan karakteristik dari suatu produk, tergantung dari

kelengkapan informasi yang diketahuinya. Para pemasar perlu memahami tingkat

pengetahuan konsumen mengenai atribut produk yang dikonsumsinya karena hal ini

akan mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian (Sumarwan, 2002).

Setiap pemasar perlu menyampaikan informasi mengenai manfaat produk

bagi konsumen, karena setiap konsumen selalu ingin tahu manfaat produk yang akan

dibeli atau dikonsumsinya (Sumarwan, 2002). Konsumen dapat merasakan dua jenis

manfaat setelah mengkonsumsi produk, yaitu manfaat fungsional dan manfaat

psikososial. Manfaat fungsional adalah manfaat yang dirasakan konsumen secara

fisiologis, contohnya minum madu dapat meningkatkan energi. Manfaat psikososial

(30)

terhadap bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya setelah mengkonsumsi

produk).

Konsumen umumnya lebih ingin mengetahui atribut manfaat suatu produk

daripada atribut lainnya, misalnya setiap konsumen lebih ingin mengetahui manfaat

mengkudu daripada zat makanan yang terdapat di dalamnya. Konsumen bisa saja

mengetahui kalau mengkudu bermanfaat bagi kesehatan, tetapi mereka tidak

mengetahui zat makanan apa saja yang terdapat mengkudu, atau walaupun mereka

mengetahui zat makanan yang terdapat dalam madu tetapi mereka bisa saja tidak

memahami maknanya.

Karakteristik Konsumen

Karakteristik konsumen meliputi pengetahuan dan pengalaman, kepribadian

dan karakteristik demografi konsumen (Engel et al., 1995). Konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak tentang suatu produk mungkin

tidak terlalu termotivasi untuk mencari informasi tentang produk tersebut karena

sudah merasa cukup dengan pengetahuan yang dimiliki untuk mengambil keputusan.

Konsumen yang memiliki kepribadian yang senang mencari informasi akan

meluangkan waktu untuk mencari informasi yang lebih banyak. Beberapa

karakteristik demografi yang sangat penting untuk memahami konsumen adalah usia,

jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, status pernikahan dan lokasi

geografi.

Usia dapat dijadikan sebagai dasar untuk segmentasi pasar suatu produk

(Sumarwan, 2002). Produk ada yang dapat dipasarkan kepada semua kelompok umur

namun ada juga yang hanya dapat dipasarkan kepada kelompok umur tertentu.

Kategori konsumen berdasarkan umur adalah bayi dibawah umur 1 tahun, batita

(bayi di bawah tiga tahun), balita (bayi di bawah lima tahun), anak usia sekolah (6-12

tahun), remaja awal (13-15 tahun), remaja lanjut (16-18 tahun), dewasa awal (19-24

tahun), dewasa lanjut (25-35 tahun), separuh baya (36-50 tahun), tua (51-65 tahun)

dan lanjut usia (di atas 65 tahun).

Sebanyak 80% atau lebih keputusan pembelian atau konsumsi barang

(31)

yang diterimanya. Pendapatan akan mempengaruhi proses keputusan dan pola

konsumsi seseorang. Jumlah pendapatan dapat menggambarkan besarnya daya beli

dari seorang konsumen. Tingkat pendidikan seseorang juga dapat mempengaruhi

pola pikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu produk. Konsumen yang

memiliki pendidikan yang lebih baik akan lebih responsif terhadap informasi,

pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pemilihan produk (Sumarwan,

2002).

Lokasi dimana konsumen tinggal akan mempengaruhi pola konsumsinya

terhadap suatu produk. Konsumen sangat mempertimbangkan akses dari tempat

tinggalnya ke lokasi penjualan produk (Sumarwan, 2002). Konsumen umumnya

membeli produk di daerah yang mudah dijangkau.

Penelitian tentang kepuasan konsumen madu oleh Heriyana (2008) di PT

Mutiara Tugu Ibu (MTI) Depok, menyimpulkan bahwa atribut yang paling

mempengaruhi kepuasan konsumen adalah atribut manfaat madu sedangkan atribut

yang paling rendah memberikan pengaruh terhadap kepuasan konsumen adalah

atribut harga madu.

