• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (kajian faktor sosio-ekonomi).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (kajian faktor sosio-ekonomi)."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Hipertensi adalah penyakit umum yang didefinisikan sebagai peningkatan terus-menerus tekanan darah arteri, keadaan peningkatan tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan/atau ≥90mmHg diastolik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi perbedaan faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan pekerjaan dan penghasilan terhadap proporsi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Peneliti mengacu pada fenomena ‘rule of halves’. Jenis penelitian adalah observasional analitik, rancangan

cross-sectional, dan lokasi penelitian dipilih secara sampling acak sederhana dengan jenis purposive sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square

dan uji t. Responden penelitian sejumlah 255 orang pada usia ≥40 tahun. Responden penelitian menunjukan 46,67% hipertensi, 35,67% sadar hipertensi, 26,66% melakukan terapi, dan 3,92% tekanan darah terkendali. Berdasarkan faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan ≤SMP 67,1%, pekerjaan indoor 55,7%, penghasilan ≤UMR 79,6%. Hasil uji chi-square faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan tidak memiliki perbedaan bermakna terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan dengan nilai p>0,05. Pada analisis karakteristik responden variabel jenis kelamin, dan pekerjaan terdapat perbedaan bermakna dengan tekanan darah sistolik yaitu nilai p<0,05.

(2)

ABSTRACT

Hypertension is a common disease defined as a persistent increase

in arterial blood pressure continuously circumstances ≥140mmHg increase

in systolic blood pressure and/or diastolicblood preasure ≥90mmHg. The purpose of this study was to evaluate differences in socio-economic factors, namely education employment and income to the proportion of the prevalence, awareness, treatment, and control of blood pressure in hypertensive respondents Malang Padukuhan Rejo and Sanggrahan. Evaluate the socio-economic difference factors: education, employment, and income to prevalence, awareness, treatmen, and control of blood pressure in hypertensive respondents in Malang Rejo and Sanggrahan village. This research refer to phenomenon of ‘rule of halves’. This study was observational, cross-sectional design, and simple random sampling with purposive sampling. Analysis using chi -square and t-tests. The number of respondents 255 people, were aged ≥40 years.

This research showed that 46.57% of respondents with hypertension, 35.67% were aware of hypertension, 26.66% do therapy, and 3.92% of control blood pressure. Based on socio-economic factors,

education ≤SMP 67.1%, 55.7% indoor work, and earnings ≤UMR 79.6%. Chi-square test results of socio-economic factors: namely education, employment, and income do not have significant differences in the prevalence, awareness, treatment, and control of blood pressure of hypertensive in the Wedomartani village with a value of p>0.05. In characteristics analysis of respondents variables gender, and employment there are significant differences in systolic blood pressure value p<0.05.

(3)

PREVALENSI, KESADARAN, TERAPI, DAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH RESPONDEN HIPERTENSI DI DESA WEDOMARTANI, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA

(KAJIAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Fajar Risda Astuti

NIM : 118114165

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

PREVALENSI, KESADARAN, TERAPI, DAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH RESPONDEN HIPERTENSI DI DESA WEDOMARTANI, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA

(KAJIAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Fajar Risda Astuti

NIM : 118114165

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

Tuhan jadikan semua indah pada waktunya Tuhan tidak akan terlambat

Juga tidak akan lebih cepat

Pengkotbah 3:11a

Haturkanlah kekhawatiranmu kepada Tuhan dan percayalah Yesus selalu bersama dikau di setiap proses yang engkau lakukan

“Tuhan selalu menyertai kita. Jangan

takut!”

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Papah dan Mamah Tercinta

Adik ku sayang Lia and Uyo

(8)

v PRAKATA

Puja dan puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena penyertaan dan kasih karunia-Nya, skripsi yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi Di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (Kajian Faktor Sosio-Ekonomi)” telah diselesaikan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Keberhasilan dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang selalu mendukung pada proses penyusunan skripsi. Maka, dengan kerendahan hati saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma yang telah mendukung selama proses penelitian.

2. Bapak Kepala Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dengan pengambilan data pada masyarakat di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan.

3. Masyarakat Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan atas kesediaannya dalam mengikuti penelitian ini sebagai responden.

4. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, memberikan saran, dan semangat dari awal, hingga terselesaikannya skripsi.

5. Ibu Dita Maria Virginia, S. Farm., Apt., M.Sc. dan Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan dukungan serta bimbingan hingga terselesaikannya skripsi. 6. Papa dan Mama yang selalu memberikan dukungan secara jasmani, rohani,

dan kasih sayang sehingga terselesaikannya skripsi.

(9)

vi

8. Keluarga besar mama, papa yang saya kasihi, telah memberikan dukungan secara jasman, rohani, dan semangat yang diberikan sehingga terselesaikannya skripsi.

9. Kak Thomas Catur Yanuarto S.Farm., Apt., yang selalu mengingatkan segera menyelesaikan skripsi dan meluangkan waktu untuk membantu peneliti. 10. Kak Ignasius Kuncarli S.Farm., Apt., yang selalu memberikan pengarahan,

masukan, dukungan, dan semangat kepada peneliti.

11. Wirna Niki Suprobo yang selalu menemani, dan membantu peneliti dalam kesulitan, memberikan dukungan, dan semangat kepada peneliti.

12. Rizki Seviana Puspitasari yang selalu menemani, membantu peneliti dalam kesulitan, memberikan dukungan, dan semangat kepada peneliti.

13. Mas Dwi dan Mas Narto yang telah mendukung dalam proses perizinan untuk mengerjakan skripsi dari awal hingga skripsi terselesaikan.

14. Seluruh dosen, laboran, karyawan yang sudah membantu, dan mendukung dalam proses perkuliahan maupun praktikum berlangsung.

15. Teman-teman seperjuangan Monica Oktavia B. dan Dian Kurnia Sari atas kebersamaan dan kerjasamanya.

16. Seluruh almamater Universitas Sanata Dharma Fakultas Farmasi Angkatan 2011.

17. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu dalam proses perkuliahan dan penyusunan skripsi.

Pada penyusunan skripsi ini peneliti sadar akan kekurangan yang ada pada penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Peneliti juga berharap kiranya karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Salam sehat, sejahtera, terima kasih dan Tuhan memberkati kita semua.

(10)
(11)
(12)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

C. Kesadaran Terhadap Hipertensi ... 10

(13)

x

1. Terapi non-farmakologi ... 11

2. Terapi farmakologi ... 11

E. Pengendalian Tekanan Darah ... 13

F. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Hipertensi ... 13

1. Faktor usia ... 13

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 23

B. Variabel Penelitian ... 23

C. Definisi Operasional... 24

D. Subjek Penelitian ... 27

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 27

G. Teknik Pengambilan Sampel ... 29

(14)

xi

I. Tata Cara Penelitian ... 30

1. Observasi awal ... 30

2. Permohonan ijin dan kerjasama ... 31

3. Pembuatan informed consent ... 31

4. Validitas dan reabilitas instrumen penelitian ... 32

5. Seleksi dan penetapan calon responden ... 33

6. Pengukuran Tekanan Darah ... 34

7. Penjelasan hasil pemeriksaan ... 34

8. Pengelompokan dan pengolahan data ... 34

a. Editting ... 35

b. Coding ... 35

c. Entry ... 35

d. Cleaning ... 35

J. Analisis Data Penelitian ... 35

K. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian ... 37

1. Kesulitan penelitian ... 37

2. Kelemahan penelitian ... 37

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi ... 41

B. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi ... 43

1. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Prevalensi Hipertensi ... 43

2. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Kesadaran Hipertensi ... 45

3. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Terapi ... 46

4. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Tekanan Darah Terkendali ... 48

