• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pengambilan Data Data Burung

Pengambilan data burung dilakukan dengan pengamatan langsung, yaitu dengan melihat langsung individu burung yang teramati serta melalui tanda lainnya seperti suara (Bibby et al. 2000). Identifikasi spesies didasarkan pada Buku Panduan Lapangan Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan

Kalimantan (MacKinnon et al. 1998). Untuk tata nama suku dan spesies mengikuti Sukmantoro et al. (2007). Pengelompokan berdasarkan pakan, cara mencari makan, tempat mencari makan dan strata tempat mencari makan didasarkan pada Connel et al. (2000).

Metode yang digunakan yaitu metode titik hitung atau IPA (Indices Ponctuels d’Abondance) (Bibby et al. 2000). Pengamatan dilakukan pada pagi hari antara pukul 05.30-10.00 WIB dan sore hari antara pukul 15.00-18.00 WIB. Titik hitung yang digunakan berukuran jari-jari 20 m dengan waktu pengamatan antara 5-10 menit setiap titik (Gambar 2). Ukuran titik hitung diseragamkan untuk seluruh tipe habitat dengan penyesuaian habitat yang relatif tertutup seperti hutan alam dan hutan tanaman. Pengamatan di setiap titik akan berhenti jika selama dua menit tidak lagi dijumpai individu baru. Setiap lokasi diamati hingga mencapai asimtot spesies yang dijumpai. Total titik hitung yang diamati sebanyak 5013 titik hitung selama 557 jam pengamatan (Tabel 4).

Gambar 2 Ilustrasi penggunaan metode titik hitung untuk burung.

Tabel 4 Jumlah titik hitung pengambilan data burung di setiap gradien habitat yang diteliti No. Lokasi Gradien Habitat Hutan alam HT Campuran HT

Monokultur Kebun Sawah Perumahan

1 Dungus Iwul 157 137 126 2 Yan Lapa 169 517 255 89 3 Darmaga 277 175 167 87 4 Haurbentes 468 92 5 Ciampea 129 533 145 136 6 Cikabayan 178 97 123 217 113 7 Bogor Kota 114 97 8 Cimulang 135 72 9 Ciburial 115 93 Jumlah 326 1935 1146 443 773 390 r = 20m

Data Amfibi

Metode yang digunakan adalah pengamatan langsung yaitu VES (visual encountered survey) dengan desain jalur (Heyer et al. 1994). Panjang jalur yaitu 100 meter dengan radius pengamatan kanan dan kiri jalur sangat bervariasi antara 0.5-3 meter tergantung kondisi habitat yang diamati. Habitat yang terbuka, memiliki radius pengamatan lebih lebar dibandingkan habitat tertutup karena lebih mudah diamati (Gambar 3).

Secara umum, tipe habitat yang diamati untuk setiap lokasi adalah habitat terestrial dan habitat perairan permanen. Setiap lokasi yang hanya terdiri atas habitat perairan, ditempatkan minimal dua jalur yaitu di tepian habitat dan di bagian tengah habitat. Jika terdapat badan air, maka jalur ditempatkan memotong badan air. Untuk habitat perairan berupa sungai, jalur ditempatkan di tepian secara memanjang mengikuti aliran air, sedangkan di habitat perairan berupa danau/situ jalur pengamatan diletakkan mengelilingi danau/situ kecuali badan air tersebut dapat dilewati oleh pengamat, maka ditempatkan juga memotong badan air (Gambar 4).

Metode yang digunakan adalah time search yaitu menjelajahi kawasan penelitian dengan standar penggunaan waktu tertentu. Standar waktu yang digunakan adalah 120 menit/ pengamat untuk jalur sepanjang 400 meter. Oleh karena panjang tiap jalur adalah 100 meter, maka pengamatan setiap jalur adalah 30 menit/pengamat. Waktu pengamatan dilakukan pada periode 19.00- 24.00 WIB. Setiap lokasi diamati hingga mencapai asimtot spesies yang dijumpai. Total jalur yang diamati yaitu 1693 jalur dengan total waktu pengamatan 424 jam (Tabel 5).

Identifikasi spesies didasarkan pada Buku Panduan Lapangan Amfibi Jawa dan Bali (Iskandar 1998), sementara untuk tatanama mengikuti publikasi on-line oleh the Integrated Taxonomic Information System (ITIS) dari www.itis.gov. Pengelompokkan amfibi menurut habitat utama yang digunakan didasarkan juga pada Iskandar (1998).

Gambar 3 Ilustrasi penggunaan metode Visual Encountered Survey dengan disain jalur untuk pengambilan data amfibi.

Jalur Pengamatan Wilayah yang diamati

(a)

(b)

(c)

Gambar 4 Ilustrasi penempatan jalur pengamatan amfibi di berbagai tipe habitat. (a) habitat terestrial, (b) habitat sungai; dan (c) habitat danau/situ.

