• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI BERDASARKAN KAJIAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI DI

PADUKUHAN KADIROJO II, PURWOMARTANI, KALASAN, SLEMAN, YOGYAKARTA

INTISARI

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik sebesar ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik sebesar ≥90mmHg secara persisten. Hipertensi merupakan penyebab kematian utama ketiga di Indonesia (6,8%), setelah stroke (15,4%) dan tuberkulosis (7,5%). Penelitian yang digunakan berdasarkan teori the rule of halves yaitu hanya seperdelapan orang yang melakukan terapi terkontrol dari keseluruhan orang yang mengalami hipertensi. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan evaluasi berdasarkan tingkat prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi yang terjadi di Padukuhan Kadirojo II.

Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini yaitu observasional dengan bentuk farmakoepidemiologi dengan pendekatan cross sectional. Responden yang digunakan berusia ≥40 tahun sebanyak 200 orang (100%), menderita hipertensi sebanyak 100 orang (50%), sadar menderita hipertensi sebanyak 51 orang (25,5%) dan yang melakukan terapi antihipertensi sebanyak 34 orang (17%). Faktor sosio-ekonomi yang berpengaruh terhadap hipertensi adalah pekerjaan. Faktor pekerjaan memiliki perbedaan bermakna terhadap kesadaran hipertensi. Responden yang bekerja di dalam ruangan memiliki kesadaran hipertensi lebih tinggi daripada responden yang bekerja di luar ruangan. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai p<0,05 (0,04<0,05), OR 3,529 (CI 95%: 1,020-12,027). Pada faktor pendidikan dan penghasilan tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna terhadap prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi.

(2)

ABSTRACT

Hypertension or high blood pressure is a elevated systolic blood pressure at ≥140 mmHg and/or diastolic blood pressure at ≥90mmHg persistent. Hypertension is the third leading cause of death in Indonesia (6.8%), after stroke (15.4%) and tuberculosis (7.5%). The research is based on the rule of halves theory which is only eighth-one of those who do the controlled treatment of the whole person who has hypertension. The purpose of this study is to evaluate the prevalence rate of hypertension, the awareness of respondents about the hypertension and respondent therapy proportion in Padukuhan Kadirojo II.

The types of research conducted in this study is an observational with the form of Pharmacoepidemiology with cross-sectional. Respondents which were used is ≥40 years old were 200 people (100%), people suffering hypertension (50%), conscious suffering hypertension were 51 people (25.5%) and those who did the antihypertensive therapy were 34 people (17%). Socio-economic factor that affect the hypertension is a job. Job factors have a significant different to the awareness of hypertension. Respondents who worked inside the room had the high awareness of hypertension than those who worked outside the room. This is evidenced by the p value <0.05 (0.04<0,05), OR 3.529 (CI 95%: 1.020-12.027). The factors education and income do not have a significant different to the prevalence, awareness and treatment of hypertension.

(3)

i

BERDASARKAN KAJIAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI DI

PADUKUHAN KADIROJO II, PURWOMARTANI, KALASAN, SLEMAN, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Fransisca Zagita Tielman NIM : 118114107

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

Kita hidup untuk saat ini, kita bermimpi untuk masa depan, dan kita belajar untuk kebenaran abadi.

Chiang Kai Shek

I wish, when I die, people remember not how great, powerful, or talented I was, but that I served and spoke for the truth, I gave witness to what is right, I was sincere in all my works and actions, in other words, I loved and I followed Christ.

Richie Fernando, SJ.

(7)
(8)
(9)

vii

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatNya yang luar biasa, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, Dan Terapi Responden Hipertensi Berdasarkan Kajian

Faktor Sosio-Ekonomi Di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta”. Penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan, yaitu kepada:

1. Yesus Kristus yang sangat luar biasa berkatNya yang diberikan kepada penulis.

2. Mama dan Papa tercinta, yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan dan perhatian kepada penulis.

3. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melaksanakan hingga menyelesaikan penelitian ini.

4. Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan dan dorongan sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt., dan dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK., selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis.

