• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pemodelan Dinamika Simpanan Karbon

106/km2) yang didominasi oleh masyarakat dengan kebudayaan minangkabau. Pemberdayaan ekonomi masyarakat disekitar hutan belum optimal, hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam di masyarakat yang belum berkembang. Hal ini dikarenakan minat dan pemahaman masyarakat terkait bidang kehutanan masih rendah serta keberadaan kawasan hutan seperti batas-batasnya di lapangan belum seluruhnya diakui oleh masyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pemodelan Dinamika Simpanan Karbon

Formulasi Model Konseptual

Pada tahapan ini dilakukan pengelompokan terhadap semua perubahan yang terjadi pada wilayah hutan Sumatera Barat sejak tahun 1999 dan disusun menjadi sebuah organogram.

Berdasarkan data perubahan, peruntukan dan alih fungsi pada kawasan hutan di Provinsi Sumatera Barat sebelumnya dibuatlah sebuah konsep model yang digunakan sebagai dasar acuan pengembangan pada penelitian ini. Model konseptual yang dibangun dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut.

Gambar 1 Organogram perubahan kawasan hutan Sumatera Barat Model yang dibangun berdasarkan data diatas diklasifikasikan dalam tiga submodel yakni

1. submodel simpanan karbon deforestasi hutan 2. submodel simpanan karbon degradasi hutan 3. submodel perubahan simpanan karbon total

Kemudian model yang ada ini akan disimulasikan hingga tahun 2050 berdasarkan pada tren yang ada saat ini.

14

Spesifikasi Model Kuantitatif

Submodel Simpanan Karbon Deforestasi

Model deforestasi hutan bertujuan untuk mengetahui bagaimana skema penggunaan lahan di Provinsi Sumatera Barat. Perubahan peruntukan dan alih fungsi kawasan hutan dapat dipengaruhi oleh adanya pinjam pakai kawasan, tukar menukar kawasan, alih fungsi dan pelepasan kawasan hutan. Submodel ini dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Sub-submodel Perubahan Luas Kawasan Hutan Sumatera Barat

2. Sub-submodel Perubahan Simpanan Karbon Terhadap Perubahan Hutan Sumatera Barat

Sub-submodel Perubahan Luas Kawasan Hutan

Data aktivitas perubahan lahan tersebut kemudian disimulasikan ke dalam sub-submodel Perubahan Luas Kawasan hutan Sumatera Barat dengan asumsi bahwa tren yang ada masih akan tetap sama hingga tahun mendatang dimana kegiatan pinjam pakai untuk kawasan tambang sebesar 272,2 ha/tahun dan perubahan kawasan untuk transmigrasi sebesar 1191,6 ha/tahun masih akan terus berlanjut. Sub-submodel perubahan luas kawasan hutan ini disajikan pada Gambar 2.

HL HP HPT H Cons HPK tambang trans perkebunan NonTambang mutasiHLNontambang mutasiHPKHPT mutasi HPTrans mutasiHPNonTambang mutasiHPKKebun mutasiHPKTrans mutasiHLtambang mutasi HK NonTambang KH NKH MutasiHPTtambang

landuse change Sumbar

Gambar 2 Model perubahan luas kawasan hutan Sumatera Barat Pada sub-submodel perubahan luas kawasan hutan ini diketahui bahwa :

1. source adalah luas kawasan hutan berdasarkan fungsinya yang mengacu pada SK Menhut 422/KPTS-II/1999 yang disajikan pada Tabel

2. sink berupa tujuan penggunaan seperti tambang, transmigrasi, perkebunan dan non-tambang.

15 3. Material transfer pada submodel ini adalah semua data perubahan lahan hutan Sumatera Barat dari tahun 1999 seperti yang ditampilkan pada Tabel 5.

4. Hasil perubahan pada setiap source kemudian diakumulasikan pada variable Kawasan Hutan (KH) untuk wilayah hutan dan variable Non Kawasan Hutan (NKH) wilayah non-hutan.

Grafik simulasi perubahan luas kawasan hutan Sumatera Barat dapat dilihat pada Gambar 3.

12:11 27 Mar 2013 Graf ik perubahan Luas kawasan Hutan

Page 1 1999.00 2011.75 2024.50 2037.25 2050.00 tahun 1: 1: 1: 2505000 2555000 2605000 1: KH 1 1 1 1

Gambar 3 Grafik model simulasi perubahan luas hutan Sumbar Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat tren yang ada bahwa luas kawasan hutan di Sumatera Barat cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya.

