• Tidak ada hasil yang ditemukan

Objek wisata pantai Tanjung Kelayang dan pantai Tanjung Tinggi Terletak di Desa Keciput, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Akses masuk langsung menuju pulau Belitung dari luar daerah biasanya melalui Jakarta dengan menggunakan moda transportasi udara dan laut. Moda transportasi udara dari Jakarta menuju Belitung ditempuh ± selama 50 menit dan terdapat enam kali penerbangan setiap harinya. Selain itu juga terdapat penerbangan langsung dengan rute Pangkal Pinang - Belitung (PP) setiap hari dengan lama penerbangan ± 1 jam. Bila menggunakan jalur laut menggunakan kapal ferry dari pelabuhan Tanjung Priok, maka dapat ditempuh selama ± semalam perjalanan, namun demikian, jadwal pelayarannya tidak pasti. Kapal ferry tersebut transit di pelabuhan Tanjung Ru yang dapat ditempuh selama ± 30 menit perjalanan dari kota Tanjungpandan. Kapal ferry tersebut setelah transit untuk menurunkan dan menaikkan penumpang kemudian akan melanjutkan perjalanan ke Pontianak. Akses masuk ke pulau Belitung melalui jalur laut juga dapat dilakukan dari Pontianak dengan kapal yang sama. Jalur alternatif lain menuju ke pulau Belitung dapat menggunakan kapal “Roro” yang berlayar dengan rute pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta ke pelabuhan Tanjung pandan serta Kabupaten Belitung Timur - pelabuhan Ketapang (Kalimantan Barat) dengan jumlah pelayaran keduanya sekali semingu.

Selain itu, akses langsung menuju pulau Belitung juga dapat melalui pulau Bangka dengan menggunakan jalur laut. Perjalanan melalui jalur laut dari pulau Bangka ke Belitung (PP) menggunakan kapal cepat dengan waktu tempuh ± 4 jam setiap harinya, kecuali hari selasa tidak ada pelayaran. Kapal cepat dengan rute Bangka-Belitung atau sebaliknya tersebut akan berlabuh di pelabuhan yang terletak di kota Tanjungpandan. Perjalanan dari Tanjungpandan ke pantai Tanjung Kelayang dapat ditempuh selama ± 30 menit dan ke pantai Tanjung Tinggi ± 40 menit. Bila perjalanan dimulai dari bandara (Air Port) H.A.S. Hanandjoedin ke pantai Tanjung Kelayang bisa ditempuh selama ± 40 menit dan ke pantai Tanjung Tinggi dapat di tempuh selama ± 30 menit. Perjalanan menuju ke kedua objek wisata tersebut biasanya akan berjalan lancar dan waktu yang ditempuh dapat diprediksi, hal tersebut selain dikarenakan akses jalan yang baik, juga dikarenakan tidak adanya kemacetan lalu lintas di daerah ini.

Sebelum dilakukan pengembangan wilayah, pantai Tanjung Kelayang dan pantai Tanjung Tinggi termasuk di dalam wilayah Desa Keciput. Desa ini merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung. Awalnya Desa Keciput terdiri dari dua dusun, yaitu Dusun Keciput dan Dusun Tanjung Tinggi. Namun pada Tahun 2011, dengan adanya program pengembangan wilayah oleh pemerintah daerah, Dusun Tanjung Tinggi kemudian berubah menjadi desa tersendiri, yaitu Desa Tanjung Tinggi. Dengan demikian, objek wisata pantai Tanjung Kelayang masih menjadi bagian Desa Keciput, sedangkan pantai Tanjung Tinggi kemudian menjadi bagian dari Desa Tanjung Tinggi. Karena merupakan desa yang baru terbentuk, sehingga kelengkapan data tentang informasi Desa Tanjung Tinggi belum banyak tersedia. Akibatnya data

yang dipergunakan untuk mengetahui profil wilayah kedua objek wisata pantai tersebut masih menggunakan data yang tersedia di Desa Keciput saja yang masih mencakup baik wilayah keciput dan juga wilayah Tanjung Tinggi.

