• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Perusahaan

Perusahaan berdiri pada tahun 1992 dengan produksi nata de coco dan merupakan industri berskala rumah tangga yang berlokasi di Ciampea Kabupaten Bogor. Sebagai industri yang berskala rumah tangga, perusahaan ini pada awalnya hanya memiliki skala usaha yang kecil dan hanya melayani permintaan yang terbatas untuk daerah Bogor dan sekitarnya. Pada bulan November tahun 1996 perusahaan ini resmi telah memiliki bentuk badan usaha yakni berbentuk CV Perusahaan didaftarkan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta produknya didaftarkan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dengan merek

produk “Tacoco” dan “Wicoco”. Pada tahun 1996 perusahaan masuk menjadi Tenant in Wall Inkubator Agribisnis dan Agroindustri IPB, sehingga perusahaan terus mengalami perkembangam yang cukup pesat. Produk nata de coco sebagai minuman ringan dalam kemasan yang diproduksi CV Citra Pangan Mandiri pemasarannya terus meluas mencakup daerah Jabodetabek, Bandung dan Karawang. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998, menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan dalam produksinya dan pada tahun 2006 perusahaan menghentikan produksinya.

Pada tahun 2014, perusahaan beroperasi kembali dengan beberapa langkah strategi yang dilakukan, yaitu mengembangkan produk yang lebih unggul, perubahan legalitas, pembenahan mesin-mesin, renovasi gedung, dan penyediaan sarana-sarana penunjang lainnya. Produk yang dikembangkan teh dalam kemasan cup dengan merek “Teh Asyik”. Perubahan dari badan hukum berbentuk CV

Citra Pangan Mandiri berubah PT Citra Pangan Mandiri diharapkan dapat mudah dalam akses pembiayaan dan meningkatkan image perusahaan. Selanjutnya mesin-mesin yang ada juga diupgrade, sesuai dengan standar produksi minuman teh dalam kemasan, seperti ada mesin penyaringan air, mesin pemasak, dan mesin filling cup. Selain itu, perusahaan juga melengkapi berbagai sarana penunjang, seperti sarana perkantoran, sarana komunikasi dan sarana transportasi.

Sebagai sebuah perushaan yang baru berkembang, pihak manajemen PT Citra Pangan Mandiri mempunyai visi ingin menjadi yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap produk minuman dalam kemasan sebagai salah satu produk dari industri minuman ringan. Misinya melakukan usaha yang profesional, memproduksi minuman dalam kemasan, mendistribusikan produk ke seluruh wilayah Indonesia. Untuk itu, tujuan Perusahaan telah ditetapkan adalah memproduksi dan memasarkan produk minuman dalam kemasan yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Struktur organisasi PT Citra Pangan Mandiri berbentuk lini dengan pembagian tugas dan wewenang yang semuanya telah ditentukan oleh manajemen. Komisaris perusahaan yang bertanggungjawab memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap jalannya perusahaan. Direktur Utama perusahaan yang bertanggungjawab secara menyeluruh terhadap jalannya perushaan. Dalam kegiatan sehari-hari pimpinan perusahaan dibantu seorang

Direktur untuk mengelola kegiatan perusahaan secara umum. Untuk melaksanakan kegiatan administrasi rutin sehari-hari Direksi dibantu oleh seorang staf administrasi dan seorang staf keuangan.

Administrasi bertugas secara khusus melaksanakan kegiatan administrasi surat menyurat serta melakukan berbagai pencatatan ulang berbagai kegiatan seperti pemesanan, penjualan produk, pemesanan bahan baku, serta berbagai kegiatan operasi perusahaan lainnya. Sedangkan staf keuangan bertugas mengatur dan mencatat berbagai kegiatan keuangan baik kegiatan pemasukan dan pengeluaran. Juga bertugas membuat laporan keuangan secara rutin serta laporan keuangan lainnya yang diperlukan perusahaan.