6. Bupati dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melaksanakan pengambilan data. 7. Kepala Bidang Sosial Budaya Bappeda Kabupaten Sleman, yang telah

(10)

viii

8. Camat Kecamatan Kalasan, yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melaksanakan pengambilan data.

9. Kepala Padukuhan Kadirojo II, yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melaksanakan pengambilan data.

10. Masyarakat Padukuhan Kadirojo II yeng telah bersedia menjadi responden. 11. Heribertus Didik Kurniawan yang telah meluangkan waktu untuk membantu

peneliti.

12. Antonia Adeleide Anutopi sebagai rekan peneliti dalam pengambilan data hingga penyelesaian penelitian.

13. Seluruh teman-teman skripsi yang dari awal telah berjuang bersama.

14. Seluruh sahabat yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan semangat dan mengajarkan kehidupan kepada peneliti.

15. Seluruh almamater Farmasi Angkatan 2011.

16. Berbagai pihak yang telah membantu, namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

(11)

ix

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN PERSEMBAHAN ... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... PRAKATA ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... INTISARI ... ABSTRACT ... BAB I (PENGANTAR)

A. Latar Belakang ... 1. Rumusan Masalah ... 2. Keaslian Penelitian ... 3. Manfaat Penelitian ... B. Tujuan Penelitian ... BAB II (PENELAHAAN PUSTAKA)

(12)

x

C. Penatalaksanaan Terapi hipertensi ... D. Faktor Usia... E. Faktor Jenis Kelamin ... F. Faktor Sosio-Ekonomi ... G. Teori The Rule of Halves Hypertension... H. Landasan Teori ... I. Hipotesis ... BAB III (METODE PENELITIAN)

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... B. Variabel Penelitian... C. Definisi Operasional ... D. Responden Penelitian... E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... F. Ruang Lingkup Penelitian ... G. Teknik Pengambilan Sampel ... H. Instrumen Penelitian ... I. Tata Cara Penelitian ... J. Analisis Data Penelitian ... K. Kelemahan dan Kesulitan Selama Penelitian ... BAB IV (HASIL DAN PEMBAHASAN)

Keadaan Umum Lokasi dan Karakteristik Responden ... A. Prevalensi, Kesadaran dan Terapi Responden Hipertensi di

Padukuhan Kadirojo II ... B. Perbedaan Antara Hipertensi, Kesadaran dan Terapi Hipertensi

(13)

xi

1. Analisis Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terahadap Hipertensi ... 2. Analisis Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Kesadaran

Hipertensi ... 3. Analisis Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Terapi

Hipertensi ... BAB V (KESIMPULAN DAN SARAN)

Kesimpulan ... Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... BIOGRAFI PENULIS ... 37

39

(14)

xii

DAFTAR TABEL

I. Keaslian Penelitian ... II. Definisi Operasional ... III. Kelemahan dan Kesulitan Penelitian ... IV. Profil Responden Padukuhan Kadirojo II ...

V. Hubungan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Terhadap Umur, Jenis Kelamin serta Faktor Sosio-Ekonomi di Padukuhan

KadirojoII ... VI. Profil Responden Hipertensi di Padukuhan Kadirojo II ... VII. Distribusi Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi dan Prevalensi

Hipertensi ... VIII. Distribusi Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi dan Kesadaran

Hipertensi ... IX. Distribusi Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi dan Terapi Hipertensi ...

3 18 28 30

32 35

37

(15)

xiii

1. Bagan profil subjek yang akan diamati dalam penelitian prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi berdasarkan faktor sosio-ekonomi

berdasarkan teori ‘Rule of Halves’ ... 2. Penelitian di Padukuhan Kadirojo II... 3. Teknik Pengambilan Sampel ... 4. Skema Prosedur Penelitian ... 5. Prosedur Analisis Data Penelitian ... 6. Bagan Perumusan Hipotesis ... 7. Prevalensi, Kesadaran dan Terapi Responden Hipertensi di

Padukuhan Kadirojo II ... 13 20 21 22 25 27

(16)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Protokol Ijin Kepada Komisi Etik ... 2. Lembar Pertanyaan Kepada Responden ... 3. Surat Pelatihan Penggunaan Alat Spygmomanometer ... 4. SOP Pengukuran Tekanan Darah Menggunakan Spygmomanometer

