HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Perusahaan Sejarah Umum
Sejak zaman penjajahan Belanda, wilayah Jawa Barat terkenal sebagai daerah usaha peternakan sapi perah yang dikelola oleh empat perusahaan besar, yaitu De Friesche Trep, Almanak, Van Der Els serta Bigman yang bekerja sama dengan Bandungsche Milk Center (BMC) untuk pemasarannya. Perusahaan tersebut mengalami kehancuran saat penjajahan beralih ke Jepang, sehingga sisa-sisa peternakan kemudian dikelola oleh masyarakat sekitar dalam skala rumah tangga.
Pada November 1949, pemerintah mencanangkan penambahan populasi sapi perah untuk meningkatkan kesejahteraan para peternak, melalui sebuah koperasi. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sekitar tahun 1961 menyebabkan koperasi mengalami kemunduran sehingga tata niaga susu di Jawa Barat diambil alih oleh para tengkulak. Pada tanggal 1 April 1969 dibentuk sebuah koperasi oleh pemerintah dan UNICEF yang diberi nama KPBS, untuk mengambil alih tata niaga susu dari para tengkulak.
Tahun 1969-1979 merupakan periode yang berat bagi KPBS dalam menghadapi berbagai tantangan yang erat kaitannya dengan bidang pemasaran produksi susu, hal ini dikarenakan :
1) Penerimaan susu oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) hanya dilakukan pada hari-hari kerja dan hanya berupa susu yang telah mengalami perlakuan pasteurisasi dan pendinginan; dan
2) Sulitnya melakukan pemasaran langsung ke konsumen, hal ini disebabkan oleh tidak terjaminnya kualitas susu serta tingginya tingkat pemalsuan susu yang dilakukan oleh pengecer.
tahun 1976 KPBS mengadakan kerja sama dengan pihak industri pengolahan susu untuk mendirikan Milk Treatment (MT). Pembangunan MT dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juli 1979. Kemitraan yang terbentuk antara industri pengolahan susu dengan KPBS dalam pembangunan MT memiliki jangka waktu pembayaran selama lima tahun dengan angsuran saham anggota sebesar Rp 25/liter. Peralihan manajemen dari industri pengolahan susu ke KPBS dapat dilakukan pada tanggal 24
November 1982 dengan disaksikan Menteri Muda Urusan Koperasi dan Gubernur Jawa Barat.
Pemerintah hingga tahun 1988 memberikan perhatian dan bantuan kredit sapi perah yang diimpor dari New Zealand, Australia dan Amerika. Peningkatan mutu genetik dan skala kepemilikan secara mandiri dilakukan oleh KPBS dengan mendatangkan sapi dara dari New Zealand sebanyak 2.400 ekor dan satu ekor pejantan unggul. Pada tahun 1997 KPBS mencoba merintis pemasaran ke konsumen secara langsung dengan menjual susu pasteurisasi dalam kemasan cup dan bantal dengan nama dagang KPBS. KPBS saat ini telah mendapat pengesahan sebagai badan hukum dengan nomor A/BH/DK-10/20 tertanggal 31 Desember 1979 dan kemudian diubah menjadi nomor 4353 B/BH/KWK-10/20 tertanggal 30 November 1988.
Data Umum Perusahaan
Wilayah kerja KPBS berada di dataran tinggi dengan ketinggian 1000- 1420m diatas permukaan laut, memiliki suhu antara 12- 28˚C, kelembaban (RH) 60-70%. Koperasi berlokasi di Jawa Barat yang memiliki luas area dan bangunan masing-masing sebesar 3600 m2 dan 686,65 m2. Wilayah kerja koperasi meliputi tiga kecamatan yang terbagi menjadi 26 komisaris daerah dengan 170 kelompok peternak sapi perah dan 35 buah tempat pelayanan koperasi (TPK). Daftar TPK dan jumlah kelompok peternak yang dilayani masing-masing TPK dapat dilihat pada Tabel 4.