Sebagian besar konsumen madu MTI berumur antara 20-30 tahun, berprofesi

sebagai pegawai swasta, tingkat pendidikan terahir SMA atau sederajat, bertempat

tinggal di Depok, berstatus menikah dan mempunyai pendapatan rata-rata per bulan

antara Rp 600.000-Rp 1.974.872. Sebagian besar konsumen madu MTI bekerja

sebagai pekerja lapang yang mempunyai aktivitas tinggi. Penelitian lain dilakukan

oleh Hasibuan (2008), menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata

terhadap permintaan madu per enam bulan adalah variabel harga madu, harga gula,

pendapatan dan jumlah anggota keluarga. Permintaan madu perusahaan MTI oleh

konsumen rumah tangga di kota Depok dan Bogor adalah 1,5 kg/6 bulan/keluarga.

Keputusan Pembelian

Keputusan konsumen untuk membeli produk barang maupun jasa tidak

muncul begitu saja, namun melalui beberapa tahapan tertentu. Ada lima tahapan

proses pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen, yaitu

pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan hasil

(32)

konsumen. Setiap produk yang dibeli oleh konsumen didasarkan pada

pengetahuannya.

Perilaku konsumen sangat menentukan dalam proses pengambilan keputusan

membeli yang tahapnya dimulai dari pengenalan masalah, yaitu berupa desakan yang

membangkitkan tindakan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan (Umar, 2000).

Tahap ini diikuti oleh tahap mencari informasi tentang produk atau jasa yang

dibutuhkan yang dilanjutkan dengan tahap evaluasi alternatif yang berupa

penyeleksian. Tahap berikutnya adalah tahap pengambilan keputusan pembelian

yang diakhiri dengan perilaku sesudah pembelian (membeli lagi atau tidak),

(33)

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di PT Apiari Pramuka Cibubur, Jakarta Timur.

Pelaksanaannya berlangsung sejak 03 Maret hingga 30 April 2011.

Materi

Sampel yang digunakan adalah 60 orang konsumen madu di PT Apiari

Pramuka. Materi yang digunakan adalah kuesioner dan alat tulis.

Prosedur

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survei. Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan wawancara langsung kepada konsumen. Teknik pengambilan

sampel yang dilakukan adalah accidental sampling, yaitu memilih konsumen yang kebetulan sedang membeli produk dan bersedia untuk diwawancarai (Usman dan

Purnomo, 1995). Kriteria konsumen yang dipilih adalah konsumen rumah tangga,

bersedia diwawancarai, berusia 17 tahun ke atas dan mempunyai penghasilan sendiri

sehingga mempunyai hak maupun kebijakan sendiri dalam mengeluarkan uang.

Kuesioner yang digunakan bersifat terbuka dan tertutup, artinya pertanyaan di dalam

kuesioner berupa isian dan pilihan berganda.

Analisis Data

Data dianalisis secara deskriptif. Hubungan karakteristik konsumen terhadap

tingkat pengetahuan madu diolah dengan menggunakan program Minitab14. Rumus

koefisien korelasi yang digunakan (Muhidin dan Abdurrahman, 2007) adalah: ∑ ∑ X ∑ Y

∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

r = koefisien korelasi antara variabel X dan Y N = jumlah responden

X = jumlah skor variabel X (X= karakteristik konsumen: jenis kelamin, status pernikahan, umur dan pendidikan )

Y = jumlah skor variabel Y (Y= tingkat pengetahuan konsumen: pengetahuan jenis- jenis madu, manfaat, nutrisi, keaslian dan penyimpanan madu)

Tingkat keeratan korelasi antara variabel X dan Y digolongkan menjadi:

(34)

≥0,40 - < 0,70 : korelasi sedang/cukup ≥ 0,70 - < 0,90 : korelasi kuat/tinggi

(35)

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN Lokasi Perusahaan

Perusahaan Apiari Pramuka terletak di Bumi Perkemahan Cibubur

(Wiladatika), Jakarta Timur. Sebelah Barat berbatasan dengan jalan tol Jagorawi,

sebelah Timur berbatasan dengan kawasan Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur,

sebelah Selatan dan Utara berbatasan dengan pintu masuk dan keluar Bumi

Perkemahan Pramuka Cibubur.

