• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (kajian faktor umur dan pengaturan diet).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (kajian faktor umur dan pengaturan diet)."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Hipertensi adalah kondisi tekanan darah ≥140/90 mmHg. Departemen Kesehatan RI tahun 2014 menunjukkan adanya peningkatan prevalensi hipertensi pada tahun 2013 sebanyak 25,8%. Umumnya peningkatan tekanan darah terjadi dengan bertambahnya usia dan tingginya faktor risiko seperti kurang mengatur diet. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proporsi prevalensi, kesadaran, terapi hipertensi, dan pengendalian tekanan darah, serta perbedaannya terhadap faktor umur atau pengaturan diet di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional

analitik. Teknik pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara multistage random sampling dan pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling dengan responden penelitian adalah responden berumur 40-75 tahun. Analisis data menggunakan uji univariat, uji normalitas, uji t tidak berpasangan, dan uji chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 813 responden, prevalensi hipertensi sebanyak 43,9%, sadar hipertensi 25,5%, melakukan terapi hipertensi rutin 49,5%, dan tekanan darah yang terkendali sebanyak 8,9%. Analisis chi-square menunjukkan ada perbedaan proporsi antara umur terhadap prevalensi hipertensi dengan (p= 0,01) OR 2,76 (95%CI: 2,01-3,77), tetapi tidak ada perbedaan proporsi antara faktor umur terhadap kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah. Ada perbedaan proporsi antara pengaturan diet terhadap kesadaran hipertensi (p= 0,01) OR 0,43 (95%CI: 0,25-0,73), tetapi tidak ada perbedaan proporsi antara faktor pengaturan diet terhadap prevalensi, terapi, dan pengendalian tekanan darah.

Kata kunci: Prevalensi, Kesadaran, Terapi, Pengendalian Tekanan Darah, Faktor Umur dan Pengaturan Diet

(2)

ABSTRACT

Hypertension is a condition of blood pressure ≥140/90 mmHg. Ministry of Health in 2014 showed an increase of hypertension prevalence in 2013 is 25.8%. Generally, an increase of blood pressure occurs with age and high risk factors such as lack regulate dietary. The purpose of this study is determine the proportion of prevalence, awareness, therapy for hypertension and control of blood pressure, and the difference to age or diet regulation factors in Kalasan, Sleman, DIY.

The type of research in this study is observational with the analytic cross sectional design. The technique of taking the place conducted in multistage random sampling and sampling conduted in cluster random sampling with respondent of the study aged 40-75 years. Analysis of data using univariate test, normality test, unpaired t test, and chi square test.

The result of the study show from 813 respondent, prevalence of hypertension is 43.9%, aware of hypertension is 25.5%, hypertensive therapy routinely is 49.5%, and control of blood pressure is 8.9%. Chi-square analysis show a difference of propotion between age factor on prevalence of hypertension (p= 0.01) OR 2.76 (95%CI: 2.01-3.77), but no difference of proportion between age factor on awareness, therapy, and control of blood pressure. The difference of proportion between dietary regulation on hypertension awareness (p= 0.01) OR 0.43 (95%CI: 0.25-0.73), but no difference of proportion between dietary regulation on prevalence, therapy, and control of blood pressure.

(3)

PREVALENSI, KESADARAN, TERAPI, DAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH RESPONDEN 40-75 TAHUN DI KECAMATAN

KALASAN, SLEMAN, DIY

(KAJIAN FAKTOR UMUR DAN PENGATURAN DIET) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Nonitha Viana Susilo NIM: 128114098

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2015

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan-Nya, skripsi yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta (Kajian Faktor Umur dan Pengaturan Diet)” dapat diselesaikan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dari berbagai pihak. Dengan kerendahan hati peneliti mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah mendukung penelitian.

2. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. dan Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt. selaku pembimbing yang telah membimbing dan memberikan saran hingga terselesainya skripsi ini.

3. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. dan Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku penguji yang telah memberikan dukungan serta bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak Kepala Dukuh Grumbulgede, Surokerten, Jetis, Pundung, Sambirejo, dan Dhuri yang telah memberikan izin dalam pengambilan data pada masyarakat.

5. Rekan sepenelitian Venny, Ella, Edo, Sina, Monik, Tiwi, dan Tika yang telah bekerjasama hingga terselesainya skripsi.

(10)

6. Keluarga, Herjuna, Lisa, Nuri, Noven, Kristi, Ira, FSM C 2012, FKK B 2012 dan semua teman-teman terbaikku yang telah berdinamika bersama serta memberikan dukungan hingga terselesainya skripsi.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

INTISARI ... xvii

ABSTRACT ... xviii

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Rumusan masalah ... 4

2. Keaslian penelitian ... 5

3. Manfaat penelitian ... 7

a. Manfaat teoritis... 7

b. Manfaat praktis... 7

(12)

a. Tujuan umum ... 7

b. Tujuan khusus ... 7

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 9

A. Hipertensi ... 9

B. Kesadaran Hipertensi... 10

C. Pelaksanaan Terapi Hipertensi ... 11

1. Terapi non-farmakologi ... 11

2. Terapi farmakologi ... 12

D. Pengendalian Tekanan Darah ... 14

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi ... 15

1. Faktor umur ... 15

2. Faktor pengaturan diet ... 16

F. Pengukuran Tekanan Darah ... 18

G. Rule of Halves ... 19

H. Landasan Teori ... 20

I. Hipotesis ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN... 23

A.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 23

B. Variabel Penelitian ... 23

1. Variabel bebas ... 23

2. Variabel tergantung ... 23

3. Variabel pengacau ... 23

(13)

b. Pengacau tidak terkendali ... 23

C. Definisi Operasional ... 24

D. Subjek Penelitian ... 27

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 28

G. Teknik Pengambilan Sampel ... 29

H. Instrumen Penelitian ... 31

I. Tata Cara Penelitian ... 31

1. Observasi awal ... 31

2. Permohonan ijin dan kerjasama Komisi Etik ... 31

3. Permohonan ijin dan kerjasama Kepala Dukuh ... 32

4. Pembuatan Case Report Formed dan Informed Consent ... 32

5. Validitas dan realibilitas instrumen penelitian ... 32

6. Penetapan dan seleksi calon responden. ... 33

7. Pengukuran tekanan darah responden ... 33

8. Penjelasan hasil pemeriksaan dan wawancara responden ... 34

9. Pengelompokan dan pengolahan data ... 34

J. Analisis Data Penelitian... 35

K. Analisis Hipotesis ... 36

L. Kesulitan Penelitian ... 37

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

(14)

B. Perbedaan Faktor Umur dan Pengaturan Diet terhadap Prevalensi,

Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden .. 47

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN ... 65

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Keaslian Penelitian ... 5

Tabel II. Klasifikasi Tekanan Darah ... 9

Tabel III. Pola Makan DASH Berdasarkan 2000 Kalori/hari ... 11

Tabel IV. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Hipertensi ... 15

Tabel V. Definisi Operasional Penelitian... 24

Tabel VI. Analisis Pengaturan Diet Berdasarkan Skor pada CRF ... 27

Tabel VII. Profil Penelitian di Kecamatan Kalasan ... 39

Tabel VIII. Karakteristik Normalitas Data Responden di Kecamatan Kalasan ... 40

Tabel IX. Perbandingan Faktor Umur Terhadap TDS, TDD, DN, dan BMI Respoden di Kecamatan Kalasan ... 41

Tabel X. Perbandingan Pengaturan Diet Terhadap Umur, TDS, TDD, DN, dan BMI Respoden di Kecamatan Kalasan 42

Tabel XI. Terapi Obat Hipertensi pada Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan ... 45

Tabel XII Perbedaan Faktor Umur atau Pengaturan Diet terhadap Prevalensi Hipertensi Responden ... 48

Tabel XIII. Perbedaan Faktor Umur atau Pengaturan Diet terhadap Kesadaran Hipertensi Responden ... 49 Tabel XIV. Perbedaan Faktor Umur atau Pengaturan Diet terhadap

(16)

Terapi Hipertensi Responden ... 50 Tabel XV. Perbedaan Faktor Umur atau Pengaturan Diet terhadap

Pengendalian Tekanan Darah Responden ... 51 Tabel XVI. Komponen yang Mempengaruhi Pengaturan Diet

terhadap Tekanan Darah pada Responden di

Kecamatan Kalasan ... 53 Tabel XVII. Komponen yang Mempengaruhi Pengaturan Diet

terhadap Kesadaran Hipertensi pada Responden ... 54 Tabel XVIII. Pengaruh Pengaturan Diet terhadap Variabel Lain