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

(15)

xii

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN ... 56

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Beberapa Penelitian Yang Terkait Dengan Penelitian ... 6 Tabel II. Klasifikasi Hipertensi Menurut The European Society of Hypertension (ESH) and of The European Society of Cardiologi (ESC) ... 9 Tabel III. Definisi Operasional Penelitian ... 24 Tabel IV. Profil Mean, SD (standard deviation), dan Median

Responden Padukuhan Malangr Rejo dan Sanggrahan ... 39 Tabel V. Karakteristik Responden Padukuhan Malang Rejo dan

Sanggrahan ... 39 Tabel VI. Profil Perbedaan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik

Terhadap Jenis Kelamin, Usia, dan Faktor Sosio-Ekonomi

Responden di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan ... 41 Tabel VII. Profil Obat Antihipertensi yang digunakan Responden Terapi 42 Tabel VIII. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Prevalensi

Hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan ... 43 Tabel IX. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Kesadaran

Hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan ... 45 Tabel X. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Terapi di

Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan ... 47 Tabel XI. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Tekanan

(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Profil Responden Berdasarkan Fenomena

Rule of Halves‟ ... 17

Gambar 2. Ruang Lingkup Penelitian di Padukuhan Malang Rejo dan

Sanggrahan ... 28

Gambar 3. Alur Teknik Pengambilan Sampel ... 29

Gambar 4. Alur Tata Cara Penelitian Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan

Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi di Desa Wedomartani,

Kabupaten Sleman, Yogyakarta: Kajian Faktor Sosio-Ekonomi ... 31

Gambar 5. Rumus Coefficient of Variation (CV) ... 33

Gambar 6. Bagan Hipotesis Penelitian ... 36

Gambar 7. Bagan Profil Subyek Penelitian Prevalensi, Kesadaran, Terapi,

dan Pengendalian Tekanan Darah responden Hipertensi Berdasarkan

(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 57

Lampiran 2. Ethical Clearence ... 60

Lampiran 3. Informed Consent ... 61

Lampiran 4. Case Report Form (CRF) ... 65

Lampiran 5. Pedoman Wawancara Berdasarkan Case Report Form (CRF) .. 66

Lampiran 6. Surat Keterangan Pelatihan Penggunaan Sphygmomanometer Digital ... 68

Lampiran 7. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian ... 69

Lampiran 8. Sertifikat Peneraan Timbangan Berat Badan ... 71

Lampiran 9. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengukuran Tekanan Darah ... 73

(19)

xvi INTISARI

Hipertensi adalah penyakit umum yang didefinisikan sebagai peningkatan terus-menerus tekanan darah arteri, keadaan peningkatan tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan/atau ≥90mmHg diastolik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi perbedaan faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan pekerjaan dan penghasilan terhadap proporsi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Peneliti mengacu pada fenomena „rule of halves‟. Jenis penelitian adalah observasional analitik, rancangan

cross-sectional, dan lokasi penelitian dipilih secara sampling acak sederhana dengan jenis purposive sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square

dan uji t. Responden penelitian sejumlah 255 orang pada usia ≥40 tahun. Responden penelitian menunjukan 46,67% hipertensi, 35,67% sadar hipertensi, 26,66% melakukan terapi, dan 3,92% tekanan darah terkendali. Berdasarkan faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan ≤SMP 67,1%, pekerjaan indoor 55,7%, penghasilan ≤UMR 79,6%. Hasil uji chi-square faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan tidak memiliki perbedaan bermakna terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan dengan nilai p>0,05. Pada analisis karakteristik responden variabel jenis kelamin, dan pekerjaan terdapat perbedaan bermakna dengan tekanan darah sistolik yaitu nilai p<0,05.

(20)

xvii

ABSTRACT

Hypertension is a common disease defined as a persistent increase

in arterial blood pressure continuously circumstances ≥140mmHg increase

in systolic blood pressure and/or diastolicblood preasure ≥90mmHg. The purpose of this study was to evaluate differences in socio-economic factors, namely education employment and income to the proportion of the prevalence, awareness, treatment, and control of blood pressure in hypertensive respondents Malang Padukuhan Rejo and Sanggrahan. Evaluate the socio-economic difference factors: education, employment, and income to prevalence, awareness, treatmen, and control of blood pressure in hypertensive respondents in Malang Rejo and Sanggrahan village. This research refer to phenomenon of „rule of halves‟. This study was observational, cross-sectional design, and simple random sampling with purposive sampling. Analysis using chi -square and t-tests. The number of respondents 255 people, were aged ≥40 years.

This research showed that 46.57% of respondents with hypertension, 35.67% were aware of hypertension, 26.66% do therapy, and 3.92% of control blood pressure. Based on socio-economic factors,

education ≤SMP 67.1%, 55.7% indoor work, and earnings ≤UMR 79.6%. Chi-square test results of socio-economic factors: namely education, employment, and income do not have significant differences in the prevalence, awareness, treatment, and control of blood pressure of hypertensive in the Wedomartani village with a value of p>0.05. In characteristics analysis of respondents variables gender, and employment there are significant differences in systolic blood pressure value p<0.05.

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan silent killer karena gangguan pada tahap awal adalah asimtomatis, tetapi dapat mengakibatkan kerusakan yang permanen pada organ vital. Vasokontriksi pembuluh darah yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kerusakan pada ginjal, otak, dan jantung serta dapat mengalami kerusakan yang permanen (Baradeo, 2005). Pada umumnya hipertensi sering dialami oleh masyarakat pada usia di atas 40 tahun. Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah pada pembuluh darah meningkat secara kronis. Apabila tidak segera ditangani hipertensi dapat merusak fungsi organ-organ vital lainnya seperti jantung dan ginjal (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Berdasarkan American Heart Association (AHA), penyakit hipertensi pada penduduk Amerika yang berusia di atas 20 tahun mencapai 75,5 juta jiwa. Sedangkan di Indonesia gambaran penyandang hipertensi pada tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis individu secara nasional sebesar 25,8%. Penduduk Indonesia saat ini 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menyandang hipertensi (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

(22)

besar propinsi dengan kasus hipertensi terbanyak setelah Jawa Timur, Bangka Belitung, Jawa Tengah dan Sulawesi Tengah. Pada data Riskesdas tahun 2010, menunjukkan bahwa kasus hipertensi di Provinsi DIY mencapai 35,8% di atas rata-rata seluruh Indonesia yaitu 31,7% (Sarminto, 2012).

Hasil yang diperoleh melalui pencatatan dan pelaporan rutin dari Rumah Sakit di DIY melalui Dinas Kesehatan DIY tahun 2011, analisis tiga tahun terakhir dari data di seluruh RS DIY menunjukan, penyakit-penyakit kardiovaskular seperti jantung, stroke, hipertensi menempati urutan paling tinggi penyebab kematian. Hipertensi tidak hanya menempati urutan tertinggi penyebab kematian karena dari tahun ke tahun jumlah kematian semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penyandang hipertensi sebagaimana laporan yang diperoleh dari RS di DIY tahun 2011. Hipertensi juga masuk ke dalam tiga besar penyakit yang didiagnosa pada pasien rawat jalan di puskesmas sesuai dengan laporan sistem surveilans terpadu yaitu: influenza, diare, dan hipertensi (Sarminto, 2012).

(23)

Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap hipertensi bukanlah fenomena baru, „rule of halves‟ dapat dipahami dengan menunjukan bahwa setengah pasien yang tidak diketahui terkena hipertensi, setengah pasien yang diketahui hipertensi namun tidak menjalani terapi, dan setengah dari mereka yang menjalani terapi namun tekanan darah tidak terkendali (Rao dan Daniel, 2014).