Sejarah Perusahaan

Pencetus berdirinya PT Apiari Pramuka adalah Mayjen. TNI (Purn) Dr. Aziz

Saleh sebagai Sekjen Kwartir Nasional (Kwarnas) pada tahun 1970. Hal yang

melatarbelakangi pendirian perusahaan ini adalah keinginan untuk menerapkan

kegiatan peternakan lebah secara modern di Indonesia yang saat itu masih dilakukan

secara tradisional oleh masyarakat, sementara usaha peternakan lebah modern yang

dirintis oleh pemerintah maupun badan swasta (seperti Massito Apiaries dan

Lembaga Apikultur Indonesia) tidak membawa hasil yang memuaskan bahkan

mengalami kegagalan.

Hal tersebut menarik perhatian kalangan Gerakan Pramuka untuk membantu

pemerintah merintis kembali usaha memodernisasi peternakan lebah di Indonesia

sehingga pada tanggal 28 Mei 1970, diselenggarakan workshop peternakan lebah di Jakarta. Salah satu hasil workshop tersebut adalah usulan pembentukan suatu badan untuk menampung segala aktivitas peternakan lebah di lingkungan Gerakan

Pramuka. Badan ini disebut Pusat Apiari Pramuka dan sekarang dikenal dengan Unit

Usaha Apiari Pramuka atau disingkat dengan Apiari Pramuka.

Kwarnas kemudian membentuk “Tim Pelaksana Pusat Apiari Pramuka”

dengan SK Kwarnas nomor 68/KN/71 tanggal 20 Agustus 1971, yang diketuai oleh

Letjen. TNI (Purn) H. M. Sarbini, yang merupakan ketua pertama dan pelopor ternak

lebah modern sejak Indonesia merdeka. Tanggal 19 April 1972, Apiari Pramuka

mendapat sumbangan 25 kotak (stup) beserta koloni lebah unggul Apis mellifera dari Mrs. G. N. Frost, Presiden Australian Freedom from Champaign Committe. Bantuan ini merupakan modal pertama bagi Apiari Pramuka untuk menyelenggarakan

(36)

PT Perkebunan XVIII (Persero) di Siliwok Sawangan, Kecamatan Grinsing,

Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

Koloni-koloni tersebut ternyata dapat berkembang dan berproduksi dengan

baik serta memberikan hasil yang cukup banyak. Keberhasilan tersebut didukung

oleh kondisi dan cuaca di Grinsing yang memiliki banyak tanaman sumber pakan

lebah, terutama randu dan karet. Panen madu pertama berlangsung bulan Agustus

1973, pada saat itu mantan Presiden Soeharto sekaligus meresmikan kantor Apiari

Pramuka. Areal perkebunan PTP XVIII Siliwok dijadikan sebagai daerah

penggembalaan utama lebah madu Apiari Pramuka sejak tahun 1973. Apiari

Pramuka resmi menjadi anggota International Federation of Beekepers Association

pada tahun 1973, yaitu organisasi peternak lebah sedunia yang berpusat di Roma

(Italia) yang lebih dikenal dengan Apimondia.

Visi dan Misi Perusahaan

Visi perusahaan Apiari Pramuka adalah memberdayakan potensi perlebahan

di Indonesia secara maksimal. Apiari Pramuka memiliki empat misi. Misi tersebut

diantaranya (1) menyebarkan ilmu peternakan lebah modern di kalangan Gerakan

Pramuka atau generasi muda dan peminat masyarakat, (2) meningkatkan

produk-produk peternakan lebah, (3) menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat di

pedesaan, meningkatkan gizi dan pendapatan petani dan (4) memenuhi kebutuhan

madu dalam negeri serta untuk jangka panjang mengusahakan ekspor madu ke luar

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Konsumen

Karakteristik konsumen yang meliputi alamat, jenis kelamin, status

pernikahan, umur, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Karakteristik Konsumen Madu PT Apiari Pramuka

Karakteristik Jumlah

Tidak menyebutkan status pernikahan

53

Lebih dari 60 tahun Tidak menyebutkan umur

Tidak menyebutkan pendidikan terakhir

1

Kurang dari satu juta rupiah Satu sampai tiga juta rupiah

Lebih dari tiga sampai lima juta rupiah Lebih dari lima juta rupiah

(38)

Tabel 6 memperlihatkan bahwa sebagian besar konsumen (85%) tinggal di

sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Hal ini

mengindikasikan bahwa jarak antara tempat tinggal konsumen dengan lokasi

penjualan merupakan suatu pertimbangan bagi konsumen untuk membeli madu.