Tenaga Kerja dan Keanggotaan
Karyawan koperasi berjumlah 87 orang yang bekerja selama tujuh hari kerja dalam satu minggu, sedangkan untuk karyawan bagian administrasi koperasi hanya bekerja selama enam hari kerja. Rataan jam kerja karyawan adalah delapan jam sehari.
Anggota koperasi Pangalengan hingga Agustus 2007 berjumlah 7.100 orang. Sebanyak 4.701 orang berperan sebagai anggota aktif (anggota koperasi yang juga menyalurkan susu segar kepada koperasi) dan sebanyak 2.399 orang merupakan anggota tidak aktif (hanya sebagai penanam modal). Rata-rata kepemilikan sapi perah yang dipelihara oleh setiap peternak, anggota KPBS sebanyak empat ekor sapi dewasa dengan rata-rata produksi 12 liter/ekor/hari.
Tabel 4. Daftar TPK dan Jumlah Kelompok Masing-Masing TPK
TPK Jumlah
Kelompok TPK
Jumlah Kelompok
Lebak Saat 6 Ciawi 3
Norogtog 3 Cipanas 8
Pangalengan 3 Pangkalan 3
Bojong Waru 4 Los Cimaung 7
Kebon Jambu 3 Cisabuk 6
Pulosari 7 Citawa 6
Warnasari 9 Kertasari 8
Cipangisikan 4 Goha 6
Wates 9 Lembang sari 4
Gunung Cupu 10 Cikembang I 4
Pintu 4 Cikembang II 4
Barussalam 4 Cibeureum I 5
Citere 6 Cibeureum II 4
Babakan Kiara 5 Cirawa 5
Cinangsi 4 Sukapura 5
Cisangkuy 4 Cihawuk 5
Sukamenak 8 Wanasuka 6
Dangdang 3
Sumber : KPBS
Jenis dan Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi KPBS mencapai kisaran 220.000 liter/tahun. Persentase susu segar yang didistribusikan ke Industri Pengolahan Susu (IPS) dalam produk chilled milk sebanyak 93,36% dan yang diolah menjadi susu pasteurisasi masing-masing dan 6,64%. Persentase antara susu pasteurisasi dengan penambahan cita rasa dan tidak ditambah dengan cita rasa adalah sebanyak 3,04% dan 3,1%. Komoditi usaha yang ada di MT terdiri atas dua macam, yaitu :
1) susu dingin atau chilled milk, yaitu susu sapi yang telah mengalami proses pendinginan hingga suhu 2-4oC, untuk dipasarkan ke IPS; dan
2) susu pasteurisasi, yaitu susu yang telah mengalami proses pasteurisasi pada suhu 82oC selama 15 detik, kemudian didinginkan hingga mencapai suhu 2-4oC. Susu pasteurisasi ini dipasarkan dengan kemasan yang berbeda yaitu :
a) susu prepack yaitu susu tanpa penambahan rasa, mempunyai cita rasa seperti susu segar bentuk kemasannya mirip dengan kemasan “bantal” , memiliki volume sebesar 500 ml/kemasan prepack; dan
b) susu cup yaitu susu dengan penambahan gula, flavor dan dengan formulasi
perusahaan, terdiri atas empat macam rasa yaitu strawberi, moka, coklat dan melon, dengan volume 160 ml/cup.
Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi KPBS sesuai dengan Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian terdiri atas rapat anggota, pengurus dan pengawas. Pengurus koperasi berjumlah tujuh orang sedangkan pengawas berjumlah tiga orang dengan masa bakti tiga tahun. Koperasi hingga saat ini mempekerjakan 305 orang karyawan yang tersebar di wilayah kerja KPBS. Bagan struktur organisasi koperasi dapat dilihat pada Gambar 1.