Tujuan umum terapi hipertensi adalah pengurangan morbiditas dan mortalitas pada penyakit ginjal, dan kardiovaskular dengan fokus pada pengendalian tekanan darah sistolik, karena kebanyakan pasien akan mencapai tekanan darah diastolik yang terkontrol apabila tekanan darah sistolik tercapai. Terlepas dari terapi atau perawatan, hipertensi dapat terkontrol hanya jika pasien termotivasi untuk tetap melanjutkan terapi secara rutin (Dipiro et al, 2009).

Pengendalian tekanan darah dilakukan pada penyandang hipertensi yang telah didiagnosis hipertensi dan dengan tekanan darah yang terkendali yaitu dengan tekanan darah sistolik <140 mmHg dan diastolik <90 mmHg (Mancia et al, 2013). Penyakit hipertensi pada umumnya tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan hingga batas normal. Pengendalian tekanan darah merupakan hal terpenting yang perlu di perhatikan pada penyandang hipertensi untuk meminimalkan terjadinya komplikasi (Sunanto, 2009).

(24)

seseorang tentang kesehatan, dan akan meningkatkan kualitas hidup seseorang agar selalu memperhatikan serta berusaha mempertahankan perubahan keadaan yang terjadi pada dirinya sendiri (Chandra, 2006). Risiko komplikasi hipertensi lebih besar terjadi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan, dan penghasilan yang rendah (Rahajeng dan Tuminah, 2009).

Rendahnya jumlah penghasilan dan pekerjaan yang penuh dengan tekanan dapat meningkatkan insidensi hipertensi. Pekerjaan yang penuh dengan tekanan (rasa tertekan, murung, rasa marah, rasa takut, rasa bersalah) merupakan pemicu stres. Stres dapat merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memacu jantung agar berdenyut lebih cepat serta lebih kuat sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Stres merupakan salah satu penyebab utama hipertensi yang diakibatkan rutinitas pekerjaan dan penghasilan yang rendah (Tambayong, 2000).

Berdasarkan uraian di atas tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui proporsi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi kajian sosio-ekonomi yaitu pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Peneliti juga ingin melihat perbedaan faktor sosio-ekonomi seperti pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan, Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

(25)

Tingkat pendidikan dan penghasilan yang rendah menjadikan masyarakat kurang peduli akan kesehatan. Masyarakat tidak mampu melakukan terapi dan pengendalian tekanan darah dengan memeriksakannya secara rutin kepada sarana tenaga kesehatan karena masalah biaya yang mahal. Kurangnya informasi kesehatan pada masyarakat Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan terkait hipertensi.

Data penduduk Padukuhan Malang Rejo, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta berdasarkan catatan kependudukan pada tahun 2014. Padukuhan Malang Rejo memiliki 6 Rukun Tetangga (RT), 3 Rukun Warga (RW), dan 302 Kepala Keluarga (KK). Total penduduk sebanyak 1341 orang, 689 laki-laki, 652 perempuan, dan usia penduduk dewasa ≥40 tahun sebanyak 326 orang.

Data penduduk Padukuhan Sanggrahan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta berdasarkan catatan kependudukan terakhir pada tahun 2013. Padukuhan Sanggrahan memiliki 5 Rukun Tetangga (RT), 2 Rukun Warga (RW), dan 261 Kepala Keluarga (KK). Total penduduk sebanyak 827 orang, 384 laki-laki, 443 perempuan, dan usia penduduk dewasa ≥40 tahun sebanyak 263 orang.

1. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian yang tercantum dalam latar belakang, maka permasalahan yang diangkat oleh penulis sebagai berikut:

(26)

Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta?

b. Apakah terdapat perbedaan faktor sosio-ekonomi seperti, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

2. Keaslian penelitian

Sepanjang penelusuran yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini belum pernah dilaksanakan di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Adapun penelitian yang terkait dengan penelitian sebagai berikut:

Tabel I. Beberapa Penelitian Yang Terkait Dengan Penelitian

Judul Hasil Persamaan

dengan

Proporsi hipertensi pada wanita meningkat dengan bertambahnya usia. Hipertensi berhubungan bermakna dengan sosial ekonomi (pendidikan,

(27)

Lanjutan Tabel I.

Judul Hasil Persamaan

dengan

Prevalensi hipertensi pada kulit hitam lebih tinggi dibandigkan kulit putih 32,8% berbanding 21,1%, p=0,001. Prevalensi hipertensi pada penduduk kelahiran asing yang tinggal selama 10 tahun di Amerika Serikat lebih rendah dibandingkan penduduk yang tinggal di Amerika serikat kurang dari 10 tahun yaitu 20,0% berbanding 27,5%, p=0,05. Prevaelnsi hipertensi 83,0% terdiagnosis hipertensi, 72,7 melakukan terapi, dan 47,1% tekanan darah

Responden 141892 orang usia ≥18 tahun. Prevalensi pada laki-laki lebih besar dibandingkan perempua yaitu laki-laki 23% dan perempuan 18%, sadar akan hipertensi 24%, melakuakn terapi 78% dan tekanan

(28)

b. Manfaat praktis. Hasil penelitian prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi kajian faktor sosio-ekonomi dapat bermanfaat bagi penyandang hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, yang memiliki tekanan darah tinggi untuk melakukan terapi dan pengontrolan terhadap tekanan darah secara rutin.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengevaluasi kejadian hipertensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

a. Mengevaluasi proporsi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

(29)

9 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A.Hipertensi

1. Definisi hipertensi

Hipertensi adalah penyakit umum yang didefinisikan sebagai peningkatan terus-menerus tekanan darah arteri. Peningkatan tekanan darah (TD) diidentifikasikan sebagai salah satu faktor risiko yang paling signifikan untuk penyakit kardiovaskular (Dipiro et al, 2009).

2. Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi hipertensi sebagai anjuran frekuensi pemeriksaan tekanan darah sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel II. Klasifikasi Hipertensi Menurut The European Society of Hypertension (ESH) and of The European Society of Cardiologi (ESC)

Katagori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal <120 dan/atau <80

Normal 120-129 dan/atau 80-84

High normal 130-139 dan/atau 85-89

Hipertensi tahap 1 140-159 dan/atau 90-99

Hipertensi tahap 2 160-179 dan/atau 100-109

Hipertensi tahap 3 ≥180 dan/atau ≥110

Hipertensi terisolasi sistolik ≥140 dan/atau <90 (Mancia et al, 2013).

B.Prevalensi Hipertensi

(30)

hampir sama dengan penyakit lain sehingga sering disebut dengan silent disease

karena, tidak dapat dipastikan secara pasti dan baru dapat disadari apabila telah mengganggu organ vital lain seperti penyakit kardiovaskular dan stroke. Biasanya penyakit hipertensi ini diketahui secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan kesehatan atau dengan keluhan lain (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Selain usia dan jenis kelamin hipertensi dapat terjadi oleh faktor lain. Perilaku tidak sehat diantaranya, kebiasaan merokok (aktif/pasif), obesitas, depresi karena rendahnya status pekerjaan, rendahnya pendapatan, dan kurangnya beraktivitas fisik dapat meningkatkan angka kejadian hipertensi (Basha, 2004).

