• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara umum kondisi lingkungan yang ada di sekitar kandang mempengaruhi aktivitas owa Jawa, seperti kondisi kandang, cuaca, suhu, kelembaban dan tingkat kebisingan. Letak kandang owa Jawa berada di dalam Pusat Penangkaran Satwa (PPS) Gadog, Ciawi, mempengaruhi aktivitas owa Jawa (Hylobates moloch).

Jarak antara masing-masing kandang terlalu dekat, sehingga aktivitas dari masing-masing hewan sangat mempengaruhi aktivitas hewan lainnya terutama owa Jawa. Sumber kebisingan berasal dari suara-suara yang berasal dari kendaraan bermotor, mobil dan para pekerja serta suara-suara yang berasal dari hewan lain yang berada di sekitar pusat penangkaran. Meskipun sudah terbiasa dengan sumber kebisingan tersebut, owa Jawa masih saja mengalami stress karena owa Jawa merupakan hewan diurnal yang aktif di siang hari.

Sistem perkandangan yang dibuat memungkinkan udara bebas keluar masuk kandang, sehingga ventilasi udaranya cukup baik. Menurut Tillman et al. (1991), kandang berventilasi baik menjamin aliran udara yang terus menerus melewati kandang dan sekitar hewan. Menurut Anggraeni (2006), ventilasi yang baik juga akan mencegah seminimal mungkin debu dan kadar bau-bauan yang dapat berhubungan langsung dengan hewan.

Berdasarkan data yang diperoleh selama pengamatan tercatat bahwa rataan suhu di sekitar pusat penangkaran pada pagi hari (sekitar pukul 06.00 WIB) sebesar 19,45±1,24 oC, siang hari (sekitar pukul 12.00 WIB) sebesar 31,92±1,77 oC dan sore hari (sekitar pukul 17.00 WIB) sebesar 30,36±3,16 oC. Rataan kelembaban di sekitar pusat penangkaran pada pagi, siang dan sore hari berturut-turut 94,06±4,21 %, 56,23±5,16 % dan 55,42±7,85 %. Dengan demikian, kondisi di pagi hari cukup dingin dengan kelembaban tinggi, sedangkan di siang hari cukup panas dengan kelembaban rendah. Suhu lingkungan yang rendahnya di pagi hari mempengaruhi aktivitas owa Jawa selama pengamatan. Dengan suhu lingkungan yang rendah di pagi hari owa cenderung menunjukkan aktivitas urinasi yang cukup tinggi. Berbeda pada siang dan sore hari dimana suhu lingkungan cukup tinggi. Tingginya suhu lingkungan di siang hari dan sore hari, membuat aktivitas urinasi owa Jawa cenderung lebih sedikit atau rendah. Hal ini dilakukan owa Jawa untuk menyimpan

energi dan memperkecil kehilangan air tubuh yang akan menyebabkan dehidrasi. Akibatnya aktivitas makan pada pagi hari cenderung lebih rendah bila dibandingkan dengan aktivitas makan owa Jawa, karena pada siang hari owa Jawa membutuhkan asupan air yang lebih banyak dibandingkan pada pagi hari.

Kondisi Hewan

Secara keseluruhan baik owa Jawa jantan dan owa Jawa betina, kondisinya dalam keadaan baik dan sehat. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas harian owa Jawa selama pengamatan di pusat penangkaran. Aktivitas harian yang dimaksud adalah aktivitas makan, aktivitas minum, aktivitas defekasi, aktivitas urinasi, aktivitas grooming, aktivitas lokomosi, aktivitas istirahat dan aktivitas bermain. Kondisi owa dalam keadaan baik dan sehat, karena keseluruhan aktivitas harian tersebut dilakukan secara normal, artinya saat owa merasa lapar maka owa akan makan, saat owa haus maka owa akan minum, saat owa ingin defekasi maka owa akan melakukan aktivitas defekasi, begitu juga dengan aktivitas harian lainnya.