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rule of Halves ... 20

Gambar 2. Bagan Lokasi Penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY ... 28

Gambar 3. Bagan Perhitungan Besar Sampel Penelitian ... 30

Gambar 4. Alur Tata Cara Penelitian ... 31

Gambar 5. Analisis Hipotesis ... 37 Gambar 6. Bagan Profil Responden Berdasarkan “Rule of Halves” 43

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 65

Lampiran 2. Ethical Clearance... 66

Lampiran 3. Informed Consent ... 67

Lampiran 4. Uji Realibilitas Instrumen Penelitian ... 72

Lampiran 5. Validasi Timbangan Berat Badan ... 75

Lampiran 6. SOP Pengukuran Tekanan Darah ... 83

(19)

INTISARI

Hipertensi adalah kondisi tekanan darah ≥140/90 mmHg. Departemen Kesehatan RI tahun 2014 menunjukkan adanya peningkatan prevalensi hipertensi pada tahun 2013 sebanyak 25,8%. Umumnya peningkatan tekanan darah terjadi dengan bertambahnya usia dan tingginya faktor risiko seperti kurang mengatur diet. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proporsi prevalensi, kesadaran, terapi hipertensi, dan pengendalian tekanan darah, serta perbedaannya terhadap faktor umur atau pengaturan diet di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional

analitik. Teknik pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara multistage random sampling dan pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling dengan responden penelitian adalah responden berumur 40-75 tahun. Analisis data menggunakan uji univariat, uji normalitas, uji t tidak berpasangan, dan uji chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 813 responden, prevalensi hipertensi sebanyak 43,9%, sadar hipertensi 25,5%, melakukan terapi hipertensi rutin 49,5%, dan tekanan darah yang terkendali sebanyak 8,9%. Analisis chi-square menunjukkan ada perbedaan proporsi antara umur terhadap prevalensi hipertensi dengan (p= 0,01) OR 2,76 (95%CI: 2,01-3,77), tetapi tidak ada perbedaan proporsi antara faktor umur terhadap kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah. Ada perbedaan proporsi antara pengaturan diet terhadap kesadaran hipertensi (p= 0,01) OR 0,43 (95%CI: 0,25-0,73), tetapi tidak ada perbedaan proporsi antara faktor pengaturan diet terhadap prevalensi, terapi, dan pengendalian tekanan darah.

Kata kunci: Prevalensi, Kesadaran, Terapi, Pengendalian Tekanan Darah, Faktor Umur dan Pengaturan Diet

(20)

ABSTRACT

Hypertension is a condition of blood pressure ≥140/90 mmHg. Ministry of Health in 2014 showed an increase of hypertension prevalence in 2013 is 25.8%. Generally, an increase of blood pressure occurs with age and high risk factors such as lack regulate dietary. The purpose of this study is determine the proportion of prevalence, awareness, therapy for hypertension and control of blood pressure, and the difference to age or diet regulation factors in Kalasan, Sleman, DIY.

The type of research in this study is observational with the analytic cross sectional design. The technique of taking the place conducted in multistage random sampling and sampling conduted in cluster random sampling with respondent of the study aged 40-75 years. Analysis of data using univariate test, normality test, unpaired t test, and chi square test.

The result of the study show from 813 respondent, prevalence of hypertension is 43.9%, aware of hypertension is 25.5%, hypertensive therapy routinely is 49.5%, and control of blood pressure is 8.9%. Chi-square analysis show a difference of propotion between age factor on prevalence of hypertension (p= 0.01) OR 2.76 (95%CI: 2.01-3.77), but no difference of proportion between age factor on awareness, therapy, and control of blood pressure. The difference of proportion between dietary regulation on hypertension awareness (p= 0.01) OR 0.43 (95%CI: 0.25-0.73), but no difference of proportion between dietary regulation on prevalence, therapy, and control of blood pressure.

(21)

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap banyak penyakit seperti gagal jantung, stroke, gagal ginjal, dan merupakan penyebab utama kematian di dunia. Sebanyak satu miliar orang diseluruh dunia menderita hipertensi. Di Amerika Serikat, satu dalam tiga orang dewasa (sekitar 73 juta orang) memiliki beberapa tingkat tekanan darah tinggi. Pada tahun 2004, diperkirakan 55.000 kematian yang berkaitan dengan hipertensi. Hanya dua pertiga penderita hipertensi yang menyadari hipertensi. Bahkan penderita hipertensi yang menyadari hipertensi tidak melakukan terapi karena berbagai alasan. Hanya sepertiga penderita hipertensi yang memiliki tekanan darah sistolik <140 mmHg (terkendali). Hipertensi dapat berkontribusi terhadap banyak penyakit seperti stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal (Martin, 2008).

Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular yang dapat menyebabkan kematian yang tinggi atau kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan yang disebut dengan silent killer dengan gejala yang bervariasi bahkan tidak terdapat gejala pada masing-masing individu. Menurut RISKESDA (2014), prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 25,8% atau 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi dari 252.124.457 jiwa penduduk Indonesia akibat tingginya faktor risiko seperti pola makan, dan rendahnya sosio-ekonomi masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2014).

(22)

Meningkatnya jumlah penderita hipertensi karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap risiko penyakit hipertensi. Masyarakat belum menyadari pentingnya melakukan kontrol tekanan darah di pusat kesehatan terdekat seperti puskesmas, praktik dokter, dan lain-lain. Hipertensi tidak selalu menunjukkan gejala sehingga baru disadari bila hipertensi menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Banyak orang yang meninggal dikarenakan tidak sadar sehingga terlambat untuk mencegah atau mengobati penyakit hipertensi (Departemen Kesehatan RI, 2012). Kebanyakan penduduk tidak menyadari bahwa mereka mengalami hipertensi, sedangkan penduduk yang sadar dan menerima pengobatan dapat mengendalikan tekanan darah (Tee et al., 2010).

Penelitian mengenai hipertensi pada orang dewasa di Amerika serikat pada tahun 2011-2012 menunjukkan prevalensi hipertensi umur 18-39 tahun sebanyak 7,3%, 40-59 tahun sebanyak 32,4%, dan ≥60 tahun sebanyak 65,0%, dari persentasi hipertensi yang diperoleh responden dengan umur ≥60 tahun memiliki risiko yang tinggi dibandingkan dengan responden umur <60 tahun untuk mengalami hipertensi. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahya umur, maka semakin tinggi prevalensi hipertensi (Nwankwo et al., 2013).

(23)

3

Hipertensi merupakan faktor risiko yang menyebabkan lebih dari 7 juta kematian pertahun di seluruh dunia, dan lebih umum di negara-negara berkembang. Sebuah studi di cross-sectional dari China memperkirakan 129 juta orang berusia 35-74 tahun memiliki prevalensi hipertensi yang tinggi. Faktor genetik dan faktor lingkungan merupakan penyebab terjadinya hipertensi seperti asupan natrium, merokok, stres metal dapat menentukan tingkat tekanan darah dan prevalensi hipertensi (Ruixing et al., 2010).

Pola makan yang buruk (tidak mengatur diet) seperti tingginya konsumsi gula, garam, lemak jenuh, dan sebagainya dan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, konsumsi alkohol, dan kurangnya aktivitas fisik sebagai faktor risiko utama hipertensi. Pola makan yang buruk berhubungan dengan penyebab utama morbiditas dan morbilitas hipertensi. Survei tahun 2012 menunjukkan prevalensi mengkonsumsi makanan berlemak 66,7%, mengkonsumsi garam berlebih 50,7%, mengkonsumsi makanan ringan 49,9%, mengkonsumsi buah dan sayur sebesar 58,8%, dan mengkonsumsi alkohol sebesar 10,8%. Masyarakat yang mengkonsumsi garam antara 5-15 gram sehari memiliki prevalensi hipertensi antara 15-20% (Awosan et al., 2014). Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam di bawah 3 gram sehari memiliki prevalensi hipertensi lebih kecil. Berdasarkan survei tersebut dikatakan bahwa orang yang tidak mengatur diet dapat meningkatkan tekanan darahnya (Soenardi dan Soetardjo, 2005).