Sub-submodel Perubahan Simpanan Karbon Terhadap Perubahan Hutan

Simpanan karbon pada luas kawasan hutan dapat dimodelkan dengan menggunakan data yang didapatkan dari hasil pemodelan luas kawasan hutan pada Gambar 2. Simpanan karbon perubahan luas hutan Sumatera Barat ditampilkan pada Gambar 4.

HL CHL H Cons C HCons HP HPT HPK CHP CHPT

Ctotal tata Guna Lahan

CHPK C stock

CStok Landuse

16

Pada Sub-sub model simpanan karbon diatas dapat diketahui bahwa :

1. Luas hutan berdasarkan fungsinya yang mengacu pada pemodelan sebelumnya bertindak sebagai Driving variable pada sistem ini

2. Driving variable selanjutnya adalah nilai simpanan karbon yang berasal dari penelitian sebelumnya, yaitu sebesar 348,02 ton/ha untuk hutan primer dan 189,26 untuk hutan sekunder (Tresnawan dan Rosalina 2002).

3. Auxilary variable berupa hasil simpanan karbon tiap jenis penggunaan hutan didapat dari persamaan yang mengacu pada IPCC (2006) dimana hasil yang didapat berdasarlkan hasil perkalian antara luas tiap jenis hutan dengan nilai simpanan karbon masing-masing hutan.

4. Variable cadangan karbon total pada submodel simpanan karbon deforestasi didapat dari akumulasi simpanan karbon pada tiap jenis penggunaan lahan hutan yang ada.

Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat perubahan simpanan karbon pada hutan di Sumatera Barat yang disajikan pada Lampiran 5 dan grafik hasil simulasi simpanan karbonnya dapat dilihat pada Gambar 5.

22:08 31 Mar 2013 Graf ik Simulasi Simpanan Karbon Perubahan Tata Guna Lahan Hutan

Page 1 1999.00 2011.75 2024.50 2037.25 2050.00 tahun 1: 1: 1: 745000000 760000000 775000000

1: Ctotal tata Guna Lahan

1

1

1

1

Gambar 5 Grafik simulasi simpanan karbon perubahan kawasan hutan Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa simpanan karbon pada pola submodel simpanan karbon deforestasi terus menurun, dimana hal yang sama juga terjadi pada model perubahan luas kawasan sebelumnya. Penurunan luas kawasan yang terjadi dapat dikatakan memiliki kolerasi terhadap penurunan simpanan karbon yang ada pada hutan di provinsi Sumatera Barat.

Submodel Simpanan Karbon Degradasi Hutan

Degradasi hutan adalah suatu penurunan kerapatan pohon dan meningkatnya kerusakan terhadap hutan yang menyebabkan hilangnya hasil-hasil hutan dan berbagai layanan ekologi yang berasal dari hutan. Degradasi hutan yang menjadi fokus dalam penelitian ini berkaitan dengan penurunan kerapatan pohon yang disebabkan oleh terbitnya Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan alam (IUPHHK-HA) dan Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT). Submodel

17 degradasi hutan dibagi menjadi dua, yang terdiri dari sub-submodel hutan alam dan sub-submodel hutan tanaman.

Sub-submodel Hutan Alam

Dinamika pemodelan degradasi pada hutan alam Sumatera Barat dibagi menjadi tiga model yaitu

1. Model Dinamika Tegakan pada Hutan Alam dengan Izin Konsesi 2. Model Simpanan Karbon Non-logging

3. Model Simpanan Karbon logging 4. Model Simpanan Karbon Total

1.Model Dinamika Tegakan pada Hutan Alam dengan Izin Konsesi

Hasil pemodelan ini disajikan pada Lampiran 5. Pada model tersebut dapat diketahui bahwa :

1. state variable pada sistem ini adalah jumlah pohon pada setiap kelas diameter (KD) yang mengacu pada penelitian Agustini (2006) yang disajikan pada Lampiran 3.

2. Perubahan pohon dalam KD dipengaruhi oleh material transfer berupa ingrowth, upgrowth dan mortality serta banyak pohon pada kelas diameter itu sendiri. Ingrowth adalah banyaknya pohon yang mengalami penambahan diameter dari masih dalam tingkat tiang ke tingkat pohon pada diameter minimal dari suatu periode, sedangkan upgrowth adalah pohon yang tumbuh dan keluar dari kelas diameter tertentu setelah satu periode tertentu (Alder, 1995). Penelitian mengenai ingrowth dan upgrowth pada hutan alam di Indonesia pernah dilakukaan oleh Krisnawati (2001).