Normalnya aktivitas yang ditunjukkan oleh owa Jawa tidak lepas dari kondisi dan ketinggian penangkaran. Kappler (1984) membagi habitat owa Jawa ke dalam zona vegetasi sebagai berikut : hutan dataran rendah (0-500 m dpl), hutan dataran tinggi (500-1000 m dpl), dan hutan pegunungan bawah (1000-1500 m dpl), sedangkan pusat penangkaran yang merupakan tempat ditangkarkannya owa Jawa berada pada ketinggian 650 m dpl. Hal ini berarti daerah PPSG termasuk kedalam kelompok hutan dataran tinggi (500-1000 m dpl), sehingga owa Jawa dapat hidup dengan baik karena vegetasi dan jenis tumbuhan yang berada pada daerah tersebut merupakan sumber pakan bagi owa Jawa. Hal ini diperkuat dengan penyataan Rowe (1996) yang menyatakan bahwa hutan hujan tropik di bawah ketinggian 1.500 m dpl merupakan habitat eksklusif bagi owa Jawa. Satwa ini bergerak dengan cara bergelayutan, berjalan dan melompat dari suatu tempat ke tempat yang lain.

Pemilihan Pakan

Aktivitas makan owa Jawa diawali dengan melakukan pemilihan jenis pakan, hal ini dikarenakan jenis pakan yang diberikan cukup bervariasi. Dalam hal ini owa Jawa merupakan hewan yang sangat selektif dalam memilih pakan, karena owa Jawa

akan memakan habis pakan yang disukai dan tidak akan memakan pakan yang tidak disukai. Cara yang ditunjukkan owa Jawa saat memakan pakan yang asing adalah dengan cara mengendus pakan tersebut kemudian memakannya dengan hati-hati, bila owa menyukainya maka pakan tersebut akan dimakan hingga habis dan bila owa tidak suka maka pakan tersebut akan dibuang kembali. Tingkah laku yang ditunjukkan saat pemberian pakan adalah pertama-tama owa mendekati pakan, kemudian memperhatikan pakan. Pakan yang paling disukai langsung dimakan, sedangkan pada pakan yang kurang disukai hanya diciumi, digigit kemudian diletakkan kembali atau hanya diambil sarinya saja. Pakan yang tidak disukai akan dibuang oleh owa. Owa mengambil pakan dengan menggunakan tangannya bahkan dengan bantuan kaki, terutama untuk jenis pakan sayuran seperti kangkung, sebelum memakan kangkung owa melakukan pemilihan atau penyeleksian terhadap daun, daun yang masih bagus, segar dan muda akan langsung dimakan, sedangkan untuk daun yang sudah tua (berwarna kuning), layu dan tidak segar lagi tidak akan dimakan (dibuang).

Berdasarkan ranking urutan pakan dari pakan yang pertama kali dipilih sampai pakan yang terakhir dipilih, antara urutan pemilihan pakan pagi dan siang mengalami sedikit perubahan, seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Ranking Urutan Pakan dari Pakan yang Pertama Kali Dipilih Sampai Pakan yang Terakhir Dipilih

Urutan Pemilihan Pakan

Jantan Betina Skor Total Ranking

Pakan

Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang Buah : Pisang 1,0 1,9 1,8 1,9 2,8 3,8 1 1 Jambu biji 3,3 3,5 5,1 5,3 8,4 8,8 5 5 Apel 5,9 6,0 5,5 5,8 11,4 11,8 6 6 Markisa 7,0 7,0 6,8 6,8 13,8 13,8 7 7 Semangka 4,3 4,0 1,9 2,2 6,3 6,2 2 2 Umbi : Ubi jalar 4,3 4,3 2,3 2,7 6,6 7,0 3 4 Sayuran : Kangkung 2,1 2,2 4,6 3,3 6,7 5,5 4 3

Keterangan : angka 1 sampai dengan angka 7 menunjukkan nomor urutan pemilihan pakan dari pakan yang pertama kali dipilih sampai pakan yang terakhir dipilih untuk dikonsumsi.