Direksi perusahaan secara langsung membawahi berbagai bidang kegiatan perusahaan mulai dari pra produksi, pengelohan, pemasaran maupun pergudangan. Bidang pra produksi tugasnya berkaitan dengan kegiatan pra produksi yakni mulai dari penerimaan bahan baku dan penyiapan bahan-bahan penunjang lainnya. Bidang pengolahan bertugas mengolah teh dan bahan lainnya menjadi siap dipasarkan. Kegiatan bidang ini meliputi kegiatan pemasakan, pengadukan, penyaringan dan pengemasan. Bidang pemasaran bertugas memasarkan produk kepada konsumen. Kegiatan bidang ini meliputi penerimaan pesanan, pengiriman dan pengangkutan, promosi, penagihan piutang dan lain-lain. Bagian pergudangan bertugas menyimpan dan mengeluarkan bahan baku dan produk jadi dari dan atau ke luar gudang.

Gambar 6. Struktur organisasi perusahaan PT Citra Pangan Mandiri Jumlah karyawan di PT Citra Pangan Mandiri saat ini berjumlah 25 orang yang terdiri dari 1 orang komisaris, 2 orang direksi, 1 orang staf administrasi, 1 orang staf keuangan dan sisanya berjumlah 20 orang karyawan yang bekerja pada masing-masing bidang yang ada dalam perusahaan. Kebijakan perusahaan adalah berusaha merekrut tenaga kerja lokal di sekitar pabrik untuk tenaga-tenaga

Keuangan Direktur Utama Direktur Administrasi Pemasaran Pergudangan Produksi Karyawan Komisaris

operasional. Sedangkan untuk kepala bagian perusahaan direkrut tenaga terdidik berpengalaman. Di antara tenaga terdidik ini beberapa orang lulusan akademi dan bahkan ada lulusan universitas (sarjana).

Sarana dan prasaran PT Citra Pangan Mandiri secara rincinya terdiri dari bangunan pabrik dan gudang dengan sumber energi listrik, gas elpiji dan solar. Energi listrik digunakan untuk penerangan dan suplai energi untuk mesin peralatan. Gas elpiji dan solar digunakan untuk melakukan pemasakan, dan untuk membangkitkan panas yang diperlukan dalam proses pengolahan dan sterilisasi

Penyimpanan bahan baku, bahan kemasan, peralatan, barang jadi dilakukan di gudang. Untuk menunjang aktivitas pemasaran produk, perusahaan juga telah memiliki beberapa armada mobil dan beberapa sepeda motor.

4.2. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah penyangga Ibu Kota Indonesia yang merupakan suatu kesatuan wilayah pertumbuhan, yaitu wilayah metropolitan Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi (Jabotabek), yang erat hubungannya satu sama lain, terutama di bidang permukiman, industri, perdagangan, transportasi dan jasa lainnya. Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas 2.301,95 km2, berarti Kabupaten Bogor luasnya sekitar 5,19% dari luas Wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak antara 6,190 LU-6,470 LS

dan 1060 1’-1070 103’ Bujur Timur dengan tipe morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian selatan, yaitu sekitar 29,28% berada pada ketinggian 15-100 m di atas permukaan laut (dpl), 42,62% berada pada ketinggian 100-500 m dpl, 19,53% berada pada ketinggian 500 - 1.000 m dpl, 8,43% berada pada ketinggian 1.000 -

2.000 m dpl dan 0,22% berada pada ketinggian 2.000 - 2.500 m dpl. Kabupaten Bogor memiliki batas strategik antara lain :

1. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi 2. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Lebak

3. Sebelah Barat Daya, berbatasan dengan Kabupaten Tanggerang 4. Sebelah Utara, berbatasan dengan Kota Depok

5. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta 6. Sebelah Timur Laut, berbatasan dengan Kabupaten Bekasi 7. Sebelah Tenggara, berbatasan dengan Kabupaten Cianjur 8. Sebelah Tengah, Kota Bogor

Kabupaten Bogor terbagi atas 40 Kecamatan dengan jumlah penduduk pada tahun 2012 berdasarkan hasil Estimasi Penduduk 2012 adalah 5.077.210 jiwa terdiri dari 2.604.873 jiwa laki-laki dan 2.472.337 jiwa perempuan. Berdasarkan data BPS, rataan kepadatan penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2012 adalah 19 jiwa/ha, kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Ciomas dengan kepadatan 98 jiwa/ha dan kepadatan terendah berada di Kecamatan Tanjungsari dengan kepadatan 4 jiwa/ha. Berdasarkan data tersebut, Kabupaten Bogor merupakan pasar yang potensial bagi setiap perusahaan tak terkecuali perusahaan minuman teh dalam kemasan atau distributornya dalam memasarkan produk, mengingat jumlah penduduk Kabupaten Bogor yang mencapai lima juta lebih.