C.Kesadaran Terhadap Hipertensi

Kesadaran merupakan keadaan seseorang sadar tentang dirinya dan lingkungannya sehingga daya ingat, perhatian, dan orientasinya mencakup ruang, waktu, dan orang dalam keadaan baik (Sunaryo, 2004). Kurangnya kesadaran pada masyarakat mengenai pentingnya mengecek tekanan darah sangat rendah. Akibatnya penyakit yang tidak diketahui secara pasti gejalanya ketika melakukan pemerikasaan tekanan darahnya ternyata termasuk hipertensi. Berdasarkan

(31)

D.Penatalaksanaan Terapi Hipertensi

Tujuan penatalaksanaan terapi hipertensi adalah untuk meminimalkan morbiditas dan mortalitas penyandang hipertensi. Morbiditas dan mortalitas ini berhubungan dengan kerusakan organ target yang meliputi penyakit ginjal, kardiovaskular, gagal jantung sampai terjadinya stroke. Mengurangi risiko tetap menjadi tujuan utama dari terapi hipertensi dan pemilihan terapi obat yang spesifik secara signifikan berdampak pada penurunan risiko kerusakan organ vital yaitu ginjal, kardiovaskular (Dipiro et al, 2009).

1. Terapi non-farmakologi

Terapi non-Farmakologi menurut Dipiro, 2009 sebagai berikut:

a. Menurunkan berat badan bagi penderita yang overweight dan obese: menjaga berat badan agar tetap normal (BMI 18,5-24,9 kg/m2).

b. Konsumsi buah-buahan, sayuran, dan produk susu rendah lemak (kandungan lemak total dan lemak jenuh rendah).

c. Mengurangi konsumsi garam, idealnya sodium 1,5g/hari atau sodium klorida 3,8g/hari.

d. Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90mmol/hari).

e. Aktivitas fisik seperti aerobik secara teratur selama minimal 30 menit setiap hari.

2. Terapi farmakologi

(32)

inhibitor (ACEi), Angiotensin II Receptor Blocker (ARB), dan Calcium Chanel Blocker (CCB) (Dipiro, 2009).

a. Diuretik yang sub golongan utama pada diuretik ini adalah tiazid diantaranya chlorthalidone, hydrochlorothiazide, indapamide, metolazone. Mekanisme kerja tiazid menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat co-trans-porter Na+/Cl- pada awal tubulus disdal ginjal sehingga reabsorpsi Na+/Cl- serta meningkatkan volume urin dan ekskresi natrium (Nugroho, 2012).

b. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEi) diantaranya benazepril, captopril, enalapril, lisonofil, ramipril. Mekanisme kerja golongan ACEi menghambat pembentukan angiotensin II dari perkusor angiotensi I yang inaktif secara kompetitif sehingga aldosteron tidak disekresikan. Aldosteron merupakan senyawa yang dapat meningkatkan peningkatan volume darah yang menyebabkan resistensi vaskuler (Nugroho, 2012).

c. Angiotensin Receptor Blockers (ARBs) diantaranya candesartan, eprosartan, losartan, valsartan. Mekanisme kerja golongan ARBs dengan cara mengeblok secara langsung reseptor angiotensin II sehingga angiotensin II tidak dapat berikatan agonis dan tidak menstimulasi efek vasokontriksi, tidak terjadi retensi sodium dan air (Dipiro, 2009).

(33)

kanal ion kalsium (voltage-gated calcium channels) pada pembuluh darah dan otot jantung sehingga, mengakibatkan penurunan ion kalsium dalam intraselular dan menyebabkan penurunan kontraksi otot polos yang menimbulkan vasodilatasi (Nugroho, 2012).

E.Pengendalian Tekanan Darah

Penyakit hipertensi pada umumnya tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan hingga batas normal (Sunanto, 2009). Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar dapat mengalir dalam pembuluh darah dan beredar mencapai seluruh jaringan tubuh. Darah yang beredar keseluruh jaringan tubuh berfungsi sebagai media pengangkut oksigen serta zat-zat yang diperlukan oleh tubuh (Gunawan, 2001). Pengendalian tekanan darah merupakan hal terpenting yang dilakukan pada penyandang hipertensi untuk meminimalkan terjadinya komplikasi. Cara bijaksana mengendalikan hipertensi, yaitu dengan melakukan terapi antihipertensi yang taat, kontrol pada tenaga kesehatan, dan mengatur pola hidup sehat (Sunanto, 2009). Tekanan darah terkendali adalah <140mmHg sistolik dan/atau <90mmHg diastolik (Mancia et al, 2013).

F. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hipertensi 1. Faktor usia

Bertambahnya usia tidak dapat dihindari oleh siapapun. Menurut Joint National Committee on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of

(34)

disebabkan oleh faktor usia lanjut antara lain lebih dari setengah penderitanya berusia 60-69 tahun dan sekitar tiga perempat usia 70 tahun bahkan lebih tua. Pada usia ini berkaitan dengan kenaikan tekanan darah sistolik terutama meningkatnya angka insidensi dan prevalensi terhadap hipertensi. Dinding arteri pada usia di atas 45 tahun akan mengalami penebalan akibat penumpukan zat kolagen pada lapisan otot hal tersebut dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan kakunya pembuluh darah (Kumar, 2005). Pada umumnya hipertensi pada pria terjadi di usia 31 tahun dan 45 tahun pada wanita (Dalimartha, 2008).

2. Faktor jenis kelamin

(35)

dapat memicu terjadinya hipertensi. Namun hipertensi tidak hanya disebabkan menopause karena ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya hipertensi (Gunawan, 2011).

3. Faktor sosio-ekonomi

Faktor sosio-ekonomi seperti pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan dapat dimasukan kedalam faktor risiko terjadinya hipertensi. Tingkat pendidikan yang rendah, penghasilan rendah, dan pekerjaan yang berat dan penuh tekanan dari atasan maupun rekan kerja dapat memicu stres dan akan menyebabkan hipertensi (Tambayong, 2000).

a. Pendidikan. Rendahnya pendidikan dapat dikaitkan dengan tingkat yang lebih rendah terhadap kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah penyandang hipertensi (Chow, 2014). Masyarakat dengan pendidikan yang tinggi akan semakin baik pengetahuan kesehatannya (Chandra, 2006). Tingkat pendidikan berhubungan pada kemampuan menerima dan menyerap informasi kesehatan dari media masa dan tenaga kesehatan. Kasus kematian banyak terjadi pada masyarakat diakibatkan rendahnya tingkat pendidikan (Dinas Kesehatan RI, 2012).

b. Pekerjaan. Kesadaran pada jenis pekerjaan indoor lebih tinggi dibandingkan dengan outdoor. Panyandang hipertensi dengan jenis pekerjaan indoor lebih sering mendapatkan informasi kesehatan dari tenaga kesehatan dibandingkan dengan jenis pekerjaan outdoor (Marliani, 2007).

(36)

yang diberikan sudah melampaui batas, hal ini dapat memicu stres pada seseorang (Marliani, 2007). Rutinitas pekerjaan dapat memicu stres. Stres adalah suatu tekanan fisik maupun psikis atau kejadian yang tidak menyenangkan pada diri dan lingkungan. Stres yang berlangsung terus-menerus membuat seseorang sulit untuk dapat mengatasinya secara efektif dan apabila berkepanjangan, akan menyebabkan tekanan darah akan bertahan pada tingkat tinggi. Maka pada situasi seperti ini mengelola stres dan mengurangi stres sangat dibutuhkan (Marliani, 2007). Sifat ambisius, suka bersaing, tidak pernah lelah dalam bekerja, selalu dikejar waktu, dan rasa tidak puas dapat menimbulkan hipertensi (Sarwoyo dan Hendarwo, 2002).