Struktur kepengurusan MT dilaksanakan oleh asisten manajer yang mengepalai kepala-kepala seksi, antara lain :
1) seksi administrasi, menangani administrasi kantor, membawahi bagian pembukuan, gudang dan rumah tangga;
2) seksi produksi, mengawasi proses pengolahan, pengemasan produk serta penerimaan;
3) seksi laboratorium, bertanggung jawab pada kualitas susu, membawahi bagian fisik, kimia dan biologi; dan
4) seksi teknik, membawahi bagian transportasi.
Teknologi Proses Produksi
Bahan Baku. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi di MT adalah susu
segar yang berasal dari sapi perah para anggota koperasi. Bahan penunjang untuk memproduksi susu pasteurisasi rasa menggunakan antara lain:
1) Pemanis, berupa gula pasir dari jenis refined sugar yang diproduksi di Cilegon-Banten;
2) Stabilizer, yang digunakan adalah Carboxy Methyl Cellulose (CMC) yang berupa serbuk putih. Stabilizer tersebut diproduksi di Cilegon-Banten; dan
3) Flavor, berbentuk cair dengan kepekatan yang sangat tinggi hingga menyerupai gel.
Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi KPBS
Rapat anggota TAHUNAN
Pengurus Pengawas
Pembina
Tim konsultasi
Sekretariat dan humas Litbang
Penyuluhan Administrasi dan keuangan
Unit pembibitan dan hijauan Unit produksi dan pengolahan Unit angkutan dan pemasaran Unit BPR Bandung kidul Koordinator TPK Unit barang dan pakan ternak Unit pabrik makanan ternak Unit pelayanan keswan dan anggota Unit pariwisata
Masing-masing rasa diperoleh dari produsen yang berbeda, yaitu :
a) susu rasa coklat dan moka menggunakan bubuk coklat dan moka sebagai flavornya. Produsen bubuk coklat dan moka berada di Bandung.
b) susu rasa strawberi dan melon masing-masing menggunakan flavour yang dikenal dengan nama dagang strawberry flavor liquid dan green melon flavor liquid yang keduanya diproduksi di Depok.
Pengemas
Bahan pengemas yang digunakan untuk produk susu pasteurisasi dengan ataupun tanpa penambahan cita rasa adalah plastik. Kemasan prepack berbahan dasar plastik High Density PolyEthylene (HDPE), untuk kemasan cup berbahan dasar plastik PolyProphylene (PP) dan untuk penutup cupnya adalah plastik PolyEthylene (PE).
Bahan pengemas yang digunakan untuk mengemas susu pasteurisasi dengan ataupun tanpa penambahan cita rasa sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam SNI No. 01-3951-1995 yang menyatakan bahwa susu pasteurisasi disajikan dalam bentuk cairan yang dikemas secara asptis dalam botol, karton yang dilapisi PE atau aluminium foil, kantong plastik atau bahan lain yang tidak mempengaruhi isi. Plastik umumnya cocok digunakan sebagai bahan pengemas susu yang diproduksi dengan menggunakan cold filling process sehingga tidak menyebabkan terjadinya migrasi ion dari kemasan.
Proses Produksi
Proses produksi yang dilakukan di KPBS terbagi menjadi 2 bagian yaitu proses produksi untuk susu dingin atau chilled milk dan proses produksi untuk susu pasteurisasi (dengan atau tanpa penambahan cita rasa).
Proses Produksi Chilled Milk. Tahapan produksi chilled milk diawali dengan proses
pengujian kualitas yang berlangsung di TPK, yang meliputi pengujian secara organoleptik (rasa, warna dan bau) dan fisik (BJ dan alkohol tes). Susu segar kemudian diuji kembali oleh pihak laboratorium internal KPBS, pengujian meliputi uji mikrobiologis (TPC dan resazurin) dan kimia (komponen-komponen susu dan uji pemalsuan). Proses selanjutnya adalah proses penerimaan, yang bertujuan untuk mengecek hasil uji susu yang diterima dari keseluruhan TPK, susu kemudian
mengalami proses penimbangan untuk mencatat jumlah susu secara keseluruhan yang diserahkan oleh peternak, lalu dilanjutkan dengan proses penyaringan dan penampungan, bertujuan untuk menampung susu sementara sebelum dialirkan ke lempeng pendingin agar mencapai kapasitas optimal dari alat tersebut, yaitu 490 kg. Suhu susu diturunkan hingga mencapai suhu 4°C saat dialirkan ke dalam lempeng pendingin,, sistem yang digunakan adalah Plate Cold Exchanger (PCE), dengan suhu akhir 4°C. Susu disimpan sementara hingga truk tangki siap untuk mengangkut. Bagan proses produksi chilled milk dapat dilihat pada Gambar 2.
