• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Habitat Yan Lapa

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Struktur dan Komposisi Komunitas Burung dan Amfibi

Kekayaan Spesies

Kekayaan spesies yang dijumpai di seluruh lokasi penelitian yaitu 100 spesies burung dari 39 suku dan 16 ordo. Sementara kekayaan amfibi yang dijumpai yaitu 16 spesies dari lima suku dan satu ordo. Spesies burung paling tinggi dijumpai di HT Campuran yaitu 86 spesies dan menurun menurut tingkat suksesinya di habitat perumahan hanya 25 spesies. Hal yang sama terjadi juga untuk amfibi, spesies tertinggi dijumpai di HT Campuran sebanyak 14 spesies dan menurun menjadi hanya tujuh spesies di sawah dan perumahan (Gambar 25; Lampiran 1-2).

Suksesi

Lanjut Awal

Gambar 25 Grafik kekayaan spesies (atas) dan jumlah individu (bawah) burung dan amfibi yang dijumpai di lokasi penelitian.

Pola perubahan kekayaan spesies burung maupun amfibi yang didapatkan menunjukkan sebuah pengecualian. Hutan alam sebagai habitat dengan suksesi paling lanjut, bukan merupakan habitat dengan kekayaan spesies paling tinggi, baik untuk burung maupun amfibi. Kekayaan spesies burung di hutan alam lebih rendah dibandingkan sawah, walaupun lebih tinggi jika dibandingkan dengan kekayaan spesies burung yang dijumpai di perumahan, sementara kekayaan spesies amfibi di hutan alam merupakan yang paling rendah dibandingkan habitat lainnya.

Total rerata individu burung yang teramati di seluruh tipe habitat adalah 796.6 individu per hari pengamatan. Sementara total rerata individu amfibi yang teramati adalah 196.1 individu per hari pengamatan. Penggunaan rerata individu bukan total individu adalah untuk menstandarkan nilai yang didapatkan karena setiap gradien habitat diamati dengan jumlah pengulangan berbeda tergantung pada asimtot penemuan spesies.

Secara umum, perbedaan kekayaan spesies burung yang teramati di seluruh tipe habitat menunjukkan nilai berbeda signifikan antar gradien habitat (χ²hit =

59.55; df=5; P<0,05) dan berbeda signifikan juga untuk jumlah individu burung yang teramati (χ²hit = 90.30; df=5; P<0,05). Uji terhadap komunitas amfibi,

menunjukkan bahwa spesies amfibi yang didapat tidak berbeda signifikan antar gradien habitat (χ²hit = 7.77; df=5; P<0.05), akan tetapi berbeda signifikan untuk

individu yang teramati (χ²hit = 33.03; df=5; P<0.05).

Jika dilihat perbedaan kekayaan spesies burung antar gradien habitat, perbedaan signifikan hanya terjadi untuk sebagian analisa yaitu jika dibandingkan dengan kekayaan spesies burung di hutan alam, HT Campuran dan HT Monokultur. Sementara untuk komunitas amfibi, hanya sebagian kecil perbandingan komunitas antar gradien habitat yang menunjukkan nilai signifikan (Tabel 17).

Hampir seluruh perbandingan jumlah individu antar gradien habitat untuk komunitas burung menunjukkan nilai signifikan kecuali jika dibandingkan antara hutan alam dengan HT Campuran maupun dengan sawah. Sementara untuk perbandingan jumlah individu amfibi, didapat nilai sebaliknya bahwa perbandingan antara hutan alam dengan gradien habitat manapun menghasilkan nilai yang signifikan (Tabel 18).

