• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke berada di Kelurahan Pluit, Kecamatan Pejaringan, Jakarta Utara.Kawasan pelabuhan perikanan Muara Angke dibangun sejak 1978 secara keseluruhan yang dipersiapkan untuk menampung kegiatan perikanan yang tersebar di beberapa lokasi dan dalam kawasan Muara Angke. Kawasan pelabuhan perikanan Muara Angke merupakan kawasan sebagai pusat pembinaan perikanan dimana sebagian besar masyarakat yang berjumlah lebih dari 40 000 orang yang mata pencahariannya tergantung kepada kegiatan perikanan. Secara geografis kawasan Muara Angke terletak di delta Muara Angke dan berbatasan dengan:

Sebelah Utara : berbatasan dengan Laut Jawa

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Muara Karang

Sebelah Barat : berbatasan dengan Kali Adem

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kali Asin

Dalam area lokasi site vegetasi alami yang menonjol adalah berupa tanaman bakau(mangrove) yang cukup rimbun. Luas area mangrove sudah sangat sedikit berada di sekitar kolam percobaan budidaya. Sepanjang pantai sebagian besar sudah dimanfaatkan oleh kegiatan perikanan dan pemukiman nelayan. Di sisi timur muara di area rencana kawasan wisata eco marine, hutan mangrove masih tumbuh dengan cukup baik. Di sekitar site terdapat pemukiman nelayan yang padat dan berbaur dengan fasilitas-fasilitas ekonomi lainnya.

Penyerapan tenaga kerja yang terserap di pelabuhan PPI Muara Angke adalah lebih dari 40 000 orang yang terdiri dari tenaga kerja di unit produksi, unit pengolahan, unit pemasaran dan unit penunjang. Unit produksi meliputi nelayan, tenaga bongkar muat, pengangkut ikan, koperasi, dan peserta lelang. Unit pengolahan meliputi tenaga pengepakan, pengolah ikan, warung penunjang, tenaga di cold storage, dan workshop pengolahan ikan.

Koperasi Mina Jaya

Dalam proses pelaksanaan kegiatan pelelangan ikan di TPI Muara Angke, Koperasi Mina Jaya merupakan koperasi yang ditunjuk berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta sebagai unit pelaksana kegiatan pelelangan. Menurut hasil wawancara dengan Bapak Mahad, salah seorang staf kepelabuhan perikanan dan pelelangan ikan UPT. PKPP PPI Muara Angke, Koperasi Mina Jaya telah menjadi unit pelaksana pelelangan dari tahun 1999 sampai sekarang. Setiap tiga tahun dilakukan perpanjangan setelah adanya evaluasi dari pihak Dinas Perikanan dan Dinas Provinsi DKI Jakarta. Dari tahun 1999 Koperasi Mina Jaya belum pernah diganti sebagai unit pelaksana pelelangan karena di samping hasil evaluasi yang baik, koperasi atau unit pelaksana pelelangan lain yang lebih baik juga tidak ada.

Awalnya di Jakarta terdapat lima koperasi primer yaitu koperasi Kepulauan Seribu, Kamal Muara, Bintang Mas, Kalibaru, dan Marunda. Kemudian pada tahun 1960 dilakukan amalgamasi atau tindakan penggabungan dan koperasi primer tersebut membentuk Koperasi Pusat Perikanan Laut (KPPL) Djakarta Raya yang diberi pengesahan Hak Badan Hukum pada tanggal 2 Maret 1963 Nomor 471/BH/I. Setelah perkembangannya, pada tanggal 24 Oktober 1968, KPPL

berubah nama menjadi Gabungan Koperasi Perikanan (GKP) Daerah Khusus Ibukota Djakarta.