Prevalensi hipertensi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 25,7%. Prevalensi hipertensi di DIY masih dikatakan tinggi, hal ini dapat terjadi akibat tingginya faktor risiko seperti pola makan yang buruk, merokok,

(24)

kurangnya olahraga, stress, gangguan penyakit lain, dan rendahnya sosio-ekonomi masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2014). Prevalensi hipertensi di Kabupaten Sleman tahun 2011 sebesar 39,65% pada orang yang lebih tua/lansia yang diperoleh dari data kesehatan puskesmas (Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2012).

Berdasarkan Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman tahun 2015, Kecamatan Kalasan merupakan salah satu Kecamatan yang memiliki jumlah kasus hipertensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan penyakit lainnya terutama pada lansia yang berusia 40-80 tahun (Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2015). Hal ini dikarenakan masyarakat lebih fokus pada pekerjaannya daripada melakukan upaya pemeliharaan kesehatan. Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyakat masih kurang yang ditunjukkan dengan jauhnya puskesmas. Hal ini yang memicu kurangnya kesadaran masyarakat Kecamatan Kalasan terhadap hipertensi dan penanganannya.

Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian di Kecamatan Kalasan yang diharapkan mampu memprediktor lebih awal untuk mengetahui prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah pada masyarakat.

1. Rumusan masalah

a. Berapa proporsi prevalensi hipertensi, tingkat kesadaran responden akan hipertensi, terapi hipertensi, dan pengendalian tekanan darah yang ada pada populasi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY?

(25)

5

hipertensi, dan pengendalian tekanan darah responden di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY?

2. Keaslian penelitian

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan prevalensi, kesadaran, terapi hipertensi, dan pengendalian tekanan darah pada responden hipertensi yang telah dipublikasikan antara lain:

Tabel I. Beberapa Penelitian yang Memiliki Persamaan dengan Penelitian ini

Hasil Persamaan Perbedaan

Prevalence, Awareness, Treatment

and Control of High Blood Pressure: A

Population-based Survey in Thai Nguyen, Vietnam (Ha

et al., 2013).

Penelitian dilakukan pada 2.368 orang dewasa usia ≥25 tahun dengan teknik

pengambilan sampel secara multistage stratified

cluster sampling, hasil yang diperoleh adalah pevalensi hipertensi sebesar 23% pada usia

lebih tua, pria, dan obesitas, 34% yang menyadari hipertensi, 43%

yang menyadari hipertensi dan menerima pengobatan, dan 39% hipertensi yang terkontrol. Prevalensi yang

mengkonsumsi makanan asin adalah 75,2%.

Tujuan penelitian yang dilakukan sama dan pada populasi perempuan dan laki-laki. Umur responden yang digunakan pada penelitian adalah 40-75 tahun dengan menggunakan cluster random sampling.

Prevalence and Risk Factors of Hypertension Among Middle-Age Adults in Ahiazu Mbaise Local Government Area, Imo State, Nigeria

(Mbah et al., 2013).

Penelitian dilakukan pada 200 orang laki-laki dan perempuan yang berumur

40-60 tahun dengan metode randomly selected,

hasil yang diperoleh adalah prevalensi hipertensi sebanyak 32,5%, dari subjek yang

sering mengkonsumsi alkohol sebanyak 30%, dan sering mengkonsumsi

(26)

Lanjutan Tabel I.

Hasil Persamaan Perbedaan

Prevalensi, Kesadaran, Terapi,

dan Pengendalian Tekanan Darah

Responden Hipertensi di Desa

Wedomartani, Sleman, Yogyakarta

(Kajian Faktor Gaya Hidup Sehat (Oktavia, 2015)

Penelitian dilakukan pada 255 orang laki-laki dan perempuan yang berumur ≥40 tahun dengan metode

non random dengan jenis

purposive sampling, hasil yang diperoleh adalah

prevalensi hipertensi sebanyak 46,67%, sadar hipertensi 35,69%, terapi hipertensi 26,67% dan

terkendali 3,92% Tujuan penelitian yang dilakukan sama dan pada populasi perempuan dan laki-laki Umur responden yang digunakan pada penelitian adalah 40-75 tahun dengan menggunakan cluster random sampling. Prevalence, Awareness, Treatment, and Control of Hypertension Among Saudi Adult Population: A National Survey

(Saeed et al., 2013)

Penelitian dilakukan pada 4758 orang laki-laki dan perempuan yang berumur

15-64 tahun dengan metode multistage stratified cluster random

sampling, hasil yang diperoleh adalah prevalensi hipertensi sebanyak 25,5%, hanya

44,7% yang sadar akan hipertensi, 71,8% menerima terapi, dan

hanya 37,0% yang terkontrol. Tujuan penelitian yang dilakukan sama dan pada populasi perempuan dan laki-laki Umur responden yang digunakan pada penelitian adalah 40-75 tahun dengan menggunakan cluster random sampling.

(27)

7

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi mengenai perbedaan faktor umur atau pengaturan diet terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden.

b. Manfaat praktis. Data yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai informasi mengenai tekanan darah responden sehingga responden dapat melakukan tindak lanjut yang harus dilakukan dengan mengetahui tekanan darahnya. Penelitian juga diharapkan dapat memberikan informasi terkait faktor umur atau pengaturan diet kepada penderita hipertensi sehingga dapat membantu menurunkan prevalensi hipertensi, meningkatkan kesadaran hipertensi, meningkatkan terapi hipertensi, dan mengendalikan tekanan darah responden di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

4. Tujuan Penelitian a. Tujuan umum.

Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah pada responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

b. Tujuan khusus

1) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran responden terhadap hipertensi, terapi hipertensi, dan pengendalian tekanan darah pada populasi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

(28)
(29)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Hipertensi

Hipertensi dikenal sebagai tekanan darah tinggi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥140/90 mmHg (Sawicka et al., 2011). Hipertensi biasanya sebagai tingkat tekanan darah arteri yang diasosiasikan penggandaan jangka panjang risiko kardiovaskular. Tekanan darah normal didefinisikan sebagai tingkat yang <120/80 mmHg. Berikut ini merupakan klasifikasi tekanan darah orang dewasa menurut European Society of Hipertension dan European Society of Cardiology (ESH/ESC).

Tabel II. Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan ESH/ESC

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal Normal

Normal kategori tinggi Hipertensi kelas 1 Hipertensi kelas 2 Hipertensi kelas 3

Hipertensi isolasi sistolik

<120 120-129 130-139 140-159 160-179 ≥180 ≥140 dan dan/atau dan/atau dan/atau dan/atau dan/atau dan <80 80-84 85-89 90-99 100-109 ≥110 <90

(Mancia et al., 2013) Tekanan darah tinggi adalah kondisi umum dimana kekuatan dan kecepatan darah terhadap dinding arteri yang cukup tinggi dan dapat menyebabkan masalah kesehatan. Tekanan darah ditentukan oleh jumlah darah yang dipompa oleh jantung dan jumlah resisten aliran darah di arteri. Semakin banyak darah yang dipompa oleh jantung dan arteri akan sempit, sehingga tekanan darah akan semakin tinggi. Beberapa orang yang memiliki tekanan darah tinggi pada grade awal biasanya tidak menimbulkan gejala sampai tekanan darah tinggi mencapai grade berat bahkan dapat mengancam jiwa (Staff, 2015).

(30)

Hasil pengukuran darah didapatkan berdasarkan rata-rata pengukuran tekanan darah minimal 2 kali pada pengukuran pertama atau dalam pemeriksaan selanjutnya. Tingginya tekanan darah seseorang dapat berada pada kadar diatas normal bila pasien mengidap penyakit akut tertentu atau berada pada keadaan stress (Kaplan and Weber, 2010).

B. Kesadaran Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu penyakit degeneratif yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Kesadaran masyarakat akan hipertensi masih dinilai rendah untuk melakukan kontrol tekanan darah. Dikatakan bahwa hingga saat ini angka kesadaran masyarakat di Indonesia terhadap hipertensi hanya mencapai 50%. Meningkatkan kesadaran, diagnosis hipertensi dan meningkatkan kontrol tekanan darah dengan pengobatan yang tepat dianggap sebagai inisiatif kesehatan masyarakat yang penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular (Bustan, 2007, Dipiro et al., 2008).

(31)

11

C. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi

Tujuan utama dalam terapi hipertensi yaitu untuk mancapai pengurangan morbiditas dan mortilitas yang panjang terhadap risiko kardiovaskular (WHO, 2005).