Berdasarkan ranking urutan pemilihan pakan pada pagi hari diketahui urutannya sebagai berikut : pisang, semangka, ubi jalar, kangkung, jambu biji, apel dan markisa, sedangkan urutan pemilihan pakan pada siang hari adalah sebagai berikut : pisang, semangka, kangkung, ubi jalar, jambu biji, apel dan markisa. Adanya perbedaan ranking pagi dan siang ini dimungkinkan untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh yang masih kurang.

Berdasarkan kelompoknya pakan yang diberikan dibedakan ke dalam tiga kelompok yaitu : kelompok buah (pisang, jambu biji, apel, markisa dan semangka), kelompok umbi (ubi jalar) dan kelompok sayuran (kangkung). Dari ketiga kelompok pakan tersebut kelompok buah merupakan pakan yang paling disukai, konsumsi buah lebih tinggi dari konsumsi yang lainnya. Hal ini membuktikan bahwa sumber pakan utama owa Jawa adalah buah-buahan, sesuai dengan pernyataan Whitten (1982) bahwa buah-buahan merupakan sumber pakan utama gibbon. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Conservation International Indonesia (2000) yang menyatakan bahwa owa Jawa mengkonsumsi kurang lebih 61 % buah, 31 % daun dan sisanya berbagai jenis makanan seperti bunga dan berbagai jenis serangga.

Terdapat perbedaan antara pakan yang dipilih pagi hari dan siang hari. Pada pagi hari urutannya adalah buah, umbi dan sayuran, sedangkan pada siang hari urutannya adalah buah, sayuran dan umbi. Dari perbedaan tersebut dapat dikatakan bahwa, pada siang hari owa membutuhkan asupan air yang lebih tinggi dibandingkan pada pagi hari. Hal ini terbukti bahwa pada siang hari owa cenderung memilih pakan yang memiliki kandungan air yang tinggi, yaitu buah, sayuran dan terakhir adalah umbi. Dalam hal ini kangkung memiliki kadar air yang lebih tinggi daripada ubi jalar.

Pisang merupakan pakan yang paling disukai diantara pakan yang disajikan. Hal ini dimungkinkan karena di habitat aslinya pisang mudah didapat, selain itu pisang memiliki tekstur yang lunak, aroma yang khas, sehingga mudah untuk dicerna serta mengandung karbohidrat yang tinggi sehingga baik sebagai sumber energi bagi owa Jawa. Sesuai dengan pernyataan Wikipedia (2008), secara umum pisang mempunyai kandungan gizi yang baik. Buah yang sangat disukai monyet ini kaya karbohidrat, mineral, dan vitamin; 100 g pisang memasok 136 kalori. Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah tersedia dalam waktu singkat,

sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat, sedangkan kandungan protein dan lemak pisang sangat rendah, yaitu hanya 2,3 % dan 0,13 %.

Berbeda dengan markisa, dimana markisa merupakan pakan yang paling tidak disukai oleh owa Jawa. Hal ini mungkin dikarenakan markisa memiliki kulit yang keras, sehingga owa mengalami kesulitan dalam membuka buah tersebut. Selain itu meskipun markisa memiliki aroma yang menggugah selera, namun markisa memiliki rasa yang sedikit asam, sehingga owa tidak menyukai markisa. Sebagian besar pakan yang diberikan berupa buah yang memiliki rasa manis, kecuali pada markisa. Tingkah laku yang dilakukan owa terhadap markisa, yaitu dicicipi kemudian akhirnya dibuang kembali. Hal yang sama dilakukan owa Jawa terhadap apel, karena meskipun apel memiliki rasa yang manis tetapi apel memiliki kadar air yang rendah dan juga memiliki rasa yang sedikit asam, sehingga owa Jawa kurang menyukai apel sebagai bahan pakan.