Tabel 5 Jumlah jalur pengambilan data amfibi di setiap gradien habitat yang diteliti No. Lokasi Gradien Habitat Hutan alam HT Campuran HT

Monokultur Kebun Sawah Perumahan

1 Dungus Iwul 50 79 75 2 Yan Lapa 55 78 80 45 3 Darmaga 112 59 66 32 4 Haurbentes 189 48 5 Ciampea 49 123 50 46 6 Cikabayan 35 37 45 65 35 7 Bogor Kota 40 30 8 Cimulang 73 28 9 Ciburial 40 29 Jumlah 105 622 388 154 298 126 Data Lanskap

Tipe dan Luas Habitat

Tipe habitat diperoleh dengan mendeskripsikan langsung setiap lokasi yang diamati baik kondisi fisik maupun biotik terutama vegetasi yang ada. Luas setiap tipe habitat dihitung menggunakan software Arc GIS 9.3. Penggunaan lahan diketahui dengan pengamatan maupun wawancara langsung.

Keanekaragaman dan Profil Vegetasi

Profil vegetasi diambil menggunakan petak contoh berukuran 50x10 meter sebanyak satu plot setiap lokasi. Plot diletakkan secara purposive yaitu ditentukan di bagian yang dianggap mewakili tipe habitat contoh (Gambar 5). Tidak seluruh tipe habitat diambil gambar profilnya terutama habitat sawah dan kebun.

Gambar 5 Ilustrasi plot pengambilan data profil vegetasi di setiap gradien habitat yang diteliti.

Analisa Data

Analisa Data Satwa Tiap Tipe Habitat

Analisa data satwa dilakukan setelah jumlah individu setiap spesies yang dijumpai distandarkan dengan membuat reratanya dalam satuan per hari pengamatan yaitu 120 menit untuk satu hari pengamatan. Hal ini dilakukan karena lama waktu pengamatan yang berbeda untuk setiap lokasi tergantung kurva asimtot penemuan spesies yang didapatkan.

Indeks Keanekaragaman Spesies (H’)

Nilai keanekaragaman spesies dilihat menggunakan indeks keanekaragaman spesies Shannon-Wiener (H’) (Magurran 2004) :

H’ = -∑ pi lnpi

dimana pi = ∑ burung spsesies ke∑ total burung -i dengan pi = proporsi individu pada spesies ke-i

Indeks Kemerataan (E)

Untuk menentukan proporsi kelimpahan spesies burung dan amfibi dari masing-masing gradien habitat digunakan indeks kemerataan (Index of Equitability or evennes), yaitu (Pielou 1969, 1975 diacu dalam Magurran 2004) :

E = H’ / ln s

Dengan s = jumlah spesies 10 m

Komposisi Burung dan Amfibi

Perbandingan komposisi burung maupun amfibi di setiap gradien habitat dilakukan untuk melihat signifikan atau tidaknya perbedaan yang ada. Perbandingan didasarkan pada dua hal, yaitu kekayaan spesies dan jumlah individu spesies. Untuk melihat perbedaan masing-masing dilakukan pengujian dengan menggunakan uji chi-square :

χ²

hitung =

(Oi - Ei)2

Ei

dimana O = frekuensi hasil pengamatan; E = frekuensi harapan

Nilai signifikan dibandingkan dengan Chi-sguare teoritis (Chi-square tabel) pada derajat bebas v=(r-1)(c-1). Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5% (p<0.05).

Analisa Data Satwa Antar Tipe Habitat

Indeks kesamaan komunitas ini digunakan untuk melihat kesamaan masing- masing komposisi spesies burung dan amfibi antar lokasi. Indeks yang digunakan adalah indeks kesamaan spesies Jaccard (1901) (Balen 1984; Krebs 1985) :

IS = c

a + b + c

Dimana : a = Jumlah spesies yang hanya terdapat di lokasi 1 b = Jumlah spesies yang hanya terdapat di lokasi 2 c = Jumlah spesies yang terdapat di lokasi 1 dan 2

Untuk melihat tingkat kesamaannya, digunakan dendogram. Pembuatan dendogram dibuat secara manual dengan melihat nilai kesamaannya (IS). Selanjutnya dilakukan analisis determinan dengan program statistika dan MDS (multidimensional scaling) untuk mengetahui kedekatan komunitas burung dan amfibi antar tipe habitat. Analisa determinan dilakukan untuk memperkuat dendrogram yang didapatkan. Program software yang digunakan yaitu SPSS version 15.0.

Analisa Data Satwa dengan Faktor Habitat

Untuk melihat hubungan antara keanekaragaman spesies burung dan amfibi dengan faktor luas habitat, maka dilakukan uji korelasi dengan faktor luas habitat. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5% (p<0.05).

Analisa Data Antar Taksa Burung dan Amfibi

Untuk melihat hubungan antara keanekaragaman spesies burung dan amfibi dalam satu habitat, maka dilakukan uji chi square :

x

2hitung =

(Oi - Ei)2

Ei

dimana O = frekuensi hasil pengamatan; E = frekuensi harapan

Nilai signifikan dibandingkan dengan Chi-sguare teoritis (Chi-square tabel) pada derajat bebas v=(r-1)(c-1). Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5% (p<0.05).

Dokumen terkait