Apiari Pramuka yang berlokasi di Cibubur Jakarta Timur masih dapat dijangkau oleh

masyarakat sekitar Jabodetabek.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarwan (2002) yaitu lokasi dimana

konsumen tinggal akan mempengaruhi konsumsinya terhadap suatu produk.

Konsumen sangat mempertimbangkan akses dari tempat tinggalnya ke lokasi

penjualan produk. Konsumen juga mengemukakan bahwa posisi Apiari Pramuka

termasuk strategis karena letaknya dekat dengan pintu keluar tol Jagorawi. Faktor

tersebut mendukung para konsumen untuk membeli madu di Apiari Pramuka.

Sebanyak 10,00% konsumen tinggal di luar Jabodetabek. Hal ini menunjukkan

bahwa ada konsumen di luar Jabodetabek yang mengenal madu Apiari Pramuka dan

berminat untuk membelinya.

Hasil penelitian sebelumnya oleh Heriyana (2008) di PT Mutiara Tugu Ibu

(MTI) Depok menyimpulkan hal yang sama yaitu sebagian besar konsumen madu

berasal dari sekitar Jabodetabek dengan alasan lokasi penjualan madu tersebut masih

dekat dengan tempat tinggal konsumen. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa

konsumen umumnya membeli madu di daerah yang mudah dijangkau atau dekat

dengan tempat tinggal.

Jumlah perempuan (60%) yang membeli madu ke Apiari Pramuka lebih

banyak daripada laki-laki (40%). Perempuan biasanya lebih banyak berperan dalam

hal keputusan pembelian produk rumah tangga. Hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Lury (1998) yaitu bahwa 80% atau lebih keputusan pembelian

atau konsumsi barang ditentukan oleh perempuan. Budaya masyarakat Indonesia

sesuai dengan teori ini bahwa perempuan lebih bertanggung jawab pada keputusan

pembelian keperluan rumah tangga.

Sebagian besar konsumen (88,33%) berstatus menikah sedangkan yang

(39)

unsur pengaruh dari pasangannya atau anggota keluarganya. Konsumen yang sudah

menikah relatif lebih hati-hati dan terencana dalam melakukan pembelian terhadap

suatu produk, sedangkan konsumen yang belum menikah relatif lebih bebas dalam

menentukan pilihan mengkonsumsi suatu produk.

Sebaran umur konsumen madu berturut-turut didominasi oleh kalangan umur

41-50 tahun (40,00%), 51-60 tahun (21,67%) dan 31-40 tahun (18,33%). Umur

mempengaruhi selera konsumen dalam memilih produk yang mereka gunakan

(Sumarwan, 2004). Konsumen yang berusia antara 41-50 tahun lebih mendominasi

karena umumnya pada usia tersebut konsumen sudah berkeluarga dan kehidupannya

mulai mapan. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa konsumen Apiari Pramuka

berada di rentang usia yang dianggap masih produktif untuk bekerja

(berpenghasilan). Sebagian besar konsumen yang berusia 41-50 tahun bekerja

sebagai pegawai swasta (58,33%) dan PNS (20,83%).

Tabel 6 memperlihatkan bahwa sebagian besar konsumen berpendidikan S1

keatas (68,33%). Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi cara berpikir, cara

pandang bahkan persepsi terhadap suatu produk (Sumarwan, 2002). Konsumen yang

memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik relatif lebih responsif terhadap

informasi, apalagi didukung oleh pekerjaan sebagai pegawai swasta (56,67%) dan

PNS (23,33%) yang memiliki pendapatan memadai lebih dari lima juta rupiah per

bulan untuk membeli madu yang cukup mahal yaitu Rp 100.000/kg. Sebagian besar

konsumen yang bekerja sebagai pegawai swasta berpenghasilan lebih dari lima juta

rupiah per bulan (55,88%) dan lebih dari tiga sampai lima juta rupiah per bulan

(23,53%). Konsumen yang bekerja sebagai PNS sebagian besar juga berpenghasilan

lebih dari lima juta rupiah per bulan (78,57%).

Perolehan Informasi dan Tingkat Pengetahuan Konsumen Mengenai Madu Perolehan Informasi Mengenai Madu

Perolehan dan tingkat kepentingan informasi madu bagi konsumen dapat

dilihat pada Tabel 7. Konsumen pada umumnya sudah mengetahui istilah madu sejak

Sekolah Dasar (88,33%). Sebagian besar (80,00%) mengetahuinya dari keluarga.

