• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keadaan Umum Pantai Anyer

INDUSTRIALISATION VERSUS TOURISM AND FISHERIES DEVELOPMENTS IN BANTEN PROVINCE

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keadaan Umum Pantai Anyer

Secara geografis Provinsi Banten terletak di 8° LS, dekat dengan Barat dan pulau Sumatra, atau terletak di antara pulau Sumatra, Jawa-Barat dan Jakarta. Provinsi Banten mempunyai luas daratan sekitar 8.800,83 km2. Wilayah ini menyimpan kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya alam yang cukup potensial, antara lain keberadaan hutan produksi, lahan pertanian, pertambangan dan energi, yang sudah dan belum dimanfaatkan. Sebagai contoh, sumberdaya mineral, yang telah diusahakan antara lain zeolit, bentonit, sirtu, pasir kuarsa, batu gamping, felspar, bondclay, lempung, fosfat, toseki, kalsedon, opal, kayu

130

terkersikan, marmer, pasir laut, emas, dan batubara. Sumberdaya energi alternatif yang belum dimanfaatkan, antara lain energi fosil (batubara), panas bumi, tenaga air, biomassa, tenaga surya, tenaga angin di wilayah pantai selatan, dan energi gelombang laut.

Gambar 1. Sketsa Daerah Studi, Provinsi Banten.

Sementara itu, wilayah pesisir dan laut Provinsi Banten dengan luas perairan 11.134,22 km2 (belum termasuk perairan nusantara/teritorial dan ZEEI yang dapat dimanfaatkan), dengan panjang garis pantai 509 km, serta 55 pulau-pulau kecil dan pulau terluar, menyimpan kekayaan dan keragaman sumberdaya pesisir dan laut. Potensi sumberdaya perikanan tangkap laut dengan produksi tahun 2004 yang sebesar 76.324,50 ton baru dimanfaatkan 82,09% dari potensi lestari di wilayah perairan Kabupaten Pandeglang (92.971 Ton), sehingga belum memperhitungkan potensi lestari wilayah perairan lainnya. Potensi sumberdaya perikanan budidaya, seperti budidaya laut (KJA dan rumput laut) di pantai utara dan pantai barat, serta lahan tambak hingga tahun 2005 baru dimanfaatkan sekitar 58,2% (8.010,55 Ha) dari potensi 13.768,9 Ha.

Namun dibalik potensi sumberdaya perikanan diatas ternyata kerusakan habitat ekosistem di wilayah pesisir dan laut, yang mendukung produksi tersebut semakin meningkat, khususnya di wilayah pantai utara dan barat. Berbagai jenis kerusakan tersebut antara lain disebabkan oleh peristiwa alam, abrasi dan akresi di Kabupaten Tangerang dan Serang. Kerusakan yang dipengaruhi oleh

131 aktivitas manusia antara lain sedimentasi daerah pesisir (pantai) di Kabupaten Tangerang dan Serang, kerusakan dan konversi hutan mangrove di pantai utara khususnya akibat pengembangan lahan tambak dan praktek produksi yang tidak ramah lingkungan. Sumber pencemaran juga berasal dari berbagai kegiatan di laut, terutama dari kegiatan perhubungan laut dan kapal pengangkut minyak, sebagaimana pada tahun 2003 beberapa kasus yang ditanggulangi seperti tumpahan minyak kapal tangki di Binuangeun dan di Cilegon. Sementara praktik-praktik penangkapan ikan yang merusak dan ilegal (illegal fishing) serta penambangan terumbu karang diperkirakan masih terjadi yang memperparah kondisi habitat ekosistem pesisir dan laut (RPJM Prov. Banten 2007-2012).

Terkait dengan potensi sumberdaya alam di wilayah Banten, tampaknya potensi ini tidak lepas dengan kondisi iklim di wilayah tersebut. Untuk diketahui, seperti wilayah di Indonesia lainnya, wilayah Banten beriklim tropis dengan 2 musim, yaitu hujan dan kemarau, dengan suhu udara rata-rata 28°C. Bagian selatan Banten merupakan daerah berbukit yang landai, sementara bagian utara merupakan daerah dataran rendah/pantai. Pantai ini diketahui cukup potensial untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata bahari. Salah satu daerah pantai tujuan wisata bahari yang cukup terkenal di Provinsi Banten adalah pantai Anyer.

