METODOLOGI PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Fisik Daun Kumis Kucing dan Bunga Kenop
Karakteristik Fisik Daun Kumis Kucing
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam daun sehingga dapat memperpanjang umur simpan dan mempermudah transportasi. Pengeringan daun kumis kucing dilakukan dengan dua metode yaitu pengeringan matahari dan pengeringan oven. Pengeringan matahari dilakukan selama 2-3 hari sedangkan pengeringan oven dilakukan pada suhu 50oC selama 3-4 jam sampai mencapai kadar air 7%. Risfaheri dan Hidayat (1996) menjelaskan bahwa pengeringan terhadap daun dan bunga untuk menjaga agar warna dan aroma tanaman aslinya tidak berubah dapat dikerjakan antara suhu 20o-50oC dan untuk simplisia yang juga mengandung minyak atsiri, umumnya proses pengeringan dilakukan pada suhu 50oC. Menurut de Padua et al (1999) untuk mendapatkan produk daun kumis kucing dengan kualitas tinggi sebaiknya daun kumis kucing dikeringkan pada suhu 45-50oC.
Selanjutnya daun kumis kucing kering dihaluskan menjadi bubuk berukuran 40 mesh untuk memperoleh efisiensi ekstraksi yang tinggi. Makin kecil ukuran daun kumis kucing kering makin cepat waktu penyeduhan. Hasil pengeringan matahari bubuk daun kumis kucing berwarna hijau kekuningan sedangkan hasil pengeringan oven berwarna hijau kecoklatan (Gambar 7).
(a) (b)
Gambar 7 Bubuk daun kumis kucing; (a) pengeringan matahari, (b) pengeringan oven
Warna hijau kekuningan pada bubuk daun kumis kucing menunjukkan bahwa pengeringan matahari menyebabkan degradasi klorofil yang sedikit karena panas yang sampai ke produk tidak terlalu tinggi serta lama pengeringan yang hanya berkisar 4 jam perhari. Menurut Sokhansanj dan Jayas (1995), selama pengeringan matahari perbedaan suhu produk dengan suhu udara cukup kecil berkisar 5-15oC sehingga jumlah klorofil yang terkandung didalamnya masih banyak.
Bubuk daun kumis kucing dengan pengeringan oven berwarna hijau kecoklatan hal ini disebabkan oleh banyaknya klorofil yang terdegradasi karena suhu pengeringan yang stabil dan panas yang cukup tinggi. Menurut de Padua et al (1999) dan Kidmose et al (2002) penurunan warna hijau karena pengeringan disebabkan terdegradasinya klorofil oleh kelebihan panas, kontak dengan wadah logam (bersuhu tinggi), oksidasi karena cahaya, oksigen dan aktivitas enzimatik.
Ekstrak bubuk daun kumis kucing dengan pengeringan matahari berwarna coklat pekat. Hal ini disebabkan adanya senyawa tanin (pada teh disebut katekin) yang mengalami proses oksidasi lebih lama pada pengeringan matahari, sehingga klorofil menjadi tidak nampak karena mengalami pembongkaran me njadi feofitin yang berwarna coklat. Menurut Wong (1989), pemanasan menyebabkan perubahan pH sehingga ion Mg2+ yang terdapat dalam klorofil dengan mudah diganti oleh ion hidrogen (H) sehingga terbentuk feofitin, akibatnya warna hijau pada ekstrak daun kumis kucing berubah menjadi kecoklatan.
Ekstrak bubuk daun kumis kucing pada pengeringan oven berwarna coklat terang seperti seduhan teh hijau. Daun kumis kucing dengan pengeringan oven lebih cepat mencapai kadar air 7% dibandingkan dengan pengeringan matahari, sehingga proses oksidasi senyawa fenol (khususnya tanin) lebih sedikit, akibatnya perombakan klorofil menjadi feofitin yang berwarna kecoklatan menjadi terhambat. Balentine et al (1997) menyatakan bahwa tanin yang juga disebut asam tanat dan asam galotanat adalah senyawa yang larut dalam air, tidak berwarna sampai berwarna kuning atau coklat, memberikan rasa pahit dan astringensi atau kelat.
