• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen Laporan Kuliah Lapangan Karangsambung (Halaman 58-93)

4.1. Pemetaan Geologi Karangsambung

Tabel 4.1. Pemetaan Geologi Hari I Hari/Tanggal : Selasa, 28 Juli 2015

Nama Lokasi (Koordinat) Deskripsi Stat 1 (Amphitheatre Karangsambung, Kampus LIPI) 7° 32,787’ LS 109° 40,397’ BT

 Didekat Amphitheatre, terdapat Museum Geologi yang menyimpan koleksi batuan terlengkap (beku, sedimen, metamorf)

 Selain koleksi batuan, terdapat juga peta bubur 3 dimensi yang menggambarkan bentuk Karangsambung secara umum, lengkap dengan bentuk tapal kuda serta antiklinnya.

 Di sekitar kampus LIPI terdapat singkapan gamping numulites, yang berbuih karena bereaksi dengan HCl. Gamping ini tidk ak membentuk lapisan karena tersusun dari fosil cangkang hewan.

 Secara umum, singkapan yang ditemukan di sekitar kampus LIPI adalah lempung dengan butiran halus 1/346 mm.

49 Stat 2

(Bukit Diabas) 7° 32,451’ LS 109° 40,209’ BT

 Ada intrusi batuan diabas dengan kemiringan 87°, dan intrusi ini yang menyebabkan adanya sesar naik karena gerakan dari bawah. Sesar ini memiliki arah dari barat ke timur.

 Sesar tersebut merupakan batas antara formasi Karangsambung (bagian yang datar) dengan intrusi tersebut.

 Diabas merupakan batuan yang memiliki ukuran butir sedang, dibandingkan dengan granit yang butirannya kasar atau basalt yang butirannya halus. Urutan batuan beku dari yang terkasar hingga terhalus adalah granit, andesit, diabas, basalt.

50 Stat 3 (Bukit Rijang, Wagirsambeng) 7° 32,737’ LS 109° 39,409’ BT

 Terdapat singkapan gamping merah yang bercampur dengan rijang dengan skala Mohs sekitar 7. Rijang merupakan batuan yang terbentuk karena adanya

makhluk hidup laut bernama radiolaria, dan terbentuk di palung yang dalam.

 Adanya singkapan gamping merah bercampur rijang membuktikan bahwa adanya tumbukan antara lempeng benua dan lempeng samudera. Karena meskipun gamping tersebut terbentuk di dalam laut, namun materialnya berasal dari lempeng benua.

 Dulunya berada di kedalaman 200 meter di dalam laut.

 Tumbukan lempeng benua dan lempeng samudera akan membentuk zona subduksi, dimana palung terdalam zona subduksi dibuktikan dengan dip singkapan tersebut yang bernilai 87°

 Batuan gamping asalnya adalah sedimen, namun karena bercampur dengan rijang akhirnya menjadi batuan metamorf yakni melange.

51 Tabel 4.2. Pemetaan Geologi Hari II

Hari/Tanggal : Rabu, 29 Juli 2015 Nama Lokasi (Koordinat) Deskripsi Stat 4 (Watu Rondo) 7° 34’ 25,2” LS 109°40’36,5”BT

 Lokasi berada di Bukit Watu Rondo, kecamatan Karangsambung, dimana bukit yang dikunjungi berada di sebelah timur dari sungai induk yang memotong tapal kuda

 Terdapat singkapan yang salah satu pelapisannya ke arah selatan, dengan lapisan batupasir di bagian bawah dan breksi vulkanik di bagian atas.

 Terdapat gradasi berupa graded bedding karena peristiwa di zaman dulu, yakni diduga adanya lahar yang bertemu dengan pasir

 Karena adanya batuan breks vulkanik, seharusnya ada sumber gunung api, tapi ternyata tidak ditemukan, jadi hal tersebut masih berupa dugaan.

 Antiklin tertekan terus menerus sehingga terbentuk fracture yang diisi oleh air dan kemudian tererosi sehingga bagian puncak antiklin tergerus.

52 Stat 5 (Kali Brengkok) 7° 30’ 59,8” LS 109° 43’ 29,1”BT

 Terdapat singkapan batuan metamorf yakni sekis mika. Disebut sekis mika karena foliasinya skistos dan

didalamnya terdapat mineral mika yang mengkilap yang berbentuk pipih.