Pada tanggal 30 Desember 1974 Rapat Anggota Khusus Gabungan Koperasi Perikanan DKI Jakarta membuat sebuah hasil rapat berupa keputusan untuk melakukan penggabungan bagi seluruh Koperasi Perikanan di DKI Jakarta dan terjadi perubahan pada anggaran dasar dan inilah merupakan awal mula terbentuknya Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta yang memiliki Hak Badan Hukum No. 471.a/BH/I/12-6 yang disahkan pada tanggal 9 Juni 1975. Rapat Anggota untuk merubah Anggaran Dasar kembali dilakukan pada 21 Desember 1995 untuk menyesuaikan dengan Undang-Undang nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian dan koperasi ini tetap bernama Koperasi Perikanan Mina Jaya sampai sekarang.

Koperasi Mina Jaya ini memiliki tugas antara lain: menyelenggarakan pelelangan ikan; mengatur dan mengelola uang pengembalian retribusi; menunjuk dan menetapkan petugas koperasi sebagai kepala pelelangan; pengurus bongkar ikan, juru timbang, juru lelang, juru bakul, dan kasir pelelangan; melaporkan kegiatan penyelenggaraan.Koperasi ini memiliki enam unit usaha yakni unit garam, gas, air dan PAM, jasa, simpan pinjam dan TPI.

Gambar 5 Struktur organisasi pengurus Koperasi Mina Jaya unit TPI

1. Kepala pelelangan: memimpin dan mengkordinir semua kegiatan pelelangan mulai dari pra lelang hingga pasca lelang

2. Pengawas bongkar ikan: mengatur pembongkaran ikan dari kapal untuk dimasukan ke dalam kotak (trays) yang telah disediakan oleh TPI

3. Juru timbang: menimbang ikan yang ada di dalam trays dan memberi label berat ikan, jenis ikan dan nama pemilik ikan serta menempatkannya di ruang pelelangan sesuai nomor urut bongkar

4. Juru lelang: melaksanakan pelelangan ikan dengan mengadakan penawaran bertingkat untuk memperoleh harga kesepaktan tertinggi

5. Juru bakul: melaksanakan pencatatan setiap transaksi lelang pada buku penjual dan pembeli dengan menuliskan nama penjual/pembeli, jenis ikan dan banyaknya ikan serta harga lelang

6. Kasir pelelangan: menerima uang jaminan pelelangan ikan dari calon pembeli, menerima uang harga lelang ikan dari pemenang lelang, menyerahkan uang

Koperasi Perikanan Mina Jaya Kepala Pelelangan Pengawas Bongkar Ikan Juru Timbang Juru Lelang Juru Bakul Kasir Pelelangan

hasil lelang kepada pemilik ikan, menghitung retribusi yang harus dibayar penjual dan pembeli ikan, menerbitkan tanda bukti catatan hasil pelelangan, menerbitkan tanda bukti retribusi yang telah dibayar, pembukuan retribusi dan meyetorkan uang retribusi.

Para anggota Koperasi Mina Jaya pada dasarnya juga merupakan anggota masyarakat nelayan di Muara Angke. Anggota koperasi pada khususnya tersebar di wilayah Jakarta Utara yaitu Muara Angke, Cilincing, Marunda, Kamal Muara, dan Kali Baru. Namun juga masih ada anggota yang berasal dari luar Jakarta Utara. Anggota koperasi tersebut diklasifikasikan ke dalam berbagai kelompok yaitu pemilik jaring gillnet, pemilik jaring rampus, nelayan anak buah kapal (ABK), bakul dan pemasaran ikan, pengolah ikan, pedagang ikan dan lain-lain. Koperasi Perikanan Mina Jaya beranggotakan 2 187 orang yang 613 orang di antaranya berstatus sebagai pemilik kapal penangkap ikan.

Sarana dan Prasarana di Kawasan PPI Muara Angke

Luas area yang terpetakan dalam survey topografi dan bathymetri kawasan PPI Muara Angke lebih kurang 71.73 ha. Dari luas tersebut, sudah dimanfaatkan untuk menempatkan fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan penunjang. Berikut penggunaan lahan dari kawasan PPI Muara Angke:

Perumahan nelayan

Tahun 1978 sampai dengan tahun 1996 telah dibangun 1 128 unit perumahan nelayan. Kemudian pada tahun 2004 dibangun 600 unit rumah susun yang dibangun dalam bentuk 7 blok dengan 30 tower. Rumah susun ini dibangun dengan sumber anggaran berasal dari pihak swasta. Sumber anggaran tersebut diperuntukkan untuk pembangunan 4 blok yang terdiri dari 340 unit dari konpensasi pembangunan fasilitas umum dan fasilitas khusus Pantai Indah Kapuk dan 3 blok sebanyak 260 unit dari Yayasan Budha Tzu Chi. Pada umumnya penghuni rumah susun ini adalah merupakan warga gusuran dari Kali Adem.

