• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wilayah Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di Kelompok Wanita Tani (KWT) P4S (Pusat Pelatihan

Pertanian Pedesaan) Nusa Indah berada di Desa Sukamantri, Kecamatan Tamansari,

Kabupaten Bogor. Berada pada ketinggian 700 mdpl, dengan suhu berkisar 25°C -

32°C, curah hujan 500 mm/th.

Aksesibilitas kecamatan ini terhadap ibukota kabupaten sejauh 40 km, dengan

ibu kota Provinsi Jawa Barat sejauh 120 km dan dengan ibukota negara RI sejauh 96

km. Luas wilayah Kecamatan Tamansari ini adalah 30.956,95 ha. Komposisi lahan

wilayah ini terdapat pada diagram lingkaran Gambar 7.

Tanah saw ah Tegalan Perkebunan negara Perkebunan rakyat Lap OR Rekreasi Kuburan Saw ah Bengkok Tanah kering bengkok

Gambar 7. Diagram Lingkaran Komposisi Wilayah Kecamatan Tamansari Tahun 2005.

Kecamatan Tamansari berbatasan dengan wilayah lain di sekitarnya, yaitu:

Utara : Kecamatan Ciomas

Timur : Kecamatan Cijeruk

Selatan : Kabupaten Sukabumi

Kondisi Sosial-Ekonomi

Jumlah penduduk Kecamatan Tamansari adalah 78.261 jiwa dengan

penduduk laki-laki 39.457 jiwa dan penduduk wanita 38.804 jiwa, dengan 17.999

KK. Pengelompokan penduduk berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Usia Th 2005

No. Kelompok Usia Jumlah Penduduk

(orang) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 0-4 tahun 5-9 tahun 11-14 tahun 15-19 tahun 20-24 tahun 25-29 tahun 30-34 tahun 35-39 tahun 40 tahun ke atas 6.439 6.841 6.956 6.276 6.654 5.808 5.108 4.752 4.323

Sumber: Demografi Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, 2005.

Dari tabel di atas terlihat bahwa porsi terbesar ada pada usia muda (di bawah

20 tahun), seperti dalam grafik pada Gambar 8.

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 0-4 th 5-9 th 11-14 th 15-19 th 20-24 th 25-29 th 30-34 th 35-39 th 40 th up Kelompok usia

Gambar 8. Grafik Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia.

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk

(orang) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Belum sekolah Tidak tamat sekolah Tamat SD/sederajat Tamat SLTP/ sederajat Tamat SLTA/ sederajat Tamat Akademi/sederajat Tamat PT/sederajat Buta Huruf 442 266 24322 6943 6870 0 0 1973 Sumber: Demografi Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, 2005.

Jumlah penduduk paling banyak ada pada tamatan SD/sederajat, tidak ada

penduduk Kecamatan Tamansari yang tamat akademi atau perguruan tinggi, sampai

tahun 2005 bulan Desember.

Lokasi P4S Tamansari Kabupaten Bogor

Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Wanita Tani (KWT) dengan lembaga

yang menaunginya yaitu Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa

Indah, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. P4S Nusa Indah awalnya adalah

kelompok tani yang berkumpul dan mendirikan Kelompok Wanita Tani (KWT) Nusa

Indah. KWT Nusa Indah berdiri pada tahun 1996 kemudian berubah menjadi P4S

Nusa Indah pada tahun 2002, yang diketuai oleh Ibu Cucu Komalasari dengan

anggota berjumlah 20 orang. P4S mempunyai beberapa unit usaha, seperti ada pada

Tabel 5.

P4S adalah lembaga yang dibentuk oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan di

tingkat Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota, dimana fungsinya adalah untuk

mengkoordinir petani dalam suatu kelompok dengan kegiatan yang terintegrasi

P4S unggulan yaitu P4S Nusa Indah Tamansari, P4S Kaliwung Kalimuncar Cisarua,

P4S Melati Rancabungur dan P4S Karya Mekar di Cengal.

Tabel 5. Unit Usaha di P4S Nusa Indah Tamansari, Bogor Tahun 2002.