Kondisi Umum Desa Keciput Desa Keciput memiliki luas wilayah sebesar 3.725 Km2

Tabel 5 Jenis pekerjaan dan jumlah pekerja di Desa Keciput Tahun 2011 , jarak dari ibukota kecamatan adalah 12 Km dan jarak dari ibukota kapupaten adalah 40 Km. Sebelum dipisahkan dengan Desa Tanjung Tinggi, Desa Keciput memiliki batas- batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Binga, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Air Selumar dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sijuk. Sejarah nama Desa Keciput berasal dari nama teluk yang terletak di antara daerah pelabuhan Bilik dan sekarang dikenal dengan nama Pantai Bilik yang diberi nama oleh Nek Niduk yang berasal dari suku Sawang. Tahun 2011, desa ini masih terkategori sebagai desa tertinggal karena dianggap kualitas sumberdaya manusianya (SDM) masih rendah karena tingkat pendidikan masyarakatnya masih rendah. Pada Tahun 2011, penduduk Desa Keciput berjumlah 2.986 jiwa, yang terdiri dari 1554 orang laki-laki dan 1432 orang perempuan. Dari jumlah penduduk tersebut, terdapat 1001 kepala keluarga (KK) dan 1773 orang termasuk dalam usia produktif. Adapun mata pencaharian penduduk di desa ini cukup beragam, seperti yang disajikan dalam Tabel 5 berikut :

Jenis Pekerjaan Jumlah (orang)

PNS 23 Berdagang 160 Berkebun 248 Buruh 200 Nelayan 400 Pekerja Serabutan 200

Sumber : Profil Desa Keciput Tahun 2011

Sebagai desa yang memiliki objek wisata pantai yang indah dan ramai dikunjungi oleh wisatawan, perkembangan pariwisata di sana seharusnya memberikan dampak positif dan kemajuan bagi kesejahteraan masyarakatnya. Namun sebaliknya, kenyamanan dan pengalaman indah wisatawan dalam perjalanan wisatanya akan sangat ditunjang oleh sarana dan prasarana yang tersedia baik di dalam maupun di sekitar objek wisata. Perjalanan wisatawan menuju ke objek wisata akan melewati desa ini dan kemungkinan mereka membutuhkan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kenyamanan selama di perjalanan. Oleh sebab itu, ketersediaan sarana dan prasarana wisata yang terdapat di desa juga akan sangat mendukung perkembangan pariwisata. Berdasarkan pengamatan, saat ini, jalan akses menuju lokasi objek wisata pantai Tanjung Kelayang dan Tanjung Tinggi kondisinya sangat baik, berupa jalan aspal dan nyaman untuk dilalui kendaraan darat maupun dengan berjalan kaki. Akses jalan penghubung desa dengan kecamatan adalah jalan aspal dengan kondisi yang sangat baik, sedangkan jalan penghubung antar kampung atau dusun utamanya

adalah jalan aspal dan jalan alternatif berupa jalan tanah yang sudah mengeras. Masyarakat di Desa Keciput dan di Pulau Belitung umumnya memiliki kendaraan pribadi untuk bermobilisasi dan sebagian kecil yang menggunakan kendaraan umum. Mayoritas masyarakat di Desa Keciput menggunakan kendaraan roda dua (sepeda motor) sebagai alat transportasi utama. Selain itu, saat ini terdapat 5 unit kendaraan pribadi yang dijadikan angkutan umum pedesaan sebagai pendukung mobilitas masyarakat dari dan menuju ke Desa Keciput.