1. Terapi non-farmakologi

[image:31.595.99.522.192.751.2]

Adapun terapi non-farmakologi dalam perubahan gaya hidup yang baik yang digunakan untuk mengurangi bahkan meniadakan kebutuhan obat antihipertensi dan mencegah terjadinya penyakit kronik. Penerapan diet pada perencanaan makan untuk mencegah dan mengontrol tekanan darah dapat digunakan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) seperti mengurangi atau membatasi penggunaan garam berlebih, dan lemak jenuh, meningkatkan konsumsi buah-buahan, sayuran. Pola makan DASH di susun berdasarkan energy yang dibutuhkan perhari yaitu 2000 kalori/hari (U.S Department of Health and Human Services, 2006).

Tabel III. Pola Makan DASH berdasarkan 2000 kalori/hari Kelompok Makanan Penyajian Harian Takaran Sajian

Padi-padian 6-8 1 potong roti

1 ons sereal kering ½ gelas nasi, pasta, atau sereal

Sayur-sayuran 4-5 1 gelas daun sayur

mentah

½ gelas sayur masak ½ gelas jus sayur

Buah-buahan 4-5 1 buah matang

¼ gelas buah kering ½ buah segar, beku, atau kalengan

½ gelas jus buah Susu dan produk susu

bebas lemak atau rendah lemak

2-3 1 gelas susu atau yogurt 1½ ons keju

(32)

Lanjutan Tabel III.

Kelompok Makanan Penyajian Harian Takaran Sajian Daging tanpa lemak,

daging unggas dan ikan

6 atau kurang 1 ons daging tanpa lemak, daging unggas, dan ikan yang dimasak 1 butir telur

Kacang-kacangan dan biji-bijian

4-5 kali/minggu 1/3 gelas atau 1½ ons kacang-kacangan 2 sendok makan selai kacang

2 sendok makan atau ½ ons biji-bijian

Lemak dan minyak 2-3 1 sendok teh margarin

1 sendok teh minyak sayur

1 sendok makan mayonais Manis-manisan dan

penambahan gula

5 atau kurang dari 5 kali/minggu

1 sendok makan gula 1 sendok makan jeli 1 gelas lemonade (sari jeruk)

Mengkonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi seperti sayuran, buah, dan produk rendah lemak dengan mengurangi lemak jenuh akan menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 8-14 mmHg. Pembatasan mengkonsumsi alkohol dengan tidak lebih dari dua gelas sehari (30 ml) untuk laki-laki dan tidak lebih dari satu gelas sehari (15 ml) untuk wanita dan orang yang memiliki kelebihan berat badan. Penghentian atau pembatasan merokok merupakan pencegahan yang paling kuat untuk penyakit kardiovaskular seperti hipertensi dan melakukan aktivitas fisik seperti olahraga (WHO, 2005).

2. Terapi farmakologi

(33)

13

valsartan, losartan, irbesartan, Calcium Channel Blockers (CCBs) seperti amlodipin, nifedipin dan diuretik thiazide (HCT) dapat menjadi pilihan pertama (first-line). β-blocker digunakan untuk mengobati baik pada kondisi dan indikasi tertentu (penyakit yang menyertai) atau sebagai terapi kombinasi pertama untuk obat antihipertensi pada pasien tanpa indikasi tertentu (penyakit yang menyertai). Morbiditas dan mortilitas yang lebih erat terkait dengan tekanan darah sistolik dari dua tekanan darah diastolik pada pasien umur 50 tahun keatas. Diuretik, ACE Inhibitor, dan ARB lebih memberikan manfaat dan aman pada orang tua. Penggunaan obat antihipertensi secara teratur dan taat akan mempengaruhi kondisi tekanan darah pasien (Dipiro et al., 2008).

Pada pedoman ESC/ESH manfaat utama pengobatan antihipertensi adalah penurunan tekanan darah. Pada pedoman ini diuretik (tiazid, chlorthalidone, dan indapamide), beta blocker, antagonis kalsium, angiotensin converting enzyme

(ACE) inhibitor, angiotensin receptor blockers (ARB) merupakan obat antihipertensi yang sesuai untuk pengobatan awal dan pemeliharaan baik sebagai monoterapi maupun dalam beberapa kombinasi. Terapi dengan ACEI dan ARB adalah paling banyak digunakan. Penelitan meta analisis menyatakan bahwa hydrochlorothiazide memiliki kemampua lebih rendah daripada chlorthalidone dalam menurunkan tekanan darah (Mancia et al., 2013).

Angiostensin-Converting Enzyme (ACE) inhibitor lebih sering digunakan dikalangan masyarakat dengan mekanisme menghambat pembentukan angiotensin II ari prekusor angiotensin I yang inaktif dan menghambat degradasi kinin yang memiliki efek vasodilatasi. Golongan Calcium Channel Blockers (CCBs) dapat

(34)

menurunkan influks ion kalsium ke dalam sel-sel otot polos pembuluh darah sehingga menurunkan kontraktilitas jantung dan memacu aktivitas vasodilatasi (Gormer, 2007).

D. Pengendalian Tekanan Darah

Pengendalian tekanan darah dipengaruhi dengan kesadaran masyarakat akan hipertensi, namun masyarakat masih dinilai rendah untuk melakukan kontrol tekanan darah. Angka kesadaran akan hipertensi di Indonesia hanya 50% lebih rendah dibandingkan dengan angka kesadaran di Amerika yang mencapai 69%. Dari angka tersebut tekanan darah yang terkendali dengan baik masih di bawah 10% dari seluruh penderitanya di Indonesia (Bustan, 2007).

Pengendalian tekanan darah dapat dilakukan dengan berbagai hal yaitu dengan menjaga pola hidup terkait pola makan dan aktivitas yang dapat meningkatan tekanan darah. Pengendalian tekanan darah dapat dilakukan dengan melakukan kontrol tekanan darah di pusat kesehatan terdekat seperti puskesmas, praktik dokter, bahkan dapat dilakukan di rumah (Departemen Kesehatan RI, 2009).

(35)

15

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi

[image:35.595.100.514.210.577.2]

Hipertensi memiliki beberapa faktor risiko yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan yang dapat mempengaruhi seseorang pada perkembangan penyakit hipertensi (Sawicka et al., 2011).

Tabel IV. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Hipertensi Tidak dapat dikendalikan Dapat dikendalikan Umur dan Jenis kelamin

Etnis

Konsumsi garam yang berlebih (pola makan) Kelebihan berat badan dan obesitas

Aktivitas fisik

Konsumsi alkohol berlebih Diabetes

(Sawicka et al., 2011) 1. Faktor umur

Hipertensi merupakan faktor risiko penting pada penyakit kardiovaskular dan banyak terjadi pada populasi dewasa di Amerika Serikat. Survei yang pada tahun 2009-2010 terdapat 82% orang dewasa yang sadar akan hipertensi dan 76% orang dewasa yang melakukan terapi. Survei pada tahun 2011-2012, pada umur 40-59 tahun prevalensi hiperetensi sebanyak 32,4%, kesadaran akan hipertensi 83,0%, melakukan terapi sebanyak 73,7%, dan terkendali sebanyak 57,8%. Pada responden umur 60-75 tahun prevalensi hipertensi sebanyak 65%, kesadaran akan hipertensi sebanyak 86,1%, melakukan terapi sebanyak 82,2%, dan terkendali sebanyak 50,5%. Hal ini terbukti bahwa peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh bertambahnya usia (Nwankwo, 2013).

Pada individu dengan umur lebih dari 55 tahun memiliki risiko 90% untuk mengalami hipertensi. Individu yang berumur 40-70 tahun berisiko mengalami kenaikan 20 mmHg pada tekanan darah sistolik dan kenaikan 10 mmHg pada tekanan darah diastolik. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan untuk lebih

(36)

menekankan kesadaran masyarakat terhadap masalah tekanan darah tinggi dan pendekatan yang agresif terhadap pengobatan antihipertensi (WHO, 2005).

Hubungan antara bertambahnya usia dan meningkatnya tekanan darah sistolik mencerminkan lamanya waktu orang terkena faktor risiko yang dapat dikendalikan. Pada usia 65 tahun, perempuan cenderung memiliki tekanan darah lebih rendah dibandingkan laki-laki. Sebaliknya, setelah usia 65 tahun, laki-laki cenderung memiliki tekanan lebih rendah dibandingkan perempuan. Penyebab sering tidak diketahui dan prevalensi juga meningkat dengan bertambahnya usia (Sawicka, et al., 2011).