Hampir 80% pakan owa Jawa adalah buah-buahan matang yang memiliki rasa manis dan tekstur yang lunak, hal ini dapat dilihat dari jumlah buah yang lebih banyak dikonsumsi dari pada hijauan atau umbi-umbian. Banyaknya buah yang dikonsumsi oleh owa Jawa, sangat berhubungan dengan bentuk gigi dari owa itu sendiri. Dengan gigi seri yang kecil dan sedikit ke depan, gigi taring yang panjang dan membentuk seperti pedang dan gigi geraham atas berbentuk kuadrikuspid serta gigi graham bawah berbentuk kuinkuekuspid, menunjukkan bahwa owa Jawa memang hewan pemakan buah.

Aktivitas di Penangkaran

Peubah yang diamati pada pengamatan owa Jawa di penangkaran meliputi aktivitas makan, minum, urinasi, defekasi, grooming, lokomosi, istirahat, dan bermain. Kedelapan aktivitas tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua aktivitas, yaitu aktivitas yang berhubungan langsung dengan pola makan dan aktivitas yang tidak berhubungan langsung dengan pola makan. Aktivitas yang berhubungan langsung dengan pola makan diantaranya adalah aktivitas makan, aktivitas minum, aktivitas defekasi dan aktivitas urinasi, sedangkan aktivitas yang tidak berhubungan langsung dengan pola makan adalah aktivitas lokomosi, aktivitas grooming, aktivitas

bermain, dan aktivitas istirahat. Persentase aktivitas owa Jawa selama penangkaran dapat dilihat pada Gambar 1.

12,77 0,96 2,43 1,97 23,79 21,40 22,74 13,95 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 Mak an Minu m Urin asi De fekas i Istir ahat Groom ing Loko mos i Ber main Aktivitas P e rse n ta se A k ti vi ta s (% )

Gambar 3. Persentase Aktivitas Owa Jawa pada Siang Hari dari Pukul 06.00 WIB sampai Pukul 18.00 WIB

Persentase aktivitas yang berhubungan langsung dengan pola makan paling tinggi adalah aktivitas makan sebesar 12,77%, diikuti aktivitas urinasi sebesar 2,43%, aktivitas defekasi sebesar 1,97%, kemudian aktivitas minum sebesar 0,96%. Persentase aktivitas yang mempengaruhi aktivitas makan paling tinggi adalah aktivitas istirahat sebesar 23,79%, diikuti aktivitas lokomosi sebesar 22,74%, aktivitas grooming sebesar 21,47%, kemudian aktivitas bermain sebesar 13,97% (Gambar 3).

Aktivitas tertinggi owa Jawa selama di penangkaran yaitu aktivitas istirahat sebesar 23,79% dari total aktivitasnya. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, seperti faktor kandang atau ruang lingkup tempat tinggal owa Jawa. Saat di habitat aslinya owa Jawa bebas bergerak ketempat yang diinginkan seperti mencari makan, lokomosi dan aktivitas lainnya, namun setelah owa Jawa ditangkarkan maka ruang lingkup untuk bergeraknya pun terbatas, sehingga owa Jawa tidak bebas bergerak dan sangat memungkinkan owa Jawa lebih banyak melakukan aktivitas istirahat. Selain faktor kandang, faktor lain adalah pakan dimana saat owa Jawa berada di habita aslinya, pakan banyak tersedia dan owa bebas memilih pakan apa saja yang

owa inginkan, namun saat di penangkaran pakan yang dikonsumsi owa Jawa hanya sebatas pakan yang tersedia di penangkaran.