4.3. Hasil Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dengan kuesioner pendahuluan kepada 22 responden yang pernah mengkonsumsi minuman teh dalam kemasan. Penelitian ini bertujuan mengetahui atribut produk apakah yang dipentingkan oleh konsumen dalam memilih produk minuman teh dalam kemasan serta untuk menguji kesahihan dan kekonsistenan dari atribut-atribut minuman teh dalam kemasan. Sebagai langkah awal agar penelitian ini lebih efektif dilakukan pre-test, dengan menggunakan Cochran’s Q, diperoleh data seperti pada Tabel 6.

Tabel 6. Proporsi jawaban ya atau uji 1

No Atribut Jawaban Ya

1 Harga 21

2 Volume (isi) 18

3 Kemasan cup 13

4 Aroma 14

5 Citarasa teh murni 15

6 Variasi rasa 14

7 Rasa manis 15

8 Komposisi dan nilai gizi 12

9 Merek 14

10 Tanggal kadaluarsa 16

11 Label halal 12

12 Kemudahan memperoleh 16

13 Kebersihan cup 17

Hasil dari uji Cochran’s Q sebanyak 1 kali terhadap atribut-atribut yang melekat, maka diperoleh 12 atribut sebagai hasil akhir. Hasil tersebut diperoleh setelah membandingkan nilai Cochran’s Q dengan nilai Q tabel. Nilai Cochran’s Q tersebut dapat dilihat pada Tabel 9 dan nilai Q tabel yang digunakan adalah

19,675. Hasil akhir tersebut dibandingkan dengan teori yang telah ada dan dinyatakan bahwa H0 diterima, maka 12 atribut tersebut dianggap sah sebagai atribut sebuah minuman teh dalam kemasan. Atribut-atribut minuman teh dalam kemasan tersebut adalah (1) harga, (2) volume (isi), (3) kemasan cup, (4) aroma, (5) cita rasa teh murni, (6) variasi rasa, (7) rasa manis, (8) merek, (9) tanggal kadaluarsa, (10) label halal, (11) kemudahan memperoleh dan (12) kebersihan cup.

Tabel 7. Uji Cochran Q test

Test Statistics N Cochran's Q a df Asymp. Sig. a. 1 is treated as a success.

Sumber : Hasil output uji Cochran diolah menggunakan SPSS 19

Berikut ini adalah hasil dari uji validitas dan uji reliabilitas dari kuesioner yang diisi oleh para responden. Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan terhadap 12 atribut dengan uji Cochran’s Q.

1. Uji Validitas Kepentingan Atribut

Hasil dari pengujian validitas terhadap tingkat kepentingan atribut didapatkan hasil yang disajikan pada Tabel 10 menunjukkan bahwa hanya satu atribut yaitu, aroma yang nilainya kurang dari r tabel (0,423) atau dinyatakan tidak valid, sedangkan sebelas atribut lainnya memiliki nilai r hitung lebih besar daripada r tabel = 0.423 (> 0.423), maka dinyatakan valid.

Tabel 8. Uji validitas kepentingan atribut

No Atribut Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

1 Harga 0,600 0,423 Valid

2 Volume (isi) 0,524 0,423 Valid

3 Kemasan cup 0,638 0,423 Valid

4 Aroma 0,259 0,423 Tidak Valid

5 Citarasa teh murni 0,503 0,423 Valid

6 Variasi rasa 0,555 0,423 Valid

7 Rasa manis 0,732 0,423 Valid

8 Merek 0,690 0,423 Valid

9 Tanggal kadaluarsa 0,682 0,423 Valid

10 Label halal 0,600 0,423 Valid

11 Kemudahan memperoleh 0,579 0,423 Valid

12 Kebersihan cup 0,691 0,423 Valid

2. Uji Reliabilitas Kepentingan Atribut

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan terhadap hasil pengukuran suatu instrumen apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu obyek atau responden. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha dengan bantuan software SPSS versi 19.0. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai alpha 0,845, sehingga kuesioner yang disebarkan telah reliable dan termasuk dalam kategori baik (good) yang pantas digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Uji reliabilitas kepentingan atribut

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

Sumber : Hasil output diolah menggunakan SPSS 19

4.4. Karakteristik Responden

Responden dipilih dengan sengaja yang telah mengkonsumsi minuman teh dalam kemasan cup merek Teh Asyik yang terdapat pada penelitian ini. Untuk membedakan karakteristik umum responden dapat dilihat dari jenis kelamin, usia, tempat tinggal dan pengeluaran per bulan.

