• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta dengan Kajian Faktor Umur dan Pengaturan Diet” dilakukan pada enam dukuh di Kecamatan Kalasan yaitu Padukuhan Grumbulgede, Surokerten, Pundung, Jetis, Sambirejo, dan Dhuri yang dipilih secara multistage random sampling. Penelitian ini dilakukan secara door to door dan dikumpulkan dengan menggunakan wawancara yang terstandarisasi.

Analisis univariat atau analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan dan melihat profil frekuensi penelitian dengan bantuan komputer yang disajikan dalam bentuk tabel. Penelitian ini merupakan penelitian dengan satu variabel utama yang diteliti yaitu umur dan delapan variabel lain yang diteliti yaitu jenis kelamin, BMI, merokok, pengaturan diet, aktivitas fisik, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

Hasil yang diperoleh pada penelitian gambaran umum profil responden yang dominan yaitu pada tidak mengatur diet, BMI≥ 23 kg/m2

, merokok (aktif dan pasif), tidak rutin beraktivitas fisik, berpendidikan ≤SMP, dan berpenghasilan ≤UMR memiliki karakteristik yang berisiko mengalami hipertensi, serta usia 40-59 tahun, perempuan jauh lebih banyak dibandingkan laki-laki, tidak mengkonsumsi alkohol, pekerjaan lebih menggunakan fisik. Pada penelitian ini, peneliti lebih fokus untuk menganalisis variabel umur dan pengaturan diet. Profil umum subjek yang diteliti secara garis besar ditunjukkan pada Tabel VII.

39

Tabel VII. Profil Responden Penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY

Variablel n (%) Total Responden 813 (100%) Umur (tahun) 40-59 60-75 581 (71,5%) 232 (28,5%) Diet Ya Tidak 181 (22,3%) 632 (77,7%) Alkohol Ya Tidak 2 (0,2%) 811 (99,8%) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 335 (41,2%) 478 (58,8%)

Body Mass Index (BMI) ≥23 kg/m2 <23 kg/m2 428 (52,6%) 385 (47,4%) Merokok Ya Tidak 429 (52,8%) 384 (47,2%) Pengaturan Aktivitas Fisik

Rutin Tidak Rutin 315 (38,7%) 498 (61,3%) Pendidikan ≤SMP >SMP 506 (62,2%) 307 (37,8%) Aktivitas dalam Pekerjaan

Kurang Aktif Aktif 279 (34,3%) 534 (65,7%) Penghasilan ≤UMR >UMR 610 (75,0%) 203 (25,0%)

Pada penelitian ini, sebaran normal pada suatu populasi pada data yang diambil dianalisis dengan uji normalitas variabel yang bertipe rasio/skala yaitu umur, tekanan darah sistolik (TDS), tekanan darah diastolik (TDD), denyut nadi (DN) serta BMI. Hasil yang dapat dilihat dalam uji normalitas seperti Q-Q plot

dengan melihat sebaran yang berada pada garis, apabila sebaran titik berada pada garis dapat dikatakan distribusi normal. Selain itu, normalitas dapat dilihat dengan

nilai p (signifikan), apabila nilai p≥0,05 maka sampel dapat dikatakan distribusi normal. Data yang memiliki sebaran normal dianggap dapat mewakili populasi (Dahlan, 2014).

Tabel VIII. Karakteristik Normalitas Data Responden di Kecamatan Kalasan

Karakteristik Mean±SD Median Nilai p

Umur (tahun)

Tekanan Darah Sistolik (mmHg)

Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

Denyut nadi (x/menit)

Body Mass Index (kg/m2)

53,9±10,1 139,8±23,5 81,4±13,2 80,2±12,7 23,6±4,1 52,0 135,0 80,0 79,0 23,5 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 *p<0,05= Tidak berdistribusi normal

Berdasarkan Tabel VIII, menunjukkan bahwa uji normalitas variabel umur, tekanan darah sistolik (TDS), tekanan darah diastolik (TDD), denyut nadi (DN), dan Body Mass Index (BMI) tidak ada yang berdistribusi normal sehingga digunakan median. Berdasarkan teorema limit pusat (“central limit theorem”), apabila jumlah sampel yang diperoleh relatif besar (>30) atau lebih akan mendapatkan distribusi yang mendekati normal dengan kurva distribusi sampling akan berpusat pada nilai parameter populasi dan akan memiliki sifat-sifat distribusi normal (Gujarati, 2006). Pada penelitian ini, sampel yang diperoleh relatif besar maka uji normalitas dapat dikatakan mendekati distribusi normal, sehingga dapat dilanjutkan dengan uji t tidak berpasangan. Uji t tidak berpasangan untuk melihat adanya kebermaknaan antarkelompok dengan skala pengukuran numerik. Syarat uji tersebut yaitu menggunakan dua kelompok yang tidak berpasangan (Dahlan, 2014).