Gambar 6 Perumahan nelayan di PPI Muara Angke

Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT)

Total luas lahan yang digunakan untuk PHPT adalah lebih kurang 5 ha. Di atas lahan tersebut dibangun 203 unit tempat pengolahan ikan. Setiap unit berlantai dua dengan ukuran 5 x 6 m² dan tempat penjemuran seluas 75 m². Produksi rata-rata 30 sampai 40 ton/hari yang terdiri dari jenis ikan bilis, bleso,

cucut, cumi, layang, pari, petek, samge, tenggiri dan tongkol. Sedangkan jumlah pengolah dan jenis olahannya adalah sebagai berikut:

1. Pengolahan ikan asin = 189 orang

2. Pengolahan ikan pindang = 1 orang

3. Pengolahan terasi = 2 orang

4. Pengolahan kerupuk kuli pari = 5 orang

5. Pengolahan kuli pari = 3 orang

6. Pengolah ikan lembah kolam = 3 orang

Gambar 7 PHPT di PPI Muara Angke

UPT. PKPP PPI Muara Angke

Selama ini nelayan yang melakukan kegiatan di DKI Jakarta merupakan nelayan asli dan pendatang yang bermukim di sepanjang wilayah pantai DKI Jakarta dan sekitarnya serta di kepulauan seribu. Untuk itu dibangunlah Unit Pelaksana Teknis Pengelola Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan (UPT. PKPP PPI) Muara Angke berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 192 tahun 2010 yang mempunyai tugas sebagai pengelola semua aktivitas perikanan di kawasan pelabuhan perikanan Muara Angke.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, UPT. PKPP PPI Muara Angke mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Unit Pengelola

2. Penyusunan dan pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Unit Pengelola

3. Pelaksanaan perencanaan, pemeliharaan, pengembangan dan rehabilitasi dermaga dan pelabuhan

4. Pelaksanaan penerbitan rekomendasi izin kapal masuk dan keluar pelabuhan serta pelayanan tambat labuh dan bongkar muat kapal ikan

5. Penyediaan fasilitas penyelenggaraan pelelangan ikan dan penyewaan fasilitas penunjang lainnya

6. Pengkoordinasian kegiatan operasional instansi terkait yang melakukan aktivitas di pelabuhan perikanan

7. Penyelenggaraan keamanan, ketertiban dan kebersihan di kawasan pelabuhan perikanan

Berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 192 tahun 2010 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja UPT PKPP PPI, susunan organisasi UPT. PKPP PPI Muara Angke terdiri dari:

1. Kepala UPT

2. Subbagian Tata Usaha

3. Seksi Kepelabuhan Perikanan dan Pelelangan Ikan

4. Seksi Fasilitas Usaha, Pemukiman Nelayan, Keamanan dan Ketertiban 5. Sub Kelompok Jabatan Fungsional

Gambar 8 Susunan organisasi UPT. PKPP PPI Muara Angke

Dari kepengurusan UPT. PKPP PPI Muara Angke di atas, setiap unit bagianmulai dari bagian: tata usaha; kepelabuhan perikanan dan pelelangan ikan; fasilitas usaha, perumahan nelayan, keamanan dan ketertiban, memiliki fungsi pengawasan terhadap setiap sarana dan prasarana yang ada di kawasan pelabuhan