Proses pengujian pada tingkat TPK masih memiliki banyak masalah seperti kondisi TPK yang tidak bersih dan higienis, tidak seluruh TPK memiliki fasilitas yang memadai untuk pengujian secara maksimal serta belum meratanya keterampilan penguji kualitas susu yang terdapat di koperasi. Proses pengujian yang dilakukan oleh laboratorium internal koperasi telah memenuhi persyaratan pengujian yang terdapat dalam SNI No. 01-3141-1998, namun tidak terdapat kesesuaian antara sampel dan hasil uji. Prosedur penimbangan seharusnya dilakukan dengan menggunakan Milk Reception Scale yang tertutup rapat, namun dalam penerapannya bagian atas alat tersebut tidak tertutup sehingga dapat meningkatkan resiko kontaminasi.
Proses Produksi Susu Pasteurisasi. Produk susu pasteurisasi terdiri atas dua jenis
yaitu susu pasteurisasi tanpa penambahan cita rasa dan susu pasteurisasi dengan penambahan cita rasa.
1) Proses produksi susu pasteurisasi tanpa penambahan cita rasa.
Susu pasteurisasi berbahan dasar susu dingin yang mengalami proses pasteurisasi. Proses pasteurisasi terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap pertama, proses pemanasan susu hingga bersuhu 60-70oC selama 15 detik dengan menggunakan Plate Heat Exchanger (PHE) yang memiliki sistem pemanasan tidak langsung. Selanjutnya dilakukan proses homogenisasi pada tekanan 100-1500 lbs, yang bertujuan untuk menyeragamkan globula-globula lemak susu. Susu mengalami pemanasan kembali hingga mencapai suhu 82oC selama 15 detik, pada PHE terdapat flow diversion valve yang berfungsi untuk menjaga akurasi suhu susu. Alat ini berupa katup yang akan mengembalikan susu ke awal pemanasan tahap ke dua jika suhu belum mencapai 82oC, proses dilanjutkan
dengan pendinginan awal hingga susu bersuhu 60oC selama 15 detik, setelah itu pendinginan akhir selama 15 detik dilakukan hingga susu bersuhu 4oC dengan menggunakan sistem PCE. Proses terakhir adalah pengemasan, yang dilakukan pada saat susu bersuhu 4oC bertujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Bagan proses produksi susu pasteurisasi tanpa penambahan cita rasa dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagan Proses Produksi Chilled Milk Pengujian kualitas
Penerimaan
Penimbanga
Penyaringan dan P
Pendinginan hingga suhu 4o Pendinginan
menggunakan sistem Plate Cold Exchanger
Susu Dingin atau Chilled Susu
S
Penyimpanan sementara pada suhu
Susu Dingin
(Chilled Milk)
Pemanasan awal pada suhu 60-70oC selama 15 detik
Homogenisasi pada tekanan 100-1500 lbs
Pasteurisasi hingga suhu 82o C selama 15 detik
Flow Diversion Valve
pada suhu 82o C
Pendinginan awal hingga suhu 60oC selama 15 detik
Pendinginan akhir hingga suhu 4o C selama 15 detik
Penyimpanan sementara pada suhu 4oC
Pengemasan pada suhu 4o C
Susu pasteurisasi tanpa penambahan cita rasa dalam
Pemanasan menggunakan sistem Plate Heat
Exchanger (PHE)
Pemanasan menggunakan sistem Plate Heat
Exchanger (PHE)
Pendinginan menggunakan sistem Plate Cold
Exchanger (PCE) Pendinginan menggunakan sistem Plate Cold
Exchanger (PCE)
2) Poses produksi susu pasteurisasi dengan penambahan cita rasa.