Berdasarkan pengamatan secara subjektif, perbedaan warna bubuk dan ekstrak daun kumis kucing dengan dua metode pengeringan dapat disimpulkan bahwa pengeringan matahari memberikan karakteristik fisik lebih baik dibandingkan dengan pengeringan oven (Gambar 8).
(a) (b)
Gambar 8 Ekstrak bubuk daun kumis kucing; (a) pengeringan matahari, (b) pengeringan oven.
Karakteristik Fisik Bunga Kenop
Hasil pengeringan matahari bubuk bunga kenop berwarna merah kusam (Gambar 9). Hal ini disebabkan cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan radiasi yang sangat besar sehingga menyebabkan terjadinya reaksi fotokimia yang dapat memutus ikatan rangkap pada struktur betalain yang mengakibatkan perubahan warna atau kehilangan warna merah. Sesuai dengan laporan Soewandi (1993) bahwa ikatan rangkap pada betalain bersifat tidak stabil dan sangat peka terhadap cahaya matahari. Sedangkan hasil pengeringan oven berwarna merah keputih-putihan. Diduga warna merah berasal dari pigmen betasianin yang banyak terdapat pada bunga kenop dan warna putih berasal dari kapas dan bonggol bunga yang terbentuk sewaktu bunga dihaluskan.
Ekstrak bubuk bunga kenop kering matahari berwarna merah keruh sedangkan ekstrak bubuk bunga kenop kering oven berwarna merah terang (Gambar 10). Diduga hal ini disebabkan lamanya waktu pengeringan (10-12 jam) dan kontak dengan udara menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi pada ikatan rangkap dalam struktur betalain sehingga warna merah ekstrak menjadi pudar. Cai et al (1998) melaporkan bahwa pigmen betasianin dari famili Amaranthaceae sangat sensitif terhadap oksigen, cahaya, suhu, pH, dan aktivitas air. Sementara Jayaraman dan Das Gupta (1995) menyatakan bahwa kecepatan pengeringan berpengaruh terhadap degradasi zat-zat yang terkandung dalam bahan-bahan hasil pertanian. Sedangkan pada pengeringan oven, suhu yang digunakan tidak terlalu tinggi dan panasnya lebih stabil sesuai dengan pendapat Risfaheri dan Hidayat (1996) bahwa pengeringan terhadap bunga
untuk menjaga agar warna dan aroma tanaman aslinya agar tidak berubah dapat dikerjakan antara suhu 20o-50oC. Menurut Von Elbe et al (1974), pengeringan betalain optimal pada suhu 40oC sehingga pigmen yang terdegradasi sedikit. Sari et al
(2005) melaporkan pemanasan kulit buah duwet pada suhu medium (40 dan 60oC) menunjukkan stabilitas warna antosianin diatas 80% sedangkan pada suhu tinggi (80 dan 100oC) stabilitas warna menurun tajam hingga dibawah 20%. Selanjutnya Arisasmita et al (1997) menyatakan pigmen betalain pada kulit buah manggis tidak stabil terhadap suhu panas (90oC) serta peka terhadap cahaya matahari dan udara karena adanya ikatan rangkap pada struktur betalain yang mudah teroksidasi.
Menurut Jayaraman dan Das Gupta (1995) salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pengeringan adalah bentuk dari bahan mentah dan sifat-sifatnya. Metode pengeringan oven yang digunakan memberikan karakteristik fisik terbaik dari warna bubuk maupun warna ekstrak yang dihasilkan.
(a) (b)
Gambar 9 Bubuk bunga kenop; (a) Pengeringan matahari, (b) Pengeringan oven
(a) (b)
Gambar 10 Ekstrak bubuk bunga kenop; (a) Pengering matahari, (b) Pengering oven
Karakteristik Kimia Daun Kumis Kucing dan Bunga Kenop
Kandungan Total Fenol Daun Kumis Kucing dan Bunga Kenop
Kandungan total fenol dalam bahan pangan umumnya berhubungan dengan aktivitas antioksidan sehingga perlu dilakukan pengujian total fenol terhadap ekstrak bubuk daun kumis kucing dan bunga kenop. Hasil analisis total fenol disajikan pada Gambar 11.