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan

Kepala UPT. PKPP dan PPI

Ka. Sub Bagian Tata Usaha

Kepala Seksi Kepelabuhan Perikanan dan Pelelangan Ikan

Kepala Seksi Fasilitas Usaha, Perumahan Nelayan, Kemanan dan Ketertiban Sub Kelompok Jabatan Fungsional Staf Staf Staf Staf

berdasarkan tugas dan kedudukannya masing-masing. Sarana dan prasarana tersebut terdiri dari :

1. Fasilitas fungsional, 2. Fasilitas pokok, dan 3. Fasilitas pendukung.

Tabel 9Sebaran jumlah dan luas fasilitas fungsional UPT. PKPP PPI Muara Angke

Fasilitas Fungsional Jumlah (unit) Luas (m²)

Fasilitas Produksi

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 1 2 583.00

Pengepakan ikan ekspor / tradisional 3 3 269.26

Gedung / Kantor / Ruko 2 702.50

Gedung ikan (baru) 1 648.00

Pasar pengecer 1 1 580.00

Pasar grosir lama 1 4 808.35

Pasar grosir baru 1 1 605.00

Fasilitas Perbekalan

Area SPBU (kantor pengelola, pom bahan bakan solar 2 unit, pom bahan bakar premium

1 unit) 229.39

Pelataran area SPBU 1 1 873.68

Fasilitas Perbaikan

Kios / gudang peralatan perikanan / bengkel

kapal perikanan / workshop 4 3 402.85

Winch house 5 30.00

Dock tradisional 5 705.01

Rumah genset 1 36.00

Peralatan dock 1 2 684.84

Fasilitas Administrasi Pengelola

Kantor UPT.PKPP PPI 1 99.04

Kantor pengelola lama 1 80.82

Kantor ex. Sudin Jakarta Utara 1 94.05

Kantor Syahbandar 1 134.34

Kantor ex. BPL 1 161.27

Kantor / koperasi 1 341.16

Fasilitas Pengolahan / Industri

Cold storage milik Dinas 1 865.47

Cold storage 2 1 953.70

Cold storage AGB Tuna 1 600.00

Pabrik es AGB loe &Fisheries 1 704.70

Kontainer 1 2 157.53

Cold storage (ex.TPI lama) 1 1 341.03

Cold storage (ex. Mirasih) 1 499.70

Cold storage / pengepakan ikan 1 2 125.49

Fasilitas fungsional berfungsi untuk memberikan pelayanan dan manfaat langsung yang diperlukan pada setiap aktivitas di kawasan pelabuhan. Fasilitas fungsional secara umum terdiri dari fasilitas produksi, fasilitas perbekalan, fasilitas perbaikan, fasilitas administrasi pengelola, dan fasilitas pengolahan atau industri. Masing-masing bagian dari fasilitas fungsional ini saling terintegrasi satu sama lain dalam menjalankan fungsinya.

Tabel 10 Sebaran jumlah dan luas fasilitas pokok UPT. PKPP PPI Muara Angke

Fasilitas Pokok Jumlah (unit/

segmen)

Luas (m²)

Kolam pelabuhan 1 213 352.15

Tanggul pemecah gelombang (barat dan timur) 2 1 379 000.00

Dermaga beton 7 3 694.15

Tanggul rob / tembok laut 744 000.00

Waduk 1 1 3 797.48 Waduk 2 1 7 017.46 Jalan 1 21 100.20 Pelebaran 1 38 034.70 Lahan darat 1 10 596.14 Drainase 1

Sumber : UPT. PKPP PPI Muara Angke (2011)

Fasilitas pokok merupakan fasilitas yang dimiliki oleh pelabuhan yang memiliki peran untuk mengontrol setiap aktivitas agar dapat berjalan dengan teratur. Secara lebih rincinya fasilitas pokok ini berfungsi untuk: melindungi pelabuhan dari gangguan alam; tempat membongkar dan memuat ikan; dan tempat tambat labuh kapal perikanan.