 Singkapan ini merupakan batuang yang tertua di Pulau Jawa yang menjadi fondasi dasar di zona subduksi dengan usia 117 juta tahun ± 5 juta tahun (diuji dengan kalium argon).

 Salah satu singkapan terukur dengan strike N186°E dengan dip sebesar 25°

Stat 6 (Kali Muncar) 7° 30’ 50,12” LS

 Kali Muncar berada di desa Seboro, kecamatan Sadang.

 Terdapat singkapan insitu dengan bongkahan berukuran sedang

53 109° 42’

29,8”BT

 Terdapat batuan sedimen klastik dimana terdapat bongkahan lempung berwarna abu-abu, dimana didalamnya terdapat bagian mengkilat yang bersisik yang disebut scaly

 Salah satu singkapan memiliki strike N346°E dengan dip 54° Stat 7 (Kali Muncar) 7° 30’ 47,3” LS 109° 42’ 27,6”BT

 Stasiun ini berdekatan dengan stasiun sebelumnya, karena masih merupakan daerah kali Muncar. Lokasi ini mendekati arah hulu sungai.

 Di timur sungai, terdapat singkapan vertikal rijang yang berbentuk tebing. Diatas tebing gamping-rijang terdapat lava bantal berwarna abu-abu tua dengan bentuk yang bulat-bulat menyerupai bantal.

 Salah satu singkapan gamping-rijang terukur memiliki strike N199°E dengan dip 74°. Sama seperti dengan daerah Wagirsambeng, rijang di stasiun ini juga terbentuk karena radiolaria di palung terdalam zona subduksi.

54 Stat 8 (Bukit Serpentinit) 7° 31’ 17,1” LS 109° 41’ 33,8” BT

 Bukit Serpentinit ini berada di daerah Pucangan, dengan luas sekitar 50m2 dan tinggi tebing atau bukit ini sekitar 5 meter.

 Batuan serpentinit berwarna hijau keabuan non foliasi dimana batuan ini dulunya adalah batuan beku

 Karangsambung memiliki antiklin dan sinklin, dimana antiklin tersebut sudah mengalami erosi, dan ternyata bukit Serpentinit ini merupakan bagian sinklin tersebut.

Stat 9 (Lok Ulo) 7° 32’ 16,5” LS

109° 40’ 00,2” BT

 Lok Ulo merupakan sungai induk yang mengalir dari utara menuju selatan dengan berbagai anak sungai.

 Terdapat singkapan filit di seberang sungai (barat sungai) yang berasal dari batu pasir yang mengalami tekanan. Filit di lokasi ini umumnya dapat dicopot dengan mudah layaknya lempung namun tidak sehalus lempung.

55 Tabel 4.3. Hasil Pemetaan Geologi Wilayah I Kelompok V

Hari/Tanggal : Kamis, 30 Juli 2015 Nama Lokasi (Koordinat) Deskripsi A-01 (Bukit Jengking) elevasi: 123m 0350613, 9165739 10.35 WIB

 Morfologinya berupa bukit.

 Singkapan yang terlihat adalah batuan basalt yang ditemukan di bagian atas bukit. Warnanya abu-abu kehijauan, berbutir sedang, keras, volume butir 35% (komperator Wenworth’s).

 Batuan tersebut mengandung sedikit lempung, dengan bentuk butir yang menyudut.

56 A-02 elevasi : 98 mdpl 0350732, 9165831 10.40 WIB

 Morfologinya berupa bukit.

 Stasiun ini berada di Bukit Jengking namun di bagian bawah yaitu area persawahan.

 Singkapan yang ditemukan adalah lempung namun berwarna gelap, diduga karena pemakaian pupuk. Butirannya halus dan kekerasannya lunak.

57 A-03 (Sungai Cacaban) elevasi : 76 mdpl 0350643, 9165909 10.55 WIB

 Morfologinya berupa sungai

 Ditemukan singkapan di sisi selatan sungai Cacaban yaitu batuan metamorf philite.

A-04 Kedungkida

ng elevasi: 122

m

 Singkapan yang terlihat adalah batuan lempung degan fragmen-fragmen batuan lainnya. Lempung yang terlihat berwarna abu-abu tua, ukuran fragmen bervariasi mulai dari yang kecil hingga sedang.

 Batuan lempung ini rapuh, volumen mineralnya 10% dan bentuknya angular

58 0149153, 9166238 12.00 WIB A-05 (Kalikukap) elevasi : 91 mdpl 0349422, 9165899 13.25 WIB

 Morfologi berupa kaki bukit.