16.47b 3.40a 2.28b 3.08a 22.74b 45.73a 2.93a 1.96b 1.98b 13.77b 17.05b 40.18a 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Segar Pengeringan Matahari Pengeringan Oven Segar Pengeringan Matahari Pengeringan Oven
Daun Kumis Kucing Bunga Kenop
Total fenol (mg/g berat kering)
0 jam 24 jam
Gambar 11 Total fenol ekstrak daun kumis kucing dan bunga kenop segar, bubuk kering matahari dan kering oven
Daun Kumis Kucing
Hasil pengujian total fenol ekstrak daun kumis kucing pada jam ke-0 dan jam ke-24 rata-rata berkisar antara 16.47±0.01–45.73±0.10 dan 13.77±0.01– 40.18±0.11 mg/g berat kering. Kadar total fenol ekstrak daun kumis kucing segar, bubuk kering matahari dan kering oven pada jam ke-0 berturut-turut sebesar 45.73±0.10, 22.74±0.03 dan 16.47±0.01 mg/g berat kering sedangkan setelah penyimpanan jam ke-24 kadar total fenol cenderung menurun baik pada ekstrak daun kumis kucing segar, bubuk kering matahari dan kering oven sebesar 40.18±0.11, 17.05±0.04 dan 13.77±0.01 mg/g berat kering (Gambar 11 dan Lampiran 11a).
Kadar total fenol tertinggi diperoleh dari ekstrak daun kumis kucing segar dibandingkan dengan ekstrak bubuk kering matahari dan kering oven. Hal ini disebabkan daun kumis kucing segar tidak mengalami proses pemanasan sehingga
kandungan senyawa fenolnya tidak banyak yang rusak. Sebaliknya pengeringan matahari dan oven menyebabkan komponen bioaktif daun kumis kucing menjadi terdegradasi. Sesuai dengan laporan Standley et al (2001) bahwa pengolahan menyebabkan penurunan kandungan total polifenol pada teh rooibos.
Ekstrak daun kumis kucing segar, bubuk kering matahari dan oven mengalami penurunan kadar total fenol setelah penyimpanan pada jam ke-24, hal ini disebabkan adanya perubahan reaksi dan pH. Menurut Jayaraman dan Das Gupta (1995), degradasi klorofil pada tanaman tergantung pada pH, waktu, kerja enzim, oksigen dan cahaya. Lemmens dan Wulijarni-Soetjipto (1992) menyatakan klorofil sebagai pigmen hijau sensitif pada kondisi asam dan cahaya.
Tanaman seperti sayuran, buah-buahan, rempah dan obat mengandung senyawa antioksidan alami seperti senyawa golongan fenolik. Senyawa fenolik tersebut antara lain asam fenolat, flavonoid dan tanin dan distribusinya pada tanaman sangat luas yaitu di daun, batang, akar, bunga, buah, biji dan dalam makanan yang berasal dari tumbuhan (Muchtadi 1989).
Kandungan total fenol beberapa herbal dan bahan pangan seperti sari bangle kering (Zingiber cassumunar Roxb) sebesar 1.98 mg/g tannic acid equivalent (TAE) (Arafah 2005), ekstrak marigold berkisar 14.49-57.47 mg/g chlorogenic acid equivalent (CAE) (Cetkovic et al 2004), ekstrak bunga mawar (Rosa damascena Mill.) segar sebesar 276.02 mg/g gallic acid equivalent (GAE), ekstrak air akar (Aia) cincau hijau (Cyclea barbata L. Miers) sebesar 1.64% (Pandoyo 2000) dan kayu manis (Cinnamomum burmannii) sebesar 6.2% (Azima 2004).
Berdasarkan analisis sidik ragam (Lampiran 11b dan 11c) menunjukkan bahwa perlakuan pengeringan daun kumis kucing berpengaruh nyata (P=0.05) terhadap kadar total fenol. Hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5% menunjukkan bahwa kadar total fenol ekstrak bubuk daun kumis kucing kering matahari dan oven pada jam ke-0 dan ke-24 tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan ekstrak daun kumis kucing segar pada jam ke-0 dan ke-24.