3.2. Anyer Sebagai Daerah Tujuan Wisata

Anyer pada mulanya merupakan sebuah desa kecil, yang sunyi, namun kini berubah menjadi daerah tujuan wisata. Hal ini karena pantainya yang indah berpasir putih dan adanya sejumlah tempat rekreasi, terutama wisata air seperti, surfing, diving, dan lainnya (Gambar 2). Sebenarnya di Banten terdapat beberapa pantai atau tempat wisata bahari yang banyak diminati oleh para wisatawan, baik yang berasal dari Jakarta maupun daerah lainnya. Disamping Pantai Anyer, masih ada beberapa lokasi pantai lainnya yang juga diminati para wisatawan, diantaranya adalah Pantai Carita, Pantai Karang Bolong dan Pantai Tanjung Lesung. Secara administratif, pantai-pantai tersebut terletak di Provinsi Banten, tetapi dibawah kabupaten yang berbeda. Pantai Anyer dan Pantai Karang Bolong terletak di Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang. Sementara, Pantai Carita dan Pantai Tanjung Lesung terletak di Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang. Pantai-pantai yang indah dan layak untuk kunjungan wisata ini pada hakekatnya tidak hanya terletak

132

di kedua lokasi pantai itu saja, akan tetapi juga di lokasi-lokasi lainnya. Walaupun bisa jadi lokasi-lokasi tersebut adalah masih termasuk di dalam kawasan pantai yang disebut sebelumnya. Sebagai contoh, tempat wisata pantai Anyer terdiri dari sejumlah pantai, a.l. Pantai Sambolo, Pantai Marbella, Pantai Cibeureum, Pantai Marina, Pantai Pasir Putih Florida, dan Pantai Jambu. Karena kondisi pantainya yang landai, maka pantai-pantai ini selalu ramai dikunjungi para wisatawan, terutama pada saat liburan. Sarana wisata yang tersedia di pantai-pantai tersebut umumnya berupa penyediaan tempat atau sarana untuk berenang dan bermain pasir di pantai, snorkeling, diving, jetski, banana boat, paraceiling, selancar air (surfing), dan lainnya. Disamping itu, termasuk diantaranya adalah jalan-jalan santai atau jogging di sepanjang pantai, atau bahkan sekedar bersantai di area pantai tersebut sambil dipijat.

Gambar 2. Riak gelombang merangsang pengunjung untuk berselancar. Berdasarkan hasil laporan dari Pemerintah Kabupaten Serang (2012), jumlah kunjungan wisata di Kabupaten Serang, baik wisnus (wisatawan nusantara) maupun wisman (wisatawan manca negara) cenderung naik atau terus menaik dari tahun ke tahun semenjak wilayah ini menjadi bagian dari Provinsi Banten (Tabel 1).

Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisata di Kabupaten Serang.

Jenis Wisatawan Jumlah Kunjungan

2009 2010 2011

Nusantara 9.806.149 10.632.924 11.037.114

Mancanegara 1.006 1.251 2.076

Total 9.807.155 10.634.175 11.039190

133 Hasil kunjungan ke daerah wisata, khususnya di Pantai Anyer, tampak kunjungan wisatawan sangat ramai. Hal ini terjadi karena pada tersebut (25-27 Desember 2014) adalah saat liburan Natal dan menjelang Tahun Baru. Hal ini senada dengan informasi dari pengelola salah satu hotel, yaitu Hotel Pondok Layung, bahwa pada saat liburan, seperti Sabtu-Minggu, dan hari-hari libur nasional lainnya, termasuk Natal dan Tahun baru, umumnya jumlah pengunjung naik. Tetapi tidak demikian halnya pada saat Hari Raya atau lebaran, walaupun hari-hari itu liburan, jumlah pengunjung biasanya relatif sepi. Oleh karena itu, pengelola hotel, seperti Hotel Pondok Layung, memberi discount sampai 50%. Discount ini lebih tinggi, dibandingkan dengan discount pada saat low season, seperti Januari-Maret, yang diberi discount hanya 40%. Informasi serupa juga dilaporkan oleh para responen, yang berupa pedagang dan penyedia jasa lainnya.