No Unit Usaha Jumlah Anggota

1 2 3 4 5

Jamur Tiram Putih Tanaman Hias

Poh-pohan (Tanaman Obat) Tanaman Keras Ikan Lele 20 40 80 50 20 Total 210

Dalam tubuh P4S memiliki pengurus yang cukup sederhana namun mencakup

seluruh kegiatan yang ada di dalam P4S. Susunan Pengurus P4S Nusa Indah

Tamansari adalah seperti pada Gambar 9.

Penasehat/UPTD

Ir. Awal Kusumah MSc

Pembina

Camat dan Dinas Terkait

Pengelola Cucu Komalasari Sekretaris Hayya Amalia Andi Bendahara Mustofa Seksi SDM Herie Hermawan Nasarudin Umam Mansur Sutisna Yuyun Seksi Teknologi Ibu Mimin Nurkim M. Yusuf Idam Nanang Seksi Produksi Saepuloh.A Siti Maryam Wulan Herman Seksi Pemasaran Andri M.H Adang Suryadi

Gambar 9. Susunan Pengurus Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.

Analisis Finansial Biaya

Biaya-biaya yang dibutuhkan dalam usaha tani meliputi biaya awal/ modal

awal, proses produksi dan pemeliharaan. Modal awal merupakan biaya pembangunan

kumbung dan sewa lahan, proses produksi meliputi pembelian bahan-bahan produksi,

upah pekerja dan BBM. Pemeliharaan meliputi gaji pegawai dan listrik, rincian

biaya tahunan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Analisis finansial dari dua komunitas tersebut menunjukkan nilai positif.

Komponen biaya dari kedua komunitas dengan mencari rata-rata dari dua

respondennya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Biaya Produksi Jamur Tiram Putih.

Lokasi Biaya Produksi rata-rata/Baglo g Jumlah Produksi rata-rata/Th (Baglog/T h) Persentase Jumlah Produksi (%) Biaya Produksi rata-rata/Th Persentase Biaya Produksi (%) P4S Rp. 402,5 20.750 24 Rp. 8.351.875 30 Kertawang i Rp. 313,5 64.300 76 Rp. 20.158.050 70 Total 85.050 100 Rp. 28.509.925 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa biaya produksi per tahun di P4S lebih

tinggi dibandingkan Kertawangi tetapi rata-rata produksi per tahun lebih tinggi

Kertawangi dibandingkan P4S, sehingga biaya produksi per baglog lebih tinggi P4S

daripada Kertawangi. Beberapa informasi yang bisa diambil dari keterangan di atas

1. Bahwa produktifitas di Komunitas Kertawangi lebih tinggi 52% dibandingkan

komunitas P4S, hal ini karena pada Kertawangi pengelolaannya lebih profesional

dan terintegrasi sehingga proses produksi berjalan secara terus menerus,

sedangkan di P4S pengelolaannya lebih pada proyek dan individual, sehingga

proses produksinya mengalami fluktuasi.

2. Bahwa dengan usaha yang terpadu dalam satu komunitas (dalam hal ini adalah

Kertawangi) dapat menekan biaya produksi sebesar 40%.

Dari data di atas dapat diambil unsur kekuatan, kelemahan dan peluang dari

komunitas Kertawangi dan munculnya kelemahan dan ancaman dari komunitas P4S.

Pertama komunitas Kertawangi:

1. Kekuatan, adalah:

a. Pengelolaan yang profesional, dimana distribusi pekerjaan (job distribution)

diberikan kepada orang tertentu sehingga pertanggungjawabannya jelas, bukan

pembagian pekerjaan yang tidak jelas kepada siapa dan bertanggungjawab kepada

siapa.

b. Biaya produksi yang dapat ditekan dengan pembelian bahan baku secara kolektif.

c. Biaya produksi yang rendah memungkinkan harga jual jamur segar yang rendah

juga, sehingga hal ini akan menjadi kekuatan persaingan harga pasar.

2. Kelemahan:

Biaya produksi rendah yang memungkinkan harga jual yang rendah juga dapat

menjadi kelemahan bagi petani yaitu pendapatan per kilogram yang rendah juga.