Tabel 11 Sebaran jumlah dan luas fasilitas pendukung UPT. PKPP PPI Muara Angke

Fasilitas Umum Jumlah (unit) Luas (m²)

Kios 6 1 329.32

MCK 2 41.01

Minimart 1 61.77

POS 7 117.72

Bak penampungan air bersih (area TPI) 1 16.00

Tempat torn air bersih (area TPI) 1 1.44

Gardu PLN 1

Pujaseri 3 3 164.00

Pujaseri/kios 3 802.97

Masjid 1 175.35

Sumber : UPT. PKPP PPI Muara Angke (2011)

Fasilitas pendukung ini secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan dan masyarakat umum yang berada di kawasan pelabuhan. Dengan adanya fasilitas pendukung ini, para masyarakat yang berada di sekitar pelabuhan tetap dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan nyaman.

Pola Penanganan Ikan

Untuk mempertahankan agar mutu ikan hasil tangkapan tetap terkendali sehingga dapat memenuhi syarat sebagai bahan baku olahan bernilai tinggi, diperlukan penanganan yang baik sejak dari penangkapan, penyimpanan dan pengangkutan sampai ke tangan konsumen.

Penanganan Ikan di Laut

Penanganan ikan yang baik adalah dengan menjaga agar ikan tetap segar setelah ditangkap. Untuk itu ikan-ikan hasil tangkapan disimpan dalam palkah kapal (fish hold) dan diawetkan dengan es. Dengan demikian, ikan-ikan tersebut tetap dingin dan segar selama perjalanan di laut sehingga kualitas ikan tetap dapat terjaga. Kapal-kapal penangkap ikan yang akan berlayar biasanya dibekali es untuk menjaga agar mutu ikan selama operasi tetap segar selama operasi penangkapan. Di dalam kapal biasanya juga terdapat alat pendingin untuk memastikan es yang dibekali tetap beku ketika sampai di laut.

Gambar 9 Proses pembekalan es ke dalam palkah kapal

Penanganan Ikan di Pelabuhan

Dalam proses pembongkaran, ikan siap dibongkar dari dalam palkah kapal ketika kapal telah berlabuh di dermaga pelabuhan. Kemudian ikan-ikan yang telah dibongkar tersebut dibersihkan dari kotoran dan es dengan menggunakan air bersih. Lalu ikan-ikan tersebut disortir dan dimasukan ke dalam trays untuk ditimbang sebelum diangkut ke TPI dengan menggunakan kereta dorong. Ikan yang telah dilelang selanjutnya diangkut ke tempat penyimpanan atau tempat pengolahan atau langsung dipasarkan.

Gambar 10 Proses penimbangan ikan di dalam trays Penanganan Ikan Dalam Pengangkutan

Hasil perikanan yang didaratkan, setelah dilelang akan dijual dalam keadaan segar atau dijual dalam bentuk olahan (ikan asin, ikan pindang, ikan asap maupun hasil fragmentasi). Untuk ikan yang dijual dalam keadaan segar memerlukan penanganan yang baik selama pengangkutan agar mutunya tetap terjamin. Pengangkutan dalam kondisi dingin diperlukan bila jarak angkut cukup jauh dan disimpan di dalam peti, sementara untuk jarak dekat dapat dengan keranjang /kotak yang telah ditaburi es.

Mekanisme Keluar Masuk Kapal dan Tambat Labuh

Untuk memperlancar kegiatan pelelangan, ada mekanisme yang harus dilalui pada kegiatan pra pelelangan yaitu mekanisme keluar masuk kapal dan tambat labuh kapal di dermaga pelabuhan.Setelah kapal mendarat di dermaga pelabuhan, nahkoda kapal langsung memberi laporan kepada petugas pelabuhan dengan menyerahkan dokumen kapal. Kemudian petugas memeriksa dokumen kapal yang dilaporkan oleh nahkoda kapal. Setelah pemeriksaan selesai, petugas memberikan nomor urut bongkar ikan dan sekaligus menentukan tempat sandar kapal. Setelah itu petugas menerbitkan Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan Kapal (STBLKK) dan mengisi Surat Laik operasi (SLO) untuk diserahkan kepada nahkoda kapal.