Jumlah konsumen yang mengetahui istilah madu dari sekolah, teman dan iklan hanya

(40)

Tabel 7. Perolehan dan Tingkat Kepentingan Informasi Madu

Perolehan dan tingkat kepentingan informasi madu Jumlah Orang % Waktu pertama sekali konsumen mengetahui istilah madu

SD 53 88,38

SMP 4 6,67

SMA 1 1,67

Kuliah 2 3,33

Sumber pertama sekali konsumen mengetahui istilah madu

Keluarga 36 80,00

Sekolah 6 15,00

Teman 1 1,67

Iklan 2 3,33

Tingkat keseringan konsumen mencari informasi tentang madu

Sangat sering 0 0,00

Sering Alasan

Ingin mengetahui nutrisi madu (8,00%) Ingin mengetahui manfaat madu (84,00%) Informasi tentang madu masih kurang (4,00%) Madu tertulis di kitab suci (4,00%)

25 41,67

Kadang-kadang 0 0,00

Jarang 35 58,33

Tidak pernah 0 0,00

Tingkat kepentingan informasi tentang madu bagi konsumen Sangat penting

Alasan

Sangat bermanfaat bagi kesehatan (100%)

4 6,67

Penting Alasan

Bermanfaat bagi kesehatan (85,45%)

Agar dapat membedakan madu palsu (5,45%) Madu tertulis di Al Qur’an (1,82%)

Tidak menyebutkan alasan (7,27%)

55 91,67

Ragu-ragu 1 1,67

Tidak penting 0 0,00

Sangat tidak penting 0 0,00

Tampaknya informasi yang diperoleh sejak kecil dirasa sudah cukup oleh

sebagian besar konsumen (58,33%) sehingga mereka jarang mencari informasi

tambahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Engel et al. (1995), yaitu bahwa konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang

(41)

dimiliki untuk mengambil keputusan pembelian, sedangkan konsumen yang

memiliki kepribadian yang senang mencari informasi akan meluangkan waktu

untuk mencari informasi yang lebih banyak.

Sebagian konsumen (41,67%) masih sering mencari informasi tambahan

terutama konsumen yang pendidikannya cukup tinggi (S1-S3). Hal ini sesuai dengan

pendapat Sumarwan (2002) yakni konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih

baik akan lebih responsif terhadap informasi. Konsumen memberikan respon

terhadap kurangnya informasi madu dengan cara mencari informasi tambahan.

Sebagian besar alasan konsumen menyatakan sering mencari informasi

tentang madu adalah karena mereka ingin mengetahui manfaatnya (84,00%),

sedangkan alasan lainnya adalah ingin mengetahui nutrisinya (8,00%), masih

kekurangan informasi tentang madu (4,00%) dan madu tertulis di kitab suci (4,00%).

Hal ini sesuai dengan teori Sumarwan (2002) yang menyatakan bahwa umumnya

konsumen lebih ingin mengetahui atribut manfaat suatu produk daripada atribut zat

makanan yang terdapat di dalamnya. Konsumen bisa saja tidak mengetahui zat

makanan apa saja yang terdapat dalam madu tetapi mereka tahu bahwa madu

memiliki manfaat, atau walaupun mereka mengetahui zat makanan yang terdapat

dalam madu tetapi mereka bisa saja tidak memahami maknanya. Hal tersebut juga

menunjukkan bahwa tampaknya konsumen yang merasa kurang mengetahui

informasi tentang madu memiliki kepribadian yang senang mencari informasi dan

mau meluangkan waktu untuk mencari informasi yang lebih banyak.

Hampir semua (91,67%) konsumen berpendapat bahwa informasi tentang

madu penting, bahkan 6,67% menyatakan sangat penting. Alasan utama konsumen

menyatakan informasi madu penting adalah karena madu bermanfaat bagi kesehatan

(85,45%), sedangkan sebagian kecil alasan lainnya adalah agar dapat membedakan

madu palsu (5,45%) dan madu tertulis di kitab suci Al Qur’an (1,82%). Hal ini sesuai

dengan pendapat konsumen sebelumnya yaitu bahwa mereka sering mencari

informasi tentang madu karena merasa penting untuk mengetahui manfaatnya.