Digital ... 5. Case Report Form Penelitian... 6. Surat Permohonan Ijin Penelitian dan Pengambilan Data ... 7. Hasil Uji Post Hoc Hubungan Umur dan Tekanan Darah Sistolik ... 48 50 51

(17)

xv

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik sebesar ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik sebesar ≥90mmHg secara persisten. Hipertensi merupakan penyebab kematian utama ketiga di Indonesia (6,8%), setelah stroke (15,4%) dan tuberkulosis (7,5%). Penelitian yang digunakan berdasarkan teori the rule of halves yaitu hanya seperdelapan orang yang melakukan terapi terkontrol dari keseluruhan orang yang mengalami hipertensi. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan evaluasi berdasarkan tingkat prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi yang terjadi di Padukuhan Kadirojo II.

Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini yaitu observasional dengan bentuk farmakoepidemiologi dengan pendekatan cross sectional.

Responden yang digunakan berusia ≥40 tahun sebanyak 200 orang (100%),

menderita hipertensi sebanyak 100 orang (50%), sadar menderita hipertensi sebanyak 51 orang (25,5%) dan yang melakukan terapi antihipertensi sebanyak 34 orang (17%). Faktor sosio-ekonomi yang berpengaruh terhadap hipertensi adalah pekerjaan. Faktor pekerjaan memiliki perbedaan bermakna terhadap kesadaran hipertensi. Responden yang bekerja di dalam ruangan memiliki kesadaran hipertensi lebih tinggi daripada responden yang bekerja di luar ruangan. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai p<0,05 (0,04<0,05), OR 3,529 (CI 95%: 1,020-12,027). Pada faktor pendidikan dan penghasilan tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna terhadap prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi.

(18)

xvi ABSTRACT

Hypertension or high blood pressure is a elevated systolic blood pressure at ≥140 mmHg and/or diastolic blood pressure at ≥90mmHg persistent. Hypertension is the third leading cause of death in Indonesia (6.8%), after stroke (15.4%) and tuberculosis (7.5%). The research is based on the rule of halves theory which is only eighth-one of those who do the controlled treatment of the whole person who has hypertension. The purpose of this study is to evaluate the prevalence rate of hypertension, the awareness of respondents about the hypertension and respondent therapy proportion in Padukuhan Kadirojo II.

The types of research conducted in this study is an observational with the form of Pharmacoepidemiology with cross-sectional. Respondents which were used is ≥40 years old were 200 people (100%), people suffering hypertension (50%), conscious suffering hypertension were 51 people (25.5%) and those who did the antihypertensive therapy were 34 people (17%). Socio-economic factor that affect the hypertension is a job. Job factors have a significant different to the awareness of hypertension. Respondents who worked inside the room had the high awareness of hypertension than those who worked outside the room. This is evidenced by the p value <0.05 (0.04<0,05), OR 3.529 (CI 95%: 1.020-12.027). The factors education and income do not have a significant different to the prevalence, awareness and treatment of hypertension.

(19)

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 mengatakan, prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari total jumlah penduduk dewasa. Prevalensi hipertensi di Jawa dan Sumatera lebih tinggi dari jumlah hipertensi nasional. Profil Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta menyatakan bahwa penyakit-penyakit kardiovaskuler yang salah satunya adalah hipertensi, menempati urutan teratas penyebab kematian pada masyarakat (Dinas Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta, 2008). Kasus hipertensi sebanyak 76% di masyarakat Indonesia belum terdiagnosis (Kemenkes, 2012).

Hipertensi merupakan penyebab kematian utama ketiga di Indonesia untuk semua umur (6,8%), setelah stroke dengan persentase 15,4% dan tuberkulosis sebesar 7,5% (Departemen Kesehatan RI, 2009). Penyakit hipertensi adalah faktor risiko utama dari stroke iskemik, infark miokard, gagal jantung, penyakit ginjal kronis, penurunan kognitif dan kematian dini (NICE, 2011). Hipertensi tidak menyebabkan kematian secara langsung, melainkan membunuh manusia melalui komplikasi penyakit jantung, ginjal dan stroke. Banyak orang yang meninggal dikarenakan tidak sadar menerita hipertensi sehingga terlambat untuk mencegah atau mengobati penyakit hipertensi (WHO, 2005).