Pada tabel diatas juga menunjukkan rata-rata tekanan darah sistolik responden mendekati 140 mmHg. Selain itu, nilai rata-rata BMI sudah lebih dari

41

23 kg/m2 atau overweight. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tekanan darah penduduk Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta tergolong pada klasifikasi tekanan darah normal kategori tinggi (Mancia et al., 2013). Selain itu, dengan BMI lebih dari 23 kg/m2, sebagian besar penduduk dikatakan kurang dalam menjaga berat badan seperti mengatur diet. Penduduk dengan rata-rata TDS dan BMI seperti diatas memiliki risiko mengalami hipertensi.

Tabel IX. Perbandingan Faktor Umur terhadap TDS, TDD, DN, dan BMI Responden di Kecamatan Kalasan

Umur

Nilai p 60-75 Tahun 40-59 Tahun

Tekanan Darah Sistolik (mmHg)

Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

Denyut Nadi (x.menit)

Body Mass Index (kg/m2)

149,1±24,7 80,3±15,3 79,4±11,8 22,6±4,2 136,2±22,0 81,8±12,3 80,0±13,0 24,0±3,9 0,01* 0,17* 0,27 0,01* *Adanya perbedaan rerata antar kelompok

Hasil analisis pada Tabel IX menunjukkan responden yang berumur 60-75 tahun dan 40-59 tahun memiliki perbedaan rerata pada tekanan darah sistolik (TDS) dan Body Mass Index (BMI) yang dilihat dari nilai p<0,05. Pada responden yang berusia 40-75 tahun memiliki kenaikan tekanan sistolik yang lebih tinggi dibandingkan responden yang berusia 40-59 tahun. Peningkatan tekanan darah pada orang tua yang berumur 50 atau lebih disebabkan adanya perubahan struktural (penebalan dan pelebaran dinding), perubahan fungsional arteri serta peningkatan kekakuan pembuluh darah akibat penuaan (Pinto, 2007). Hasil juga menunjukkan tidak adanya perbedaan rerata antara faktor umur terhadap tekanan darah diastolik dan denyut nadi.

Tabel X. Perbandingan Pengaturan Diet terhadap Umur, TDS, TDD, DN, dan BMI Responden di Kecamatan Kalasan

Pengaturan Diet

Nilai p

Tidak Ya

Umur (tahun)

Tekanan Darah Sistolik (mmHg)

Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

Denyut Nadi (x.menit)

Body Mass Index (kg/m2)

54,1±10,2 140,2±23,0 80,8±13,0 79,9±12,9 23,4±4,1 53,1±10,1 138,6±25,4 83,3±14,0 81,0±12,0 24,4±3,8 0,23 0,45 0,03* 0,27 0,01* *Adanya perbedaan rerata antar kelompok

Hasil analisis yang diperoleh (Tabel X), menunjukkan mengatur diet dan tidak mengatur diet memiliki perbedaan rerata pada tekanan darah diastolik (TDD) dan Body Mass Index (BMI). Pada responden yang tidak mengatur diet lebih berpengaruh terhadap kenaikan tekanan diastolik dan BMI. Denyut nadi pada tekanan darah normal adalah 40 x/menit. Pada orang dewasa atau lebih tua, denyut nadi >60 x/menit berisiko mengalami penyakit kardiovaskular, sedangkan <40 x/menit berisiko adanya kerusakan fungsi jantung (Sheldon and Sheps, 2015). Pada orang tua, risiko peningkatan denyut nadi merupakan faktor paling kuat karena adanya penurunan tekanan darah diastolik dan peningkatan tekanan darah sistolik. Modifikasi gaya hidup atau pengaturan diet akan efektif membantu memanajemen hipertensi untuk menurunkan tekanan darah (Pinto, 2007).

Hasil diatas menunjukan tekanan darah diastolik dan BMI pada responden yang mengatur diet lebih tinggi daripada responden yang tidak mengatur diet. Pekerjaan yang dilakukan oleh responden dengan menggunakan pikiran atau pekerjaan yang lebih cenderung meningkatkan stess yang dapat meningkatkan tekanan darah diastolik (Fauvel et al, 2003).