Selama melakukan kegiatan atau perjalanan wisata, wisatawan juga biasanya membutuhkan sarana peribadatan untuk menjalankan ibadah atau ritual keagamaannya. Selain itu keberadaan toko dan warung dapat menunjang kenyamanan wisatawan saat berwisata untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan perlengkapan lainnya. Sarana peribadatan yang terdapat di Desa Keciput adalah hanya tempat peribadatan umat muslim saja berupa 3 buah mesjid dan 1 buah mushola. Hal tersebut disebabkan karena mayoritas penduduk di Desa Keciput adalah umat muslim. Tempat peribadatan untuk agama lain selain agama islam dapat dicapai dalam waktu yang relatif singkat ± 30 menit yang banyak terdapat di ibukota kabupaten, Tanjungpandan. Sementara itu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan perlengkapan lainnya selama berwisata, terdapat 51 warung dan 53 toko di lingkungan Desa Keciput. Keberadaan warung makan yang utamanya menyediakan masakan seafood banyak terdapat di sekitar objek wisata Tanjung Kelayang dan Tanjung Tinggi, sedangkan toko-toko banyak terdapat di sepanjang jalan utama desa, sehingga toko-toko tersebut mudah ditemukan bila wisatawan ingin membeli sesuatu selama perjalanan wisatanya.

Selain objek wisata yang menarik, budaya masyarakat setempat juga dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan. Bahkan tidak jarang, kebudayaan menjadi daya tarik utama atau alasan utama wisatawan datang berwisata ke suatu daerah. Oleh karena itu, pariwisata di daerah ini sepertinya akan lebih baik dan lebih berkembang bila keindahan alam di objek wisata dan kebudayaan masyarakat setempat lebih dipadukan dan dikolaborasaikan untuk menarik lebih banyak perhatian wisatawan agar datang berwisata. Adapun kegiatan-kegiatan budaya lokal yang terdapat di Desa Keciput ini yaitu acara Selamatan Kampong, Buang Jong, Syukuran Kelahiran (Betangga’ Tebu/Begumbang) dan acara Adat Perkawinan. Upaya untuk mengembangkan pariwisata di Desa Keciput dengan cara menggabungkan antara keindahan alam dengan budaya memang sudah dilakukan, tetapi sepertinya masih belum optimal. Adapun kegiatan budaya masyarakat setempat yang rutin diselenggarakan di objek wisata Tanjung Kelayang yaitu upacara selamatan laut yang dikenal dengan upacara “Buang Jong”. Pada saat dilaksanakannya upacara ini, masyarakat setempat dan juga banyak wisatawan yang datang menyaksikan proses jalannya ritual adat tersebut, sehingga objek wisata pantai Tanjung Kelayang menjadi ramai didatangi pengunjung. Namun sayangnya pelaksanaan upacara Buang Jong tersebut hanya dilakukan sekali dalam setahun, sehingga moment penyatuan antara keindahan alam pantai Tanjung Kelayang dengan kegiatan budaya masih jarang dilakukan. Sampai saat ini, Terdapat 2 kelompok kesenian untuk menunjang kegiatan budaya dan pariwisata di Desa Keciput, yaitu Kelompok Marawis dan Hadra (rebana) yang biasanya digunakan pada saat ada acara selamatan pernikahan dan penyambutan tamu.

Faktor lain yang mungkin menyebabkan wisatawan mau datang berwisata ke suatu daerah adalah faktor keamanan dan keselamatan wisatawan ketika berada di suatu objek wisata. Ancaman terhadap kemanan dan keselamatan jiwa wisatawan bisa terjadi karena faktor manusia dan faktor alam. Ancaman terhadap keamanan dan keselamatan dari tindak kejahatan atau faktor manusia mungkin dapat dikurangi dengan meningkatkan kewaspadaan wisatawan dan peningkatan pengamanan baik oleh pihak pengelola objek wisata maupun oleh masyarakat setempat. Namun sepertinya di objek wisata pantai Tanjung Kelayang dan Tanjung Tinggi, keamanan wisatawan selalu dapat terjaga. Hal tersebut selama ini terbukti dengan tidak pernah terjadinya kasus tindak kriminal yang dapat membahayakan jiwa dan keselamatan wisatawan di kedua objek wisata tersebut. Selain karena faktor manusia, keamanan dan keselamatan wisatawan ketika berada di dalam suatu objek wisata juga bisa terancam oleh faktor bencana alam. Faktor bencana alam merupakan faktor yang tidak bisa ditentukan oleh manusia, namun bisa diantisipasi untuk mengurangi dampaknya. Berdasarkan informasi yang didapat, bahwa di desa Keciput selama ini tidak pernah terjadi bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, gunung meletus, angin puting beliung dan sebagainya. Kondisi tersebut tentunya dapat menjadi nilai lebih objek wisata yang terdapat di daerah ini bagi keamanan dan keselamatan wisatawan dan calon wisatawan.