3. Persamaan ingrowth yang diadopsi dari penelitian ini yakni Y= 3,98 + 0,0269NHA – 0,33LBDS, dimana Y adalah jumlah pohon, NHA adalah jumlah pohon per hektar dan LBDS adalah luas bidang dasar (m2/ha). 4. Persamaan upgrowth yang digunakan dalam model ini adalah Y = 0,214

+ 0,00235LBDS + 0,00925D – 0,00012D2 yang kemudian dikalikan jumlah pohon pada KD sebelumnya, dimana Y adalah jumlah pohon, NHA adalah jumlah pohon per hektar dan LBDS adalah luas bidang dasar (m2/ha).

5. Mortality adalah laju kematian dari pohon-pohon dalam tegakan yang umumnya dinyatakan dengan persen per tahun. Nilai mortality rate mengacu pada penelitan elias (1995) yaitu untuk KD 10-19 cm sebesar 0,3074, pada KD 20-29 sebesar 0,0747, pada KD 30-39, pada KD 40-49 sebesar 0,0126, pada KD 50-59 sebesar 0,0118 dan pada KD 60up sebesar 0,01005

Berdasarkan Grafik perkembangan jumlah tegakan pada hutan alam ini dapat dilihat pada Gambar 6.

18

18:59 15 Mar 2013 Graf ik perubahan tegakan ada hutan alam

Page 1 1999.00 2009.25 2019.50 2029.75 2040.00 tahun 1: 1: 1: 2: 2: 2: 3: 3: 3: 635 685 735 0 5 10 0 25 50

1: NHA 2: Ingrowth 3: Penebangan

1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3

Gambar 6 Grafik perubahan tegakan hutan alam

Berdasarkan grafik pada Gambar 6, dengan asumsi intensitas pe-manenan sama dengan satu dapat dilihat seiring berjalan waktu per-kembangan tanaman muda semakin berkurang, bisa dilihat dengan mengamati grafik ingrowth yang semakin menurun, persaingan dalam men-dapatkan sinar matahari mengakibatkan tanaman muda sulit berkembang dikarenakan sinar matahari yang datang tertutup oleh tajuk tanaman dewasa disekitarnya. Berdasarkan Gambar 6 juga dapat dilihat bahwa per-kembangan pada hutan alam akan terus meningkat hingga mencapai nilai maksimum kemudian mengalami penurunan yang diakibatkan oleh pemanenan. Perkembangan tegakan ini akan sangat mempengaruhi nilai simpanan karbon didalam hutan tersebut.

2. Model Simpanan Karbon Non-logging

Berdasarkan model pada Lampiran 5 perhitungan simpanan karbon pada hutan bekas tebangan hutan alam yang memiliki izin konsesi dibagi menjadi dua, yaitu: perhitungan simpanan karbon non-logging pada Gambar 7. KD1019 KD2029 KD3039 KD4049 KD5059 KD60up D1019 D2029 D3039 D4049 D5059 PerubahanLuasHPH BiomassaKD1019 BiomassaKD2029 BiomassaKD3039 BiomassaKD4049 BiomassaKD5059 D60up BiomassaKD60up BiomasaTotal Conv ersiC CstockHA CstockHPH

Pendugaan C stok HPH non logging

19 Berdasarkan pemodelan simpanan karbon non-logging pada hutan alam dengan izin konsesi diatas diketahui bahwa :

1. Persamaan simpanan karbon pada HPH Hutan Alam non-logging didapat dengan mengalikan total biomassa yang ada dengan faktor konversinya. 2. Auxiliary varialble biomassa per kelas diameter didapat dengan

menggunakan asumsi persamaan alometrik Basuki et al. (2009) yaitu ln Biomassa = -1.498+2.234(LnDBH)).

3. Faktor konversi simpanan karbon pada vegetasi menggunakan asumsi ratio rate 0,47 IPCC (2006).

4. perubahan luas menjadi drive variable, dimana perubahan luas akan mempengaruhi simpanan karbon yang ada.

3. Model Simulasi Simpanan Karbon Logging

Model simulasi logging pada areal konsesi hutan alam di Sumatera Barat dapat dilihat pada Gambar 8.