Mereka semua membenarkan bahwa saat liburan seperti ini jumlah pengunjung bisa melimpah (walaupun tarif kamar naik pada saat liburan dibandingkan dengan tarif pada hari-hari biasa). Banyak pengunjung yang tidak booking lebih dahulu atau hanya datang go show saja terpaksa harus mencari hotel lainnya, karena kamar umumnya sudah fully booked, terkecuali untuk hotel-hotel dengan kapasitas kamar yang banyak, seperti Hotel Marbella mempunyai 300 kamar. Terkait dengan informasi pemberian discount pada saat lebaran, ternyata tidak demikian faktanya. Berdasarkan hasil recheking penulis, yang berpura-pura memesan kamar hotel pada saat lebaran, Syawal 1436 H, ternyata harga sewa kamarnya justru naik hampir dua kalinya. Pemberian discount hanya berlaku pada saat bulan puasa, yang mana pengunjungnya memang cenderung berkurang dari hari libur biasanya. 3.3. Kontroversi Industrialisasi dengan Perkembangan Industri

Pariwisata dan Perikanan di Banten

Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang mengubah sistem mata pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri, yang mengolah bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi, yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Industrialisasi dapat dipandang sebagai bagian dari proses modernisasi. Perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi. Di satu sisi, industrialisasi memberikan dampak positif terhadap masyarakat, antara lain menambah penghasilan penduduk, menghasilkan aneka

134

barang yang diperlukan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan bagi penduduk.

Namun di sisi lain, indutrialisasi tidak jarang juga menimbulkan dampak negatif, seperti terjadinya pencemaran lingkungan. Pencemaran bisa terjadi baik di lingkungan daratan/udara, maupun perairan, yang membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Karenanya pengelolaan lingkungan sangat diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya pencemaran atau penurunan kualitas lingkungan, khususnya perairan. Untuk diketahui Provinsi Banten, khususnya di Kabupaten Serang, Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2011-2015, telah mencanangkan pengembangan industrialisasi, sekaligus pariwisata dan perikanan. Walaupun pada rencana pembangunan tersebut telah diarahkan ke pembangunan yang ramah lingkungan, namun apabila usaha dan/atau aktivitas industri tersebut tidak dikontrol dengan baik, maka pencemaran lingkungan akan terjadi.

Seperti diinformasikan di atas, karena keindahan panorama pantai Anyer dan sekitarnya, maka daerah Anyer dan sekitarnya oleh pemerintah Provinsi Banten dijadikan tempat andalan pengembangan sektor pariwisata bahari. Namun seiring dengan perkembangan ekonomi, sesuai dengan rencana pembangunan daerah Provinsi Banten juga diprimadonakan sebagai daerah industri. Tahun demi tahun jumlah industri terus meningkat. Akibatnya banyak para wisatawan yang mengeluhkan kondisi daerah tujuan wisata ini. Daerah menuju ke lokasi wisata di pantai Anyer, sebagai contoh yang pada mulanya disuguhi pemandangan alam pantai yang menawan, kini lebih banyak dijumpai bangunan-bangunan industri, dengan cerobong-cerobong asap, dan sarana pabrik lainnya.

Gambar 3 menunjukkan beberapa industri yang ada di sepanjang jalan menuju ke lokasi wisata di Pantai Anyer. Disamping turunnya tingkat kenyamanan atau estetika, perkembangan industri di daerah tersebut diduga juga bisa menyebabkan terjadinya perubahan ekomorpik. Perubahan dimaksud adalah perubahan fisika lingkungan, yang kemungkinan bisa menurunkan kualitas lingkungan, termasuk kualitas air, yang ada di sekitar pantai tersebut. Hal ini terutama terjadi apabila industri-industri tersebut membuang limbah cairnya ke perairan sekitarnya tanpa diolah lebih dulu. Hal demikian berdampak terhadap kehidupan perairan, seperti ikan, karena daerah tersebut juga

135 merupakan tempat pengembangan sub-sektor perikanan, baik perikanan budidaya maupun perikanan tangkap. Selain itu juga menimbulkan pengaruh terhadap kesehatan masyarakat, khususnya para wisatawan yang mandi-mandi di perairan laut di situ.