Kondisi Umum Pengelolaan Pantai Tanjung Kelayang

Secara lebih spesifik, objek wisata pantai Tanjung Kelayang terletak di Desa Keciput, Kecamatan Sijuk (Gambar 4). Pada pelaksanaan Sail Wakatobi - Belitong (Sail Wabe) 2011, pantai Tanjung Kelayang merupakan tempat pelaksanaan acara puncak kegiatan tersebut. Dengan adanya kegiatan Sail WaBe tersebut, maka keindahan pantai Tanjung Kelayang tidak hanya populer bagi wisatawan domestik tapi juga ramai didatangi wisatawan dari manca negara.

Secara pengelolaan, pantai Tanjung Kelayang dibagi menjadi 2 wilayah, yaitu wilayah yang dikelola oleh pemerintah daerah dan wilayah yang dikelola oleh pihak swasta atau perorangan. Wilayah yang dikelola pihak swasta ditandai dengan adanya pagar kayu dan sebuah pos jaga yang terdapat sebuah pintu masuk bagi wisatawan. Pintu masuk tersebut selalu di jaga pada siang hari dan wisatawan harus membayar tiket masuk untuk dapat memasuki kawasan wisata ini. Sedangkan kawasan yang dikelola oleh pemerintah daerah adalah daerah pantai selain kawasan yang dikelola oleh pihak swasta tersebut sampai dengan sebelum perkampungan penduduk.

Sekilas terlihat bahwa lahan yang menjadi wewenang pemerintah daerah untuk melakukan pengelolaan terhadap lokasi tersebut adalah sisa-sisa dari lahan yang dikelola oleh pihak swasta. Hal tersebut dikarenakan secara alami, keindahan pantai yang dikelola oleh pihak swasta memiliki pemandangan ke arah laut yang lebih indah dibandingkan dengan yang dikelola oleh pemerintah daerah. Peran pemerintah daerah dalam pengelolaan potensi wisata pantai yang dimilikinya bisa dikatakan baru terlihat semenjak adanya kegiatan Sail WaBe tersebut.

Gambar 4. Peta kondisi pantai Tanjung Kelayang dan lokasi penelitian (Sumber : BAPPEDA Kabupaten Belitung 2003, diolah)

Hal ini sepertinya memang terjadi bukan tanpa alasan yang jelas, berdasarkan informasi yang didapat, bahwa pemerintah daerah sudah berniat serius ingin memajukan pariwisata di daerah ini, hanya saja kendala utama yang dihadapi yaitu, lahan yang potensial untuk dikembangkan telah diprivatisasi dari sejak lama, sehingga pemerintah daerah sepertinya sulit untuk bisa melakukan hal yang kongkret dalam pengelolaan potensi wisata yang terdapat di daerahnya sendiri.