Bunga Kenop
Hasil pengujian total fenol ekstrak bubuk bunga kenop segar, kering matahari dan kering oven pada jam ke-0 masing-masing sebesar 3.40±0.01, 2.28±0.01 dan
3.08±0.02 mg/g berat kering (Gambar 11 dan Lampiran 12a). Kadar total fenol ekstrak bunga kenop segar lebih tinggi bila dibandingkan dengan ekstrak bubuk kering matahari dan oven, hal ini disebabkan bunga kenop segar tidak mengalami proses pemanasan sehingga kandungan senyawa fenol maupun non fenol tidak rusak. Standley et al (2001), menyatakan ekstrak teh yang tidak difermentasi memiliki kandungan total fenol yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak teh dari proses fermentasi, pengeringan matahari dan pemanasan pasteurisasi.
Ekstrak bubuk bunga kenop kering oven memiliki kadar total fenol lebih tinggi dibandingkan ekstrak bubuk kering matahari, hal ini disebabkan bunga kenop memiliki bonggol yang tebal sehingga membutuhkan waktu pengeringan yang lama (3-4 hari) yang menyebabkan komponen bioaktifnya teroksidasi oleh sinar ultraviolet dan radiasi matahari. Selain itu pemanasan yang tidak terkontrol dapat merusak komponen bioaktif bunga kenop khususnya struktur betalain menjadi terdegradasi sehingga menurunkan kadar total fenol. Menurut Imre (1995), ketidakseragaman pengeringan menyebabkan terjadinya penurunan mutu. Sebaliknya pada pengeringan oven bunga kenop lebih cepat mencapai kadar air 7% sehingga lebih sedikit komponen bioaktif yang terdegradasi.
Hasil penyimpanan ekstrak bunga kenop segar, bubuk kering matahari dan oven setelah jam ke-24 menunjukkan kadar total fenolnya cenderung turun. Kadar total fenol ekstrak bunga kenop segar, bubuk kering matahari, kering oven masing- masing turun menjadi 1.98±0.02, 1.96±0.02 dan 2.93±0.02 mg/g berat kering, hal ini disebabkan senyawa bioaktif terutama fenol dan betasianin yang merupakan pigmen utama pada bunga kenop bersifat tidak stabil, sehingga mudah mengalami oksidasi dan degradasi akibat pengaruh suhu dan pH selama penyimpanan. Menurut Cai et al (1998), pigmen betasianin dari famili
Amaranthaceae sangat peka terhadap suhu, pH, cahaya, udara dan aktivitas air. Stabilitas pigmen lebih baik pada suhu rendah (<14oC) di ruang gelap dan tanpa cahaya. Pigmen betasianin kering lebih stabil disimpan pada suhu 25oC selama 23 bulan lebih lama dibandingkan ekstrak air yang hanya 1 bulan.
Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 12b dan 12c) menunjukkan bahwa perlakuan pengeringan bunga kenop berpengaruh nyata (P=0.05) terhadap kadar total fenol. Hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5% menunjukkan bahwa kadar total
fenol ekstrak bubuk bunga kenop kering oven dan matahari pada jam 0 dan ke-24 berbeda nyata tetapi berbeda tidak nyata dengan ekstrak bunga kenop segar pada jam ke-0 dan berbeda nyata pada jam ke-24.
Aktivitas Antioksidan Daun Kumis Kucing dan Bunga Kenop
Minuman ekstrak bubuk daun kumis kucing dan bunga kenop yang memiliki nilai aktivitas antioksidan tertinggi, diberikan kepada tikus untuk pengujia n proliferasi limfosit secara in vivo dan in vitro (Gambar 12).