Setelah proses pelaporan kepada petugas pelabuhan selesai, kapal siap dibongkar sesuai nomor urut yang didapat ketika melaporkan kedatangan kapal. Nomor urut ini juga akan menentukan urutan lelang karena kapal yang lebih dulu dibongkar, kapal tersebutlah yang ikannya terlebih dahulu dilelang. Kapal berlabuh setelah ikan selesai dibongkar dan dilelang. Sebelum kapal kembali melaut, kapal diisi dengan perbekalan terlebih dahulu seperti isi BBM, perbekalan es untuk tempat penyimpanan ikan hasil tangkapan ikan di laut, serta perbekalan sembako untuk kebutuhan pangan para nelayan selama melaut.

Gambar 11 Kapal yang sedang berlabuh di dermaga pelabuhan

Untuk melaut kembali, nahkoda kapal mengurus pengajuan Surat Izin Berlayar (SIB) ke Syahbandar dengan menyerahkan STBLKK dan SLO yang diterima dari petugas pelabuhan saat pelaporan kedatangan kapal. Kapalpun siap berlayar kembali dan keluar dari pelabuhan.

Mekanisme Pelaksanaan Pelelangan Ikan

Pada umumnya, semua produk ikan yang didaratkan di PPI Muara Angkeharus melalui proses lelang dan dikenakan retribusi daerah sesuai dengan perda DKI Jakarta nomor 1 tahun 2006. Namun pada kenyataannya tidak semua ikan dijual melalui proses lelang secara murni. Terdapat suatu sistem lelang tidak murni yang sering disebut sistem opow. Pada sistem opow ini, ikan hasil tangkapan oleh para nelayan tidak dijual melalui pelelangan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Ikan langsung didistribusikan kepada pedagang pengumpul (tengkulak) yang pada umumnya telah ada ikatan dengan nelayan. Ikatan ini berupa ikatan modal yang telah diberikan kepada nelayan yang tidak memiliki cukup modal untuk melaut. Dengan demikian nelayan mau tidak mau harus menyerahkan hasil tangkapan sepenuhnya kepada pedagang pengumpul (tengkulak) tersebut. Meskipun begitu, nelayan tetap dikenai pembayaran retribusi karena telah menggunakan fasilitas pelabuhan dengan perhitungan retribusi yang jauh dibawah harga pelelangan murni.

Tabel 12 Perbandingan retribusi pada pelelangan murni dengan opow (Rp/kg)

Sistem lelang Harga ikan Retribusi

Lelang Murni 21 500 5% x 21 500 = 1 075

Opow 5 900 5% x 5 900 = 295

Sumber: Analisis data sekunder dari UPT. PKPP PPI Muara Angke, 2014

Penetapan harga untuk sistem opow ini memang sangat jauh berbeda dengan harga ikan yang masuk ke pelelangan murni. Menurut hasil wawancara dengan Bapak Toto,salah seorang staf kepelabuhan perikanan dan pelelangan ikan UPT. PKPP PPI Muara Angke, penetapan harga ikan pada sistem opow tersebut masih mengacu pada ketetapan harga pada Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

Nomor 247 tahun 2005 tentang penetapan harga ikan yang dijual tanpa melalui pelelangan sebagai dasar penarikan retribusi. Penetapan harga ikan berdasarkan harga pedoman pada Keputusan Gubernur tersebut. Penetapan harga ini hanya untuk perhitungan retribusi yang wajib dibayarkan oleh si pemilik ikan karena telah menggunakan fasilitas yang ada di pelabuhan.

Untuk menjadi peserta lelang, para calon peserta lelang harus mendaftarkan diri terlebih dahulu kepada petugas lelang dengan menyerahkan fotocopy KTP, pas foto 3x4 dan fotocopy kartu keluarga. Sedangkan yang sudah menjadi anggota cukup melakukan pendaftaran ulang dengan memberikan bukti nomor peserta lelang. Setelah melakukan pendaftaran, peserta lelang akan mendapatkan nomor dan kartu peserta lelang. Sebelum mengikuti lelang, para peserta lelang harus memberikan uang jaminan terlebih dahulu sebagai syarat untuk mengikuti pelelangan pada saat itu.