BiomassaKD60up PerubahanLuasHPH luas tahunan C logging ConversiC stok logging

Gambar 8 Model pendugaan cadangan karbon logging

Model simpanan karbon logging dari hasil perkalian jumlah biomassa dengan faktor konversi karbon sebesar 0,47 dan luas HPH, dengan asumsi bahwa pemanenan dilakukan pada pohon dengan diameter diatas 60 cm. Simpanan karbon pada HPH didapat dari pengurangan stok non-logging dengan stok loggingnya, seperti yang disajikan pada Gambar 9 dan grafiknya pada Gambar 10.

C logging

CSHPH total

CstockHPH nonlogging

Cstok HPH total

20 12:36 27 Mar 2013 Page 1 1999.00 2011.75 2024.50 2037.25 2050.00 tahun 1: 1: 1: 0 150000 300000 1: CSHPH total 1 1 1 1

Gambar 10 Grafik model simulasi simpanan karbon HPH

Berdasarkan Gambar diatas dapat dilihat bahwa simpanan karbon pada areal konsesi pada hutan alam ini mengalami kenaikan yang tidak begitu signifikan dikarenakan adanya pemanenan setiap tahunnya dan hutan mulai mengalami penurunan simpanan karbon yang ditandai dengan penurunan pada akhir daurnya.

Sub-submodel Hutan Tanaman Industri (HTI)

Hutan tanaman adalah hutan yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan manusia akan hasil hutan berupa kayu dengan menggunakan sistem silvikultur tebang habis di akhir daur. Hutan tanaman di Sumatera Barat didominasi oleh tanaman Acacia mangium sebagai jenis utamanya. Pertumbuhan pada hutan tanaman sangat dipengaruhi oleh jenis tanaman, jarak tanam, lama daur dan persen kehidupan. Berdasarkan data per-kembangan izin HTI di Sumatera Barat dapat digunakan untuk membuat pemodelan seperti yang disajikan pada Gambar 11 dan 12 .

jarak tanam NHHTI per ha

Plantation

Panen

Kematian DaurHTI

Jumlah Pohon Per Hektar HTI

21 Kegiatan pemodelan simpanan karbon HTI diawali dengan membuat pemodelan jumlah tegakan per hektar pada HTI,dimana faktor-faktor pemodelannya sebagian berikut :

1. State variable berupa jumlah HTI per hektar. 2. Inflow berupa penanaman.

3. Jarak tanam merupakan drive variable bagi penanaman, yaitu 2,5m X 3m yang mengacu pada penelitian Purwitasari (2011).

4. Outflow berupa pemanenan dan kematian, dimana persen kematian juga mengacu pada penelitian purwitasari (2011) sebesar 5% setiap hektarnya.

5. Daur HTI yang digunakan pada penelitian ini diasumsikan seragam selama 5 tahun.

Model jumlah pohon per hektar yang telah ada inilah yang kemudian dijadikan dasar pembuatan model perubahan tegakan HTI yang ditampilkan pada gambar berikut.

DaurHTI NHTI PanenHTI Plantation2 ~ PermitHTI NHHTI per ha

Perubahan Stock tegakan HTI

Gambar 12 Model jumlah pohon setiap daur HTI

Pemodelan Perubahan jumlah tegakan pada HTI memiliki komponen model sebagai berikut :

1. Jumlah pohon total HTI (NHTI) sebagai state variable.

2. Inflow berupa kegiatan penanaman dengan jumlah tegakan per hektar dan luas izin konsesi HTI(permit HTI). Sebagai variable.

3. Outflow berupa kegiatan pemanenan

4. Daur HTI yang digunakan pada penelitian ini diasumsikan seragam selama 5 tahun.

Model jumlah tegakan total HTI kemudian digunakan dalam pembuatan model simpanan karbon pada HTI seperti yang disajikan pada Gambar 13.