2. Faktor pengaturan diet

Faktor pengaturan diet merupakan salah satu faktor yang dapat dikendalikan. Peningkatan hasil tekanan darah terbukti bahwa faktor makanan memiliki peran dominan. Pada stage 1 hipertensi, perubahan pola makan atau diet dapat berfungsi sebagai terapi awal sebelum dimulainya terapi antihipertensi. Perubahan pola makan/diet diantara orang yang sudah terapi dapat menurunkan tekanan darah dan menurunkan terapi antihipertensi (Appel, 2009).

(37)

17

memiliki pola hidup yang buruk maka semakin tinggi pula tekanan darahnya (USDA and HHS, 2010).

Tekanan darah secara langsung berhubungan dengan berat badan. Hipertensi pada orang yang memiliki kelebihan berat badan sulit untuk mengontrol tekanan darahnya dan biasanya terjadi lebih umum pada wanita sehingga kesadaran akan hipertensi rendah. Berat badan seseorang ditentukan bagaimana seseorang dalam menjaga pola makan. Penurunan berat badan dapat dilakukan melalui pengaturan diet dengan mengurangi konsumsi garam, lemak, alkohol, dan mengkonsumsi sayuran serta buah-buahan. Hal ini juga merupakan faktor yang efektif yang dapat menurunkan tekanan darah (Stokes, 2009).

Mengkonsumsi garam adalah penyebab utama peningkatan tekanan darah. Pada penduduk Amerika konsumsi garam melebihi 9 g/hari. Sumber garam pada negara-negara maju, 75% garam berasal dari makanan olahan, sedangkan Negara-negara berkembang, 70% garam berasal dari garam yang ditambahkan selama memasak atau menambahkan garam saat makan. Konsumsi garam yang meningkat perlu menerapkan pengurangan bertahap dan berkelanjutan dalam jumlah garam dengan disarankan mengurangi konsumsi garam <5 g/hari, untuk pengontrolan 3-4g/hari atau dengan mengganti luas garam dengan penggantian rendah sodium dan tinggi kalium (He et al., 2012).

Konsumsi lemak jenuh berkaitan dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Kandungan bahan kimia dalam minyak goreng terdiri dari beraneka asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Penggunaan minyak goreng lebih dari satu kali pakai dapat merusak ikatan kimia pada minyak

(38)

yang dapat meningkatkan pembentukan kolesterol yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan aterosklerosis, hipertensi dan penyakit jantung (Goldman, 2014).

Pengaturan pola makan dapat dilakukan dengan membatasi atau menghidari konsumsi lemak hewan, gorng-gorengan, atau makanan yang digoreng dengan minyak, konsumsi daging bergajih, dan jeroan. Meningkatkan konsumsi sayuran seperti bayam, wortel, sawi dan buah-buahan seperti semangka, pepaya dapat menurunkan tekanan darah (Dalimarta dkk., 2008).

Kadar kolesterol total dan LDL yang tinggi merupakan faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular. Sumber lemak jenuh sebagian besar berasal dari makanan cepat saji, keju, mentega, dan minyak goreng. Untuk mengurangi asupan lemak jenuh yaitu dengan mengganti mentega dan minyak goreng dengan minyak nabati. Selain itu, mengurangi lemak jenuh dapat dengan mengkonsumsi susu bebas lemak (low-fat), dan daging tidak bergajih. Mengkonsumsi sayur dan buah yang merupakan bagian dari DASH dikaitkan dengan penurunan risiko berbagai penyakit seperti hipertensi. Bukti moderat menunjukkan bahwa mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan per hari dan pembatasan asupan gula dapat menurunkan tekanan darah dan dapat mempertahankan berat badan yang sehat (USDA and

HHS, 2010).

F. Pengukuran Tekanan Darah

Instrumen yang digunakan untuk mengukur tekanan darah ada beberapa jenis, yaitu sphygmomanometer merkuri, sphygmomanometer aneroid, dan

(39)

19

tekanan dan layar elektronik yang menggantikan manometer merkuri (MHRA, 2013).

Selama bertahun-tahun, instrumen standar untuk mengukur tekanan darah menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) adalah

sphygmomanometer merkuri. Dalam beberapa tahun terakhir, meningkatnya kekhawatiran tentang lingkungan pembuangan limbah medis yang terkontaminasi merkuri dan risiko tumpahan dari sphygmomanometer merkuri, pengaturan klinis telah mulai pentahapan keluar perangkat merkuri. Selain itu, dalam sejumlah survei di negara dengan rancangan cross-sectional, perangkat sphygmomanometer digital menggantikan perangkat merkuri dalam mengukur tekanan darah (Ostchega et al., 2012).

G. Rule of Halves

Hipertensi adalah silent killer yang jarang menyebabkan gejala (asimptomatik). Kunci untuk mendeteksi hipertensi yaitu dengan meningkatkan kesadaran masyarakat. “Rule of Halves” menyatakan bahwa populasi adalah hipertensi, setengah orang dengan tekanan darah tinggi tidak menyadarinya (“rule

1”), setengah dari mereka yang tidak menggunakan terapi (“rule2”), dan setengah dari mereka yang terapi tidak terkontrol tekanan darahnya (“rule 3”). Aturan ini sebagai penilaian untuk mendeteksi kesadaran dan pengendalian hipertensi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masalah kesehatan (Rao and Daniel, 2013).

Secara tradisional, kesadaran, terapi dan kontrol hipertensi ditunjukkan dengan “Rule of Halves” yaitu setengah responden mengalami hipertensi,

(40)
[image:40.595.99.515.198.560.2]

setengah dari responden hipertensi sadar akan hipertensi, setengah dari sadar akan hipertensi melakukan terapi, dan setengah dari responden terapi dapat mengendalikan tekanan darahnya (Danon-Hersch, 2009).

Gambar 1. Rule of Halves

H. Landasan Teori

Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah ≥140/90 mmHg dan disebut dengan silent killer dengan gejala yang bervariasi bahkan tidak terdapat gejala pada masing-masing individu. “Rule of Halves” telah berlaku di beberapa penelitian. Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang memiliki prevalensi yang tinggi. Pencegahan, terapi dan kontrol terhadap hipertensi dapat menurunkan prevalensi hipertensi (Sawicka et al., 2011, Park, 2013, Tee et al., 2010)

Kesadaran penderita hipertensi dapat mempengaruhi kepekaan penderita terhadap terapi yang didapatkan baik farmakologi maupun non-farmakologi. Seseorang yang tidak sadar memiliki risiko terkena hipertensi sebaiknya segera mendapatkan terapi dan saran oleh tenaga kesehatan untuk menekan tekanan darah dan memperbaiki kualitas hidupnya (Departemen Kesehatan RI, 2009)

Total Subjek Penelitian

Tidak Hipertensi

100% Hipertensi

50% ≠ Sadar Hipertensi

50% Sadar Hipertensi

50% ≠ Terapi Hipertensi

50% Terapi Hipertensi

50% Hipertensi ≠

Terkendali

(41)

21

Hipertensi dapat dihindari dengan mengatur pola makan dalam pembatasan konsumsi garam, lemak, alkohol, serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur. Penderita hipertensi perlu menggunakan obat antihipertensi secara rutin dan teratur dengan dibutuhkannya bantuan dari keluarga atau pendamping pasien dalam mengkontrol kepatuhan dalam mengkonsumsi obat sehingga efek terapi akan tercapai secara maksimal. Banyaknya penderita yang menyadari hipertensi tidak melakukan terapi karena berbagai alasan. Pengendalian tekanan darah dipengaruhi dengan kesadaran masyarakat akan hipertensi yang menjadi faktor penting (USDA and HHS, 2010)

Hipertensi dipengaruhi oleh umur. Pada individu yang berumur ≥60 tahun lebih berisiko mengalami kenaikan tekanan darah. Konsumsi garam berlebihan secara langsung dapat meningkatkan tekanan darah. Konsumsi lemak jenuh berkaitan dengan berat badan yang memicu terjadinya hipertensi, sehingga pengaturan pola makan dilakukan dengan mengurangi konsumsi garam dan lemak. Semakin buruk pola hidup individu, maka semakin tinggi tekanan darah. Pola makan yang buruk dan kurangnya aktivitas berhubungan dengan penyebab utama morbiditas dan morbilitas penyakit hipertensi (U.S Department of Health and Human Services, 2013, He, et al., 2012, Goldman, 2014, USDA and HHS, 2010)

Faktor risiko kesehatan yang dievaluasi melalui penelitian ini yaitu faktor umur dan pengaturan diet terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi pada populasi di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

(42)

I. Hipotesis

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan rancangan analitik cross-sectional (potong lintang). Potong lintang merupakan jenis penelitian yang dilakukan baik seluruh atau sebagian dari penduduk dengan mengumpulkan data pengamatan untuk menjawab pertanyaan pada saat yang sama atau tidak ada rentang waktu (Olsen and George, 2004). Penelitian observasional yaitu peneliti tidak melakukan intervensi, tetapi hanya mengadakan pengamatan terhadap perjalanan penyakit (Budiarto dan Anggraeni, 2001). Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan cara wawancara terstruktur secara langsung menggunakan panduan pertanyaan sesuai CRF (Case Report Form).