Kondisi Umum Pengelolaan Pantai Tanjung Tinggi

Pantai yang terletak di Desa Tanjung Tinggi, Kecamatan Sijuk ini memiliki keindahan alam yang tak kalah indah dibandingkan pantai Tanjung Kelayang (Gambar 5). Susunan batu-batu granit besar tersebut menbentuk seperti teluk yang melindungi pantai dari gempuran ombak dari tengah laut yang menuju pantai. Akibatnya perairan pantai Tanjung Tinggi lebih tenang sepanjang tahun dibandingkan dengan perairan pantai Tanjung Kelayang. Namun, walaupun meiliki keindahan alam dan besarnya potensi wisata yang terdapat di daerah ini, sepertinya objek wisata pantai Tanjung Tinggi memiliki nasib yang hampir sama dengan yang terjadi pada pantai Tanjung Kelayang. Hal tersebut dikarenakan lahan yang terdapat di kawasan pantai tersebut sudah menjadi milik pribadi atau perorangan. Akibatnya, pemerintah daerah tidak bisa berbuat banyak dalam mengembangkan potensi wisata yang dimilikinya. Kondisi tersebut tentu saja akan menghambat upaya pengembangan pariwisata yang sedang dilakukan.

Gambar 5. Peta kondisi pantai Tanjung Tinggi dan lokasi penelitian Kondisi Ekosistem Terumbu Karang

Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu atraksi dan daya tarik utama pariwisata di daerah pesisir. Umumnya, ekosistem terumbu karang yang berkondisi baik lebih disukai oleh wisatawan daripada terumbu karang yang tutupan karang hidupnya terkategori sedang dan jelek. Menurut Gomez dan Yap (1988), ekosistem terumbu karang dapat dikatakan memiliki kondisi baik bila persen penutupan karang hidup lebih dari 75%.

Kondisi Komunitas Karang

Pengamatan terhadap komunitas karang dilakukan di dua lokasi pengamatan yaitu pantai Tanjung Kelayang dan Tanjung Tinggi. Komunitas karang di Tanjung Kelayang diamati di empat stasiun pengamatan, sedangkan di Tanjung Tinggi dilakukan pengamatan di dua stasiun pengamatan. Hasil pengamatan yang telah dilakukan seperti yang ditampilkan pada Tabel 6.

Hasil pengamatan yang telah dilakukan di enam stasiun tersebut menunjukkan persen penutupan karang hidup tertinggi terdapat di stasiun 4 yang terletak di perairan pantai Tanjung Kelayang yaitu di daerah Batu Gerude dengan penutupan karang hidup sebesar 87,78% dan tergolong sebagai ekosistem terumbu karang yang terkategori memuaskan (penutupan karang hidup > 75%). Sementara itu, persen penutupan karang hidup terendah terdapat di stasiun 2 dan 3 yang juga terletak di perairan pantai Tanjung kelayang dengan persen penutupan yang sama yaitu sebesar 73,6 %. Namun demikian, berdasarkan kriteria kondisi ekosistem terumbu karang menurut Gomez dan Yap (1988), kondisi ekosistem terumbu karang yang terdapat di stasiun 2 dan 3 tersebut masih termasuk dalam kondisi sedang.

Tabel 6 Hasil pengamatan komunitas karang di perairan pantai Tanjung Kelayang dan Tanjung Tinggi

Jenis (%) Tanjung Kelayang

Tanjung Tinggi St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6 HC (Hard Coral) 79,52 73,60 73,60 87,78 78,10 75,50 SC (Soft Coral) 0,00 0,00 0,00 1,14 0,00 4,72 DC (Death Coral) 1,64 0,24 0,24 3,96 7,40 1,54

DCA (Death Coral with Algae) 4,90 7,82 1,92 1,52 6,80 2,68

OT (Others) 0,22 0,54 1,56 1,20 4,48 5,98 SP (Sponge) 3,06 0,70 2,52 0,62 0,72 0,30 MA (Macro Algae) 1,90 3,90 5,22 0,94 0,76 4,84 AA (Assemblage Algae) 0,00 3,96 4,86 0,34 0,16 0,96 CA (Coraline Algae) 0,00 0,00 0,00 0,52 0,72 3,12 TA (Turf Algae) 0,00 0,18 0,00 0,00 0,00 0,14 ZO (Zooanthids) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,22 Lamun 0,00 3,82 8,94 0,00 0,00 0,00 S (Sand) 8,76 3,68 1,14 1,98 0,12 0,00 R (Rubble) 0,00 1,56 0,00 0,00 0,74 0,00