Tingkat Pengetahuan Konsumen Mengenai Madu

Tingkat pengetahuan konsumen mengenai jenis madu, manfaat, zat makanan

(nutrien) terbesar, keaslian dan penyimpanan madu disajikan pada Tabel 8. Tabel 8

(42)

banyak daripada konsumen yang tidak mengetahui. Pengetahuan konsumen yang

paling menonjol adalah jenis-jenis madu (88,34%) dan cara penyimpanan madu

(65,00%), sebaliknya tingkat pengetahuan terhadap zat makanan terbesar dalam

madu (35,00%), manfaat madu (42,12%) dan cara penyimpanan madu (30,00%)

tergolong rendah.

Tabel 8. Tingkat Pengetahuan Konsumen Mengenai Madu

Pengetahuan Tingkat pengetahuan (%)

ST T R TT STT Total

Jenis-jenis madu 6,67 81,67 5,00 6,67 0,00 100,00

Zat makanan terbesar dalam

madu 8,33 26,67 15,00 50,00 0,00 100,00

Manfaat madu 2,53 39,59 4,70 52,95 0,23 100,00

Cara membedakan madu

asli dan palsu 0,00 30,00 15,00 50,00 5,00 100,00

Cara menyimpan madu 0,00 65,00 6,67 28,33 0,00 100,00

Rata-rata 5,15 48,30 10,92 34,42 1,08 100,00

Keterangan: ST = sangat tahu; T = tahu; R = ragu-ragu; TT = tidak tahu; STT = sangat tidak tahu

Pengetahuan jenis-jenis madu. Tabel 8 menunjukkan sebagian besar konsumen (88,34%) mengetahui bahwa madu berjenis-jenis. Adapun jenis-jenis madu yang

mereka ketahui seperti terlihat pada Tabel 9 adalah madu hutan (5,00%), super

(41,67%), royal jelly (5,00%), klengkeng (11,67%), kapuk (13,33%), propolis, apel, karet, kopi, sonokeling dan mangga masing-masing 3,33%, sedangkan rambutan dan

mahoni masing-masing 1,67%.

Tabel 9. Jenis-jenis Madu yang Dikenal oleh Konsumen

Jenis-jenis madu Jumlah

(43)

Madu yang paling umum dikenal oleh konsumen adalah madu super, yaitu

madu kapuk yang dicampur dengan pollen dan royal jelly. Penambahan pollen dan

royal jelly dalam madu menjadi daya tarik bagi konsumen sehingga mereka lebih

mengenal madu ini. Konsumen menyatakan bahwa selain merasakan manfaat madu,

mereka juga sekaligus dapat merasakan manfaat pollen dan royal jelly. Pollen dapat berfungsi sebagai sumber protein, lemak dan karbohidrat, sedangkan royal jelly dapat berfungsi sebagai sumber protein dan vitamin ( B1, B2, B6, B12, C, A dan K)

(Sihombing, 2005).

Jenis madu yang paling jarang dikenal oleh konsumen adalah madu

rambutan, mahoni, propolis, apel, karet, kopi, sonokeling dan madu mangga. Jadi, sebagian besar konsumen sudah mengetahui kalau madu berjenis-jenis, namun tidak

semua jenis madu mereka kenal. Oleh karena itu, pengenalan jenis-jenis madu perlu

dilakukan lebih luas kepada konsumen.

Pengetahuan zat makanan yang terdapat dalam madu. Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah konsumen yang tidak mengetahui zat makanan terbesar dalam madu

(50,00%) lebih banyak daripada konsumen yang mengetahui (35%). Konsumen yang

menyatakan tahu zat makanan terbesar dalam madu memberikan jawaban yang

berbeda-beda. Sebanyak 42,86% konsumen diantaranya menyatakan karbohidrat

merupakan zat makanan terbesar dalam madu, 23,81% konsumen menyatakan

protein dan 33,33% konsumen menyatakan vitamin.

Zat makanan terbesar dalam madu adalah karbohidrat (Sihombing, 2005;

Bognadov, 2010; Suarez et al., 2010). Madu mengandung sekitar 80% karbohidrat, sedangkan jumlah protein dan vitamin kurang dari 0,5% (Suarez et al., 2010). Unsur karbohidrat terbesar dalam madu adalah monosakarida yaitu fruktosa dan glukosa,

mencapai 85-90% dari total karbohidrat sedangkan disakarida, oligosakarida dan

polisakarida hanya sebagian kecil (Sihombing, 2005). Oleh karena itu, hanya 15%

konsumen yang mengetahui zat makanan terbesar dalam madu dengan benar.