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

a. Umur

b. Pengaturan diet 2. Variabel tergantung

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali: jenis kelamin, BMI, merokok, pengaturan aktivitas fisik, pendidikan, aktivitas dalam pekerjaan, dan penghasilan b. Variabel pengacau tidak terkendali: penyakit penyerta.

(44)
[image:44.595.100.523.140.761.2]

C. Definisi Operasional

Tabel V. Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

Skala Penilaian Umur Responden penelitian adalah

penduduk yang berusia 40–75 tahun yang memenuhi kriteria inklusi diperoleh dari

wawancara. Data yang diperoleh dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok umur 40-59 tahun dan kelompok umur 60-75 tahun. Pengelompokan umur berdasarkan Nwankwo (2013).

Kategorikal 1= 60-75 tahun 2= 40-59 tahun

Pengaturan Diet

Pengukuran mengatur diet: Responden setiap harinya mengatur konsumsi garam saat memasak sehingga tidak terlalu asin, jarang mengkonsumsi jeroan, daging bergajih, lemak, santan, mie instan, kecap, saus, gorengan, dan sering

mengkonsumsi buah, sayur dan susu rendah lemak setiap hari hari. Pengelompokan

pengaturan diet berdasarkan

U.S Department of Health and Human Services (2006).

Kategorikal 1= Tidak Mengatur Diet 2= Mengatur Diet

*Penilaian pengaturan diet lihat tabel VI.

Jenis Kelamin

Responden penelitian adalah penduduk laki-laki dan perempuan. Pengelompokan jenis kelamin berdasarkan Thawomchaisit, et al (2013).

Kategorikal 1= Laki-Laki 2= Perempuan

Pengaturan Aktivitas Fisik

Melakukan aktivitas fisik (olahraga) secara rutin. Dikatakan rutin apabila

melakukan olahraga (jalan kaki, jogging atau berlari) minimal 1 kali setiap minggu. Dikatakan tidak rutin apabila <1x

seminggu atau tidak pernah melakukan olahraga.

Pengelompokan aktivitas fisik berdasarkan AHA(2014).

(45)

25

Lanjutan Tabel V.

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

Skala Penilaian Merokok Setiap hari merokok dan dahulu

pernah merokok, berhenti merokok ≤2 tahun, keluarga dan ditempat kerja ada yang merokok. Pengelompokan merokok berdasarkan CDC (2015).

Kategorikal 1= Merokok 2= Tidak Merokok

BMI BMI ≥23, jika dihitung dengan �� ��� � ��� ��� � ( ) Pengelompokan BMI

berdasarkan WHO (2004). Kategorikal 1= ≥23 kg/m2

2= <23 kg/m2

Pendidikan Pendidikan terakhir yang diselesaikan oleh responden. Pengelompokan pendidikan berdasarkan Zhang, et al

(2013).

Kategorikal 1= ≤SMP 2= >SMP

Aktivitas dalam Pekerjaan

Aktivitas utama yang menjadi rutinitas sehari-hari yang

dilakukan oleh responden untuk

mendapatkan penghasilan. Pekerjaan dibagi menjadi dua

kelompok yaitu kelompok aktif (petani/buruh), dan kelompok kurang aktif (ibu rumah tangga, pengangguran).

Pengelompokan pekerjaan berdasarkan Muhammadun (2010).

Kategorikal 1= Kurang Aktif 2= Aktif

Penghasilan Penghasilan keluarga yang diperoleh responden selama satu bulan bekerja. Semula berupa data rasio (Rp)

selanjutnya dikonversi ke data ordinal. Batas UMR adalah Rp 1.200.000,00. Apabila

reponden sudah berkeluarga, maka batas UMR adalah Rp 2.400.000,00. Pengelompokan penghasilan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Yogyakarta (2015).

(46)

Lanjutan Tabel V.

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

Skala Penilaian Prevalensi Persentase responden hipertensi

dan tidak hipertensi. Standar pengukuran tekanan darah penelitian ini adalah

berdasarkan klasifikasi menurut ESH dan ESC Guidelines 2013.

Kategorikal 1= Hipertensi (Tekanan darah ≥140/90 mmHg). 2= Tidak

hipertensi (Tekanan darah <140/90 mmHg) Kesadaran Kesadaran masyarakat akan

hipertensi dapat dilihat dari hasil wawancara terstruktur apakah responden pernah melakukan pengukuran tekanan darah sebelumnya, jika pernah dan hasil pengukuran tekanan darah termasuk hipertensi maka responden termasuk sadar terhadap hipertensi.

Kategorikal 1= Sadar hipertensi 2= Tidak sadar hipertensi

Terapi Responden yang mengalami hipertensi dan sadar menderita hipertensi yang melakukan terapi baik dengan farmakologi atau non-farmakologi

Kategorikal 1= Terapi (Rutin terapi

farmakologi maupun non-farmakologi) 2= Tidak Terapi (Tidak pernah terapi

farmakologi maupun non-farmakologi) Pengendalian Tekanan darah yang

dikendalikan

<140 mmHg sesuai target ESC/ ESH

Kategorikal 1 = Terkendali 2 = Tidak terkendali

(47)

27

U.S Department of Health and Human Services, namun dilakukan modifikasi untuk menyesuaikan dengan lokasi penelitian.

[image:47.595.98.494.281.630.2]

Penilaian pengaturan diet dengan skor pada CRF digunakan untuk mengelompokkan pengaturan diet, penilaian pengaturan diet dibagi menjadi dua penilaian yaitu penilaian lebih berisiko dengan skor nol dan penilaian tidak lebih berisiko dengan skor satu. Apabila skor ≥6 merupakan kelompok yang mengatur diet, sebaliknya skor <6 merupakan kelompok yang tidak mengatur diet.

Tabel VI. Penilaian Pengaturan Diet dengan Skor pada CRF

No Keterangan Skor

1 (i) Makan diperhatikan (ii)Makan tidak diperhatikan

(i) (ii)

1 0

2 Mengatur asin Ya

Tidak

1 0 3 Menambah kecap, garam tambahan,

saus

Ya Tidak

0 1

4 Makan di rumah Ya

Tidak

1 0

5 Makan gorengan ≤1xseminggu

>1xseminggu

1 0 6 Minum susu (rendah lemak) Ya

Tidak

1 0 7 Makan daging bergajih, lemak, santan ≤1xseminggu

>1xseminggu

1 0

8 Konsumsi sayuran ≥1xsehari

<1xsehari

1 0

9 Konsumsi buah ≥1xsehari

<1xsehari

1 0

Total 9

*Keterangan: Skor 0 = lebih berisiko Skor 1 = tidak lebih berisiko Jika poin ≥6= mengatur diet Jika poin <6= tidak mengatur diet

D. Subyek Penelitian

Pada penelitian ini subjek yang menjadi target disebut responden. Penelitian ini adalah penduduk berumur 40-75 tahun di Padukuhan Grumbulgede,

(48)

Surokerten, Pundung, Jetis, Sambirejo, dan Dhuri pada Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. Kriteria inklusi adalah penduduk yang berumur 40-75 tahun. Kriteria eksklusi adalah responden yang tidak bersedia mengisi inform consent

dan responden yang tidak dapat diukur tekanan darahnya. E. Lokasi dan Waktu Penelitian

[image:48.595.101.504.283.655.2]

Penelitian dilakukan di enam Padukuhan di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY yaitu Padukuhan Surokerten, Pundung (responden dikumpulkan pada satu tempat), Grumbulgede, Jetis, Dhuri, dan Sambirejo (door to door). Penelitian ini akan berlangsung pada bulan Mei-Juni 2015.