Gambar 3. Beberapa industri yang ada di sepanjang jalan menuju ke lokasi wisata di Pantai Anyer.

3.4. Dampak Industrialisasi terhadap Kualitas Air Pantai Anyer, Banten dan Sekitarnya

Berdasarkan hasil penelusuran, jumlah industri yang ada di Provinsi Banten sampai bulan Nopember 2014 tercatat ada 164 industri, yang bergerak dalam berbagai bidang usaha. Keberadaan industri ini apabila tidak dikelola dengan baik, khususnya pengelolaan limbah padat dan cairnya, maka kegiatan atau usaha ini akan berpengaruh terhadap industri pariwisata, seperti menurunnya jumlah kunjungan wisata bahari dan/atau aktivitas lainnya, seperti usaha perikanan, di Provinsi Banten. Penurunan kualitas air sebagai akibat limbah cair yang tidak terkendali, dikhawatirkan juga akan merusak ekosistem sumberdaya pesisir dan laut di sekitarnya, seperti mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Padahal diketahui bahwa ekosistem sumberdaya tersebut disamping mempunyai daya tarik tersendiri terhadap wisatawan juga merupakan tempat pemijahan (spawning), pengasuhan (nursery) dan tempat mencari makan (feeding ground) ikan-ikan dan binatang laut lainnya.

Berdasarkan hasil kajian beberapa industri yang ada di kawasan Banten, aktivitasnya baik langsung maupun tidak langsung pernah dilaporkan

136

telah menyebabkan turunnya kualitas air atau mencemari perairan di sekitarnya. Sebagai contoh, PT Indo Biofuels Energy, yang memproduksi bio solar, limbah kimianya dilaporkan telah mencemari perairan laut Banten. Akibat pencemaran tersebut perairan pantai (laut) yang ada di belakang pabrik tersebut berubah warnanya menjadi hitam pekat (PT Indo Fuels, 2011). Dampak aktivitas industri seperti ini, seringkali juga terjadi sacara tidak langsung atau terjadi sebagai akibat limbah yang dihasilkan oleh aktivitas industri tersebut. Namun dampak tersebut terjadi sebagai akibat limbah atau tragedi sampingan dari aktivitas asosiasinya.

Seperti yang pernah dilaporkan oleh harian Banten Raya pada hari Rabu, 04 Desember 2013 (Metropolis, 2013). Harian tersebut merilis berita terjadinya tumpahan minyak dari kapal asing berbendara Singapura yang tengah sandar di Dermaga PT Asahimas Chemical (ASC) Cilegon. Berdasarkan informasi kapal yang bernama Shouthern Marmaid dan merupakan mitra rekanan PT ASC itu menabrak dermaga Jetty PT ASC karena diterjang ombak besar. Sebagai akibatnya lambung kapal bocor, dan bahan bakar kapalnya tumpah ke perairan Ciwandan dan laut sekitarnya. Kejadian serupa juga pernah dialami di Cilacap, Jawa Tengah pada tanggal 10 September 2004, yaitu ketika kapal tanker MT Lucky Lady, yang berbendera Malta telah menabrak karang di Areal 70 atau alur masuk pelabuhan Pertamina, pada saat terjadi ombak besar di perairan tersebut. Sebagai akibatnya sekitar 1.500 Metrik Ton (1,37%) minyak mentah, jenis Cyrria Crude Oil, tumpah ke perairan laut Cilacap (Supriharyono, 2009).