Namun hal ini bisa diatasi dengan jumlah produksi yang tinggi.

a. Biaya produksi yang rendah akan memberi kemampuan kepada petani untuk

semakin meningkatkan kuantitas produksi, sehingga hal ini akan membuka

peluang terpenuhinya kebutuhan pasar.

b. Biaya produksi yang rendah juga memberi peluang bagi petani lain yang berada di

dalam komunitas tersebut untuk mengembangkan usahanya, sedangkan untuk

petani yang berada di luar komunitas tersebut dapat bekerja sama dengan membeli

baglog yang diproduksi oleh komunitas Kertawangi.

Komunitas P4S memiliki biaya produksi lebih tinggi, oleh karenanya muncul

kelemahan, peluang dan ancaman, yaitu:

1. Kelemahan:

a. Biaya yang tinggi akan memungkinkan rendahnya pendapatan bersih (bisa

dilihat pada sub bab analisis pendapatan).

b. Biaya yang tinggi disebabkan oleh mahalnya pembelian bahan baku, karena

dilakukan oleh perorangan dan oleh karena produktifitas yang rendah.

2. Peluang:

a. Biaya yang tinggi membuka peluang untuk peningkatan teknologi dengan

biaya yang lebih murah.

b. Biaya yang tinggi juga membuka peluang untuk menjual jamur segar dengan

harga tinggi, tetapi hal ini akan menimbulkan ancaman lain (dapat dilihat pada

elemen ancaman).

3. Ancaman.

a. Biaya tinggi dapat menyebabkan proses produksi terhenti.

c. Biaya produksi yang tinggi juga menyebabkan terhambatnya kerjasama dengan

petani dari luar komunitas karena harga jual baglog yang tinggi.

d. Biaya produksi yang tinggi diakibatkan meningkatnya harga BBM yang

merupakan komponen biaya tertinggi. Oleh karena itu kondisi ekonomi makro

juga bisa menjadi ancaman jika tidak kondusif.

Pendapatan

Penerimaan yang dihitung disini meliputi penjualan jamur segar, kecuali pada

ketua P4S memiliki penerimaan dari penjualan baglog dan fee pelatihan jamur

(Lampiran 3).

Panen jamur tiram putih memiliki siklus kurva yang menyerupai sebaran

normal, artinya pada awal masa panen hasilnya kecil semakin lama semakin besar

dan setelah melewati waktu dua bulan jumlah produksi akan menurun kembali, hal

ini bisa dilihat pada Gambar 10.

1 2 3 4

Gambar 10. Siklus Panen Jamur Segar Tiram Putih (Fakultas Pertanian, UNWIM,

Bulan

2002).

Produksi jamur tiram putih sangat tergantung dengan siklus produksi seperti

pada bulan-bulan kering produksi akan menurun. Penerimaan pendapatan tersebut

dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penerimaan Pendapatan Petani Jamur Tiram Putih Per Tahun (Juni 2005 – Mei 2006)

Pendapatan Petani Jamur/Th (Rp.)

No Bulan, tahun P4S Kertawangi 1 Juni 2005 900.000 2.060.400 2 Juli 2005 1.106.250 5.770.975 3 Agustus 2005 2.124.250 4.133.250 4 Sept 2005 2.635.250 3.997.200 5 Okt 2005 3.593.070 11.114.000 6 Nov 2005 3.916.660 11.867.125 7 Des 2005 4.071.500 11.044.400 8 Jan 2006 3.680.400 10.453.750 9 Febr 2006 1.728.450 7.103.750 10 Maret 2006 728.250 3.089.000 11 April 2006 1.519.500 3.220.200 12 Mei 2006 1.599.125 1.726.250 Total 27.602.705 75.580.300 Total 2 Komunitas 103.183.005 Persentase Pendapatan (%) 27 73

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Kertawangi memiliki nilai pendapatan

rata-rata per tahun lebih tinggi dibandingkan P4S, selisihnya adalah sebesar (73-27)

= 45% dari nilai pendapatan total kedua komunitas tersebut. Hal ini disebabkan oleh:

1) orientasi usaha tani P4S bukan hanya mendapatkan hasil yang tinggi tetapi

orientasinya lebih kepada pembelajaran, 2) unit usaha yang dikelola oleh P4S bukan

hanya jamur tiram putih, sehingga pengawasan dan koordinasi dari ketua P4S

kurang, 3) berkurangnya anggota P4S di unit usaha jamur tiram putih karena

meningkatnya biaya produksi sehingga banyak anggota yang berhenti, 4) tidak

Analisis pendapatan tersebut di atas, pada P4S memunculkan faktor-faktor

yang mempengaruhi dan dipengaruhi yang berupa kekuatan, kelemahan dan peluang,

yaitu:

1. Kekuatan:

Pendapatan komunitas P4S sepenuhnya menjadi hak milik petani tanpa ada

pembagian hasil dengan pihak pemodal.

2. Kelemahan:

a. Pendapatan (reward) merupakan salah satu penyebab berjalannya suatu

kerjasama antara principal dan agent, tetapi jika ini tidak diperoleh akan

mengurangi motivasi berusaha.

b. Rendahnya pendapatan karena rendahnya produktifitas, hal ini disebabkan

oleh produksi P4S bersifat fluktuatif, tergantung kebutuhan pelatihan.

c. Orientasi P4S yang hanya mengedepankan pembelajaran sehingga

mengurangi visi untuk berusaha.

d. Lembaga P4S Nusa Indah memiliki 5 unit usaha, sehingga konsentrasi

pengurus P4S tidak fokus pada unit usaha jamur tiram putih.

3. Peluang:

a. P4S adalah lembaga swadaya masyarakat yang dibina oleh pemerintah,

sehingga hal ini menjadi peluang bagi P4S untuk dapat mengakses program

pemerintah dengan lebih baik.

b. Lembaga ini merupakan lembaga pelatihan berbasis pertanian pedesaan,

sedangkan lahan garapan bidang pertanian cukup luas, dengan luas wilayah

didominasi oleh tanah kering bengkok dan sawah (Gambar 7). Tenaga kerja

buta huruf 1973 jiwa (Tabel 3), sehingga bisa dikatakan tenaga kerja ini

kurang keahlian di bidang teknologi dan pendidikan. Hal ini menjadi peluang

bagi P4S untuk memberdayakan mereka untuk dapat meningkatkan

produktifitas.

Sedangkan, pada komunitas Kertawangi faktor-faktor yang mempengaruhi

dan yang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan adalah:

1. Kekuatan:

a. Pendapatan tinggi karena produktifitas tinggi dan biaya produksi rendah.

b. Pendapatan yang tinggi menjadi reward yang baik, sehingga memberikan

motivasi berusaha kepada petani dan melancarkan hubungan dengan pemodal.

2. Peluang:

a. Pengembangan usaha di tempat lain atau pada produk lain yang sejenis.

b. Menampung tenaga kerja lebih banyak lagi.

c. Pasar masih terbuka luas, termasuk pasar internasional.

Analisis Finansial

Kriteria analisis finansial secara komunitas diambil dengan merata-ratakan

nilai kriteria tersebut dari dua responden pada masing-masing komunitas. Hal ini

dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Analisis Finansial Usaha Jamur Tiram Putih.

IRR (%) BCR

No Lokasi

Penelitian Personal Kumulatif Personal Kumulatif

1 P4S 48,33 49,70 2,03 36,39

2 Kertawangi 49,00 51,30 2,45 63,61

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kedua komunitas layak secara

finansial, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis aspek finansial H0 diterima. Dari data

tersebut dapat dikatakan bahwa komunitas Kertawangi lebih layak usahanya

dibandingkan dengan komunitas P4S Nusa Indah, hal ini dimungkinkan karena

tingkat produksi Kertawangi lebih tinggi sehingga pendapatannya lebih tinggi,

disamping itu komunitas yang bekerja bersama (action communal) lebih mampu

menciptakan usaha yang terjaga keberlangsungannya dan mampu menciptakan

kondisi ekonomi yang adil (fairness economic).