Bila dilihat dari total aktivitas secara keseluruhan, aktivitas istirahat merupakan aktivitas yang paling dominan (Gambar 3). Namun aktivitas istirahat yang dominan tidak mengidentifikasikan rendahnya aktivitas owa Jawa selama di penangkaran. Jika total aktivitas dibagi menjadi dua kategori yaitu aktivitas aktif dan aktivitas tidak aktif, dimana aktivitas aktif meliputi aktivitas makan, aktivitas minum, aktivitas defekasi, aktivitas urinasi, aktivitas grooming, aktivitas lokomosi dan aktivitas bermain, nilainya tercatat sebesar 76,22%. Nilai tersebut jauh lebih besar daripada aktivitas tidak aktif yaitu aktivitas istirahat sebesar 23,79%. Mengingat aktivitas aktif merupakan aktivitas yang tinggi selama pengamatan, maka dapat dikatakan bahwa owa Jawa memang merupakan satwa yang aktif di siang hari atau yang disebut dengan hewan diurnal. Seperti yang diungkapkan Conservation International Indonesia (2000) bahwa owa Jawa aktif dari pagi hingga sore hari (diurnal), siang harinya digunakan untuk beristirahat dengan saling mencari kutu antara jantan dan betina pasangannya, atau antara ibu dan anaknya (grooming). Malam harinya tidur pada percabangan pohon.

Aktivitas terendah owa Jawa yang tercatat selama pengamatan yaitu aktivitas minum sebesar 0,96% dari total aktivitasnya. Hal ini terjadi dikarenakan pakan yang diberikan beragam yaitu berupa buah-buahan dan sayuran segar yang mengandung kadar air tinggi, sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan air minum owa Jawa. Kadar air pakan owa Jawa yang terdiri dari semangka, pisang, markisa, jambu biji, kangkung, ubi jalar, dan apel, berturut-turut sebesar 98,99%, 80,13%, 86,22%, 71,93%, 93,53%, 73,37%, dan 71,06%. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa kadar air semua bahan pakan tinggi, yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air pada owa Jawa. Kadar air pakan tertinggi terdapat pada semangka sebesar 98,99% dan terendah terdapat pada apel sebesar 71,06%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kadar air yang tinggi dalam bahan pakan akan mempengaruhi aktivitas minum owa Jawa. Semakin banyak owa Jawa mengkonsumsi pakan dengan kadar air yang tinggi maka aktivitas minumnya akan semakin rendah, karena kebutuhan air sudah tercukupi dari kandungan air bahan pakan.

12,43 23,22 20,49 21,94 16,93 10,66 2,01 1,77 1,20 13,05 0,69 24,87 22,23 2,16 2,86 23,47 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 Ma kan Minum Urin asi Def ekas i Istir aha t Groom ing Loko mosi Berm ain Aktivitas P resent a s e Akt ivi ta s (% ) Jantan Betina

Gambar 4. Presentase Aktivitas Owa Jawa Jantan dan Betina dari Pukul 06.00 WIB sampai Pukul 18.00 WIB

Sebagian besar aktivitas yang ditunjukkan selama pengamatan aktivitas betina lebih tinggi bila dibandingkan dengan aktivitas jantan kecuali pada aktivitas urinasi dan aktivitas bermain (Gambar 4). Beberapa hal yang meyebabkan perbedaan ini adalah umur, dimana owa Jawa jantan jauh lebih tua dibandingkan dengan betina. Hal ini ditunjukkan dengan memanjangnya gigi taring pada owa Jawa jantan, sehingga owa Jawa jantan lebih banyak diam atau istirahat dan malas untuk beraktivitas. Selain faktor umur, saat pengamatan didapati bahwa owa Jawa betina tengah dalam masa subur (estrus), hal ini diperjelas dengan keluarnya cairan merah (darah) dari alat kelamin betina selama 2-3 hari. Biasanya di habitat alam, saat owa betina tengah dalam masa subur, aktivitas yang ditunjukkan sangat aktif bila di bandingkan dengan masa tidak subur.

Aktivitas yang Berhubungan Langsung dengan Pola Makan

Aktivitas yang berhubungan dengan pola makan meliputi aktivitas makan, minum, defekasi dan urinasi. Presentase aktivitas yang berhubungan langsung dengan pola makan paling tinggi adalah aktivitas makan sebesar 12,77%, diikuti aktivitas urinasi sebesar 2,43%, aktivitas defekasi sebesar 1,97%, kemudian aktivitas minum sebesar 0,96% (Gambar 5). Tinggi rendahnya pola makan akan dipengaruhi oleh aktivitas makan, minum, defekasi dan urinasi.