110.46b 57.17c 371.76a 1364.88b 2129.93a 473.96c 90.56b 44.07c 340.55a 409.11c 1355.88b 2266.81a 0 500 1000 1500 2000 2500 Segar Pengeringan Matahari Pengeringan Oven Segar Pengeringan Matahari Pengeringan Oven
Daun Kumis Kucing Bunga Kenop
Aktivitas antioksidan
(mM trolox/g berat kering)
0 jam 24 jam
Gambar 12 Aktivitas antioksidan ekstrak daun kumis kucing dan bunga kenop segar, bubuk kering matahari dan kering oven
Daun Kumis Kucing
Hasil pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak daun kumis kucing segar lebih tinggi daripada ekstrak bubuk kering matahari dan oven. Nilai rata-rata TEAC (Trolox Equivalent Antioxidant Capacity) masing- masing pada jam ke-0 sebesar 2129.93±0.05, 1364.88±0.01 dan 473.96±0.04 mM trolox/g berat kering. Hal ini menunjukkan kemampuan ekstrak daun kumis kucing segar dalam menangkap DPPH sebagai sumber radikal bebas lebih kuat daripada ekstrak bubuk yang dikeringkan dengan cahaya matahari dan oven (Gambar 12 dan Lampiran 13a).
Tingginya aktivitas antioksidan ekstrak daun kumis kucing segar berkorelasi dengan kadar total fenol ekstrak yang juga tinggi sehingga daun kumis kucing
berpotensi sebagai sumber antioksidan alami. Selain itu senyawa klorofil sebagai pigmen hijau pada daun diduga memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Lanfer-Marquez et al (2005) menyatakan aktivitas antioksidan enam turunan klorofil (klorofil a dan b, feofitin a dan b, feoforbid a dan b) dan Cu-klorofilin dengan metode bleaching β-carotene menunjukkan feoforbid b dan feofitin b merupakan senyawa antioksidan alami yang lebih kuat dibanding BHT. Sebaliknya pengujian dengan DPPH menunjukkan aktivitas antioksidan semua pigmen alami lebih rendah daripada trolox. Sedangkan Cu-klorofilin yang diuji dengan kedua metode tersebut menunjukkan aktivitas antioksidan yang juga tinggi seperti klorofil alami. Pada perlakuan pengeringan aktivitas antioksidan ekstrak bubuk daun kumis kucing kering matahari lebih tinggi daripada kering oven. Hal ini disebabkan oleh kadar total fenol yang tinggi. Xin et al (2004) melaporkan bahwa senyawa fenolik berkonstribusi secara langsung terhadap aktivitas antioksidan. Korelasi positif antara aktivitas antioksidan dan total fenolik tanaman berasal dari efektivitas donor hidrogen dalam senyawa fenolik. Diperkuat oleh Gil et al (2002), konstribusi senyawa fenolik terhadap aktivitas antioksidan lebih tinggi dari pada vitamin C dan carotenoid. Sedangkan pada ekstrak bubuk kering oven diduga terjadi kerusakan klorofil dan senyawa bioaktif lainnya selama pemanasan sehingga aktivitas antioksidan menurun sejalan dengan kadar total fenol yang rendah. Menurut Bauzaite et al (2003) beberapa senyawa yang terkandung dalam suatu ekstrak dapat bersifat labil pada suhu tinggi dan proses pemanasan dapat menurunkan aktivitas antioksidan.
Penyimpanan ekstrak daun kumis kucing selama 24 jam mempengaruhi aktivitas antioksidan. Setelah 24 jam, aktivitas antioksidan ekstrak daun segar mengalami peningkatan dari 2129.93±0.05 menjadi 2266.81±0.03 mM trolox/g berat kering, karena penyimpanan meningkatkan aktivitas senyawa fenolik yang belum aktif dalam menangkap radikal bebas. Hal ini sesuai dengan penelitian Standley et al (2001) bahwa ekstrak teh rooibos yang tidak difermentasi menunjukkan kemampuan mendonorkan atom hidrogen dan “scavenging” ion radikal superoksida yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak teh yang difermentasi dengan pengering buatan, pengeringan matahari serta pemanasan pasteurisasi. Aktivitas antioksidan ekstrak bubuk daun kumis kucing kering
matahari dan oven berturut-turut mengalami penurunan dari 1364.88±0.01 menjadi 1355.88±0.01 mM trolox/g berat kering dan 473.96±0.04 menjadi 409.11±0.03 mM trolox/g berat kering. Penurunan ini disebabkan terbentuknya asam-asam organik selama penyimpanan yang dapat menurunkan pH ekstrak.