Susu pasteurisasi berbahan dasar susu dingin yang mengalami proses pasteurisasi. Proses pasteurisasi terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama proses pemanasan susu hingga bersuhu 60-70oC selama 15 detik dengan menggunakan Plate Heat Exchanger (PHE) yang memiliki sistem pemanasan tidak langsung, kemudian susu mengalami proses mixing dengan bahan penolong yaitu gula pasir yang dicampur pada suhu 50oC, setelah itu dilakukan pencampuran dengan stabilizer dan flavor. Susu mengalami proses pemanasan kembali hingga bersuhu 60-70oC selama 15 detik, selanjutnya dilakukan proses homogenisasi pada tekanan 100-1500 lbs. Homogenisasi bertujuan untuk menyeragamkan globula-globula lemak susu. Susu mengalami pemanasan kembali hingga mencapai suhu 82oC selama 15 detik. Dalam PHE terdapat flow diversion valve yang berfungsi untuk menjaga akurasi suhu susu, alat ini berupa katup yang akan mengembalikan susu pada awal pemanasan tahap dua jika suhu susu belum mencapai 82oC. Proses dilanjutkan dengan pendinginan awal hingga susu bersuhu 60oC selama 15 detik dan pendinginan akhir hingga susu bersuhu 4oC selama 15 detik dengan menggunakan sistem PCE. Proses terakhir adalah pengemasan, yang dilakukan pada saat susu bersuhu 4oC. Bagan proses produksi susu pasteurisasi dengan penambahan cita rasa dapat dilihat pada Gambar 4. Faktor-faktor yang berperan penting pada kualitas akhir produk susu pasteurisasi adalah peralatan, sumber daya manusia (SDM) serta prosedur yang berlangsung. Pada proses produksi susu pasteurisasi peralatan yang sangat berperan adalah PHE, mixing tank dan filling machine, namun tidak dilakukannya pengecekan kinerja peralatan, akurasi waktu dan suhu selama proses berlangsung dan kalibrasi peralatan secara berkala dapat mempengaruhi tingkat akurasi suhu dan waktu yang dibutuhkan serta kualitas akhir produk. Proses yang sangat mempengaruhi kualitas akhir produk adalah prosedur mixing, karena pada proses ini terdapat berbagai masalah yang terjadi seperti proses masih dilakukan secara manual serta tidak dilakukannya pengecekan secara berkala terhadap suhu yang dibutuhkan. Pada proses pasteurisasi tidak dilakukan pengecekan secara berkala terhadap akurasi suhu dan waktu yang dibutuhkan selama proses berlangsung, selain itu proses yang berperan terhadap kualitas akhir produk terdapat pada proses sanitasi secara keseluruhan terutama
untuk sanitasi pekerja yang tidak optimal terlihat dari masih banyaknya pekerja yang tidak menggunakan seragam dan kelengkapan kerja selama proses mixing berlangsung dan tidak terdapatnya kebiasaan untuk mencuci tangan sebelum melakukan proses.