Sumber : data primer

Berkurangnya tutupan karang hidup adalah disebabkan oleh kematian terumbu karang. Kematian terumbu karang dapat disebabkan oleh faktor alam, namun utamanya kematian dan kerusakan ekosistem terumbu karang disebabkan oleh faktor antropogenik atau aktivitas manusia. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa persen penutupan karang yang telah mati (DC) terendah terdapat di stasiun 2 dan 3 yang terdapat di perairan pantai Tanjung Kelayang dengan persentase penutupan yang sama yaitu sebesar 0.24%, sedangkan tutupan karang mati tertinggi ditemuka n di stasiun 5 yang terletak di perairan pantai Tanjung Tinggi dengan persentase tutupan sebesar 7.4%. Karang yang telah mati tersebut, baik berupa bongkahan besar maupun berupa patahan karang akan menjadi substrat bagi kehidupan yang baru baik oleh polip karang baru maupun organisme lain. Namun biasanya bongkahan atau potongan karang yang telah mati tersebut akan menjadi substrat bagi tumbuhnya alga, sehingga juga dikenal adanya karang mati yang ditumbuhi alga (Death Coral with Algae/ DCA). Dalam suatu ekosistem terumbu karang, karang mati hanya akan berperan sebagai substrat bagi hidupnya organisme baru, namun karang mati yang ditumbuhi oleh alga akan ikut berperan dalam menentukan organisme yang hidup di ekosistem terumbu karang tersebut, utamanya jenis-jenis ikan karang. Hal tersebut dikarenakan alga merupakan salah satu jenis makanan bagi ikan-ikan yang hidup di ekosistem terumbu karang. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa persen penutupan DCA terendah terdapat di stasiun 4 yang terletak di perairan pantai Tanjung Kelayang dengan persen penutupan sebesar 1.52%, sedangkan persen penutupan DCA tertinggi terdapat di stasiun 2 yang juga terdapat di perairan Tanjung Kelayang dengan persen penutupan sebesar 7.82%.

Besarnya tingkat degradasi atau perubahan karang hidup menjadi karang mati dapat diketahui dengan menghitung nilai indeks kematian karang atau yang lebih dikenal dengan indeks mortalitas karang (IMK). Nilai IMK tersebut dapat diketahui dengan membagi nilai atau total panjang transisi karang mati dengan jumlah transisi baik karang mati dan karang hidup. Adapun hasil perhitungan nilai IMK dari keenam stasiun pengamatan yang telah dilakukan seperti yang ditampilkan pada Tabel 7 berikut :

Tabel 7 Nilai indeks mortalitas karang (IMK) Lokasi Stasiun IMK

Pantai Tj Kelayang St 1 0.076 St 2 0.099 St 3 0.029 St 4 0.059 Pantai Tj Tinggi St 5 0.154 St 6 0.053

Sumber : data primer

Berdasarkan nilai-nilai IMK pada Tabel 7 di atas, dapat diketahui bahwa nilai IMK terendah terdapat di stasiun 3 yang terletak di perairan pantai Tanjung Kelayang, sedangkan niai IMK tertinggi terdapat di stasiun 5 yang terletak di perairan pantai Tanjung Tinggi. Dari nilai-nilai IMK tersebut dapat diketahui bahwa nilai IMK di suatu ekosistem terumbu karang akan semakin besar dengan semakin tingginya kematian karang. Hal tersebut berarti bahwa kerusakan atau besarnya degradasi ekosistem terumbu karang paling besar terdapat di stasiun 5. Selain itu, walaupun kondisi ekosistem di stasiun 2 dan 3 dapat dikatakan sama, namun ternyata besarnya degradasi atau tingkat perubahan dari karang hidup menjadi karang mati yang lebih besar terjadi di stasiun 2. Kondisi ini mengindikasikan bahwa walaupun kondisi sekarang ekosistem terumbu karang di stasiun 2 dan 3 tersebut dapat dikatakan sama, namun tekanan lingkungan yang dapat menyebabkan terus berkurangnya tutupan karang hidup lebih besar terdapat di stasiun 2. Selain itu, dari seluruh stasiun pengamatan, berdasarkan nilai IMK yang didapat, dapat diketahui bahwa tekanan lingkungan yang dapat mengurangi tutupan karang hidup atau merusak ekosistem terumbu karang paling besar terjadi di stasiun 5 yang terdapat di perairan pantai Tanjung Tinggi.