(37)

psikologis seseorang yang berkaitan dengan lingkungan kerja (Rahajeng dan Tuminah, 2011).

c. Penghasilan. Penghasilan yang rendah dapat meningkatan prevalensi hipertensi, dan rendah pengendalian tekanan darah terhadap penyandang hipertensi. Penghasilan yang rendah menunjukan ekonomi rendah, status sosial yang rendah, dan menjadikan seseorang sulit untuk memeriksakan kesehatannya pada sarana tenaga kesehatan. Tingkat penghasilan berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup serta melakukan terapi yang semestinya dilakukan secara rutin agar tekanan darah dapat terkendali (Gunawan, 2001). Angka kejadian hipertensi akan bertambah jika penghasilan yang diperoleh rendah karena, kurangnya kesadaran pada penyandang hipertensi untuk melakukan terapi dan pengontrolan tekanan darah secara rutin (Tambayong, 2000).

G.Fenomena Rule of Halves Hypertension

(Rao dan Daniel, 2014).

Gambar 1. Bagan Profil Responden Berdasarkan Fenomena ‘Rule of Halves

(38)

Kurangnya kesadaran terhadap hipertensi bukanlah fenomena baru: „rule of halves‟ dapat dipahami dengan menunjukan bahwa setengah pasien yang tidak diketahui hipertensi, setengah pasien yang diketahui hipertensi namun tidak menjalani terapi, dan setengah dari mereka menjalani perawatan hipertensi dan tekanan darah tidak terkendali (Rao dan Daniel, 2014).

H.Pengukuran Tekanan Darah

Instrumen yang digunakan untuk mengukur tekanan darah adalah

sphygmomanometer. Sphygmomanometer memiliki tiga jenis yaitu

sphygmomanometer neraca, sphygmomanometer aneroid, dan sphygmomanometer

digital. Pada masyarakat sphygmomanometer raksa dianggap alat pengukur tekanan darah yang paling akurat untuk mengukur tekanan darah. Cara penggunaan sphygmomanometer digital lebih mudah dibandingkan dengan

sphygmomanometer raksa dan dapat digunakan tanpa bantuan orang lain untuk melakukan pengukuran tekanan darah (Lingga, 2012).

Sphygmomanometer digital pada masyarakat dianggap kurang akurat hasilnya, namun beberapa studi mengatakan bahwa sphygmomanometer digital memiliki akurasi yang tinggi dan dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah secara mandiri tanpa bantuan orang lain dan tenaga kesehatan (Lingga, 2012).

I. Profil Tempat Penelitian

(39)

metode simple random samplig (sampling acak sederhana) yaitu dengan cara undian. Simple random sampling yaitu pengambilan sampel anggota populasi yang dilakukan secara acak, setiap elemen populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel (Sugiyono, 2001). Kabupaten Sleman memiliki 17 kecamatan diperoleh Kecamatan Ngemplak. Kecamatan Ngemplak Memiliki 5 Desa dan diperoleh Desa Wedomartani. Desa Wedomartani memiliki 25 padukuhan diperoleh Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Hasil pemilihan tempat penelitian yang diperoleh yaitu, di Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kecamatan Ngemplak, Desa Wedomartani, Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan.

1. Penduduk Padukuhan Malang Rejo

Berdasarkan Rekapitulasi Pendataan Desa Wedomartani Tahun 2014, Padukuhan Malang Rejo memiliki 4 Rukun Warga (RW), 8 Rukun Tetangga (RT) dan 302 Kepala Keluarga (KK). Jumlah keseluruhan penduduk adalah 1341 orang dengan 689 laki-laki dan 652 perempuan. Jumlah penduduk dengan usia ≥40 tahun adalah sebanyak 326 orang.

2. Padukuhan Sanggrahan

(40)

J. Landasan Teori

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah arteri seseorang mengalami peningkatan terus-menerus (Dipiro et al, 2009). Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia (Gunawan, 2001). Hipertensi ditunjukan dengan nilai tekanan darah ≥140 mmHg sistolik dan/atau ≥90 mmHg diastolik (Mancia et al, 2013). Penyebab tekanan darah meningkat adalah karena peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan retensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah (Kurniawan, 2002). Kesadaran adalah keadaan seseorang mengetahui keadaan dirinya, perhatian dan peduli tentang keadaan yang dialami oleh dirinya. Pengetahuan yang dimiliki pada masyarakat akan meningkatkan kesadaran pasien terhadap hipertensi untuk melakukan terapi dan mencapai tekanan darah yang terkontrol (Sunaryo, 2004). Tujuan umum terapi hipertensi adalah pengurangan morbiditas dan mortalitas pada penyakit ginjal dan kardiovaskular (Dipiro et al, 2009). Penyakit hipertensi pada umumnya tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan hingga batas normal. Pengendalian tekanan darah merupakan hal terpenting yang dilakuakan pada penyandang hipertensi untuk meminimalkan terjadinya komplikasi (Sunanto, 2009). Tekanan darah terkendali yaitu <140 mmHg sistolik dan <90 mmHg diastolik (Mancia et al, 2013).

(41)

tingkat pendidikan rendah dibandingkan pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi. Rendahnya pendidikan dapat dikaitkan dengan tingkat yang lebih rendah terhadap kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah (Chandra, 2006). Rutinitas pekerjaan yang penuh dengan tekanan dari atasan dan teman kelompok kerja dapat memicu stres dan menyebabkan hipertensi hal ini menyebabkan meningkatnya prevalensi hipertensi (Gunawan, 2001). Pengetahuan terkait kesehatan pada jenis pekerjaan indoor lebih tinggi dibandingkan pada jenis pekerjaan outdoor hal ini terkait informasi yang diperoleh (Marliani, 2007). Kemiskinan disebabkan kurangnya penghasilan yang mengakibatkan seseorang tidak sadar dan tidak peduli pada pengeluaran terkait pendidikan dan kesehatan karena biaya yang mahal (Stalker, 2008). Penghasilan yang rendah menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan asupan gizi yang diperlukan bagi tubuh, melakukan terapi dan kontrol tidak rutin pada tenaga kesehatan menyebabkan meningkatnya prevalensi hipertensi (Gunawan, 2001).

Pada penelitian ini untuk melihat gambaran adanya faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Populasi keseluruan penduduk Malang Rejo dan Sanggrahan pada usia ≥40 tahun sebanyak 595 orang. Penduduk Padukuhan

(42)

K.Hipotesis

(43)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional. Penelitian observasional adalah penelitian dilakukan dengan cara mengamati karakteristik sampel yang dipilih dari satu sampel atau lebih populasi (Swarjana, 2012). Rancangan penelitian cross-sectional merupakan desain penelitian dengan pengumpulan data yang dilakukan pada satu titik waktu atau at one point in time. Penelitian cross-sectional

digunakan untuk menjelaskan status fenomena atau menjelaskan suatu fenomena pada satu titik waktu (Swarjana, 2012). Data dikumpulkan melalui metode wawancara terstruktur menggunakan panduan pertanyaan yang telah disediakan dalam Case Report Form (CRF) (lampiran 4 dan 5), dilakukan pengukuran tekanan darah, dan penjelasan hasil pengukuran tekanan darah kepada responden. Data yang diperoleh akan dianalisis secara statistika dengan bantuan komputer.

B.Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

(44)

2. Variabel tergantung

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi.

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali: Gaya hidup (pola makan, aktivitas fisik/olahraga, konsumsi alkohol, merokok aktif/pasif), usia, jenis kelamin, risiko kardiovaskular, BMI (Body Mass Index).

b. Variabel pengacau tidak terkendali: Interaksi dengan sumber informasi kesehatan, dan terapi non-farmakologi.

C.Definisi Operasional

Tabel III. Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

Penilaian Skala

Usia Responden yang

digunakan yaitu penduduk yang berusia ≥40 tahun.

Wawancara terstruktur.

1=>60 tahun

2=≤60 tahun (binomial) Ordinal

Jenis

(45)

Lanjutan Tabel III

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

Penilaian Skala

Hipertensi Responden hipertensi saat dilakukan pengukuran tekanan ≥140mmHg dan/atau ≥90mmHg.