Tabel 17 Nilai uji chi square kekayaan spesies satwa antar gradien habitat Satwa Gradien habitat Gradien habitat Hutan alam HT Campuran HT

Monokultur Kebun Sawah Perumahan

B u r u n g Hutan alam 1 HT Campuran 29.51* 1 HT Monokultur 4.81* 11.44* 1 Kebun 1.81 17.67* 0.74 1 Sawah 0.27 24.71* 2.85 0.69 1 Perumahan 0.17 33.52* 6.72* 3.06 0.86 1 A m f I b i Hutan alam 1 HT Campuran 5.56* 1 HT Monokultur 4.00* 0.15* 1 Kebun 1.33 1.64 0.80 1 Sawah 0.82 2.33 1.32 0.07 1 Perumahan 0.82 2.33 1.32 0.07 0.00 1

Keterangan : * berbeda signifikan pada taraf 5% dan df=1

Tabel 18 Nilai uji chi square jumlah individu spesies satwa antar gradien habitat

Satwa Gradien habitat Gradien habitat Hutan alam HT Campuran HT

Monokultur Kebun Sawah Perumahan

B u r u n g Hutan alam 1 HT Campuran 0.74 1 HT Monokultur 18.44* 26.27* 1 Kebun 19.82* 13.00* 72.70* 1 Sawah 1.18 3.78* 10.46* 30.32* 1 Perumahan 2.98 6.67* 6.78* 37.45* 0.41 1 A m f I b i Hutan alam 1 HT Campuran 16.01* 1 HT Monokultur 6.79* 2.24 1 Kebun 3.48* 5.06* 0.59 1 Sawah 24.49* 1.13 6.46* 0.43 1 Perumahan 3.90* 4.59* 10.75* 0.01 10.07* 1

Keterangan : * berbeda signifikan pada taraf 5% dan df=1

Keanekaragaman dan Kemerataan Spesies

Nilai indeks keanekaragaman spesies burung untuk seluruh lokasi yaitu 3.21, sementara nilai untuk setiap tipe habitat berkisar antara 2.39-3.53. Nilai nilai indeks keanekaragaman untuk spesies amfibi di seluruh lokasi yaitu 2.01, sedangkan nilai untuk setiap tipe habitat berkisar antara 1.27-2.18 (Gambar 26; Lampiran 3-4).

Nilai indeks keanekaragaman spesies tertinggi untuk kedua taksa didapat di HT Campuran, sementara nilai terendah didapat di habitat sawah untuk komunitas burung sebesar 2.39 dan habitat hutan alam untuk komunitas amfibi sebesar 1.27. Nilai indeks keanekaragaman di seluruh lokasi untuk kedua taksa

lebih rendah dibandingkan nilai indeks di HT Campuran yaitu 3.21 dibandingkan 3.53 untuk komunitas burung serta 2.01 dibandingkan 2.18 untuk komunitas amfibi.

Nilai indeks kemerataan spesies burung tertinggi didapat di hutan alam yaitu E=0.82 untuk burung dan E=0.91 untuk amfibi. Habitat sawah menempati nilai indeks kemerataan terendah baik untuk komunitas burung maupun komunitas amfibi yaitu E=0.69 untuk burung dan E=0.69 untuk amfibi. Demikian juga untuk nilai indeks kemerataan spesies di seluruh lokasi pada kedua taksa, hanya berkisar antara nilai 0.70 dan 0.72 (Gambar 27).

Suksesi

Lanjut Awal

Gambar 26 Grafik nilai indeks keanekaragaman spesies (H’) burung dan amfibi di lokasi penelitian.

Suksesi

Lanjut Awal

Gambar 27 Grafik nilai indeks kemerataan spesies (E) burung dan amfibi di lokasi penelitian.

Kelimpahan Individu

Kedua taksa satwa memiliki pola kelimpahan yang mirip di seluruh tipe habitat (Gambar 28). Collocalia linchi menempati kelimpahan tertinggi di hampir seluruh habitat kecuali di habitat sawah yang didominasi oleh Lonchura punctulata. Komunitas amfibi didominasi oleh Fejervarya limnocharis di empat tipe habitat, kecuali di habitat kebun dan perumahan yang didominasi oleh Duttaphrynusmelanostictus. L o g n /N (a) L o g n /N Rank spesies (b)

Gambar 28 Grafik kelimpahan individu spesies (a) burung; (b) amfibi yang dijumpai di lokasi penelitian.