Sarana dan Prasarana MT KPBS
Sarana. Sarana yang terdapat di MT KPBS Pangalengan terdiri atas sarana
laboratorium, pabrik dan transportasi. Sarana pengujian laboratorium terdiri dari peralatan untuk pengujian kimia (lactoscan dan metode Gerber), fisik (BJ dan pemalsuan susu) dan mikrobiologi susu (TPC dan resazurin). Sarana pabrik terdiri dari peralatan pengolahan (produksi), peralatan pengemasan dan peralatan sanitasi. Sarana transportasi terdiri dari truk-truk tangki yang kapasitasnya mencapai 2000 liter. penunjang yang digunakan seperti sumber energi (listrik) dan sumber air. Peralatan yang digunakan dalam proses pengujian laboratorium, adalah :
1) Milkana
Alat ini berfungsi untuk menganalisa komponen-komponen yang terdapat dalam susu, seperti lemak, SNF (Solid Non Fat), protein, berat jenis, persentase penambahan air secara tepat dan efektif. Hasil uji milkana akan akurat jika susu bersuhu 15-30˚C, dan memiliki kelembaban relatif 30-80%. Sampel hanya dipergunakan untuk satu kali pemakaian. Apabila susu membentuk lapisan pada permukaannya maka dilakukan pemanasan, pengadukan dan pendinginan hingga susu mencapai suhu 29-30˚C, karena pada saat susu bersuhu 29-30˚C milkana akan mampu menguji secara optimal dikarenakan pada suhu 15-30˚C hasil uji akurat, tidak terjadi penggumpalan yang akan menghalangi masuknya susu. Gambar alat milkana, spesifikasi dan parameter yang dihasilkan oleh pengukuran milkana dapat dilihat pada Lampiran 5, 6 dan 7.
Aplikasi persyaratan pemakaian milkana yang dilakukan pihak koperasi dalam pengujian komponen susu belum terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dari setiap sampel susu segar yang diuji tidak diukur suhunya terlebih dahulu yang akan mengakibatkan perolehan hasil uji yang tidak akurat. Suhu susu segar yang diuji kurang dari 15oC karena sampel susu dipisahkan oleh petugas TPK ke dalam cool box yang berisi es, perlakuan ini diterapkan guna meminimalisir
Pemanasan I pada suhu 60-70oC selama 15 detik
Pencampuran I (susu dan gula pasir) pada suhu 50o C
Pencampuran II (stabilizer dan flavour)
Pemanasan II pada suhu 60-70o C selama 15 detik
Pendinginan awal hingga suhu 60o C selama 15 detik
Pendinginan akhir hingga suhu 4o C selama 15 detik
Penyimpanan sementara pada suhu 4o C
Pengemasan pada suhu 4o C
Susu Dingin
Pasteurisasi hingga suhu 82o C selama 15 detik
C
Flow Diversion Valve
pada suhu 82o C Homogenisasi pada tekanan 100-1500 lbs
Susu pasteurisasi dengan penambahan cita rasa dalam kemasan
Pemanasan menggunakan sistem Plate Heat
Exchanger (PHE)
Pendinginan menggunakan sistem Plate Cold
Exchanger (PCE) Pendinginan menggunakan sistem Plate Cold
Exchanger (PCE) Pemanasan menggunakan sistem Plate Heat
Exchanger (PHE)
Pemanasan menggunakan sistem Plate Heat
Exchanger (PHE)
kemungkinan rusaknya sampel susu. Namun suhu susu yang telah rendah tidak ditingkatkan untuk memenuhi persyaratan pemakaian milkana untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Peralatan yang digunakan dalam proses produksi adalah : 1) Bak Penimbang atau Milk Reception Scale
Berfungsi untuk menimbang susu segar yang berasal dari truk tangki, jumlah bak penimbang di koperasi adalah sebanyak 1 unit dan memiliki merk Berkel buatan Denmark. Bagian atas alat ini dilapisi kain nilon, pipa saluran yang menghubungkan selang dengan pompa juga diberi saringan yang terbuat dari kain nilon. Pelapisan dengan kain nilon berfungsi sebagai alat penyaring susu dari kotoran yang mungkin terdapat di dalam susu seperti vaselin dan butiran pasir. Prinsip kerja alat ini berdasarkan gaya balasan yang ditimbulkan oleh kapasitas bak, dimana besarnya gaya yang ditimbulkan sama dengan selisih angka yang ditunjukkan oleh alat pengukur.