Responden yang telah melakukan terapi

(46)

Lanjutan tabel III

Pendidikan Pendidikan terakhir yang diselesaikan

Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan

(47)

D. Subjek Penelitian

Populasi target adalah keseluruhan penduduk yang menjadi sasaran akhir pada suatu penelitian (Santana, 2007). Pada penelitian ini populasi targetnya adalah laki-laki/perempuan penduduk dewasa di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Populasi terjangkau adalah sebagian dari keseluruhan populasi target (Santana, 2007). Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah laki-laki/perempuan penduduk dewasa di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan usia ≥40 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Subyek

penelitian pada penelitian ini di sebut responden. Responden penelitian adalah beberapa orang yang bersedia di wawancarai untuk memberikan keterangan secara terstruktur (Juliandi, 2014). Kriteria inklusi adalah responden laki-laki dan perempuan usia ≥40 tahun penduduk Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Kriteria eksklusi adalah responden yang tidak bersedia menandatanganni informed consent, tidak mengikuti keseluruhan proses penelitian, dan wanita hamil.

E.Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan menggunakan simple random sampling

(sampling acak sederhana). Cara pengambilan sampling acak sederhana yang dilakukan yaitu, undian dan diperoleh Kecamatan Ngemplak, Desa Wedomartani, Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Penelitian berlangsung pada bulan Maret - April 2015.

F. Ruang Lingkup Penelitian

(48)

Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta: Kajian Faktor Sosio-Ekonomi”. Penelitian ini dilakukan secara berkelompok dengan jumlah 3 orang. Pada penelitian ini peneliti menggunakan 2 Padukuhan yaitu, Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan dengan kajian faktor yang berbeda pada setiap orang. Pada kajian faktor gaya hidup sehat yang di bahas adalah kebiasaan merokok aktif/pasif, mengkonsumsi alkohol, mengatur pola makan, dan aktivitas fisik, kajian faktor risiko usia, jenis kelamin, adanya penyakit keturunan kardiovaskular, dan Body Mass Index (BMI), serta faktor kajian sosio-ekonomi yaitu, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan.

Gambar 2. Ruang lingkup Penelitian di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan

Faktor usia, jenis kelamin, BMI, risiko

kardiovaskular

Faktor Gaya Hidup Sehat

Faktor Sosio-Ekonomi Yogyakarta

Kabupaten Sleman

Kecamatan Ngemplak

Padukuhan Malang Rejo dan Padukuhan Sanggrahan

(49)

G.Teknik Pengambilan Sampel

Gambar 3. Alur Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian dilakukan secara non-random yaitu tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Teknik sampling yang digunakan adalah jenis purposive sampling yaitu sampel yang diambil dilakukan dengan pertimbangan khusus yang

Populasi di Padukuhan Malang Rejo dan Padukuhan Sanggrahan sebanyak 2168 orang

Populasi usia ≥40 tahun sebanyak 589 orang

Responden inklusi penelitian 255

Responden yang melakukan terapi antihipertensi sebanyak 68 orang (>30)

Purposive sampling

Simple Random Sampling Yogyakarta

Kabupaten Sleman

Kecamatan Ngemplak

Padukuhan Malang Rejo dan Padukuhan Sanggrahan

(50)

ditentukan oleh peneliti sehingga layak dijadikan sampel. Pertimbangan khususnya adalah untuk memenuhi keperluan analisis, jumlah responden hipertensi yang melakukan terapi adalah sebanyak ˃30 responden sehingga data

diasumsikan berdistribusi normal. Untuk penelitian yang menggunakan analisis data statistik ukuran sampel minimum yang akan diolah adalah sebanyak 30 responden (Budiarto, 2004). Pada penelitian ini peneliti tidak dapat menetapkan jumlah responden, karena penelitian ini dilakukan sampai mendapatkan jumlah responden hipertensi dan melakukan terapi hipertensi sebanyak ˃30 responden.

Total populasi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan sebanyak 2168 orang dan responden yang memiliki usia ≥40 tahun sebanyak 589 orang.

Peneliti melakukan penelitian dengan cara purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Seseorang diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang tersebut yang paling baik untuk dijadikan sampling (Sugiyono, 2013).

H.Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah informed consent,

Case Report Form (CRF), leaflet, alat untuk mengukur tekanan darah berupa

sphygmomanometer digital, timbangan berat badan dan alat ukur tinggi badan.

I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

(51)

2. Permohonan ijin dan kerjasama

Permohonan ijin ditujukan kepada Kepala Padukuhan Malang Rejo dan Kepala Padukuhan Sanggrahan. Permohonan ijin juga peneliti ajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance. Permohonan ijin dilakukan untuk memenuhi etika penelitian menggunakan hasil pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan terhadap manusia dan hasil penelitian dapat di publikasikan.

Gambar 4. Alur Tata Cara Penelitian Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman

Yogyakarta: Kajian Faktor Sosio-Ekonomi

3. Pembuatan informed consent dan leaflet

Informed consent dibuat berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran

(52)

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Leaflet dibuat dari selembar kertas ukuran A4 yang didalamnya berisi informasi mengenai penjelasan tentang penelitian.

4. Validitas dan reabilitas instrumen penelitian

Ketepatan suatu alat ukur sebagaimana fungsinya disebut validitas dan reabilitas dinyatakan dalam nilai CV (coefficient of variation) ≤5% tujuannya

untuk mengetahui pengukuran yang dilakukan mendapat hasil yang konsisten apabila dilakukan pada orang yang sama di waktu yang berbeda (Nisfiannoor, 2009).

Uji validitas dilakukan dengan membandingkan alat ukur tekanan darah pada penelitian yaitu sphygmomanometer digital dengan sphygmomanometer

raksa di puskesmas. Data tekanan darah diperoleh dari lima probandus dengan tekanan darah tinggi dan lima probandus dengan tekanan darah normal. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji t berpasangan dengan taraf kepercayaan 95% untuk melihat apakah terdapat perbedaan bermakna antara

sphygmomanometer digital pada penelitian dan sphygmomanometer raksa pada puskemas. Hasil dikatakan valid jika, tidak terdapat perbedaan bermakna antara sphygmomanometer digital yang digunakan pada penelitian dengan

sphygmomanometer raksa pada puskesmas, nilai p≥α (Lampiran 7).

Uji reabilitas sphygmomanometer digital pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur tekanan darah lima probandus sebanyak lima kali. Hasil pengukuran tekanan darah kemudian di hitung CV (coefficient of variation).

(53)

yang diperoleh dari lima probandus dengan lima kali pengukuran <5% (Lampiran 7).

Rumus :

Gambar 5. Rumus Coefficient of Variation (CV)

Keterangan:

CV = coefficient of variation

s = standard deviation

x = mean

(Chandra, 2009). 5. Seleksi dan penetapan calon responden

Jumlah responden yang dikehendaki pada penelitian ini adalah ˃30

responden hipertensi yang melakukan terapi, sehingga pada awal penelitian ini peneliti tidak menetapkan jumlah responden. Penetapan calon responden dilakukan setelah mendapatkan ijin dari Kepala Padukuhan, Ketua Rukun Tetangga dan Ketua Rukun Warga Malang Rejo dan Sanggrahan. Penelitian dilakukan pada bulan Maret – April 2015 waktu yang dilakukan pada pukul 08.00 – 15.00 WIB, pencarian calon responden dilakukan dengan door to door

serta mengikuti acara perkumpulan penduduk di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Semua calon responden yang bersedia mengikuti penelitian ini diwakili oleh Bapak Kepala Padukuhan untuk mengisi dan menandatangani

informed consent.