Waktu Penemuan

Secara umum, asimtot pengamatan burung lebih lama tercapai dibandingkan asimtot pengamatan amfibi. Asimtot pengamatan burung paling cepat tercapai di perumahan dengan empat kali pengamatan dan paling lama tercapai di HT Campuran dengan 16 kali pengamatan. Sementara asimtot pengamatan amfibi paling cepat tercapai di perumahan dengan tiga kali pengamatan dan paling lama tercapai di HT Campuran dengan delapan kali pengamatan (Gambar 29).

Pada kedua komunitas satwa, asimtot pengamatan satwa paling lama tercapat di habitat dengan kekayaan spesies paling tinggi yaitu di HT Campuran. Hasil berbeda didapat untuk asimtot pengamatan satwa dengan kekayaan spesies paling rendah. Hutan alam memiliki spesies burung lebih rendah dibandingkan sawah, namun asimtot pengamatan tercapai lebih lama yaitu sembilan kali pengamatan, sementara sawah hanya membutuhkan waktu tujuh kali pengamatan. Demikian juga yang terjadi untuk mencapai asimtot pengamatan amfibi, bahwa hutan alam yang memiliki spesies amfibi lebih sedikit, membutuhkan waktu pengamatan lebih lama yaitu hingga empat kali dibandingkan asimtot yang tercapai di perumahan yang hanya mebutuhkan tiga kali pengamatan. Ju m la h S p e si e s Hari ke- (a) (b)

Gambar 29 Kurva akumulasi penemuan spesies (a) burung; (b) amfibi di lokasi penelitian.

Indeks Kesamaan Komunitas

Kesamaan komunitas burung tertinggi sebesar IS=0.58 yaitu antara habitat sawah dengan kebun, sedangkan untuk kesamaan komunitas amfibi sebesar IS=0.73 yaitu antara habitat HT Campuran dengan HT Monokultur (Tabel 19). Hutan alam menempati nilai kesamaan paling kecil dibanding habitat lainnya, yaitu IS=0.27 untuk komunitas burung antara hutan alam dengan HT Campuran dan nilai IS=0.29 untuk komunitas amfibi antara hutan alam dengan HT Campuran juga.

Hasil analisa kesamaan komunitas burung yang digambarkan dengan dendogram menunjukkan terbentuknya tiga kelompok komunitas burung. Demikian juga halnya yang terjadi pada analisa kesamaan komunitas amfibi. Pengelompokkan komunitas burung maupun amfibi yang terbentuk yaitu kelompok pertama terbentuk antara habitat kebun – sawah – perumahan, kelompok kedua terdiri atas HT Monokultur – HT Campuran serta kelompok ketiga yang terdiri atas habitat hutan alam saja. Secara umum, hasil dendogram menunjukkan adanya kecenderungan pola bahwa gradien habitat yang berdekatan urutan suksesi maupun derajat dominasi manusia memiliki kesamaan spesies burung maupun amfibi yang relatif sama. Sementara hutan alam terpisah menjadi satu kelompok tersendiri. Hutan alam terpisah menjadi kelompok sendiri terlihat dari komunitasnya yang paling sedikit walaupun sebagian besar spesies yang dijumpai mirip (Gambar 30).