Pada pelelangan murni, semua ikan akan dilelang dengan sistem harga bertingkat, maksudnya ikan resmi terlelang dengan menggunakan harga penawaran tertinggi. Juru lelang akan memimpin proses lelang selama lelang dilaksanakan dengan dibantu oleh juru bakul sebagai juru tulisnya. Apabila di dalam proses pelelangan uang jaminan yang telah diberikan oleh peserta lelang tidak cukup, maka juru bakul akan memberitahukan kepada peserta lelang, kemudian peserta lelang akan kembali memberikan uang jaminan untuk mengikuti proses lelang selanjutnya.

Ketika ada yang memenangkan lelang, ikan hasil lelanglangsung ditarik ke luar TPI untuk dipisahkan dari ikan yang belum terlelang. Biasanya peserta lelang ini mempunyai buruh angkut untuk membawa ikan hasil lelangnya. Setelah lelang selesai, maka peserta lelang mengambil uang jaminan yang masih tersisa setelah dikurangi retribusi sebesar 2persen dari total pembelian dan si pemilik ikan juga akan menerima uang atas penjualan ikannya setelah dikurangi retribusi sebesar 3 persen dari harga ikan pada saat dilelang. Ikan pun siap untuk didistribusikan ke saluran pemasaran berikutnya.

Gambar 12 Kegiatan pelelangan di TPI yang oleh juru lelang dan juru bakul/tulis

Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran

Dalam pemasaran hasil tangkapan ikan di PPI Muara Angke, peneliti menemukan ada beberapa lembaga yang terlibat pada proses pemasaran ikan

mulai dari dari nelayan hingga ke konsumen akhir baik itu yang melalui TPI (lelang murni) ataupun non TPI (opow). Lembaga-lembaga pemasaran yang peneliti temui selama penelitian di antaranya adalah nelayan, pedagang pengumpul, pedagang grosir, dan pedagang pengecer.

Lembaga dan Saluran Pemasaran Sistem Lelang Murni

Ikan yang masuk ke pelelangan murni di TPI memiliki beberapa jalur pemasaran. Pemasaran hasil tangkapan ikan melalui sistem lelang murni (TPI) terdiri dari:

1. Nelayan – pedagang grosir – pedagang pengecer – konsumen ( ) 2. Nelayan – pedagang grosir – konsumen ( )

3. Nelayan – pedagang pengecer – konsumen ( )

Gambar 13 Saluran pemasaran melalui lelang murni

Pada saluran pemasaran hasil tangkapan ikan melalui sistem lelang murni, terdapat 3 saluran pemasaran yang ditemui selama penelitian. Ikan yang dijual dari nelayan kepada pedagang grosir memiliki total volume penjualan2 654kg atau 87.92 persen dari total volume produksi nelayan responden. Sedangkan yang dijual kepada pedagang pengecer memiliki total volume penjualan 193 kg atau 12.08 persendari total volume produksi nelayan responden. Dari pedagang grosir ikan dijual kepedagang pengecer dengan total volume penjualan 172 kg atau 69.47persen dari total penjualan pedagang grosir responden. Sedangkan ikan yang dijual langsung ke konsumen memiliki total volume penjualan rata-rata 54 kg atau 30.53 persen dari total penjualan rata-rata pedagang grosir. Total volume penjualan oleh pedagang pengecer responden 91 kg dan seluruhnya langsung dijual kepada konsumen akhir. Rincian produksi oleh setiap lembaga pemasaran dapat dilihat pada lampiran 4.

Pada saluran pemasaran 1, hasil lelang ikan dibeli oleh para pedagang grosir yang telah mendaftar sebagai peserta lelang. Setelah mendapatkan ikan dari hasil pelelangan, ikan tersebut dimasukkan dan disimpan ke dalam kotak yang telah diisi bongkahan es untuk siap dibawa ke pasar grosir Muara Angke. Ikan dimasukkan ke dalam kotak yang berisi es bertujuanagar kualitas ikan tetap

Dokumen terkait