Kondisi di atas memunculkan faktor-faktor yang dipengaruhi dan yang

mempengaruhi keberlangsungan produksi. Faktor-faktor tersebut dijabarkan dalam

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Pada komunitas P4S:

1. Kekuatan:

a. Modal hibah merupakan kelebihan bagi petani.

b. BEP yang kecil (Lampiran 4) menunjukkan bahwa usaha tani ini dapat

dilakukan oleh petani kecil.

2. Kelemahan:

a. Modal hibah bersifat fluktuatif, sehingga petani harus berusaha untuk

berswadaya, karena P4S tidak terbuka untuk investor dari luar.

b. Pengelolaan yang kurang integral mengakibatkan manfaat yang lebih kecil

dibandingkan komunitas Kertawangi.

c. Meningkatnya biaya produksi menyebabkan kecilnya manfaat yang diperoleh.

3. Peluang:

a. Usaha tani jamur tiram putih masih memungkinkan untuk dikembangkan.

4. Ancaman:

Kondisi ekonomi makro mempengaruhi biaya produksi dan pendapatan yang

diperoleh petani.

Pada komunitas Kertawangi terhadap kriteria finansial mempunyai

faktor-faktor berikut:

1. Kekuatan:

a. Nilai IRR yang tinggi menjadi tanda kemampuan perusahaan untuk

mengembalikan hutang atau investasi.

b. Orientasi integral dari petani menyebabkan tingginya nilai-nilai kriteria

finansial.

c. Adanya kinerja kelompok menyebabkan kegiatan produksi dapat terus

dilakukan, jika ada satu anggota tidak dapat membeli bahan baku maka

anggota yang lain akan meminjamkan bahan baku untuk diproduksi dan

hasilnya akan digunakan untuk mengembalikan bahan baku tersebut.

2. Kelemahan:

Modal dari investor mengharuskan petani bekerja dengan optimal untuk dapat

mengembalikan investasi yang diterima.

3. Peluang:

a. Nilai kriteria yang tinggi memungkinkan usaha tani dapat memperluas skala

usahanya.

b. Nilai kriteria yang tinggi dapat menarik investor luar lebih banyak lagi,

sehingga akan memperbesar kapasitas produksi.

a. Persaingan produk lain yang sejenis.

b. Perubahan kondisi ekonomi makro.

c. Sharing profit dengan investor, terkadang memberatkan petani.

Analisis Sensitivitas

Analisis yang dilakukan berdasarkan sifat usaha jamur yang terpengaruh oleh

musim, ketika musim penghujan panen akan berlimpah, menyebabkan harga pasar

turun, sehingga pendapatan juga akan turun. Penurunan pendapatan ini berkisar

antara 8 – 15 %, sehingga diambil nilai tengahnya yaitu 10%.

Pada kondisi lain terjadi kenaikan biaya produksi yaitu dari komponen bahan

bakar minyak yang naik sebesar 10 – 30 %, dan diambil nilai tengahnya yaitu 20%.

Pada penelitian ini kedua kondisi tersebut diasumsikan tidak terjadi secara

bersamaan.

Pada Lampiran 5 dan 6 dapat dilihat bahwa dengan analisis sensitivitas hasil

kriteria finansial tetap positif. Penurunan pendapatan sebesar 10% atau kenaikan

biaya produksi 20% tidak sensitif untuk mempengaruhi kondisi keuangan. Hal ini

berarti usaha jamur tiram putih masih tetap layak untuk dilanjutkan walaupun terjadi

penurunan harga jual sebesar 8 – 15 % dan kenaikan BBM sebesar 10 – 30 %.

Pada penelitian awal ditemukan bahwa banyak petani jamur yang berhenti

berproduksi dengan alasan meningkatnya biaya produksi dari komponen BBM,

ternyata setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan harga BBM rata-rata

20% tidak mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Hal tersebut bisa terjadi

karena petani tidak menggunakan perhitungan analisis finansial seperti yang

keuangan perusahaan. Kelemahan petani di dalam administrasi keuangan

menyebabkan kurang proporsional dalam perputaran keuangan. Hal ini menyebabkan

kurang terkontrolnya penggunaan keuangan atau arus cash (cash flow).