Tabel 19 Nilai indeks kesamaan komunitas satwa antar tipe habitat di lokasi penelitian Satwa Gradien habitat Gradien habitat Hutan alam HT Campuran HT

Monokultur Kebun Sawah Perumahan

B u r u n g Hutan alam 1 HT Campuran 0.27 1 HT Monokultur 0.36 0.49 1 Kebun 0.31 0.33 0.48 1 Sawah 0.36 0.31 0.49 0.58 1 Perumahan 0.39 0.29 0.44 0.39 0.50 1 A m f I b i Hutan alam 1 HT Campuran 0.29 1 HT Monokultur 0.33 0.73 1 Kebun 0.33 0.38 0.54 1 Sawah 0.38 0.50 0.58 0.67 1 Perumahan 0.38 0.50 0.58 0.67 0.56 1

Indeks Kesamaan Komunitas (IS)

Gambar 30 Dendogram kesamaan komunitas (a) burung; (b) amfibi di lokasi penelitian.

Hasil analisis dendrogram diperkuat dengan analisis MDS (Multi-dimensional scaling) (Gambar 31). Analisis MDS menempatkan atau memetakan dua titik atau obyek yang sama secara berdekatan, sebaliknya titik atau obyek yang berbeda ditempatkan atau dipetakan secara berjauhan. Hasil MDS memberikan gambaran yang sama mengenai pengelompokan komunitas burung dan amfibi menjadi tiga kelompok utama. Pengelompokan yang terbentuk menurut analisa MDS, walau dengan jarak yang relatif berbeda, akan tetapi tetap menempatkan komunitas burung maupun amfibi di hutan alam sebagai kelompok tersendiri yang terpisah dengan komunitas burung maupun amfibi di lima tipe habitat lainnya. Sementara, dua kelompok utama lain tetap memiliki pola hubungan yang sama baik untuk komunitas burung maupun amfibi yaitu kelompok pertama terdiri atas HT Campuran – HT Monokultur dan kelompok kedua terdiri atas habitat kebun – sawah – perumahan.

HT Monokultur HT Campuran Sawah Kebun Perumahan Hutan alam 0.75 0.50 0.25 1.00 0.00 Kebun Sawah Perumahan HT Campuran HT Monokultur Hutan alam 0.75 0.50 0.25 1.00 0.00

(a)

(b)

Gambar 31 Multi-dimension scaling komposisi spesies (a) burung; (b) amfibi di lokasi penelitian.

Komposisi Guild Burung dan Kelompok Amfibi

Komposisi Spesies Burung Berdasarkan Pakan Utama

Terdapat lima kelompok burung menurut pakan utamanya di seluruh lokasi yaitu pemakan daging (carnivore), pemakan serangga (insectivore), pemakan buah (frugivore), pemakan nektar (nectarivore) dan pemakan biji (granivore). Lima lokasi habitat memiliki kelima kelompok burung menurut kategori pakan utamanya, sedangkan hutan alam hanya memiliki empat kelompok burung karena tidak dijumpai kelompok burung pemakan biji (Gambar 32).

P e rse n ta se Suksesi Awal Lanjut

Gambar 32 Proporsi spesies burung menurut kategori pakan utama yang ditemukan di setiap gradien habitat.

Berdasarkan jumlah spesies, kelompok burung pemakan serangga mendominasi seluruh habitat. Proporsi tertinggi terdapat di habitat hutan alam mencapai 64% diikuti habitat HT Monokultur sebesar 51%. Dominasi kelompok burung pemakan serangga ditunjukkan dengan nilai signifikan untuk analisa kekayaan spesies burung menurut kategori pakan utama di setiap tipe habitat, dengan nilai analisa bervariasi antara 10.81-59.81 (Tabel 20).

Kekayaan spesies burung untuk kategori pakan utama yang sama, hanya berbeda signifikan untuk sebagian kategori yaitu kelompok burung pemakan daging, pemakan serangga dan pemakan buah. Dua kelompok lainnya yaitu pemakan nektar dan pemakan biji, memiliki nilai tidak signifikan. Hasil ini bermakna bahwa perubahan gradien habitat hanya berpengaruh signifikan untuk kehadiran spesies burung pemakan daging, pemakan serangga dan pemakan buah dan tidak berpengaruh terhadap kehadiran spesies burung pemakan nektar dan pemakan biji.