DaurHTI

KD

NHTI

Cstock HTI total

Cstock De…Forest HTI

22

Berdasarkan penelitian Purwitasari (2011) diketahui untuk tanaman jenis Acacia mangium dengan daur 4-10 tahun, jarak tanam 2,5 x 3m, tingkat kematian 5% rumus pendugaan simpanan karbonnya adalah C= 0,060255D2,39. 13:02 27 Mar 2013 Untitled Page 1 1999.00 2011.75 2024.50 2037.25 2050.00 tahun 1: 1: 1: 0 1500000 3000000 1: Cstock HTI total

1

1

1 1

Gambar 14 Grafik model simulasi simpanan karbon HTI

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa simpanan karbon pada HTI terus mengalami kenaikan dan turun kembali pada akhir daurnya, akan tetapi simpanan karbon pada hutan tanaman ini tidak sebesar jumlah simpanan karbon yang ada pada hutan primer ataupun sekunder. Hal ini dikarenakan kedua hutan tersebut memiliki jenis tanaman yang lebih beragam per luasannya dibandingkan dengan HTI. Faktor lain yang juga berpengaruh yaitu adanya daur yang lebih pendek pada hutan tanaman sehingga karbon maksimumnya hanya tercapai pada masa akhir daur sebelum penebangan.

Submodel Simpanan Karbon

Berdasarkan hasil pemodelan deforestasi dan degradasi kawasan hutan di Provinsi Sumatera Barat maka dapat dibuat model simpanan karbon total kawasan hutan yang ditampilkan pada Gambar 15 dan 16.

~ PermitHTI ~ PerubahanLuasHPH C stock C nonConcesion Ctotal deforestasi hutan

Cstock HTI total

CSHPH total C conscecion

C total hutan

Simpanan Karbon Total

23 Komponen-komponen yang membentuk model simpanan karbon total kawasan hutan Sumatera Barat ini adalah sebagai berikut :

1. Variable simpanan karbon total merupakan akumulasi auxilary variable simpanan karbon non konsesi (C non-Concecion) dengan simpanan karbon non konsesi (C concecion)

2. Auxilary variable simpanan karbon konsesi merupakan hasil pengurangan simpanan karbon total hasil deforestasi dengan dugaan simpanan karbon pada hutan yang memiliki izin konsesi

3. Auxilary variable simpanan karbon konsesi merupakan akumulasi dari simpanan karbon pada kawasan hutan yang dibebani izin HPH dan HTI

Berdasarkan model diatas diketahui bahwa simpanan karbon hutan mengalami penurunan setiap tahunnya seperti yang dapat dilihat dari grafik perubahan simpanan karbon total pada Gambar 16 sebagai berikut.

15:57 14 Apr 2013 Page 1 1999 2012 2025 2037 2050 tahun 1: 1: 1: 670000000 700000000 730000000 1: C total hutan 1 1 1 1

Gambar 16 Grafik simpanan karbon total hutan Sumatera Barat Berdasarkan asumsi pada tren saat ini dapat dilihat pada grafik di atas bahwa dengan tren yang ada saat ini, maka simpanan karbon pada hutan Sumatera Barat akan terus mengalami penurunan. Pada grafik dapat dilihat bahwa terjadi penurunan drastis pada tahun 2006 hingga 2008 dikarenakan adanya pelepasan kawasan untuk perkebunan pada tahun 2006 dan 2007, pada tahun 2007 adanya pemberian izin usaha pengelolaan hutan alam dan pada tahun 2008 karena pemberian izin bagi hutan tanaman industri dimana kawasan yang ada harus ditebang habis terlebih dahulu.

Evaluasi Model

Evaluasi model dilakukan untuk menguji keterandalan suatu model terhadap fenomena yang terjadi di dunia nyata. Evaluasi model dilakukan terhadap model yang paling berperan terhadap pencapaian penelitian ini, dengan membandingkan hasil simulasi dengan hasil perhitungan di dunia nyata. Evaluasi pada penelitian ini dilakukan terhadap hasil simulasi

24

perubahan luas kawasan hutan pada tahun 2012 dengan data luas hutan 2012 berdasarkan SK Menhut 141/menhut-II/2012 seperti yang disajikan pada Tabel 6 sebagai berikut.

Tabel 6 Evaluasi model perubahan luas kawasan hutan Jenis Hutan Model Simulasi

2012 SK Menhut 141/menhut-II/2012 % Lindung 900.022,00 792.114,00 86,38 Konservasi 845.181,20 809.295,00 95,57 Produksi 404.179,00 360.382,00 87,85 Produksi Terbatas 253.397,00 233.157,00 91,32 Produksi Konversi 159.261,50 188.257,00 84,60 Rata-rata 89,14

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil simulasi memiliki rata-rata keterwakilan sebesar 89,14% terhadap keadaan nyatanya, yang dalam hal ini dapat dinyatakan logis.