 Singkapan yang terlihat berupa batuan lempung berwarna hijau dan terdapat warna putih saat dikenakan HCl. Bagian berwarna hijau tidak bereaksi sedangkan bagian berwarna putih bereaksi. Batuan ini adalah lempung gampingan. Batuannya rapuh. Selain itu singkapan tersebut terdiri dari batu-batuan atau terdapat lapisan batuan lain yaitu gamping merah yang merupakan batuan sedimen.

59 A-06 Kedangkidu n 0349060, 9165136 elevasi 78 mdpl 14.05 WIB

 Morfologinya adalah bukit.

 Singkapan yang ditemukan adalah batuan lempung dengan arah perlapisan berbeda. Diduga tempat ini adalah puncak dari antiklin.

 Warna batuan merah dan batuannya rapuh; termasuk dalam batuan sedimen.

60 A-07 (Menjangan) elevasi 124m 0349231, 9164767 14.40 WIB

 Morfologinya adalah bukit.

 Singkapan yang ditemukan masih berupa lempung dan merupakan batas antara kompleks melange dengan formasi Karangsambung. Warna batuannya merah, mudah hancur, butirannya halus, dan termasuk ke dalam batuan sedimen.

61 A-08 (Bukit Gilik) elevasi : 164 mdpl 0349275, 9163592 15.40 WIB

 Morfologinya berupa bukit.

 Singkapan yang terlihat adalah singkapan sedimen yaitu lapisan antara lempung dan pasir. Dengan butiran pasir termasuk dalam low medium sand dan lempung termasuk ke dalam silt (komparator Wentworth’s Scale).

 Lempung yang ditemukan berwarna hijau keabuan dan pasir berwarna kuning.

62 A-09 (Mlakakerep ) elevasi : 95 mdpl 0349409, 9164345 16.33 WIB

 Morfologinya berupa sungai.

 Singkapan yang ditemukan adalah breksi dengan ukuran butiran yang paling bawah kasar dan semakin ke atas semakin halus.

 Breksi yang ditemukan berwarna abu-abu dengan fragmen kecil hingga sedang.

63 A-10 (Mlakakerep ) elevasi : 92 mdpl 0349423, 9164333 16.50 WIB

 Morfologinya berupa sungai.

 Singkapan yang ditemukan adalah breksi berwarna abu-abu, batuannya menyudut; merupakan batuan sedimen.

 Strike terukur adalah N70°E dengan dip 44°

A-11 (Logandu) elevasi : 81 mdpl 0349448, 9164493 16.50 WIB

 Morfologinya berupa sungai.

64 Tabel 4.4. Hasil Pemetaan Geologi Wilayah II Kelompok III

Hari/Tanggal : Kamis, 30 Juli 2015 Nama Lokasi (Koordinat) Deskripsi P2-1A 7° 32’ 52,7” LS 109° 39’ 17,1” BT elevasi 110 m

 Lokasi berada di daerah Wagirsambeng

 Morfologinya adalah hutan dengan sebelah utara adalah puncak bukit, sebelah selatan adalah lembah, dengan sebelah timur dan barat adalah hutan.

 Tanaman yang terdapat di daerah singkapan adalah bambu dan jati.

 Batuan berupa lava beku yang didalamnya terdapat mineral kuarsa, tidak berlapis dan warna hitam keabu-abuan.

 Kemiringan sekitar 50°-60° ke arah barat laut.

 Singkapan berada di sungai kecil yang tergerus air ketika hujan.

65 P2-1B

7° 32’ 52,7” LS 109° 39’ 17,1”

BT

 Terdapat batuan rijang yang berwarna merah gelap.

 Intercept penembakan ke arah Gunung Paras di stasiun P2-1, dengan besar azimuth 70°

P2-2 7° 33’ 09,7” LS

109° 39’ 15,8” BT elevasi 54 meter

 Secara morfologi, sebelah utara adalah Wagirsambeng, selatannya adalah Jombor, barat dan timur adalah sungai.

 Lokasi berada di sungai kering.

 Tanaman di sekitar stasiun adalah ilalang.

 Batuan merupakan bongkah breksi, terdapat fragmen, luasnya 3m2, warnanya abu-abu, butirannya kasar, dan bentuknya lancip.

66 P2-3 (Perbatasan daerah Karanggayam dan Logandu) 7° 33’ 20,8” LS 109° 39’ 10,1” BT elevasi 74 meter

 Morfologinya berada di sungai kering dekat sawah. Sebelah utara berupa ladang; sebelah selatan, barat dan timur adalah sawah.