Tabel 20 Nilai uji chi square kekayaan spesies burung menurut kategori pakan utama di setiap gradien habitat

No. Gradien Habitat χ²hit

1 Hutan alam 36.29* 2 HT Campuran 59.81* 3 HT Monokultur 28.85* 4 Kebun 16.26* 5 Sawah 10.81* 6 Perumahan 13.20*

Tabel 21 Nilai uji chi square kekayaan spesies burung menurut kategori pakan utama antar gradien habitat

No. Gradien Habitat χ²hit

1 Karnivora 11.09*

2 Insectivora 33.90*

3 Frugivora 17.75*

4 Nektarivora 1.43

5 Granivora 5.82

Keterangan : * berbeda signifikan pada taraf 5% dan df=5

Komposisi Individu Burung Berdasarkan Pakan Utama

Berdasarkan jumlah individu, terdapat dua kelompok burung yang dominan yaitu pemakan serangga dan pemakan biji. Kelompok burung pemakan serangga mendominasi empat habitat yaitu hutan alam, HT Campuran, HT Monokultur dan perumahan, sementara satu kelompok burung, yaitu pemakan biji mendominasi habitat kebun dan sawah (Gambar 33).

Jumlah individu burung menurut kategori pakan utama di setiap tipe habitat menunjukkan nilai berbeda signifikan dengan nilai bervariasi antara 55.99- 178.29. Nilai berbeda signifikan ini terjadi di seluruh tipe habitat (Tabel 22). Analisa perbandingkan jumlah individu burung menurut kategori pakan utama antar gradien habitat, hanya kelompok burung pemakan nektar yang bernilai tidak signifikan (Tabel 23).

P e rse n ta se Suksesi Awal Lanjut

Gambar 33 Persentase jumlah individu burung menurut kategori pakan utama yang ditemukan di setiap gradien habitat.

Tabel 22 Nilai uji chi square jumlah individu burung menurut kategori pakan utama di setiap gradien habitat

No. Gradien Habitat χ²hit

1 Hutan alam 178.29* 2 HT Campuran 135.36* 3 HT Monokultur 55.99* 4 Kebun 111.98* 5 Sawah 87.49* 6 Perumahan 88.85*

Keterangan : * berbeda signifikan pada taraf 5% dan df=4

Tabel 23 Nilai uji chi square jumlah individu burung menurut kategori pakan utama antar gradien habitat

No. Gradien Habitat χ²hit

1 Karnivora 25.98*

2 Insectivora 36.78*

3 Frugivora 24.08*

4 Nektarivora 9.86

5 Granivora 196.47*

Keterangan : * berbeda signifikan pada taraf 5% dan df=5

Komposisi Burung Pemakan Daging

Terdapat total 20 spesies burung yang termasuk kelompok pemakan daging. Kekayaan spesies burung pemakan daging yang tertinggi dijumpai di HT Campuran, yaitu 14 spesies kemudian diikuti kebun sebanyak 11 spesies, sementara yang paling sedikit adalah perumahan yaitu sebanyak tiga spesies. Jika dilihat proporsinya, kebun menempati proporsi tertinggi untuk kekayaan spesies burung pemakan daging yaitu sebanyak 28%, namun hutan alam menempati proporsi tertinggi untuk jumlah individu burung pemakan daging yaitu sebanyak 17% (Gambar 34).

Suksesi

Awal Lanjut

Gambar 34 Perbandingan proporsi komposisi spesies dan individu burung pemakan daging antar gradien habitat.

Kekayaan spesies burung pemakan daging menunjukkan nilai berbeda signifikan antar gradien habitat (χ²hit = 11.09; df=5; P=0.05). Demikian juga

dengan jumlah individu burung pemakan daging menunjukkan nilai berbeda signifikan antar gradien habitat (χ²hit = 25.98; df=5; P=0.05). Proporsi kekayaan

spesies burung pemakan daging meningkat seiring penurunan pola suksesi habitat, sebaliknya, proporsi jumlah individu burung pemakan daging menurun seiring dengan penurunan pola suksesi habitat.