Gambar 2. Bagan lokasi penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden 40-75 Tahun di

Kabupaten Sleman

Kecamatan Kalasan

Desa Tirtomartani (411 responden)

Padukuhan Jetis

(193 responden)

Padukuhan Pundung

(117 responden)

Padukuhan Dhuri

(101 responden)

Desa Selomartani (402 responden)

Padukuhan Grumbulgede

(160 responden)

Padukuhan Surokerten

(153 responden)

Padukuhan Sambirejo

(89 responden)

(49)

29

Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (Kajian Faktor Risiko Kesehatan dan Sosio-Demografi)” Penelitian ini dilakukan berkelompok dengan jumlah anggota sebanyak delapan orang, setiap padukuhan diteliti oleh 8 orang sesuai dengan faktor yang diteliti yaitu umur, BMI, jenis kelamin, pengaturan diet, olahraga, merokok, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. Peneliti hanya fokus pada faktor umur dan faktor pengaturan diet pada faktor risiko kesehatan.

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara multistage random sampling. Multistage random sampling adalah teknik pengambilan sampel secara acak bertingkat pada populasi yang luas dan homogen atau dengan beberapa tahap sampai tahap yang dianggap jenuh (Juliandi dkk, 2014). Sedangkan, teknik pengambilan sampel (sampling) pada penelitian dilakukan secara cluster random sampling. Cluster random sampling merupakan bentuk pengambilan sampel dimana kluster daripada elemen tunggal yang dipilih secara acak dan barulah responden dapat diambil (Eriyanto, 2007). Pada penelitian ini, responden yang memenuhi inklusi pada enam padukuhan (cluster) diteliti dan apabila sudah memenuhi jumlah subjek yang diinginkan, penelitian dapat dihentikan.

Pertimbangan dalam keperluan analisis adalah jumlah responden untuk penelitian dengan menggunakan data statistika, ukuran sampel minimum adalah 30 (Arifin, 2008). Jumlah responden yang ditetapkan pada penelitian ini didapat dari perhitungan besar sampel yang belum diketahui prevalesinya, rumus yang digunakan:

(50)

97 dibulatkan menjadi 100

(Dahlan, 2009). Perhitungan besar sampel didasarkan penelitian “Rule of Halves” dimana

jumlah sampel pada terapi 100 orang, dan dapat diperoleh jumlah sampel pada sadar akan hipertensi, prevalensi, sehingga didapat jumlah sampel seluruhnya 800 orang.

[image:50.595.101.501.249.596.2]

Gambar 3. Bagan Perhitungan Besar Sampel Penelitian

Dari jumlah populasi di enam padukuhan (cluster) didapat responden penelitian yang masuk dalam kriteria inklusi sebanyak 816 orang. Sebanyak 3 orang masuk dalam kriteria eksklusi dikarenakan tekanan darah tidak terukur sehingga jumlah subjek pada penelitian ini 813 orang.

Total: 200

Sadar: n= 200

Total: 400

Hipertensi: n= 400

Total: 800 Terapi

n= 100

Tidak Terapi n= 100

Sadar: n= 200

(51)

31

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Case Report Form (CRF), informed consent, alat pengukur tinggi badan, timbangan,

dan sphygmomanometer digital yang bertujuan untuk mengukur tekanan darah responden.

I. Tata Cara Penelitian

[image:51.595.106.504.189.589.2]

Gambar 4. Alur Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari padukuhan di Kecamatan Kalasan melalui metode multistage random sampling.

2. Permohonan perijinan dan kerjasama Komisi Etik

Permohonan ijin selanjutknya ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedoteran universita Gadjah mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearence. Perijinan dilakukan untuk memenuhi etika penelitian dengan menggunakan hasil pengukuran tekanan darah manusia dan hasil penelitian dapat dipublikasikan.

Dilakukan Observasi

awal

Permohonan ijin dan kerjasama yang diajukan

kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta Permohonan ijin dan kerjasama dengan Kepala Dukuh Dilakukan pembuatan Case Report Form, dan Informed Consent Dilakukan validitas dan reliabilitas instrumen penelitian Dilakukan penetapan dan seleksi calon responden Dilakukan pengukuran tekanan darah responden Dilakukan penjelasan hasil serta wawancara terhadap responden Dilakukan pengelompokan data dan pengolahan data responden

(52)

3. Permohonan perijinan dan kerjasama Kepala Dukuh

Permohonan ijin dan kerjasama kepada Kesatuan Bangsa, Bappeda, Kecamatan Kalasan, Kepala Desa (Desa Selomartani dan Tirtomartani) dan Kepala Dukuh (Padukuhan Jetis, Pundung, Grumbulgede, Surokerten, Sambirejo, dan Dhuri) di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

4. Pembuatan Case Report Formed dan Informed Consent

Pembuatan informed consent harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Responden diminta untuk mengisi nama, alamat, usia dan menandatanganinya. Case Report Formed (CRF) berupa selembaran berukuran A4 yang berisi kolom-kolom untuk pengambilan hasil wawancara responden.

5. Validitas dan reliabilitas instrument penelitian

Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan

sphygmomanometer digital yang telah divalidasi dengan protokol internasional untuk masyarakat Eropa. Pengukuran tekanan darah diulang sebanyak 3 kali dengan interval lima menit untuk tiap pengukuran (Babiker, et al., 2013). Instrumen harus memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi yang digunakan dalam penelitian agar hasil yang didapat akurat dan reliabel dengan nilai CV (coefficient of variation) 5% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Uji validitas dilakukan dengan kalibrasi, yaitu dengan membandingkan tiga tekanan darah probandus dengan menggunakan sphygmomanometer digital dan

(53)

33

probandus yang diukur tekanan darahnya sebanyak tiga kali. Uji validitas dan reliabilitas ini untuk melihat nilai CV. Coefficient of variation (CV) ≤5% dapat disimpulkan bahwa alat yang digunakan valid dan reliabel. Hasil yang didapat pada uji validitas dan reliabilitas instrument yang digunakan memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Kalibrasi juga dilakukan untuk timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan untuk mendapatkan hasil yang valid (Lampiran 5). 6. Penetapan dan seleksi calon responden

Penetapan responden penelitian dilakukan setelah mendapat ijin Kepala Dukuh. Penetapan responden dilakukan dengan cara door to door. Peneliti akan memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden. Responden yang bersedia mengikuti penelitian ditanyakan kesediaannya untuk mengikuti wawancara berdasarkan CRF dan responden diminta untuk menandatangani informed consent.

7. Pengukuran tekanan darah responden

Pengukuran tekanan darah responden yang telah menandatangani informed consent. Pengukuran dilakukan pada bagian lengan kiri atas dan posisi duduk tegak dengan lengan sejajar dengan jantung. Pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digital dengan melilitkan manset mengelilingi lengan kiri, lalu rekatkan manset. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak dua kali berturut–turut dengan jeda setiap pengukuran sekitar lima menit. Apabila pada dua kali pengukuran ada perbedaan nilai ukur ≥10 mmHg maka dilakukan pengukuran yang ketiga yang kemudian dua hasil yang mendekati dirata-rata.

(54)

Parameter yang diukur pada responden adalah tekanan darah, tinggi badan, dan berat badan.

8. Penjelasan hasil serta wawancara responden

Peneliti akan menjelaskan hasil pengukuran kepada responden secara langsung. Penjelasan hasil pengukuran disertai dengan penggalian beberapa informasi dari responden. Informasi yang didapat dari responden akan dikelompokkan sebagai data analisis. Standar pengukuran tekanan darah yang digunakan dalam penelitian ini adakah ESH dan ESC 2013.

9. Pengelompokan dan pengolahan data

(55)

35

angka (1 dan 2) sesuai definisi operasional. Kemudian dilakukan coding yaitu data diklasifikasi menurut kategori masing-masing dan memberikan kode pada data dengan mengubah kata-kata menjadi angka dan kemudian dianalisis dengan program komputer.

J. Analisis Data Penelitian

Data yang sudah diperoleh kemudian dikelompokkan secara statistik dengan bantuan program. Uji deskriptif/univariat digunakan untuk melihat profil responden penelitian dan proporsi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah pada bagan berdasarkan Rule of Halve.