 Tanaman di sekitar singkapan adalah bambu.

 Singkapan berupa batu lempung yang butirannya halus, berwarna abu-abu kehijauan, tidak berlapis, dan tidak ada fragmen.

 Kemiringannya adalah 50°-60°.

 Strike dan dip sulit untuk diidentifikasi karena rekahannya tidak beraturan.

P2-4 (Gunung Pucung) 7° 33’ 33” LS 109° 39’ 09” BT elevasi 97 meter

 Morfologinya berada di tengah sawah. Sebelah utara berupa lembah; sebelah selatan berupa puncak, sebelah barat berupa sawah, dan sebelah timur adalah bukit.

 Tanaman di sekitar singkapan adalah tanaman sawah dan ladang.

 Terdapat bukit batuan konglomerat yang berwarna abu-abu, tidak berlapis, mempunyai fragmen, berbutir kasar, dengan azimuth 60°

P2-5 (Sungai dekat Gunung Pucung)

7° 33’ 28” LS

 Lokasi di sungai gebang di kaki Gunung Pucung

 Batuan berupa singkapan lempung pasiran dengan warna abu-abu, butirannya halus, tidak berlapis dan tidak memiliki fragmen.

67 109°39’22,6”

BT

Tabel 4.5. Hasil Pemetaan Geologi Wilayah III Kelompok II Hari/Tanggal : Kamis, 30 Juli 2015

Nama Lokasi (Koordinat) Deskripsi PG-01 (Base) 08.35 WIB 7° 32’ 47,7” LS 109°40’22,4”B T

 Base Station merupakan Amphitheatre Karangsambung di Kampus LIPI

 Singkapan yang terlihat merupakan lempung

PG-02 (Diabas) 08.50 WIB 7° 32,451’ LS 109° 40,209’ BT

 Stasiun ini berada di bukit Intrusi Diabas, tempat yang sama seperti hari Selasa (28 Juli 2015), dimana terdapat intrusi diabas berwarna abu-abu.

 Intrusi ini berbatasan langsung dengan formasi Karangsambung

 Terdapat sesar naik karena gerakan dari bawah, dengan arah patahan barat-timur (N340°E)

PG-03 (Kalimandala) 09.10 WIB 7° 32’ 24,1” LS 109° 40’ 07,8” BT

 Merupakan anak sungai yang berakhir di sungai Lok Ulo

 Terdapat singkapan lava basalt yang butirannya kasar dan berwarna abu-abu kehitaman, dimana singkapan tersebut ditemukan di sepanjang kali. Lava basalt merupakan batuan beku

68 PG-04 (Lok Ulo) 09.45 WIB 7° 32’ 11,2” LS 109° 40’ 02,5” BT

 Terdapat singkapan rijang yang berwarna merah di barat sungai, panjangnya sekitar 50 meter dengan tingginya sekitar 3 meter

 Di sebelah timur sungai terdapat singkapan filit

 Tiga singkapan terukur masing-masing memiliki strike/dip adalah N75°E/15°; N110°E/33° dan

N150°E/55°. Singkapan ketiga merupakan singkapan rijang berlapis gamping merah.

 Merupakan daerah melange sehingga terdapat banyak jenis batuan.

69 PG-05 (Lok Ulo) 10.00 WIB 7° 32’ 0,3” LS 109° 40’ 07,6” BT

 Merupakan batas utara dari wilayah mapping dan juga merupakan batas dari rijang

 Di sebelah barat sungai terdapat tebing yang terjal yang berbatasan dengan batu pasir.

PG-06 (Lok Ulo) 11.00 WIB 7° 32’ 27,7” LS 109° 39’ 59,5” BT

 Setelah mencapai batas utara wilayah mapping, selanjutnya menyusuri sungai lagi kembali ke arah selatan.

 Terdapat singkapan gamping merah berada di seberang sungai (barat sungai) dengan arah barat-timur dan tingginya kira-kira 25 meter.

70 PG-07 (Lok Ulo) 11.15 WIB 7° 32’ 28,4” LS 109° 40’ 4,7” BT

 Merupakan batas formasi Karangsambung dengan melange.

 Di timur sungai, terdapat singkapan lava basalt yang berasal dari Kalimandala, karena Kalimandala memiliki akhir di sungai Lok Ulo.