Jika dilihat menurut sumber pakannya, burung pemakan daging dibagi atas dua kelompok. Kelompok pertama yaitu pemakan ikan dan satwa lain di habitat perairan sebanyak 10 spesies burung yaitu Ixobrychus sinensis, I. cinnamomeus, Ciconia episcopus, Gallinago megala, Ardeola speciosa, Halcyon cyanoventris, Todirhamphus chloris, Nycticorax nycticorax, Alcedo meninting dan Ceyx rufidosa. Kelompok kedua yaitu pemakan vertebrata lain seperti mamalia kecil dan reptil sebanyak 10 spesies burung juga, yaitu Ketupa ketupu, Centropus bengalensis, C. sinensis, Caprimulgus macrunus, Otus lempiji, Ictinaetus malayensis, Accipiter trivirgatus, Spilornis cheela, Corvus enca dan Pernis ptilorhynchus.

Kekayaan spesies burung pemakan daging dengan sumber pakan berupa vertebrata lain yang tertinggi ditemukan di HT Campuran sebanyak 10 spesies, sedangkan di perumahan tidak dijumpai satupun spesies burung yang termasuk kategori ini. Sementara itu, kekayaan spesies burung pemakan daging dengan sumber pakan berupa ikan yang tertinggi ditemukan di kebun kemudian diikuti sawah, sedangkan yang terendah ditemukan di hutan alam, HT Monokultur dan perumahan masing-masing tiga spesies (Gambar 35).

Suksesi

Awal Lanjut

Gambar 35 Kekayaan spesies burung pemakan daging menurut kategori sumber pakan di setiap gradien habitat.

Komposisi Burung Pemakan Serangga

Tercatat 50 spesies burung yang memanfaatkan serangga sebagai pakan utamanya yang terdiri atas 47 spesies burung pemakan serangga murni dan tiga spesies pemakan campuran. Namun demikian, terdapat 23 spesies burung yang juga memanfaatkan serangga sebagai pakan, walau bukan termasuk pakan utama, sehingga total dijumpai 73 spesies burung yang memanfaatkan serangga sebagai pakan (Tabel 24). Tiga tipe habitat terdiri atas sembilan guild burung, sementara tiga tipe habitat lainnya hanya terdiri dari delapan guild burung (Gambar 36).

Guild burung pemakan serangga di bagian tajuk (TFGI) merupakan spesies dominan di empat tipe habitat yaitu hutan alam, HT Campuran, HT Monokultur dan perumahan. Namun demikian, kekayaan spesies burung menurut kategori guild pemakan serangga hanya berbeda signifikan di habitat HT Campuran dan HT Monokultur (Tabel 25). Guild burung pemakan serangga sambil terbang menempati proporsi individu yang dominan di hampir seluruh tipe habitat, kecuali HT Campuran yang didominasi guild burung pemakan serangga dan buah (Gambar 37). Seluruh nilai uji menunjukkan perbedaan signifikan dalam hal jumlah individu (Tabel 26).

Tabel 24 Kekayaan spesies burung pada setiap guild pemakan serangga di lokasi penelitian

No. Guild Kode Guild Jumlah Spesies

A Pemakan Serangga

1 Pemakan serangga di bagian tajuk TFGI 18

2 Pemakan serangga di bagian dahan dan ranting BGI 3

3 Pemakan serangga di daerah semak SFGI 11

4 Pemakan serangga di serasah atau lantai hutan LGI 2

5 Pemakan serangga sambil terbang FCI 13

B Pemakan campuran

1 Pemakan serangga dan nektar IN 4

2 Pemakan vertebrata lain dan serangga CI 13

3 Pemakan serangga dan buah IF 13

4 Pemakan biji dan serangga SEI 3

Tabel 25 Nilai uji chi square kekayaan spesies burung yang termasuk kategori guild pemakan serangga di setiap gradien habitat