Data rasio di uji normalitas untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak dengan melihat parameter Kolmogorov-Smirnov. Data berdistribusi normal apabila nilai p>0,05. Data yang terdistribusi normal dapat dilanjutkan dengan uji t tidak berpasangan untuk mengetahui adanya perbedaan rerata antarkelompok. Uji Chi Square untuk mengetahui perbedaan proporsi faktor umur atau pengaturan diet terhadap prevalensi hipertensi, kesadaran, terapi, pengendalian tekanan darah. Data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis secara statistika dengan bantuan komputer. Data yang sudah diolah kemudian dilakukan analisis univariat. Pada penelitian ini, jika data terdistribusi normal maka digunakan nilai mean. Jika data tidak terdistribusi normal maka digunakan nilai median (Dahlan, 2014). Pada variabel alkohol tidak dibahas lebih lanjut, karena yang mengkonsumsi alkohol hanya 2 dari 813 responden sehingga tidak dapat mewakili populasi.

(56)

K. Analisis Hipotesis

Peneliti akan menganalisis hipotesis berdasarkan hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya dengan data yang telah diperoleh. Data yang terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji t tidak berpasangan untuk melihat karakteristik tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, denyut nadi responden terhadap umur dan pengaturan diet. Uji t digunakan untuk menelaah variabilitas data/perbedaan rerata antardua kelompok. Uji deskriptif/univariat digunakan untuk melihat proporsi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah.

Pembuktian hipotesis dilakukan dengan melihat nilai signifikansi atau (p<0,05) pada uji Chi Square untuk melihat pengaruh variabel bebas (umur dan pengaturan diet) terhadap variabel tergantung (prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah) (Chataut, 2011). Uji Chi Square dilakukan untuk melihat perbedaan proporsi antar kelompok. Pada uji Chi Square, H0 ditolak

apabila p≤α (0,05), artinya adanya perbedaan proporsi antara variabel bebas

terhadap variabel tergantung. H0diterima apabila p>α (0,05), artinya tidak adanya

(57)
[image:57.595.99.514.101.609.2]

37

Gambar 5. Analisis Hipotesis Ho : P1=P2

H1,2,3,4 : P1≠P2 ; <0.05

P1 = proporsi prevalensi (H1), kesadaran (H2), terapi (H3) dan pengendalian

tekanan darah (H4) pada responden umur 60-75 tahun atau responden tidak

mengatur diet.

P2 = proporsi prevalensi (H1), kesadaran (H2), terapi (H3) dan pengendalian

tekanan darah (H4) pada responden umur 40-59 tahun atau responden mengatur

diet.

L. Kesulitan Penelitian

1. Ketidakterbukanya responden saat menjawab pertanyaan wawancara dari peneliti sehingga dapat mempengaruhi hasil dari penelitian.

2. Banyak reponden hipertensi yang melakukan terapi lupa bahkan tidak mengetahui nama obat antihipertensi yang dikonsumsi.

Faktor Umur Faktor Pengaturan

Diet

Prevalensi (H1)

Kesadaran (H2)

Terapi (H3)

(58)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian

Tekanan Darah Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta dengan Kajian Faktor Umur dan Pengaturan Diet” dilakukan pada enam dukuh di Kecamatan Kalasan yaitu Padukuhan Grumbulgede, Surokerten, Pundung, Jetis, Sambirejo, dan Dhuri yang dipilih secara multistage random sampling. Penelitian ini dilakukan secara door to door dan dikumpulkan dengan menggunakan wawancara yang terstandarisasi.

Analisis univariat atau analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan dan melihat profil frekuensi penelitian dengan bantuan komputer yang disajikan dalam bentuk tabel. Penelitian ini merupakan penelitian dengan satu variabel utama yang diteliti yaitu umur dan delapan variabel lain yang diteliti yaitu jenis kelamin, BMI, merokok, pengaturan diet, aktivitas fisik, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

Hasil yang diperoleh pada penelitian gambaran umum profil responden yang dominan yaitu pada tidak mengatur diet, BMI≥ 23 kg/m2

, merokok (aktif dan pasif), tidak rutin beraktivitas fisik, berpendidikan ≤SMP, dan berpenghasilan

(59)
[image:59.595.100.512.123.586.2]

39

Tabel VII. Profil Responden Penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY

Variablel n (%)

Total Responden 813 (100%)

Umur (tahun) 40-59 60-75 581 (71,5%) 232 (28,5%) Diet Ya Tidak 181 (22,3%) 632 (77,7%) Alkohol Ya Tidak 2 (0,2%) 811 (99,8%) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 335 (41,2%) 478 (58,8%)

Body Mass Index (BMI) ≥23 kg/m2

<23 kg/m2

428 (52,6%) 385 (47,4%) Merokok Ya Tidak 429 (52,8%) 384 (47,2%) Pengaturan Aktivitas Fisik

Rutin Tidak Rutin 315 (38,7%) 498 (61,3%) Pendidikan ≤SMP >SMP 506 (62,2%) 307 (37,8%) Aktivitas dalam Pekerjaan

Kurang Aktif Aktif 279 (34,3%) 534 (65,7%) Penghasilan ≤UMR >UMR 610 (75,0%) 203 (25,0%)

Pada penelitian ini, sebaran normal pada suatu populasi pada data yang diambil dianalisis dengan uji normalitas variabel yang bertipe rasio/skala yaitu umur, tekanan darah sistolik (TDS), tekanan darah diastolik (TDD), denyut nadi (DN) serta BMI. Hasil yang dapat dilihat dalam uji normalitas seperti Q-Q plot

dengan melihat sebaran yang berada pada garis, apabila sebaran titik berada pada garis dapat dikatakan distribusi normal. Selain itu, normalitas dapat dilihat dengan

(60)
[image:60.595.100.514.201.594.2]

nilai p (signifikan), apabila nilai p≥0,05 maka sampel dapat dikatakan distribusi normal. Data yang memiliki sebaran normal dianggap dapat mewakili populasi (Dahlan, 2014).

Tabel VIII. Karakteristik Normalitas Data Responden di Kecamatan Kalasan

Karakteristik Mean±SD Median Nilai p

Umur (tahun)

Tekanan Darah Sistolik (mmHg)

Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

Denyut nadi (x/menit)

Body Mass Index (kg/m2)

53,9±10,1 139,8±23,5

81,4±13,2 80,2±12,7 23,6±4,1

52,0 135,0

80,0 79,0 23,5

<0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 *p<0,05= Tidak berdistribusi normal

Berdasarkan Tabel VIII, menunjukkan bahwa uji normalitas variabel umur, tekanan darah sistolik (TDS), tekanan darah diastolik (TDD), denyut nadi (DN), dan Body Mass Index

Gambar

Tabel XV. Perbedaan Faktor Umur atau Pengaturan Diet terhadap
Gambar 1. Rule of Halves .............................................................
Tabel I. Beberapa Penelitian yang Memiliki Persamaan dengan Penelitian ini
Tabel II. Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan ESH/ESC
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengatur pola makan merupakan salah satu upaya pemeliharan tekanan darah yang stabil. Namun, Di Dukuh Sembir responden hipertensi yang sadar akan hipertensi tidak

Pada penelitian ini untuk melihat gambaran adanya faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian

Penelitian yang dilakukan oleh Tielman (2014) tidak melakukan kajian pada aspek pengendalian tekanan darah, maka pada penelitian ini peneliti melakukan kajian pada

Mengobservasi perbedaan prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi yang disebabkan faktor risiko kesehatan seperti BMI, pola makanan, aktivitas fisik, merokok,

Jumlah responden yang sadar menderita hipertensi sebanyak 51 orang (25,5%) dan responden yang melakukan terapi hipertensi sebanyak 34 orang (17%). Faktor sosio-ekonomi yang

Penelitian juga diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor umur atau aktivitas fisik terhadap responden hipertensi sehingga dapat

Responden Yang Berusia 40 Tahun Keatas Di Kecamatan Kalasan, Sleman, D.I.Y Faktor Usia dan Merokok memperoleh hasil proporsi prevalensi hipertensi di Kecamatan Kalasan dari

Mengobservasi perbedaan prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi yang disebabkan faktor risiko kesehatan seperti BMI, pola makanan, aktivitas fisik, merokok, alkohol dan