Penelitian Prangdimurti (2007) tentang kapasitas antioksian ekstrak daun suji secara in vivo menunjukkan penurunan kadar MDA hati, peningkatan aktivitas katalase hati dan superoksida dismutase hati secara nyata sebesar 70%, 40% dan 25%, namun tidak berpengaruh terhadap berat organ hati, limpa dan ginjal tikus. Selanjutnya Ozkan et al (2004) melaporkan aktivitas antioksidan ekstrak bunga mawar (Rosa damascena Mill.) segar sebesar 372.26 mg/g.
Hasil analisis ragam (Lampiran 13b dan 13c) menunjukkan perlakuan pengeringan daun kumis kucing berpengaruh nyata (p=0.05) terhadap aktivitas antioksidan. Hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5% menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak bubuk daun kumis kucing kering oven pada jam 0 dan ke-24 tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan ekstrak bubuk kering matahari dan sangat berbeda nyata dengan ekstrak daun kumis kucing segar.
Bunga Kenop
Hasil analisis aktivitas antioksidan ekstrak bunga kenop segar, bubuk kering matahari dan oven (Gambar 12 dan Lampiran 14a) pada jam ke-0 masing- masing sebesar 371.76±0.01, 57.17±0.01 dan 110.46±0.03 mM trolox/g berat kering. Aktivitas antioksidan ekstrak bunga kenop segar lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak bubuk kering matahari dan oven. Hal ini berkorelasi dengan kadar total fenolnya yang juga tinggi. Cai et al (2003) menyatakan pigmen betalain dari tanaman famili Amaranthaceae menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat terhadap radikal bebas DPPH berkisar antara 3.4-8.4 µM/g berat kering. Aktivitas penangkap radikal bebas dari betalain tergantung pada jumlah dan posisi grup hidroksil serta glikosilasi aglikon dalam molekul betalain.
Aktivitas antioksidan ekstrak bubuk bunga kenop kering oven lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak bubuk kering matahari, diduga suhu pemanasan yang stabil selama pengeringan oven menyebabkan senyawa bioaktif antioksidan yang terdegradasi sedikit, sedangkan pada pengeringan matahari banyak senyawa
bioaktif yang memiliki sifat antioksidan rusak oleh radiasi sinar matahari, oksidasi karena udara dan cahaya serta kadar total fenolnya yang juga rendah. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Cai et al (1998) menyatakan pigmen betasianin yang terkandung dalam bunga kenop sangat peka terhadap suhu, pH, cahaya, udara dan aktivitas air.
Stabilitas aktivitas antioksidan ekstrak bunga kenop setelah penyimpanan selama 24 jam pada suhu ruang cenderung mengalami penurunan. Aktivitas antioksidan ekstrak bunga kenop segar menurun dari 371.76±0.01 menjadi 340.55±0.01 mM trolox/g berat kering sedangkan ekstrak bubuk kering matahari turun dari 57.17±0.01 menjadi 44.07±0.01 mM trolox/g berat kering dan ekstrak bubuk kering oven turun dari 110.46±0.03 menjadi 90.56±0.01 mM trolox/g berat kering. Ketidakstabilan aktivitas antioksidan ekstrak bunga kenop disebabkan sifat komponen bioaktifnya yang mudah terdegradasi karena perubahan suhu dan pH selama penyimpanan. Didukung oleh laporan Cai et al (1998) bahwa stabilitas pigmen betasianin lebih baik pada suhu rendah (<14oC) di ruang gelap dan tanpa cahaya.
Aktivitas antioksidan herbal marigold yang tumbuh liar; Calendula arvensis
L. (GWM) dan yang dibudidayakan; Calendula officinalis L. (CM) menunjukkan bahwa ekstrak CM mempunyai aktivitas antioksidan dan penangkap radikal yang lebih baik dari pada ekstrak GWM dan ekstrak air menunjukkan aktivitas yang lebih tinggi dari pada ekstrak metanol. Ekstrak air CM menunjukkan sifat antioksidan paling baik pada konsentrasi 0.75 mg/ml ekstrak, karena mengeliminasi radikal hidroksil dalam sistem Fenton secara komplit, menangkap 92% DPPH dan 95% radikal peroksil selama peroksidasi lipid (Cetkovic et al 2004).