No. Gradien Habitat Hutan alaχ²hit

1 Hutan alam 15.00 2 HT Campuran 32.73* 3 HT Monokultur 21.50* 4 Kebun 9.33 5 Sawah 6.75 6 Perumahan 6.86

P e rse n ta se Suksesi Awal Lanjut

Keterangan : TFGI = Pemakan serangga di bagian tajuk; BGI = Pemakan serangga di bagian dahan dan ranting; SFGI = Pemakan serangga di daerah semak; LGI = Pemakan serangga di serasah atau lantai hutan; FCI = Pemakan serangga sambil terbang; IN = Pemakan serangga dan nektar; CI = Pemakan vertebrata lain dan serangga; IF Pemakan serangga dan buah; SEI = Pemakan biji dan serangga.

Gambar 36 Persentase kekayaan spesies burung menurut kategori guild pemakan serangga di setiap gradien habitat.

P e rse n ta se Suksesi Awal Lanjut

Keterangan : TFGI = Pemakan serangga di bagian tajuk; BGI = Pemakan serangga di bagian dahan dan ranting; SFGI = Pemakan serangga di daerah semak; LGI = Pemakan serangga di serasah atau lantai hutan; FCI = Pemakan serangga sambil terbang; IN = Pemakan serangga dan nektar; CI = Pemakan vertebrata lain dan serangga; IF Pemakan serangga dan buah; SEI = Pemakan biji dan serangga.

Gambar 37 Persentase jumlah individu burung menurut kategori guild pemakan serangga yang ditemukan di setiap gradien habitat.

Tabel 26 Nilai uji chi square jumlah individu burung yang termasuk kategori guild pemakan serangga

No. Gradien Habitat χ²hit

1 Hutan alam 101.04* 2 HT Campuran 87.96* 3 HT Monokultur 49.05* 4 Kebun 107.80* 5 Sawah 131.25* 6 Perumahan 110.73*

Keterangan : * berbeda signifikan pada tafar 5%

Suksesi

Awal Lanjut

Gambar 38 Kekayaan spesies burung pemakan serangga di setiap gradien habitat.

Jika dilihat secara keseluruhan gabungan burung pemakan serangga murni dan campuran, kekayaan spesies burung pemakan serangga yang tertinggi dijumpai di HT Campuran sebanyak 66 spesies dan terendah di perumahan sebanyak 21 spesies. Hasil ini juga didapatkan jika hanya melihat kategori burung pemakan serangga murni (Gambar 38).

Komposisi Burung Pemakan Biji

Kelompok burung pemakan biji tidak dijumpai di hutan alam. Terdapat kecenderungan bahwa semakin menurun tingkat suksesi habitat, maka semakin tinggi proporsi burung pemakan biji baik jumlah spesies maupun jumlah individu, kecuali untuk jumlah individu burung pemakan biji di perumahan (Gambar 39). Kekayaan spesies burung pemakan biji menunjukkan nilai tidak berbeda signifikan antar gradien habitat (χ²hit = 5.82; df=2; P<0,05). Namun demikian,

jumlah individu burung pemakan biji menunjukkan nilai berbeda signifikan antar gradien habitat (χ²hit = 196.47; df=2; P<0,05).

Suksesi

Awal Lanjut

Gambar 39 Perbandingan proporsi komposisi spesies dan individu burung pemakan biji antar gradien habitat.