Analisis Kelembagaan

Analisis kelembagaan meliputi 3 aspek yaitu aspek batasan yurisdiksi,

property right dan aturan representatif. Data kelembagaan di lapangan dikategorikan

dalam dua pendekatan kelembagaan kemitraan, yaitu kelembagaan kemitraan

pemodalan dan kelembagaan kemitraan pemasaran.

Struktur kelembagaan yang ada di komunitas petani P4S memunculkan

hubungan dua tingkat. Hubungan tingkat pertama melibatkan pemerintah, dalam hal

ini adalah Dinas Pertanian dan Kehutanan, selaku principal dan petani yang

menjalankan proyek pemerintah selaku agent. Hubungan tingkat kedua ada dua

macam yang pertama adalah hubungan antara ketua kelompok tani dan anggotanya

dimana ketua selaku principal dan anggota selaku agent, yang kedua adalah

hubungan petani dan pedagang.

Kelembagaan Kemitraan Pemodalan

Kemitraan pemodalan yang terjadi pada masing-masing lokasi berbeda,

diantaranya:

1. Pada lokasi komunitas P4S, kemitraan pemodalan adalah antara pemerintah

sebagai principal dan petani sebagai agent. Modal yang diberikan adalah dana

kemudian dilanjutkan kepada anggota P4S sehingga disini ada hubungan

kemitraan antara ketua P4S sebagai principal dan anggota sebagai agent.

2. Pada lokasi komunitas Kertawangi, kemitraan pemodalan adalah antara investor

sebagai principal dan petani sebagai agent. Setiap anggota bebas memperoleh

investasi dari mana saja dan masing-masing anggota bertanggungjawab terhadap

investor masing-masing.

3. Batasan yurisdiksi dari masing-masing lokasi penelitian juga berbeda, yaitu:

Pihak-pihak yang terlibat pada lokasi komunitas P4S adalah instansi pemerintah

yang memiliki program budidaya jamur tiram putih, diantaranya Dinas Pertanian

dan Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Anggota P4S tidak terbatas, bisa dari

daerah Bogor atau dari luar daerah Bogor. Anggota disini adalah dua macam

yaitu anggota magang yang tidak terlibat modal dengan P4S dan anggota tetap

dalam satu wilayah kecamatan yang terkait dengan pemodalan.

Komunitas Kertawangi lebih fleksibel dalam pemodalan karena dapat

menampung investor dari mana saja, sedangkan anggota komunitas terbatas, yaitu

yang berada di Kampung Cipeusing, Desa Kertawangi. Kepemilikan property right)

dan aturan representatif dalam kemitraan pemodalan berbeda dari masing-masing

lokasi, diantaranya:

1. Komunitas P4S, hak dan kewajiban kelompok tani dapat diketahui dari peraturan

yang telah digariskan oleh pihak pemerintah. Jika dikaitkan dengan pemodalan,

sepenuhnya merupakan hak dari P4S dan kewajiban yang berkaitan dengan

pemodalan merupakan tanggung jawab pengurus P4S dan kewajiban pengurus

adalah memberikan laporan kepada pemerintah. Sedangkan anggota berhak

dengan kemampuan untuk dapat digulirkan kepada anggota yang lain. Dana

bantuan ini diberikan kepada anggota yang memiliki kemampuan untuk

mengelolanya, hal ini merupakan tugas dari pengurus P4S.

2. Komunitas Kertawangi mempunyai hak penuh atas modal yang diberikan

investor. Kewajibannya adalah memberikan bagi hasil ketika panen dan

mengembalikan investasi yang diberikan pada akhir masa investasi yang

disepakati. Pihak investor berhak meminta bagi hasil dan investasi yang

diberikan sesuai dengan kesepakatan. Kesepakatan antara petani dan investor

terkadang kurang diperhatikan oleh petani sehingga terjadi pembagian hasil yang

kurang seimbang antara petani dan investor.