(54)

6. Pengukuran tekanan darah

Pengukuran tekanan darah dilakukan pada responden yang bersedia menandatangani informed consent. Pengukuran tekanan darah dilakukan menggunakan sphygmomanometer digital tujuannya untuk menghindari subjektivitas dari peneliti karena dengan menggunakan sphygmomanometer

digital, responden dapat melihat hasil pengukuran secara langsung. Pengukuran tekanan darah yang dilakukan kepada responden dilakukan menurut SOP yang telah dibuat (Lampiran 9).

7. Penjelasan hasil pemeriksaan

Peneliti menjelaskan hasil pengukuran tekan darah kepada responden secara langsung. Responden yang telah diukur tekanan darahnya kemudian dilakukan pengukuran tinggi badan serta penimbangan berat badan dan wawancara terstruktur berdasarkan CRF yang telah disiapkan sebelumnya. Teknik wawancara digunakan agar peneliti dapat langsung bertatap muka dengan responden sehingga pertanyaan lebih terarah dan informasi yang diperoleh lebih lengkap, akurat, dan konsisten, sehingga semua pertanyaan dapat dijawab langsung oleh responden (Gulo, 2010). Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur karena peneliti telah menyiapkan pedoman wawancara yang akan dilakukan pada responden (Juliandi, 2014). 8. Pengelompokan dan pengolahan data

(55)

a. Editing yaitu memeriksa kebenaran dan kelengkapan data yang diperlukan. b. Coding yaitu data yang didapat diklasifikasikan menurut katagori

masing-masing. Untuk faktor sosio-ekonomi dikatagorikan menjadi pendidikan

≤SMP dan ˃SMP, pekerjaan outdoor dan indoor, penghasilan ≤UMR dan

˃UMR. Selanjutnya memberikan kode pada data dengan mengubah

kata-kata menjadi angka.

c. Entry yaitu memasukan data berdasarkan CRF yang telah dikumpulkan ke dalam Program Microsoft Excel.

d. Cleaning yaitu pengecekan ulang data yang sudah dimasukan untuk memastikan bahwa data telah bebas dari kesalahan.

J. Analisis Data Penelitian

(56)

kelompok tersebut memiliki rata-rata yang sama atau tidak. Uji t digunakan untuk menguji data yang terdiri dari dua variabel (Santoso, 2010). Uji Chi-Square

digunakan untuk menguji perbedaan proporsi dua atau lebih kelompok sampel (Santoso, 2010). Pada penelitian ini uji Chi-Square untuk menguji perbedaan proporsi antara faktor sosio-ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan) terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi pada data penelitian yang diperoleh.

Terakhir yang dilakukan adalah uji hipotesis, uji hipotesis digunakan untuk menarik kesimpulan dari data yang telah diperoleh. Uji hipotesis terdapat dua yaitu uji satu arah dan dua arah, pada penelitian ini uji hipotesis yang digunakan adalah uji hipotesis satu arah. Uji hipotesis satu arah adalah uji yang tandingngannya berupa pernyataan hasil data yang diperoleh lebih besar atau lebih kecil (Nisfianoor, 2009).

Gambar 6. Bagan Hiopotesis Penelitian

Hipotesis Ho : P1= P2

H1 : P1 ≠P2; α<0,05

Sosio-ekonomi (Pendidikan, Pekerjaan,

Penghasilan)

Prevalensi (H1)

Kesadaran (H2)

Terapi (H3)

(57)

1. Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian

P1 = Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi dengan pendidikan terakhir ≤SMP, pekerjaan indoor, penghasilan ≤UMR.

P2 = Proporsi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden dengan pendidikan >SMP, pekerjaan outdoor dan penghasilan >UMR.

K.Kesulitan dan Kelemahan Penelitian 1. Kesulitan penelitian

a. Sulit mendapatkan responden di lapangan.

b. Sifat responden yang tertutup tidak terbuka dalam memberikan informasi. c. Keterbatasan peneliti dalam berkomunikasi dengan responden yang

menggunakan bahasa daerah.

d. Menyesuaikan waktu responden dengan peneliti yang pada awalnya belum mengetahui waktu yang efektif untuk mengambil data.

2. Kelemahan penelitian

a. Pengukuran tekanan darah pada responden hanya dilakukan satu waktu. b. Peneliti tidak mengetahui kegiatan responden sebelumnya yang dapat

(58)

38 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan di Yogyakarta, Kabupaten Sleman melalui metode

simple random sampling diperoleh Kecamatan Ngemplak, Desa Wedomartani, Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Jumlah responden yang digunakan adalah sebanyak 255 orang. Pada hasil analisis menunjukan bahwa data tidak berdistribusi normal. Maka peneliti mengacu pada teorema limit pusat yaitu, jumlah data yang ≥30 data diasumsikan berdistribusi normal (Spiegel, 2004).

Tabel IV. Profil Mean, SD (standard deviation), Median Responden Penelitian di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan

Variabel Mean±SD Median

Usia 51±10,5 48 tahun

BMI 23±23,6 22,3

Tekanan Darah

Sistolik (mmHg) 138,4±25,1 133 Diastolik (mmHg) 81,73±12,02 80

Median: Data tidak berdistribusi normal

Berdasarkan data (Tabel V) pada penelitian ini jenis kelamin laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan perempuan, usia ≤60 tahun merupakan usia dominan yang diperoleh yaitu sebanyak 202 orang (79,2%). Data pendidikan, responden terbanyak terdapat pada masyarakat dengan tingkat pendidikan terakhir ≤SMP yaitu sebanyak 171 orang (67,1%). Data pekerjaan, responden terbanyak

(59)

Tabel V. Karakteristik Responden Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan

Variabel Jumlah Persen (%)

Jumlah responden 255 100

(60)

Pada data (Tabel VI) variabel jenis kelamin dan pekerjaan terdapat perbedaan bermakna dengan tekanan darah sistolik, nilai p<0,05. Pada jenis kelamin nilai p=0,02 dan pada pekerjaan nilai p<0,01. Hasil penelitian pada variabel jenis kelamin sesuai dengan teori bahwa jenis kelamin laki-laki lebih berisiko hipertensi dibandingkan perempuan, hal ini disebabkan perilaku tidak sehat pada laki-laki seperti perokok aktif/pasif, mengkonsumsi alkohol serta tingkat depresi karena status pekerjaan (Rahajeng, 2009). Hasil penelitian pada variabel pekerjaan sesuai dengan teori, jenis pekerjaan indoor sering dipicu untuk berfikir keras, pekerjaan yang berat dan penuh dengan tekanan dari atasan atau teman kerja dapat memicu stres dan mengakibatkan hipertensi (Gunawan, 2001).

Tabel VI. Profil Perbedaan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Terhadap Jenis Kelamin, Usia, dan Faktor Sosio-Ekonomi Responden di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan

Variabel n TDS TDD p value

Jumlah responden 255 138,4±25,1 81,73±12,02 Jenis Kelamin

Laki-laki 72 142,0±22,2 84,7±10,6 TDS = 0,02*

TDD = 0,35 Perempuan 183 137,0±26,1 80,5±12,3

Usia (tahun)

(61)

A. Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan

Fenomena „rule of halves‟ dapat dipahami dengan menunjukan bahwa setengah pasien yang tidak diketahui menyandang hipertensi, setengah pasien diketahui hipertensi menjalani terapi, dan setengah dari mereka yang menjalani terapi tekanan darah terkendali. Jumlah penduduk Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan ≥40 tahun sebanyak 589 orang. Pada hasil penelitian didapatkan

responden sebanyak 265 orang dan responden yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 255 orang. Responden penyandang hipertensi sebanyak 119 orang (46,67%), responden sadar menyandang hipertensi 91 orang (35,67%), responden yang sadar menyandang hipertensi dan melakukan terapi antihipertensi sebanyak 68 orang (26,66%), responden yang melakukan terapi antihipertensi dan tekanan darah terkendali sebanyak 10 orang (3,92%).