Komposisi Kelompok Amfibi Menurut Spesies

Secara keseluruhan terdapat tiga kelompok amfibi yaitu kelompok akuatik, terestrial dan arboreal. Hampir di seluruh habitat terdiri atas tiga kelompok amfibi, kecuali di sawah yang hanya terdiri dari dua kelompok saja. Berdasarkan jumlah spesies, kelompok amfibi akuatik mendominasi seluruh lokasi walaupun tidak berbeda signifikan di seluruh lokasi (Gambar 40; Tabel 27).

P e rse n ta se Suksesi Awal Lanjut

Gambar 40 Persentase kekayaan spesies amfibi menurut kelompok amfibi setiap gradien habitat.

Tabel 27 Nilai uji chi square kekayaan spesies amfibi menurut kelompok amfibi di setiap gradien habitat

No. Gradien Habitat χ²hit

1 Hutan alam 0.50 2 HT Campuran 4.00 3 HT Monokultur 2.00 4 Kebun 1.75 5 Sawah 3.71 6 Perumahan 2.00

Keterangan : * berbeda signifikan pada taraf 5% dan df=2

Komposisi Kelompok Amfibi Menurut Individu

Berdasarkan jumlah individu, kelompok akuatik mendominasi hampir di seluruh lokasi kecuali di habitat perumahan. Proporsi individu kelompok amfibi aquatik berkisar antara 42% di kebun dan 90% di sawah. Sementara di habitat perumahan didominasi oleh kelompok amfibi terestrial yang mencapai 60%. Perbedaan jumlah individu setiap kelompok amfibi menunjukkan nilai signifikan untuk seluruh gradien habitat (Gambar 41; Tabel 28).

P e rse n ta se Suksesi Awal Lanjut

Gambar 41 Persentase jumlah individu amfibi menurut kelompok amfibi di setiap gradien habitat.

Komposisi Amfibi Terestrial dan Akuatik

Proporsi individu kelompok amfibi terestrial meningkat seiring menurunnya tingkat suksesi kecuali di habitat sawah. Fenomena yang sebaliknya terjadi pada kelompok amfibi akuatik, yang menurun seiring menurunnya tingkat suksesi, kecuali di habitat sawah juga (Gambar 42).

Tabel 28 Nilai uji chi square jumlah individu amfibi menurut kelompok utama di setiap gradien habitat

No. Gradien Habitat χ²hit

1 Hutan alam 8.15* 2 HT Campuran 26.76* 3 HT Monokultur 15.07* 4 Kebun 10.72* 5 Sawah 86.53* 6 Perumahan 12.39*

Keterangan : * berbeda signifikan pada taraf 5% dan df=2

Suksesi

Awal Lanjut

Gambar 42 Proporsi individu amfibi kelompok terestrial dan akuatik di setiap gradien habitat.

Kekayaan spesies amfibi terestrial tidak berbeda signifikan antar gradien habitat (χ²hit = 2.41; df=2; P<0,05), namun berbeda signifikan untuk analisa

jumlah individu antar gradien habitat (χ²hit = 16.85; df=2; P<0,05). Hasil yang

sama didapat untuk analisa terhadap kekayaan spesies amfibi akuatik yaitu tidak berbeda signifikan antar gradien habitat (χ²hit = 4.57; df=2; P<0,05), namun

berbeda signifikan untuk analisa jumlah individu antar gradien habitat (χ²hit =

61.03; df=2; P<0,05).

Hubungan Komunitas Burung dengan Amfibi

Seluruh Tipe Habitat

Hasil analisis hubungan kekayaan spesies burung dengan kekayaan spesies amfibi menunjukkan nilai signifikan (r2=0.69; P=0.04) dengan model regresi Y=0.82x+0.85 (Gambar 43a). Nilai ini bermakna bahwa semakin tinggi kekayaan spesies burung di suatu lokasi, maka kekayaan spesies amfibi juga tinggi di lokasi tersebut. Begitu juga sebaliknya bahwa semakin rendah kekayaan burung di suatu lokasi, maka kekayaan spesies amfibi juga rendah di lokasi tersebut.

Dokumen terkait