Kejadian pencemaran, juga dilaporkan oleh Faidil (2004), di kawasan Pelabuhan Karangantu di Kabupaten Serang, Banten, telah tercemar limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Limbah organik dan nonorganik, termasuk yang berbahaya dan beracun itu, berasal dari kapal dan masyarakat. Lebih lanjut Faidil (2004) menambahkan bahwa Kepala Dinas Lingkungan Kabupaten Serang, Anang Mulyana, menyatakan limbah bahan pencemar yang dimaksud adalah berupa oli yang berasal dari kapal nelayan dan pengangkut kayu, yang berlabuh di pelabuhan itu. Akibat limbah oli tersebut, warna air laut di kawasan tersebut menjadi hitam pekat, dan berminyak. Selain itu, Fransisca (2011), yang mengidentifikasi tingkat pencemaran pesisir berdasarkan pemanfaatan ruang di wilayah pesisir sebagai masukan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Cilegon. Berdasarkan hasil kajiannya dilaporkan bahwa beberapa kegiatan, seperti pemukiman dan industri,

137 telah menyebabkan pencemaran di wilayah pesisir Cilegon. Keberadaan permukiman telah menggelontorkan limbah cemaran deterjen yang cenderung telah berada diambang batas baku mutu air laut bagi kegiatan pariwisata bahari. Adapun kegiatan industri, cemaran air yang digelontorkan berupa limbah amoniak bebas, nitrit dan seng, yang nilainya telah berada diambang batas baku mutu air laut bagi kehidupan biota laut. Padahal diketahui bahwa ekosistem sumberdaya perairan wilayah pesisir Kota Cilegon telah diprioritaskan sebagai menunjang sektor perikanan tangkap. Walaupun demikian Anang Mulyana (Kepala Dinas Lingkungan Kabupaten Serang) tidak mendapat keluhan dari nelayan tentang menurunnya hasil tangkapan ikan akibat pencemaran. Hal ini senada dengan laporan produksi perikanan laut di Provinsi, yang ada kecenderungan terus menaik sejak tahun 2008 (Tabel 2).

Tabel 2. Produksi perikanan tangkap di Provinsi Banten. No Tahun Produksi (Ton) No Tahun Produksi (Ton)

1 2012 59.702 5 2008 55.858

2 2011 57.891 6 2007 62,300

3 2010 57.254 7 2006 58,300

4 2009 57.257 8 2005 59,200

Sumber: Bappeda Banten (2013); Statistik Kelautan dan Perikanan (2012)

Hasil interview dengan para responden di Pantai Anyer, terkait dengan produksi perikanan, mungkin karena lokasinya cukup jauh dengan letak tumpahan minyak, cemaran minyak itu tidak menurunkan produksi ikan. Lebih lanjut, penurunan produksi lebih dipengaruhi oleh ombak besar dan musim ikan. Ketika ombak cukup besar, para nelayan cenderung banyak yang tidak melaut. Kalaupun melaut hasil tangkapannya tidak begitu banyak, dibandingkan dengan ketika musim ikan atau saat angin atau ombak tenang. Hasil tangkapan ikan pada saat musim ikan bisa mencapai satu perahu payang penuh. Kalau pada musim ombak besar, hanya beberapa ikan saja yang bisa dibawa pulang. Namun harga ikannya tidak banyak berbeda. Sebagai contoh ikan teri ketika musim ikan harganya sekitar Rp 30.000/kg, sedangkan waktu tidak musim ikan harganya naik tidak seberapa, yaitu hanya sekitar Rp 35.000/kg.

Namun tidak demikian halnya dengan hasil penelitian Supendi et al. (2014) yang melaporkan bahwa limbah industri yang digelontorkan ke Teluk Banten melalui DAS yang bermuara ke teluk tersebut telah