Gambar 7. Bagan Profil Subyek Penelitian Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah responden Hipertensi Berdasarkan Fenomena

Rule of Halves Hypertension di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan

(62)

(9,0%) tidak melakukan terapi antihipertensi. Berdasarkan informasi yang didapat melalui wawancara masyarakat melakukan pengobatan pada pelayanan kesehatan seperti puskesmas, bidan, rumah sakit, klinik, dokter keluarga, mantri. Terapi farmakologi yang dikonsumsi oleh responden hipertensi adalah amlodipin, dan captopril. Beberapa responden lainnya menggunakan non-farmakologi seperti, ekstrak kulit manggis, mengkonsumsi jamu, melon, semangka, ciplukan, dan timun. Hasil wawancara yang diperoleh terdapat beberapa responden yang melakukan terapi namun tidak ingat nama obat yang dikonsumsi yaitu sebanyak 59 responden.

Tabel VII. Profil Obat Antihipertensi yang digunakan Responden Terapi

Jenis Obat Jumlah

Amlodipin 5

Captopril 4

Lupa nama obat 59

(63)

B.Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Tserhadap Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah

Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square. Chi-Square digunakan untuk mengkorelasikan adanya perbedaan bermakna antara faktor sosio-ekonomi yaitu, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan (variabel bebas) terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi (variabel tergantung). Faktor sosio-ekonomi pada penelitian ini yaitu, pendidikan: ≤SMP, dan >SMP, pekerjaan: indoor, dan outdoor, dan penghasilan: ≤UMR, dan >UMR.

1. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Prevalensi Hipertensi

Tabel VIII. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Prevalensi Hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan

Faktor

Berdasarkan data (Tabel VIII) tidak ada perbedaan bermakna antara faktor pendidikan ≤SMP dan >SMP terhadap prevalensi hipertensi di

(64)

pendidikan ≤SMP sebanyak 84 responden (70,6%) dan >SMP sebanyak 35

responden (64,0%), dengan nilai p yang diperoleh dari data menunjukan p>0,05.

Berdasarkan data (Tabel VIII) tidak ada perbedaan bermakna antara faktor pekerjaan indoor dan outdoor terhadap prevalensi hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Responden hipertensi pada faktor pekerjaan indoor sebanyak 73 responden (61,3%) dan outdoor sebanyak 46 responden (38,7%), dengan nilai p yang diperoleh dari data menunjukan p>0,05.

Berdasarkan data (Tabel VIII) tidak ada perbedaan bermakna antara penghasilan ≤UMR dan >UMR terhadap prevalensi hipertensi di

Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Responden hipertensi pada faktor penghasilan ≤UMR sebanyak 96 responden (80,7%) dan >UMR sebanyak 23 responden (19,3%), dengan nilai p yang diperoleh dari data menunjukan p>0,05.

(65)

2. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Kesadaran Hipertensi Berdasarkan data (Tabel IX) tidak ada perbedaan bermakna antara pendidikan ≤SMP dan >SMP terhadap kesadaran hipertensi di Padukuhan

Malang Rejo dan Sanggrahan. Responden yang sadar hipertensi pada faktor pendidikan ≤SMP sebanyak 63 responden (69,2%) dan pendidikan >SMP sebanyak 20 responden (30,8%), dengan nilai p yang diperoleh dari data menunjukan p>0,05.

Tabel IX. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Kesadaran Hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan

Faktor

(66)

sebanyak 37 responden (40,7%), dengan nilai p yang diperoleh dari data menunjukan p>0,05.

Berdasarkan data (Tabel IX) tidak ada perbedaan bermakna antara penghasilan ≤UMR dan >UMR terhadap kesadaran hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Responden yang sadar hipertensi pada faktor penghasilan ≤UMR sebanyak 72 responden (79,1%) dan penghasilan >UMR sebanyak 19 responden (20,9%), dengan nilai p yang diperoleh dari data menunjukan p>0,05.

Kesadaran pada jenis pekerjaan indoor lebih tinggi dibandingkan dengan outdoor. Panyandang hipertensi dengan jenis pekerjaan indoor

sering mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan. Responden dengan jenis pekerjaan indoor sering dituntut untuk menyelesaikan tugas kantor dalam waktu yang singkat, meskipun tugas yang diberikan sudah melampaui batas, hal ini dapat memicu stres pada seseorang (Marliani, 2007). Stres yang berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan hipertensi (Gunawan, 2007).

3. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Terapi

Berdasarkan data (Tabel X) tidak ada perbedaan bermakna antara pendidikan ≤SMP dan >SMP terhadap terapi di Padukuhan Malang Rejo

dan Sanggrahan. Responden yang melakukan terapi pada faktor pendidikan

≤SMP sebanyak 47 responden (69,1%) dan pendidikan >SMP sebanyak 21

(67)

Tabel X. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Terapi di Padukuhan Malang dan Sanggrahan. Responden yang melakukan terapi pada faktor pekerjaan

indoor sebanyak 41 responden (60,3%) dan pekerjaan outdoor sebanyak 27 responden (39,7%), dengan nilai p yang diperoleh dari data menunjukan p>0,05.

Berdasarkan data (Pabel X) tidak ada perbedaan bermakna antara

penghasilan ≤UMR dan >UMR terhadap terapi di Padukuhan Malang Rejo

dan Sanggrahan. Responden yang melakukan terapi pada faktor penghasilan ≤UMR sebanyak 55 responden (80,9%) dan penghasilan >UMR sebanyak

(68)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Saepudin, Padmasari, Hidayanti, dkk, 2013, menunjukan terdapat perbedaan bermakna antara jumlah penghasilan terhadap terapi antihipertensi yang dilakukan oleh responden. Responden yang memiliki penghasilan perbulan yang dihitung dari penghasilan total suami dan isteri kurang dari 1 juta rupiah melakukan terapi lebih kecil di bandingkan dengan pendapatan perbulan lebih dari 1 juta. Banyak hal yang menyebabkan pasien tidak melakukan terapi, salah satunya karena biaya yang mahal maka kesadaran untuk menjaga kesehatan kurang.

4. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi terhadap Tekanan Darah Terkendali

Tabel XI. Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Tekanan Darah Terkendali di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan

Faktor

Gambar

Gambar 2. Ruang Lingkup Penelitian di Padukuhan Malang Rejo dan
Tabel I. Beberapa Penelitian Yang Terkait Dengan Penelitian
Tabel II. Klasifikasi Hipertensi Menurut The European Society of Hypertension (ESH) and of The European Society of Cardiologi
Gambar 1. Bagan Profil Responden Berdasarkan Fenomena ‘Rule of Halves’
+7

Referensi

Dokumen terkait

Spesifik dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu menganalisis Pasal 18 Ayat (1), (2), dan (3) Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto

nr rltdi kDdN eii,3riiL,rn3!. \rniorl!hhaDsqe,L

THE EFFECT OF FISCAL POLICY ON ECONOMIC GROWTH CASE STUDY IN

[r]

rsdnun dhhLlri Fdr r Ge)

OUTPUT (BARANG DAN JASA) DENGAN NILAI DARI SUMBERDAYA INPUT (TENAGA KERJA, MODAL, TEMPAT, DAN MANAJEMEN)..  

Sebuah laporan untuk manajemen yang menunjukkan harga pokok barang yang dibuat selama periode tersebut; persediaa awal barang dalam proses ditambah biaya pembuatan

From results of research that conducted on the general insurance company listed on the Indonesia Stock Exchange which published their financial statements from 2010 until 2014, it