PG-08 14.00 WIB 7° 33’ 9,3” LS 109° 39’ 49,7” BT

 Lokasi stasiun ini berada di kantor desa Kebakalan

 Pada desa Kebakalan, umumnya ditemukan lempung. Hal ini dikarenakan banyak ditemukan perkampungan warga dan persawahan yang luas.

PG-09 14.10 WIB 7° 33’ 16,8” LS 109° 39’ 47,9” BT

 Lokasi stasiun ini berada di persawahan luas di desa Kebakalan, dimana terdapat sebuah pohon di tengah sawah yang luas.

71 PG-10 14.30 WIB 7° 33’ 33,0” LS 109° 39’ 40,9” BT

 Lokasi stasiun ini berada di jalan setapak antara persawahan dengan kaki Gunung Tugel.

 Bagian persawahan masih merupakan lempung,

sedangkan bagian Gunung Tugel merupakan batupasir.

 Morfologinya berupa jalanan dan persawahan.

PG-11 15.45 WIB 7° 32’ 37,1” LS 109° 39’ 55,3” BT

 Setelah Gunung Tugel, perjalanan dilanjutkan kembali ke arah utara, kembali ke desa Kebakalan dan menyusuri sungai Lok Ulo.

 Sungai Lok Ulo memiliki percabangan yaitu di Kalijaha. Lokasi stasiun ini berada di Kalijaha.

 Singkapan yang ditemukan adalah lempung yang pelapisannya hampir vertikal, dengan strike terukur N278°E dan dip 64°.

72 Tabel 4.6. Hasil Pemetaan Geologi Wilayah IV Kelompok IV

Hari/Tanggal : Kamis, 30 Juli 2015 Nama Lokasi (Koordinat) Deskripsi GL4-01 7° 32’ 27,1” LS 109° 40’ 12,4” BT

 Lokasi ini berada di intrusi diabas, dimana intrusi merupakan batuan terobosan yang terbentuk dari pembekuan magma di dekat permukaan.

 Komposisi mineral penyusun batuan ini hampir sama dengan basalt dan gabro dengan tekstur relatif lebih kasar dari basalt tetapi lebih halus dari andesit.

 Terdapat perbedaan morfologi antara bagian datar dengan tebing tinggi yang memiliki kemiringan 87°. Bagian perbatasan morfologi merupakan perbatasan antara intrusi dengan formasi Karangsambung.

 Di dekat intrusi, terdapat sekis yang merupakan hasil dari pematangan saat intrusi batuan beku keluar.

73

 Terdapat batuan berwarna abu-abu cerah dengan butiran ± 0.5 mm.

 Singkapan yang terlihat memiliki lebar ± 30 meter dan tinggi ± 15 meter dengan butiran berserat jarum.

 Pada bagian batas intrusi terdapat patahan dengan arah N325°-340°E.

 Proses terjadinya batuan tersebut adalah intrusi menembus lapisan Karangsambung dan formasi Watu Rondo, dengan bagian utara yang vertikal (hampir 90°) dan bagian selatan agak miring karena kekuatan yang lebih besar.

 Pada puncak diabas terdapat formasi Watu Rondo (batu pasir) yang pernah tertembus naik ke atas mengikuti intrusi.

74 GL4-02 7° 32’ 20,75” LS 109°40’20,6 8” BT elevasi : 154 m

 Lokasi stasiun berada di utara perbatasan formasi Watu Rondo – Diabas dengan morfologi berupa persawahan.

 Terdapat singkapan bongkahan batupasir dengan warna abu-abu kehitaman dan ukuran butiran 0.75 mm. Daerah

sekitarnya berupa aluvial.

 Pada daerah sekitar bongkahan terdapat pepohonan jati, namun pada jarak ± 4 meter memasuki area persawahan.

GL4-03 7° 32’ 17,96” LS

 Lokasi berada di Sungai Musiman (barat daya Diabas)

 Terdapat batuan lempung berwarna abu-abu kehijauan, namun tidak terlihat adanya arah perlapisan. Ketika dicoba dengan HCl ternyata tidak bereaksi.

75 109°40’18,3

4” BT elevasi : 133

m

 Bagian pasir gampingan bereaksi dengan HCl.

 Terdapat bongkahan besar yang terdapat di pinggir sungai menjadi tebing sungai.

GL4-04 7° 32’ 28,63” LS

76 109°40’20,1

6” BT elevasi : 149

m

 Terdapat singkapan kecil dengan tinggi ± 2 meter dan

kemiringan sekitar 60°-70°. Batuan berupa pasir dengan butir halus berwarna kuning degan kemiringan sekitar 60°-70°.