Berdasarkan jenis kelamin, jumlah responden laki-laki 66,3 persen dan responden perempuan 33,7 persen. Usia responden digolongkan menjadi lima

kelompok umur. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa sebagian responden berusia 21-30 tahun berjumlah 50 persen. Rentang usia tersebut merupakan usia produktif, yaitu banyak orang yang melakukan kegiatan di luar rumah. Jika diakumulasikan jumlah kelompok responden berumur kurang dari 30

tahun sebesar 74,9 persen, maka minuman teh dalam kemasan cup lebih banyak diminum oleh golongan anak muda.

Tabel 10. Persentase responden berdasarkan rentang usia

Rentang Usia (Tahun) Frekuensi Persentase (%)

17 –20 101 24,9 21 – 30 203 50 31 – 40 63 15,5 41 – 50 25 6,2 51 – 60 14 3,4 Total 406 100

Dilihat dari pengeluaran, diketahui bahwa persentase terbesar berada pada rentang pengeluaran Rp 1.000.001-Rp 2.000.000 sebanyak 42,6%, diikuti pengeluaran Rp 500.001-Rp 1.000.000 (29,8 ), Rp 2.000.001-Rp 3.000.000 (13,1 ), kurang dari Rp 500.000 (8,6%) dan lebih dari Rp 3.000.000 (5,9 ).

Dari pengeluaran dapat dilihat bahwa terdapat keterwakilan responden dilihat dari segi ekonomi yang dipilih mewakili penduduk Kabupaten Bogor. Hasil identifikasi berdasarkan pengeluaran responden dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Persentase responden berdasarkan pengeluaran

Besar Pengeluaran Frekuensi Persentase (%)

Kurang dari Rp 500.000 35 8,6 Rp 500.001 – Rp 1.000.000 121 29,8 Rp 1.000.001 – Rp 2.000.000 173 42,6 Rp 2.000.001 – Rp 3.000.000 53 13,1 Rp 3.000.001 – Rp 5.000.000 24 5,9 Total 406 100

Perilaku Konsumen MinumanTeh dalam Kemasan Cup

Perilaku konsumen minuman teh dalam kemasan cup dikaji pada penelitian ini meliputi frekuensi konsumsi, lokasi pembelian, asal informasi, pihak yang memengaruhi pembelian dan alasan membeli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,7 persen responden mengkonsumsi minuman teh dalam kemasan cup sebanyak 2-4 kali dalam seminggu, sedangkan 33,8 persen menjawab mengkonsumsi minuman teh dalam kemasan 1 bulan sekali, sisanya menjawab sehari lebih dari sekali sebesar 7,6 persen dan satu kali setiap hari 4,9 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa minuman teh dalam kemasan cup belum/tidak dijadikan sebagai minuman sehari-hari.

Gambar 7. Persentase frekuensi konsumsi minuman teh dalam kemasan cup Mayoritas responden membeli minuman teh dalam kemasan cup di toko kelontong dan warung dengan persentase 64 persen, diikuti membeli di minimarket 28,6 persen, food court 6,2 persen dan supermarket 0,7 persen. Hal tersebut dikarenakan jumlah toko kelontong dan warung serta minimarket lebih banyak dibandingkan food court dan supermarket. Hasil identifikasi berdasarkan lokasi membeli minuman teh dalam kemasan cup dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Persentase lokasi membeli minuman teh dalam kemasan cup Berdasarkan hasil identifikasi terhadap asal informasi yang diperoleh responden diketahui bahwa informasi tentang produk minuman teh dalam kemasan cup berasal dari display di kantin, foodcourt dan supermarket 58,9

persen, media elektronik 31 persen, lalu berasal teman dan keluarga masing- masing 3,9 persen dan 3,2 persen, sedangkan sisanya 2,7 persen berasal dari SPG/penjual (Gambar 9). 0 20 40 60 Sehari lebih dari satu Satu kali setiap hari 2 - 4 kali seminggu 1 bulan sekali 7,6 4,9 53,7 33,8 Per sen Frekuensi

Persentase Frekuensi Konsumsi Minuman

Dokumen terkait