12,77 0,96 2,43 1,97 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00

Makan Minum Urinasi Defekasi

Aktivitas P ro s e n ta s e A k ti v ita s (% )

Gambar 5. Aktivitas yang Berhubungan Langsung dengan Pola Makan

Aktivitas Makan

Aktivitas makan yang ditunjukkan owa Jawa selama pengamatan adalah sebagai berikut :

1. Mengamati pakan, yaitu perilaku owa Jawa sebelum mengambil pakan maupun setelah mengambil pakan, kemudian dipegang dengan menggunakan tangan dan atau kakinya.

2. Mengambil pakan, yaitu perilaku owa Jawa yaitu memilih pakan, memegang dengan menggunakan tangan, memegang dengan menggunakan kaki dan membawa pakan.

3. Memeriksa pakan, yaitu perilaku owa Jawa dalam memilah-milah pakan yang disukainya dan membolak-balikan pakan.

4. Mengolah pakan, yaitu perilaku owa Jawa yang dilakukan untuk menghilangkan atau membuang biji dan mengupas pakan yang berkulit.

5. Menggigit pakan, yaitu perilaku owa Jawa memasukkan pakan ke dalam mulut dengan tujuan untuk memotong pakan menjadi bagian yang lebih kecil ataupun membawa pakan dengan menggunakan gigi dan bibir.

6. Mengunyah pakan, yaitu perilaku owa Jawa saat mengkonsumsi pakan dengan menggunakan giginya.

7. Menelan pakan, yaitu perilaku owa Jawa dalam memasukkan pakan ke dalam perut.

8. Mengeluarkan kembali pakan yang sudah dimasukkan ke dalam mulut, yaitu perilaku owa Jawa pada pakan yang kurang disukainya atau hanya mengambil sari atau cairan pakan yang dilakukan setelah pakan digigit dan dikunyah, tetapi belum ditelan.

9. Membuang pakan, yaitu perilaku owa Jawa terhadap pakan yang tidak disukai dimana pakan hanya dipegang menggunakan tangan maupun kakinya, tetapi tidak untuk dikonsumsi lagi.

Khusus untuk kangkung owa Jawa memiliki kebiasaan yang unik yaitu selain tangannya yang mencengkram kangkung, kaki pun ikut serta mencengkram kangkung. Sebelum kangkung dimakan, kangkung akan dibawa pergi olehnya dan akan dimakan di tempat yang sekiranya aman untuknya, sehingga memberikan kesan takut direbut. Keunikan lain yang ditunjukkan saat memakan kangkung adalah owa Jawa hanya memakan kangkung bagian pucuknya dan daun kangkung yang masih segar, owa Jawa tidak akan memakan kangkung yang sudah berwarna kuning dan layu (tidak segar).

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 06.0 0 - 07.0 0 07.0 0 - 08.0 0 08.0 0 - 09.0 0 09.00 - 10 .00 10.00 - 11 .00 11.00 - 12 .00 12.00 - 13 .00 13.00 - 14 .00 14.00 - 15 .00 15.00 - 16 .00 16.0 0 - 17.0 0 17.0 0 - 18.0 0 Waktu Pengamatan P ros ent a se A k ti vi tas ( % ) Jantan Betina

Gambar 6. Aktivitas Makan Owa Jawa

Aktivitas makan owa Jawa selama di penangkaran sebesar 12,77 % dari total aktivitasnya (Gambar 5). Aktivitas makan tertinggi pada pukul 08.00 WIB dan pukul 14.00 WIB (Gambar 6). Tingginya aktivitas makan ini sangat berhubungan dengan waktu pemberian makan, yaitu pakan diberikan dua kali dalam sehari pada pukul 08.00 pagi dan sekitar pukul 14.00 siang. Aktivitas makan owa Jawa betina