GL4-05 7° 32’ 30,17” LS 109°40’25,8 0” BT elevasi : 136 m

 Terdapat bongkahan berupa batuan breksi berwarna abu-abu dengan tinggi ± 7 meter, butiran kasar, di lereng bukit yang termasuk formasi Watu Rondo

GL4-06  Batuan sedimen memiliki pola laminasi yang sama, strike terukur N15°E dan dip 60°-70°.

 Batu dominan disisi sungai Lok Ulo adalah dasit (seperti konglomerat dengan sisipan putih). Batu lainnya berupa rijang, konglomerat, pasir dan kuarsa.

77 Tabel 4.7. Hasil Pemetaan Geologi Wilayah V Kelompok I

Hari/Tanggal : Kamis, 30 Juli 2015 Wilayah/Kelompok : 5/1 Nama Lokasi (Koordinat) Deskripsi ST-01 7° 32,194’ LS 109°40,577’ BT 10.00 WIB

 Lokasi stasiun berada di pinggir jalan Telford bagian utara jalan, kaki gunung Paras bagian barat.

 Batuan berupa bongkahan besar, berwarna abu-abu dengan permukaan lebih gelap, dan tidak berlapis.

 Terdapat mineral yang mengkilap, dan batuannya berbutir halus denan diameter bongkahan kira-kira 3 m.

 Diduga batuan tersebut adalah diabas.

78 (Aliran sungai di hutan pinus) 7° 32,105’ LS 109°40,860’ BT 10.40 WIB

 Ditemukan dua macam batuan, yaitu batuan I dan batuan II.

 Batuan I diduga batu lava dengan ciri-ciri antara lain permukaannya halus, tidak ada lapisan, berbutir halus, tidak berpori, berwarna merah kecokelatan.

 Batuan II diduga lempung metamorf, dengan ciri-cirinya permukaan halus, berwarna kuning kecokelatan, berbutir halus, tidak ada pori, banyak mineral berbeda warna, dan tidak jelas lapisannya.

ST-03 7° 31,943’ LS

109°41,166’ BT

 Singkapan diabas dengan ciri-ciri berbutir halus, berwarna gelap dan abu-abu, berlokasi di dekat rumah warga, terdapat mineral, batuannya sama seperti ST-01 dan diameter bongkahan 2 meter.

79 7° 32,092’ LS

109°41,287’ BT 11.50 WIB

 Singkapan sedimen dengan ciri-ciri singkapan di aliran sungai, berwarna abu-abu, terdapat lapisan, dengan lebar singkapan ± 3 meter, dan warna lapisan sama.

 Singkapan memiliki strike N240°E, dip 5°, dan kemiringan 21°.

ST-05 7° 32,095’ LS

109°41,482’ BT

 Lokasi berada di lereng Gunung Prahu

 Singkapan berada di aliran sungai, dan terdapat dua macam batuan.

 Batuan pertama memiliki ciri permukaan halus dan warnanya abu-abu, sedangkan batuan kedua memiliki ciri-ciri permukaan kasar dan warnanya lebih gelap.

 Batuan tersebut adalah sedimen breksi, dan strike/dip N270°E/19°.

80 ST-06 7° 31,934’ LS 109°41,230’ BT

 Lokasinya di pinggir jalan.

 Terdapat batuan bongkahan, berwarna hitam gelap, tidak berlapis, terkandung mineral yang bentuknya runcing, lebar atau diameter ± 1 meter.

81 4.2. Metode Gayaberat

4.2.1. Hasil

82 Gambar 4.2. Peta Anomali Regional Gayaberat Karangsambung

83 Gambar 4.4. Grafik Slicing Peta Anomali Residual Gayaberat Karangsambung

4.2.2. Interpretasi

Gambar 4.5. Interpretasi penampang bawah permukaan hasil slice

Secara kualitatif, jika dilihat dari peta anomali gaya berat terdapat daerah yang memiliki nilai anomali tinggi yang jika dikorelasikan dengan peta geologi, lokasi tersebut merupakan batuan diabas dan pegunungan yang terdapat di sebelah

-8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 An omal i Resi du al (mGal ) Jarak (m)

Grafik Slicing Peta Anomali Residual

Dalam dokumen Laporan Kuliah Lapangan Karangsambung (Halaman 58-93)

Dokumen terkait