Evaluasi model juga dapat dilakukan dengan membandingkan hubungan perilaku model dengan pola yang diharapkan, dalam hal ini adalah hipotesis bahwa simpanan karbon pada kawasan hutan akan semakin berkurang seiring tingginya tingkat deforestasi dan degradasi hutan, hal ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan grafik pada Gambar 16, dimana hasil grafik simulasi simpanan karbon juga menunjukan penurunan yang sesuai dengan hipotesis awal, sehingga dapat dikatakan bahwa model yang ada adalah logis.

Penggunaan Model

Penggunaan model berfungsi untuk menerapkan model dalam skenario yang telah dibuat dalam rangka memberikan jawaban mengenai tujuan pembuatan submodel. Tujuan utama adalah untuk memproyeksikan potensi simpanan karbon yang ada pada pada kawasan hutan Sumatera Barat kedepan dengan tren yang ada saat ini. Pemodelan ini juga dapat digunakan sebagai dasar pembuatan skenario-skenario lain dalam rangka peningkatan simpanan karbon. Beberapa skenario yang digunakan pada penelitian ini antara lain yaitu skenario pengaturan daur HTI, skenario siklus tebang HPH dan skenario provinsi konservasi.

Skenario Daur HTI

Pada skenario pengaturan daur HTI model yang ada digunakan untuk membandingkan perbedaan simpanan karbon pada daur HTI, dimana pada skenario ini pengaturan daur tanam yang digunakan adalah daur empat tahun, lima tahun, tujuh tahun, sembilan tahun dan sepuluh tahun sehingga dihasilkan simpanan karbon yang berbeda setiap tahunnya pada tiap daur yang digunakan seperti yang disajikan pada Gambar 18 dan Tabel 4.

25 16:10 14 Apr 2013 Page 1 1999.00 2011.75 2024.50 2037.25 2050.00 tahun 1: 1: 1: 670000000 700000000 730000000 C total hutan: 1 - 2 - 3 - 4 - 5 -

Gambar 17 Grafik perbedaan simpanan karbon tiap daur HTI Keterangan:

: Daur 4 tahun : Daur 9 tahun

: Daur 5 tahun : Daur 10 tahun

: Daur 7 tahun

Tabel 7 Simpanan karbon tiap daur HTI Tahun

C stok Daur HTI (ton)

4 tahun 5 tahun 7 tahun 9 tahun 10 tahun

2013 620.208,19 1.186.363,61 1.801.503,81 3.058.735,14 2.101.422,84

2020 1.550.520,48 2.224.431,77 2.129.052,28 3.265.211,11 11.908.102,01

2030 775.260,24 2.224.431,77 4.585.651,06 4.135.934,07 12.842.079,86

2040 1.550.520,48 2.224.431,77 1.637.732,52 5.224.337,77 12.842.079,86

2050 775.260,24 2.224.431,77 3.603.011,54 6.530.422,21 12.842.079,86

Berdasarkan Gambar 18 dan Tabel 6 dapat dilihat bahwa semakin panjang daur maka semakin banyak simpanan karbon yang ada. Hal ini dikarenakan waktu yang digunakan oleh tanaman sendiri menjadi lebih panjang untuk menyimpan karbon sebelum proses penebangan terjadi, dimana simpanan yang lebih banyak juga akan mempengaruhi simpanan karbon total hutan yang ada. Dengan asumsi daur 5 tahun adalah daur yang dipakai oleh semua HTI yang ada, maka berdasar hasil pemodelan yang ada daur 7 tahun akan menyimpan rata-rata sebesar 734.572,10 ton/tahun lebih banyak dibanding daur 5 tahun, daur 9 tahun akan menyimpan rata-rata 2.426.109 ton/tahun lebih banyak dibandingkan daur 5 tahun, dan daur 10 tahun akan menyimpan rata-rata 8.490.334,74 ton lebih banyak dibanding daur 5 tahun.

Skenario Siklus Tebang

Pada skenario pengaturan siklus tebang, model yang ada dapat digunakan untuk membandingkan perbedaan simpanan karbon beberapa siklus tebang pada HPH dengan membandingkan pengelolaan hutan menggunakan sistem TPTI dengan siklus 35 tahun, Permenhut No. 11 Tahun 2009 dengan siklus 30 tahun seperti yang disajikan pada Gambar 18.