lebih tinggi daripada aktivitas makan owa Jawa jantan (Gambar 4). Hal ini terjadi karena ada perbedaan pada pola makannya. Pada saat pemberian makan owa jantan langsung memakan habis pakan pada saat itu juga, sedangkan owa betina tidak langsung memakan habis pakan pada saat itu juga, tetapi berangsur-angsur atau sedikit demi sedikit sambil sesekali diselingi dengan aktivitas lokomosi, aktivitas grooming dan aktivitas lainnya. Faktor tersebutlah yang menyebabkan mengapa aktivitas makan owa betina lebih tinggi dibandingkan aktivitas makan owa jantan.

Foto : Mahardika (2007)

Gambar 7. Aktivitas Makan Owa Jawa Betina.

Foto : Rasmada (2007)

Gambar 8. Aktivitas Makan Owa Jawa Jantan.

Aktivitas makan owa Jawa baik jantan maupun betina di penangkaran mulai menurun pada pukul 16.00-17.00 WIB, sedangkan pada pukul 17.00-18.00 owa Jawa sama sekali tidak melakukan aktivitas makan. Owa lebih banyak duduk dan diam disertai dengan kegiatan membersihkan bulu, kuku, telinga dan menjilati anggota tubuh yang lainnya (grooming), bahkan sesekali tertidur. Hal ini didukung oleh cuaca yang sudah mulai gelap dan sejuk yang merupakan salah satu faktor yang sangat memungkinkan owa untuk beristirahat panjang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aktivitas makan owa Jawa sangat berhubungan dengan keadaan cuaca, suhu dan kelembaban lingkungan. Selain itu juga owa Jawa merupakan hewan diurnal

atau hewan yang aktif di siang hari hingga sore hari, sehingga pada saat menjelang malam hari Owa akan beristirahat dan tidak melakukan aktivitas apapun kecuali aktivitas istirahat (tidur).

Saat melakukan aktivitas makan, ada beberapa posisi yang ditunjukkan owa Jawa seperti duduk, berdiri bahkan sembari menggantung (Gambar 7 dan 8). Hal ini sesuai dengan pendapat Kappeler (1984) yang menggambarkan dengan jelas perilaku owa Jawa selama menangani pakan. Ketika makan, owa Jawa tinggal di satu tempat dengan berbagai postur, duduk, berdiri, menggantung dan biasanya satu atau dua tungkai bebas meraih pakan.

Aktivitas Minum

Aktivitas minum owa Jawa selama pengamatan sebesar 0,96% dari total aktivitasnya. Aktivitas minum owa Jawa jantan lebih tinggi daripada aktivitas minum owa Jawa betina (Gambar 4). Hal ini berhubungan dengan aktivitas bermain, dimana aktivitas bermain owa Jawa jantan yang lebih tinggi daripada aktivitas bermain owa Jawa betina. Tingginya aktivitas bermain mempengaruhi aktivitas minum, semakin tinggi aktivitas bermain maka aktivitas minum akan semakin tinggi pula. Selain itu aktivitas minum juga berhubungan dengan aktivitas makan, pakan yang diberikan sebagian besar berasal dari buah dan sayur segar yang memiliki kandungan air yang tinggi. Semakin tinggi aktivitas makan maka aktivitas minumnya semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah aktivitas makan maka aktivitas minumnya akan semakin tinggi, hal ini untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh. Inilah yang terjadi mengapa aktivitas minum owa Jawa jantan lebih tinggi daripada aktivitas minum owa Jawa betina. Aktivitas minum merupakan aktivitas terendah dibandingkan aktivitas yang lain. Rendahnya aktivitas minum owa sangat berhubungan dengan pakan yang diberikan yaitu berupa buah-buahan dan sayuran segar yang banyak mengandung air, sehingga aktivitas minum owa Jawa sedikit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kappeler (1981) yang menyatakan bahwa kebutuhan air pada primata dapat dipenuhi dari buah-buahan dan beberapa macam bahan makanan

Dokumen terkait