(20)

diakibatkan karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki terkait kesehatan dan sosialisasi dari tenaga kesehatan (Feng, Pang, and Beard, 2014).

Hipertensi dipengaruhi oleh faktor sosio-ekonomi yang meliputi faktor pendidikan dan pekerjaan (Grotto, et al., 2008). Individu yang menderita hipertensi berpendidikan rendah seringkali memiliki risiko komplikasi hipertensi lebih besar daripada penderita hipertensi berpendidikan tinggi (Kartari, 1995). Salah satu penyebab utama hipertensi adalah stress yang diakibatkan karena penghasilan yang rendah (Sigarlaki, 2006).

Kurangnya data hipertensi di Indonesia terutama Provinsi DI Yogyakarta diakibatkan karena masih sedikit penelitian hipertensi khususnya prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi pada masyarakat. Penelitian dilakukan di Padukuhan Kadirojo II untuk mengetahui proporsi prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi pada padukuhan ini dengan menggunakan teori the rule of halves. Teori the rule of halves ini merupakan suatu fenomena bahwa dari keseluruhan populasi setengah diantaranya menderita hipertensi dan yang melakukan terapi antihipertensi hanya seperdelapan dari keseluruhan populasi (Rao and Daniel, 2014).

(21)

1. Rumusan masalah

1) Berapa proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Padukuhan Kadirojo II?

2) Apakah terdapat perbedaan pada faktor sosio-ekonomi terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi?

2. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi dengan kajian faktor sosio-ekonomi yang telah dipublikasi baik penelitian nasional dan internasional antara lain sebagai berikut:

Tabel I. Persamaan dan Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian di Padukuhan Kadirojo II

Judul Persamaan Perbedaan

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Dengan Kajian Hipertensi di Kelurahan Jagalan di Wilayah Kerja Puskesmas Pucangsawit Surakarta (Eksanoto, 2010).

Penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor pendidikan terhadap hipertensi.

Jenis penelitian non eksperimental cross sectional dengan teknik stratified random sampling. Subjek penelitian berjumlah 207 orang. Hasil penelitian tingkat pendidikan lebih menyebabkan hipertensi dibanding faktor jenis kelamin.

Prevalence, Awareness, Treatment and Control of Hypertension in Rural and Urban Communities in High-, Middle-, and Low-Income Contries

(Chow, Teo, Rangarajan, Islam, Gupta, Avezum, et al., 2013).

Penelitian ini untuk mengetahui jumlah proporsi hipertensi, kesadaran, terapi

hipertensi. Jenis penelitian

cross sectional.

(22)

Lanjutan tabel I

Prevalence, Awareness, Treatment, and Control of Hypertension among the elderly: the 2006 National Health and Morbidity Survey III

(Kiau, Kau, Nainu, Omar, Saleh, Keong, et al., 2013).

Penelitian ini untuk mengetahui jumlah proporsi hipertensi, kesadaran, terapi

hipertensi. Jenis penelitian

cross sectional.

Jumlah sampel sebanyak 34539 orang yang berumur 18 tahun ke atas. Hasil penelitian prevalensi hipertensi pada wanita sebesar 77,4% dan pada pria sebesar 70,1%.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan memberikan referensi mengenai korelasi faktor sosio-ekonomi terhadap penderita hipertensi.

b. Manfaat praktis.

1) Untuk subyek yang diteliti, masyarakat dapat mengetahui tekanan darahnya sehingga dapat melakukan upaya pencegahan hipertensi

2) Untuk pemerintah daerah setempat, diharapkan dari data yang yang diperoleh, pemerintah daerah setempat dapat mengedukasi masyarakatnya untuk meningkatkan kualitas hidup guna mengantisipasi penyakit hipertensi dengan melakukan promotif dan preventif.

(23)

B. Tujuan Penelitian

(24)

BAB II

PENELAHAAN PUSTAKA A. Hipertensi

Hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah suatu peningkatan tekanan darah abnormal yang tinggi di dalam arteri yang berhubungan secara linear dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular (Rahajeng, 2009). Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah arteri secara persisten serta merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular (Dipiro, 2008). Hipertensi merupakan tingginya nilai tekanan darah sistolik dan diastolik yaitu

tekanan sistolik sebesar ≥140mmHg dan/atau ≥90mmHg untuk tekanan darah

diastolik (Mancia, G., Fagard, R., Narkiewicz, K., Redon, J., Zanchetti, A., Bohm, M., et al., 2013).

Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk stroke iskemik, infark miokard, gagal jantung, penyakit ginjal kronis, penurunan kognitif, dan kematian dini (NICE, 2011). Biasanya, hipertensi akan terdeteksi ketika masyarakat melakukan pemeriksaan dengan keluhan penyakit lain (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012). Hal tersebut dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai gejala-gejala yang ditimbulkan (NICE, 2011).

(25)

B. Kesadaran Hipertensi

Kesadaran adalah sesuatu yang dirasakan dan dialami oleh seseorang (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Riskesdas menunjukkan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis (Riskesdas, 2007). Seseorang yang menderita hipertensi sering tidak menyadari bahwa dirinya memiliki masalah kesehatan (Soenardi dan Soetardjo, 2001). Dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7% dan hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui menderita hipertensi (Kemenkes, 2012). Hipertensi disebut juga dengan the silent killer karena sering dijumpai tanpa gejala (Bustan, 2007).

C. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi

Patogenesis hipertensi melibatkan banyak faktor, termasuk diantaranya peningkatan cardiac output, peningkatan tahanan perifer, vasokonstriksi, dan penurunan vasodilatasi. Penatalaksanaan terapi hipertensi dibagi menjadi dua, non farmakologi dan farmakologi (Gormer, 2007). Keseluruhan tujuan pengobatan hipertensi adalah mengurangi morbiditas dan mortalitas terkait dengan kerusakan organ, misalnya seperti terjadinya penyakit gagal jantung dan penyakit ginjal (Dipiro, 2008). Golongan obat antihipertensi yang digunakan untuk pasien berkulit putih yaitu (Robinson, 2014):

(26)

sehingga dapat mempertahankan efek antihipertensi lebih lama. Pemberian obat ini cukup sekali sehari (Gormer, 2007; Robinson, 2014).

2. Calcium Chanel Blocker (CCB), seperti sub golongan dihidropiridin (amlodipin, felodipin, nifedipin) dan sub golongan non-dihidropiridin (diltiazem, verapamil). Mekanisme kerja golongan CCB ini akan menurunkan influks ion kalsium ke dalam sel miokard, sel-sel dalam sistem konduksi jantung, dan sel-sel otot polos pembuluh darah sehingga akan menurunkan kontraktilitas jantung, menekan pembentukan dan perambatan impuls elekterik dalam jantung dan memacu aktivitas vasodilatasi (Gormer, 2007; Robinson, 2014).

3. ACEI (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor), seperti captopril, lisinopril, enalapril. Mekanisme kerja obat golongan ini adalah menghambat secara kompetitif pembentukan angiotensin II dari prekusor angiotensin I yang inaktif. Efek antihipertensi golongan ACE Inhibitor ini lebih kuat karena obat ini dapat menghambat degradasi kini termasuk bradikinin yang memiliki efek vasodilatasi (Gormer, 2007; Robinson, 2014).

4. Angiotensin Reseptor Blockers (ARB), seperti candesartan, losartan, valsartan. Mekanisme kerja golongan ini adalah mengeblok secara langsung reseptor angiotensin II tipe 1 (reseptor AT1) sehingga Angiotensin II tidak dapat berikatan secara agonis dan tidak dapat menstimulasi efek vasokonstruksi, sekresi aldosteron, tidak terjadi retensi sodium dan air (Gormer, 2007; Robinson, 2014).

(27)

penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup. Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi (Davey, 2006).

D. Faktor Usia

Hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Pada orang yang berusia 60 tahun ke atas, sekitar 50–60% memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg. Hal tersebut merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang berusia tua (Oktora, 2005). Pada usia 45 tahun ke atas, dinding arteri mengalami penebalan akibat terjadinya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan menyempit dan menjadi kaku. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, seperti terjadinya peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik (Kumar, 2005).

E. Faktor Jenis Kelamin

(28)

perilaku tidak sehat seperti merokok dan konsumsi alkohol serta depresi akan rendahnya status pekerjaan (Rahajeng, 2009).