26 21:26 30 Mar 2013 Page 1 1999.00 2011.75 2024.50 2037.25 2050.00 tahun 1: 1: 1: 0 150000 300000 CSHPH total: 1 - 2 - 1 1 1 1 2 2 2 2

Gambar 18 Grafik Perbedaan Simpanan Karbon Siklus Tebang HPH Keterangan:

: Siklus 30 Tahun : Siklus 35 Tahun

Tabel 8 Simpanan karbon siklus tebang HPH Tahun Simpanan karbon tiap siklus (ton)

30 Tahun 35Tahun 2013 232.733,06 203.044,52 2020 206.736,93 205.970,03 2030 210.689,80 207.921,94 2040 212.225,36 183.429,38 2050 191.960,49 185.785,16

Berdasarkan Gambar 19 dan Tabel 7 dapat dilihat bahwa siklus tebang 30 tahun dapat menyimpan karbon lebih banyak dibanding pada siklus 35 tahun sebesar 13.638,9 ton/tahun. Hal ini dikarenakan jumlah pohon layak tebang yang ada lebih sedikit sehingga karbon yang tersimpanpun lebih banyak.

Skenario Penanaman

Skenario ini dibuat dengan mempertimbangkan faktor reboisasi pada lahan kritis dan areal bekas tambang yang ada di Provinsi sumatera barat. Skenario ini membandingkan keadaan tanpa penanaman, dengan penanaman dan penanaman dua kali lebih banyak dari penanaman yang telah ada.

27 7:34 07 Mei 2013 Page 1 1999 2012 2025 2037 2050 tahun 1: 1: 1: 0 1000 2000 C stok Penanaman: 1 - 2 - 3 - 1 2 1 1 1 2 2 2 3 3 3 3

Gambar 19 Grafik simpanan karbon skenario penanaman Keterangan :

: Tanpa penanaman : 2X penanaman

: Penanaman

Tabel 9 Simpanan karbon skenario penanaman Tahun Simpanan karbon penanaman (ton)

Non-penanaman Penanaman 2X Penanaman

2010 0,00 118,42 236,85 2013 0,00 201,17 402,34 2020 0,00 375,81 751,62 2030 0,00 586,11 1.172,22 2040 0,00 757,94 1.515,89 2050 0,00 898,34 1.796,69

Skenario Provinsi Konservasi

Skenario Provinsi Konservasi ini dibuat berdasarkan pada model yang telah ada, dengan mengasumsikan bahwa semua kegiatan yang dapat mengurangi luas kawasan hutan setelah tahun 2013 dihentikan. Dalam hal ini kegiatan pertambangan dan transmigrasi sangatlah besar pengaruhnya pada penurunan luas kawasan hutan di Provinsi Sumatera Barat. Grafik model luas kawasan dan grafik simpanan karbonnya pada skenario ini disajikan pada Gambar 19dan Gambar 20 dan hasilnya pada Tabel 8.

28 s 18:29 07 Apr 2013 Page 1 1999 2012 2025 2037 2050 tahun 1: 1: 1: 2500000 2555000 2610000 KH: 1 - 2 - 1 1 1 1 2 2 2 2

Gambar 20. Luas hutan skenario provinsi konservasi Keterangan :

: Luas kawasan BAU

: Luas kawasan skenario provinsi konservasi

16:13 14 Apr 2013 Page 1 1999 2012 2025 2037 2050 tahun 1: 1: 1: 670000000 700000000 730000000 C total hutan: 1 - 2 -

Gambar 21. Simpanan karbon skenario provinsi konservasi Keterangan :

: Simpanan karbon BAU

: Simpanan karbon skenario provinsi konservasi

Tabel 10 Simpanan karbon provinsi konservasi

Tahun Stok Karbon BAU

(Ton)

Stok Karbon Provinsi Konservasi (Ton) 2013 684.779.190,15 684.779.190,15 2020 683.888.223,66 685.820.183,82 2030 680.670.241,97 685.822.135,73 2040 677.425.815,80 685.797.643,16 2050 674.208.237,99 685.799.998,95

29 Berdasarkan gambar dan tabel diatas dapat dilihat bahwa simpanan karbon yang ada setelah tahun 2013 tidak mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan pada skenario ini tidak ada pengurangan kawasan hutan setelah 2013.

2. Perubahan Luas Kawasan Hutan di Provinsi Sumatera Barat

Berdasarkan hasil pemodelan dinamika luas kawasan hutan yang ada dapat kita lihat bahwa luas kawasan hutan di Sumatera Barat terus mengalami penurunan sejak tahun awal model tahun 1999 hingga akhir

Dokumen terkait