Calliste et al (2001) mengamati aktivitas antioksidan 7 tanaman yang biasa digunakan masyarakat Perancis dalam pengobatan dengan menggunakan lima macam pelarut berdasarkan tingkat kepolarannya (heksan, khloroform, etil asetat, methanol dan air) menunjukkan ekstrak dari tiga tanaman (Castania sativa,
Filipendula ulmaria dan Betula pendula) pada fraksi yang lebih polar (air dan methanol) mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi.
Hasil analisis ragam (Lampiran 14b dan 14c) menunjukkan perlakuan pengeringan bunga kenop berpengaruh nyata (p=0.05) terhadap aktivitas antioksidan. Hasil uji lanjut Duncan taraf 5% menunjukkan aktivitas antioksidan
ekstrak bunga kenop segar pada jam ke-0 dan ke-24 tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan ekstrak bubuk kering oven dan sangat berbeda nyata dengan ekstrak bubuk kering matahari.
Hasil Analisis Proksimat Bubuk Daun Kumis Kucing dan Bunga Kenop Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui perkiraan kandungan gizi suatu bahan pangan yang meliputi kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat. Hasil analisis proksimat bubuk daun kumis kucing kering matahari dan bunga kenop kering oven disajikan pada Tabel 4.
Hasil proksimat menunjukkan kadar air bubuk daun kumis kucing kering matahari dan bunga kenop kering oven sebesar 7.69±0.16 dan 8.78±0.12 mengacu pada kadar air produk sejenis (seduhan teh) untuk memperpanjang umur simpan, karena daun kumis kucing dan bunga kenop segar memiliki kadar air awal cukup tinggi yaitu sebesar 81.42% dan 73.13%.
Tabel 4 Hasil analisis proksimat bubuk daun kumis kucing kering matahari dan bunga kenop kering oven
Kandungan
Bubuk daun kumis kucing kering
matahari
Bubuk bunga kenop kering oven Jumlah (% bk) Kadar air 7.69±0.16 8.78±0.12 Kadar abu 8.55±0.01 7.98±0.43 Kadar protein 18.86±0.17 7.61±0.09 Kadar lemak 5.51±0.09 0.91±0.01 Kadar karbohidrat*) 67.09±0.25 83.52±0.52
Keterangan : *) Karbohidrat dihitung by difference
Kadar protein yang cukup tinggi pada bubuk daun kumis kucing diduga karena adanya kandungan berbagai macam sumber nitrogen, seperti enzim dan asam-asam amino. Mahmudatussaadah (2005) melaporkan bahwa produk sejenis seperti bubuk teh hitam (Camellia sinensis assamica) juga mempunyai kandungan protein cukup tinggi sebesar 24.56%.
Karakteristik Biologis Pemberian Ekstrak Daun Kumis Kucing dan Bunga Kenop pada Tikus
Hasil penelitian tahap 1 dan 2 berdasarkan karakteristik fisik (warna bubuk dan ekstrak) dan kimia (kadar total fenol, aktivitas antioksidan dan kadar proksimat) diperoleh bahwa bubuk daun kumis kucing kering matahari dan bubuk bunga kenop kering oven sebagai hasil terbaik. Dengan demikian minuman perlakuan yang diberikan pada tikus percobaan adalah minuman ekstrak dari bubuk daun kumis kucing kering matahari dan bunga kenop kering oven (Gambar 13).
Gambar 13 Tikus Sprague Dawley yang diberi minum ekstrak bubuk daun kumis kucing dan bunga kenop
Pengaruh Konsumsi Minuman Ekstrak Bubuk Daun Kumis Kucing dan Bunga Kenop terhadap Berat Badan Tikus
Selama 2 bulan masa perlakuan, masing- masing kelompok tikus diberi minuman ekstrak bubuk daun kumis kucing, bunga kenop dan aquades sebagai kontrol sebanyak 40 ml setiap hari. Jumlah konsumsi minum masing- masing kelompok diukur setelah 24 jam dengan mengurangkan jumlah minum yang diberikan dengan sisa minum, sedangkan jumlah ekstrak yang diminum dari rata-rata jumlah konsumsi minum perhari didapat dengan mengalikan jumlah