43

A. Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden di Kecamatan Kalasan, Sleman Yogyakarta.

Gambar bagan di bawah ini menunjukkan hasil proporsi prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden pada enam Padukuhan di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian yang berdasar pada “Rule of Halves” (Rao and Daniel, 2014).

*proporsi dari penderita hipertensi

Gambar 6. Bagan Profil Respoden 40-75 tahun Berdasarkan “Rule of Halves” di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

1. Prevalensi Hipertensi

Prevalensi menunjukkan jumlah penderita dalam lingkup populasi hipertensi dalam satuan waktu tertentu (Daldiyono, 2006), sedangkan prevalensi hipertensi merupakan jumlah orang yang hidup dengan penyakit hipertensi dalam jangka waktu tertentu sebagai proporsi dari populasi yang berisiko selama periode itu. Bagan diatas menunjukkan proporsi prevalensi hipertensi di Kecamatan Kalasan memiliki proporsi kurang dari setengah responden penelitian yang diteliti di Kecamatan Kalasan, sehingga dapat disimpulkan bahwa prevalensi hipertensi kurang sesuai dengan “Rule of Halves”. Hal ini dapat dikatakan bahwa prevalensi

Responden penelitian (813) Tidak Hipertensi (456) Hipertensi (357) 43,9% Tidak Sadar (266) 74,5% Sadar (91) 25,5% Tidak Terapi (46) 50,5% Terapi (45) 49,5% Tidak Terkendali (41) 91,1% Terkendali (4) 8,9% *25,5% *100% *1,1% *12,6%

hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta cukup tinggi. Menurut penelitian Panesar (2013), prevalensi sedikit tinggi dengan proporsi dibawah setengah tidak sesuai dengan rule of halves. Penelitian ini didapat proporsi prevalensi sedikit tinggi namun masih dibawah setengah populasi. Maka, penelitian ini memiliki kesimpulan yang sama dengan penelitian Panesar (Rao

and Daniel, 2014, Panesar et al., 2013). 2. Kesadaran Hipertensi

Kesadaran hipertensi merupakan responden yang sadar akan hipertensi. Berdasarkan bagan diatas, proporsi kesadaran responden di Kecamatan Kalasan masih kurang dari setengah pada responden yang menderita hipertensi, sehingga dapat disimpulkan bahwa kesadaran kurang sesuai dengan “Rule of Halves”. Maka dapat dikatakan bahwa kesadaran akan hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta masih rendah.Menurut penelitian Panesar (2013), kesadaran masih rendah serta berada dibawah setengah populasi hipertensi. Hal ini kurang sesuai dengan rule of halves. Kesadaran pada penelitian ini yang dilihat dari proporsi responden yang hipertensi masih dibawah setengah responden yang hipertensi. Maka, penelitian ini memiliki kesimpulan yang sama dengan penelitian Panesar (Rao and Daniel, 2014, Panesar et al., 2013).

3. Terapi Hipertensi

Terapi hipertensi merupakan upaya seseorang untuk mengobati atau menyembuhkan dari penyakit hipertensi dengan menurunkan tekanan darah. Responden hipertensi yang rutin melakukan terapi di Kecamatan Kalasan tidak cukup banyak. Walaupun hasil proprosi mendekati setengahnya (50%), namun

45

proporsi responden yang terapi masih kurang dari setengah pada responden yang sadar akan hipertensi, sehingga kurang sesuai dengan “Rule of Halves” (Gambar 6). Hal ini dapat dikatakan bahwa terapi rutin responden hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta masih rendah. Menurut penelitian Panesar (2013), terapi hipertensi masih rendah serta berada dibawah setengah reponden yang sadar hipertensi. Hal ini kurang sesuai dengan rule of halves. Terapi hipertensi pada penelitian ini masih berada di bawah setengah responden yang sadar hipertensi. Maka, penelitian ini memiliki kesimpulan yang sama dengan penelitian Panesar (Rao and Daniel, 2014, Panesar et al., 2013).

Terapi hipertensi dapat berupa terapi farmakologi menggunakan obat antihipertensi atau dengan terapi non-farmakologi dengan mengatur diet.

Tabel XI. Terapi Obat Hipertensi Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan

Golongan Nama Obat Frekuensi Persen (%)

ACEI

Dokumen terkait