138

menurunkan produksi tambak di sekitar Teluk Banten. Lebih lanjut DAS yang bermuara di Teluk Banten, seperti DAS Cibanten setiap harinya menerima sekitar 501,2 m3 per buangan limbah cair dari 5 (lima) pabrik yang membuang limbahnya secara langsung, yaitu PT Raja Gudang Mas, PT Super Siliciando Semesta, PT Yooshin Indonesia, dan PT Kolon Inda. Selain itu DAS Cibanten juga menerima 1.790 m3 limbah cair per hari dari 10 pabrik, yang tidak secara langsung membuang ke sungai utama, yaitu Sungai Cidurian, tetapi melalui saluran khusus yang dibuat pabrik, yaitu PT Eka Nindya Karsa, PT Frans Pultralex, PT Shinta Wooshung, PT Kulit Murni Asia Tenggara, PT Parmasindo, PT Tunas Sumber Idea Kreasi, PT Saridaya Plasindo, PT Dystar Colour Indonesia, PT Budi Texindo, dan PT Sugih Brother (Pemerintah Provinsi Banten, 2008). Di samping DAS Cibanten, Teluk Banten juga menerima limbah cemaran dari DAS Ciujung, yang merupakan sungai utama lain, selain Sungai Cidurian di Kabupaten Serang. Akibat banyaknya limbah cemaran yang masuk ke DAS tersebut tingkat pencemarannya di sungai ini semakin parah. Warna air di Sungai Ciujung berubah menjadi hitam. Berdasarkan laporan dari Pemerintah Provinsi Banten (2008) DAS Ciujung menerima 67.397 m3 buangan limbah cair per hari dari 30 industri di wilayah Serang Timur. Lima industri langsung membuang limbahnya ke sungai, yaitu PT Murni Mapan Mandiri, PT Cipta Paperia, PT Nikomas Gemilang, PT Indah Kiat Pulp and Paper, dan PT Intercipta Kimia Pratama.

Terkait dengan dampak cemaran industri terhadap dampak penduduk, seperti diungkapkan sebelumnya dampak cemaran industri juga pernah dilaporkan oleh beberapa peneliti, baik dampak yang langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, perlu dipikirkan strategi pengelolaannya.

4. KESIMPULAN

Pantai Anyer sangat dimininati oleh wisatawan, baik domestik maupun manca negara. Namun seiring dengan perkembangan industri di daerah tersebut, maka dampaknya akan cukup membahayakan bagi pengembangan pariwisata. Hal ini bukan hanya terjadi pada penurunan jumlah wisatawan, tetapi juga keselamatan atau kesehatan para wisatawannya. Karenanya strategi pengelolaannya perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya overlapping usaha dan/atau kegiatan

139 antara industri, kepariwisataan, dan perikanan, yang tampaknya diprogramkan secara bersamaan.

Terkait dengan upaya pengelolaan di atas, maka diperlukan pemantauan khususnya kelayakan kualitas air tidak hanya terhadap estetik saja, akan tetapi juga untuk kehidupan organisme, dan kesehatan manusia atau wisatawannya.

5. DAFTAR PUSTAKA

Bappeda Banten. 2013. Produksi perikanan tangkap di Provinsi Banten. Diakses dari http://bappeda.bantenprov.go.id/upload/BOOKLET /BOOKLET%20TAHUN%202013.pdf. (23 Desember 2014).

Faidil, A. 2004. Perairan karangantu tercemar limbah B3. http://tempo.co.id/hg/nusa/jawamadura/2004/03/24/brk,2004 0324-20,id.html (23 Desember 2014). Diakses dari Tempo News Room, 24 Maret 2004

Fransisca, A. 2011. Tingkat pencemaran perairan ditinjau dari pemanfaatan ruang di wilayah pesisir Kota Cilegon. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 22 (2):145-160.

Metropolis. 2013. Perairan laut ciwandan diduga tercemar. Diakses dari http://www.bantenraya.com/metropolis/metro-cilegon/2562-perairan-laut-ciwandan-diduga-tercemar, Rabu, 04 Desember 2013; 12:20 WIB

Pemerintah Provinsi Banten. 2008. Profil Provinsi Banten.

Pemerintah Kabupaten Serang. 2012. Jumlah kunjungan wisata di Kab. Serang. Diakses dari http://serangkab.go.id/web/index.php /page/read/36. (23 Desember 2014)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Banten, Tahun 2007-2012.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang, Tahun 2011-2015.

Supendi, A. Nganro, N.R. dan Supriyono, E. 2014. Dampak pencemaran sungai-sungai yang bermuara di Teluk Banten terhadap hasil produksi tambak tradisional setempat. Manajemen Sumberdaya Perairan, Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI).

140

Supriharyono. 2009. Konservasi ekosistem sumberdaya hayati di wilayah pesisir dan laut tropis (Edisi II). Penerbit: Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

141

Lingkungan dan Pembangunan

KUALITAS TANAH AGROEKOSISTEM APEL KOTA BATU

Dokumen terkait