Kondisi Komunitas Karang di Perairan Pantai Tanjung Kelayang Kondisi ekosistem terumbu karang yang terdapat di perairan pantai Tanjung Kelayang dapat diketahui berdasarkan pengamatan terhadap 4 stasiun pengamatan yang dianggap mewakili daerah tersebut. Dua stasiun pengamatan terletak di depan pantai yang merupakan daerah berkumpul utama wisatawan (stasiun 2 dan 3) dan dua stasiun terletak di sisi ujung pantai yang merupakan daerah yang jarang didatangi oleh wisatawan (stasiun 1 dan 4). Berdasarkan arah mata angin, stasiun 1 terletak di sisi sebelah timur pantai, stasiun 2 dan 3 terletak tegak lurus pantai atau di sisi utaranya, sedangkan stasiun 4 terletak di sisi sebelah

barat pantai. Lokasi stasiun 1 dicirikan dengan adanya warung-warung makan di tepi pantai, stasiun 2 dan 3 terletak di depan pasir putih yang sering menjadi daerah bermain wisatawan, sedangkan stasiun 4 terletak di depan kumpulan batu besar yang berbentuk kepala burung dan sering disebut sebagai “Batu Gerude” oleh masyarakat setempat.

Ekosistem terumbu karang yang terdapat di perairan pantai Tanjung Kelayang merupakan jenis terumbu karang tepi (fringing reef) yang berupa rataan karang (reef flat) maupun sekumpulan-sekumpulan karang (patch reef) dan terdapat di perairan yang dangkal. Berdasarkan kriteria kondisi ekosistem terumbu karang menurut Gomez dan Yap (1988), kondisi ekosistem terumbu karang yang terdapat di perairan pantai Tanjung Kelayang pada tiap stasiun pengamatan yaitu : stasiun 1 dan 4 dalam kondisi memuaskan (penutupan karang hidup > 75%), sedangkan stasiun 2 dan 3 ekosistem terumbu karangnya dalam kondisi baik (penutupan karang hidup 50 - 75%). Bila dirata-ratakan persen penutupan karang hidup di keempat stasiun pengamatan tersebut, maka didapatkan persen penutupan karang hidup di kawasan perairan pantai Tanjung Kelayang sebesar 78,625%. Sehingga dapat dikatakan kondisi ekosistem terumbu karang di perairan pantai Tanjung Kelayang adalah dalam kondisi memuaskan. Kondisi ekosistem terumbu karang di perairan Pantai Tanjung Kelayang yang dapat dikatakan memuaskan tersebut dapat menjadi salah satu indikator bahwa tekanan lingkungan terhadap kehidupan terumbu karang di perairan tersebut mungkin masih dalam tingkat yang rendah.

Walaupun di perairannya terdapat ekosistem terumbu karang, namun aktivitas pariwisata yang terdapat di pantai Tanjung Kelayang sampai saat ini masih dominan aktivitas wisata pantai seperti bermain pasir, berenang di pantai, duduk bersantai sambil menikmati suasana alam pantai, berjalan-jalan di sepanjang pantai dan berkumpul bersama teman dan keluarga sambil menikmati hidangan “seafood” di warung-warung makan yang terdapat di tepi pantai. Hal tersebut berarti pemanfaatan wilayah perairan di pantai Tanjung Kelayang masih miniml untuk dimanfaatkan sebagai objek atau tempat melakukan aktivitas wisata. Adapun jenis wisata yang dilakukan di wilayah perairan pantai Tanjung Kelayang

Dokumen terkait