Kelembagaan Kemitraan Pemasaran

Batasan yurisdiksi dalam kemitraan pemasaran dari ke empat responden

hampir sama, kecuali pada anggota P4S. Ada dua pola kemitraan yang terjadi yaitu

sistem jual borongan ke pedagang perantara (tengkulak) dan sistem jual langsung ke

pasar. Sistem jual ke pedagang perantara terjadi pada ketua P4S dan komunitas

Kertawangi. Pada dua lokasi tersebut pedagang adalah murni pedagang bukan

pemodal, sehingga petani bebas menjual hasil panennya. Sedangkan, anggota P4S

menggunakan sistem jual langsung ke pasar, alasannya tidak ada pedagang yang

datang karena hasil panennya sedikit (rata-rata 17 kg/hari) sehingga petani menjual

langsung ke pasar di kecamatan Tamansari.

Property right dan aturan representatif yang terjadi adalah sebagai berikut:

1. Petani di komunitas P4S memperoleh informasi pasar dari pedagang dan dari

dan pedagang tidak ada ikatan secara tertulis, namun secara tidak tertulis petani

terikat dengan satu pedagang, sehingga hal ini memunculkan adanya monopoli

perdagangan.

2. Komunitas Kertawangi memiliki kebebasan dalam menentukan pembagian hasil

panen untuk dijual kepada pedagang perantara karena ada beberapa pedagang,

sehingga tidak terjadi monopoli pedagang. Informasi pasar tidak dapat diakses

oleh petani secara langsung hal ini mengakibatkan pedagang dapat menentukan

harga di tingkat petani. Oleh karena itu perlu ditingkatkan kemampuan petani

daya tawar menawar harga jual.

Secara umum dua kelembagaan kemitraan di atas dapat dilihat kelebihan dan

kekurangannya seperti pada Tabel 9 (halaman 63). Dari Tabel 9 dan uraian ciri

kelembagaan yang terjadi menunjukkan bahwa semua ciri kelembagaan memiliki

kelebihan lebih banyak dari kekurangannya, sehingga hipotesis kedua (aspek

Tabel 9. Kelebihan dan Kekurangan Kelembagaan Kemitraan

1

1 Ada jaminan pasar 1

2

3

1 Investasi besar dan terbuka untuk siapa saja

Kerjasama dalam komunitas mampu menghasilkan produktifitas tinggi dan pendapatan tinggi, sehingga nilai analisis finansial juga tinggi

Manajemen perusahaan mandiri tanpa ada intervensi kebijakan dari pihak luar

2 2 3 1 2 3 1

Ada kemungkinan terjadi asimetris informasi harga pasar

Bebas menentukan pembagian hasil panen kepada tengkulak.

Ada keharusan mengembalikan modal

Komunitas yang menghasilkan produktifitas tinggi akan menjadi jaminan barang bagi pedagang, sehingga perdagangan juga lancar 2

3

1 Ada kemungkinan moral hazard ex

post dimana petani tidak jujur melaporkan hasil panennya

2 No Lokasi

Penelitian

Model

Pemodalan/ Kelebihan Kekurangan

Kemitraan Pemasaran Kekurangan Kelebihan Kemitraan Pemodalan 2. Kertawangi Investor/ Tengkulak 1. P4S Hibah/ Tengkulak dan jual langsung

Sistem jual ke tengkulak harga dan kualitas ditentukan tengkulak Tidak ada tolok ukur

untung/rugi Membantu petani kecil dengan modal tanpa bunga

1 2 Tidak ada keharusan balik

modal

Sangat tergantung kepada proyek, fluktuatif

Sistem jual ke tengkulak ada jaminan pasar dan tidak perlu ada uang transport.

Sistem jual langsung ada kemungkinan jamur tidak terjual habis

Kecenderungan terjadi moral

hazard ex post, manajemen tertutup Sistem jual langsung ke pasar tidak terjadi asimetris informasi harga pasar 2

Ada kemungkinan asimetris informasi dari pemerintah ke anggota P4S karena hubungan kemitraan bertingkat

Harga dan kualitas ditentukan tengkulak

Pihak pemerintah memandang keberadaan pedagang perantara (tengkulak)

Dokumen terkait