Aplikasi pemakaian bak penimbang di koperasi telah terlaksana cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari segi sanitasi dan teknis pemakaian alat tersebut, seperti selalu dilakukannya pembersihan secara berkala setiap sebelum dan setelah pemakaian pada bak penimbangan dan selang yang digunakan untuk mengalirkan susu dari truk tangki. Namun keadaan lingkungan ruang penimbangan dapat dikatakan kurang meminimalisir kemungkinan terjadinya resiko kontaminasi, yang terlihat dari adanya genangan air saat proses berlangsung serta terdapatnya debu yang menumpuk pada ruang penimbangan dan penyaringan. Gambar Milk Reception Scale dapat dilihat pada Gambar 5. 2) Bak Penyaring atau Milk Reception Vat
Berfungsi untuk tempat penampungan sementara susu segar dari bak penimbang yang kemudian dialirkan ke lempeng pendingin. Prinsip kerja alat ini adalah untuk menampung susu sekaligus memberikan sirkulasi selama penampungan. Bak penyaringan di koperasi memiliki merk Berkel dan diproduksi oleh negara Denmark.
Aplikasi pemakaian bak penyaring di koperasi telah terlaksana cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari segi sanitasi dan teknis pemakaian alat tersebut, seperti selalu dilakukannya pembersihan secara berkala setiap sebelum dan setelah
pemakaian pada bak penyaring dan kain nilon yang terdapat pada pipa aliran susu dari bak penimbangan. Namun keadaan lingkungan ruang penimbangan dapat dikatakan kurang meminimalisir kemungkinan terjadinya resiko kontaminasi, yang terlihat dari adanya genangan air saat proses berlangsung serta terdapatnya debu yang menumpuk pada ruang penimbangan dan penyaringan. Gambar Milk Reception Vat dapat dilihat pada Gambar 5.
3) Lempeng Pendingin atau Plate Cooler
Berfungsi untuk menurunkan suhu susu yang datang dari Milk Reception Vat agar mencapai suhu 4oC. Alat ini terdiri atas tiga unit dan memiliki prinsip kerja berdasarkan perpindahan panas dari lempeng yang berisi susu yang bersuhu lebih tinggi dengan lempeng yang berisi air dingin dalam waktu bersamaan dengan arah yang berlawanan. Tahap penurunan suhu susu terdiri atas dua tahap yaitu tahap pendinginan pertama berfungsi untuk menurunkan suhu susu dari 30oC menjadi 18-20oC, tahap kedua berfungsi untuk menurunkan suhu susu menjadi 2-4oC. Alat ini dilengkapi dengan termometer, barometer dan pompa. Produsen alat ini adalah negara Denmark, KPBS memiliki sebanyak 3 unit alat ini. Gambar Plate Cooler dapat dilihat pada Gambar 5.
Aplikasi pemakaian lempeng pendingin untuk proses produksi di koperasi cukup baik. Terlihat dari segi sanitasi dan teknis pengoperasian alat ini, namun untuk pengecekan kinerja, akurasi suhu dan kalibrasi alat belum dilakukan secara berkala. Proses sanitasi (CIP) selalu dilakukan setiap sebelum dan setelah pemakaian.
4) Tangki Penyimpanan atau Storage Tank
Berfungsi untuk menyimpan susu yang telah mengalami proses pendinginan atau proses pasteurisasi. Prinsip kerja alat ini berdasarkan pengisolasian kondisi ruangan dari udara luar serta menjaga kestabilan suhu susu melalui pertukaran panas dari air es yang berfungsi sebagai pendingin yang berada dalam jacket sehingga susu tetap terjaga suhunya. Alat ini dimiliki koperasi sebanyak lima unit yang diproduksi di Indonesia.
Dua unit Storage tank berfungsi sebagai tempat penyimpanan susu yang telah mengalami proses pendinginan dan tiga unit tangki berfungsi untuk menyimpan susu yang telah mengalami proses pasteurisasi dengan ataupun
tanpa penambahan cita rasa. Dua unit tangki yang digunakan untuk tempat