Pengetahuan manfaat madu. Tingkat pengetahuan konsumen tentang manfaat madu sangat terbatas. Hal ini didukung dari hasil penelitian yang disajikan pada

Tabel 10. Tabel 10 memperlihatkan bahwa dari 14 manfaat madu yang ditanyakan,

hanya 5 manfaat madu yang paling banyak diketahui konsumen yaitu meningkatkan

(44)

campuran bahan pangan (78,33%) dan anti mutagenik (73,33%). Manfaat lain seperti

yang tercantum pada Tabel 10 kurang diketahui oleh konsumen. Pengamatan ketika

wawancara menunjukkan bahwa setelah mengetahui berbagai manfaat madu seperti

yang tercantum dalam kuesioner, konsumen memberikan reaksi yang positif untuk

lebih meningkatkan konsumsi madu. Hal ini mengindikasikan bahwa informasi

tentang madu yang mudah diakses diperlukan untuk meningkatkan konsumsi.

Tingkat pengetahuan konsumen terhadap berbagai manfaat madu dapat dilihat pada

Tabel 10.

Tabel 10. Tingkat Pengetahuan Konsumen terhadap Manfaat Madu

No Manfaat Tingkat Pengetahuan (%)

ST T R TT STT Total

8 Anti mikroba 6,67 26,67 13,33 53,33 0,00 100,00

9

Meningkatkan kadar hemoglobin darah

8,33 23,33 25,00 43,33 0,00 100,00

10 Obat luka 8,33 23,33 20,00 48,33 0,00 100,00

11 Apiterapi 0,00 26,67 15,00 58,33 0,00 100,00

12 Anti oksidan 5,00 20,00 15,00 60,00 0,00 100,00

13 Anti tumor 5,00 20,00 20,00 55,00 0,00 100,00

14 Anti kanker 3,33 20,00 13,33 63,33 0,00 100,00

Keterangan : ST= sangat tahu; T =tahu; R =ragu-ragu; TT=tidak tahu; STT=sangat tidak tahu

Madu dapat berfungsi meningkatkan kekebalan tubuh (Bognadov, 2010;

Suarez et al., 2010) karena mampu meningkatkan B-limfosit dan T-limfosit serta mengaktivasi neutrofil dalam tubuh. Zat makanan terbesar dalam madu adalah

karbohidrat, terutama fruktosa dan glukosa (Sihombing, 2005; Bognadov, 2010;

Suarez et al., 2010). Fruktosa dan glukosa selama proses pencernaan, dapat dengan cepat ditransportasikan ke dalam darah sehingga cepat pula dimanfaatkan tubuh

Gambar

Tabel 1. Komposisi Kimia Madu Amerika Serikat dan Indonesia
Tabel 2. Jumlah Karbohidrat, Protein, Lemak, Mineral dan Vitamin dalam 100 g Madu
Tabel 3. Rataan Komponen Madu dari Beberapa Jenis Tumbuhan
Tabel 4. Standar Nasional Mutu Madu di Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kehidupan masyarakat kota pada umumnya satu sama lain tidak saling mengenal dan nteraksi-interaksi mereka didasari oleh kepentingan dan kebutuhan, sehingga media massa telah

Pengadaan Barang/Jasa kategori Pekerjaan Konstruksi metode pengadaan E-Lelang Pemilihan Langsung secara Pascakualifikasi Metode Satu File dengan Evaluasi Sistem Gugur

Graha Sarana Gresik yang memiliki 10 urusan unit dengan bidang yang berbeda-beda dan total omzet lebih dari 5 miliyar rupiah setiap bulannya seharusnya memiliki suatu sistem

Terimakasih atas semua momen kebahagiaan dan kebersamaan yang telah kita lewati bersama, segala kebodohan, bantuan, semangat, dan motivasi yang tiada henti kalian

Pada kondisi ini, tahap awal untuk berkonsultasi mengenai kasus baru tersebut, yaitu tenaga medis nondokter hanya memasukkan gejala yang terdapat pada sistem,

Melalui penanda dan petanda yang terdapat dalam adegan tersebut, maka peneliti menemukan salah satu bentuk nilai toleransi agama yangditunjukkan oleh Philipus Brown,

Tujuan: Mengetahui bagaimana pengaruh penyuluhan dampak pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol pada siswa kelas VIII di