F. Faktor Sosio-Ekonomi

Penyebab terjadinya hipertensi selain dikarenakan adanya faktor keturunan, juga erat kaitannya dengan perilaku dan perubahan perilaku yang kompleks dari individu bersangkutan, sehingga dalam upaya mencegah atau menghambat buruknya hipertensi, perlu memperhatikan faktor perilaku yang tidak kondusif terhadap kesehatan dan lingkungan, demikian juga pada faktor risiko yang telah ada, agar tidak berkembang ke arah penyakit jantung pembuluh darah yang biasanya akan berakibat fatal (Kowalski, 2006). Faktor yang berhubungan dengan hipertensi yaitu umur dengan persentase 28,43%, jenis kelamin dengan persentase 30,39%, tingkat penghasilan dengan persentase 51,95%, tingkat pendidikan dengan persentase 35,29%, pekerjaan dengan persentase 44,11% dan jumlah anak dengan persentase 42,15% serta faktor makanan sebesar 29,41% (Sigarlaki, 2006). Hipertensi memiliki hubungan terhadap faktor sosio-ekonomi yang meliputi faktor pendidikan dan pekerjaan (Grotto, et. al., 2008). Pemberian edukasi dan penjelasan terkait hipertensi berguna untuk melakukan tindakan kesadaran, pencegahan dan pengendalian hipertensi sehingga memiliki aksesibilitas yang lebih baik terhadap kepatuhan dan pengobatan (Grotto, et. al., 2008).

1. Faktor Pendidikan

(29)

sekolah (Murti, 2003). Penderita hipertensi berpendidikan rendah memiliki risiko komplikasi hipertensi lebih besar daripada penderita hipertensi berpendidikan tinggi (Kartari, 1995). Pendidikan yang lebih tinggi semakin baik pengetahuan kesehatannya (Kaidah, Fakhrurrazy, Setyaningtyas, 2004).

2. Faktor Pekerjaan

Stress karena pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga dapat menyebabkan hipertensi (Armilawaty, 2008.). Banyak penelitian yang menghubungkan antara sifat ambisius, suka bersaing, tidak pernah lelah bekerja, selalu dikejar waktu dan merasa tidak puas dapat menimbulkan hipertensi (Sarwoyo dan Hendarwo, 2002).

Di daerah perkotaan pada umumnya, 80% dari kehidupan suatu individu berada di dalam ruangan (indoor). Penderita penyakit kronis paling banyak memiliki waktu tinggal di dalam ruangan lebih banyak dikarenakan berbagai bahan pencemar dalam ruang (indoor), asap rokok merupakan pencemar yang biasanya mempunyai kuantitas paling banyak. Hal ini disebabkan besarnya aktivitas merokok di dalam ruangan yang sering dilakukan oleh mereka yang mempunyai kebiasaan merokok (Lina dan Wahyuni, 2013).

3. Faktor Penghasilan

(30)

tersebut antara lain: pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, budaya, dan teknologi. Fakor-faktor tersebut berinteraksi satu dengan yang lainnya sehingga dapat mempengaruhi masukan zat gizi dan infeksi. Pada akhirnya ketersediaan zat gizi pada tingkat seluler rendah dan mengakibatkan pertumbuhan terganggu. Jumlah dan kualitas makanan keluarga ditentukan oleh tingkat pendapatan keluarga (Sebataraja, Oenzil, Asterina, 2014).

Pada umumnya kemiskinan menduduki posisi pertama sebagai penyebab kurang gizi, sehingga perlu mendapat perhatian yang serius karena kemiskinan berpengaruh besar terhadap konsumsi makanan. Tanda-tanda sindroma kemiskinan antara lain berupa: penghasilan yang sangat rendah sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan, sandang, pangan, dan perumahan, kuantitas dan kualitas gizi makanan yang rendah, sanitasi lingkungan yang jelek dan sumber air bersih yang kurang, akses terhadap pelayanan yang sangat terbatas, jumlah anggota keluarga yang banyak, dan tingkat pendidikan yang rendah (Sebataraja, Oenzil, Asterina, 2014).

(31)

tingginya biaya operasi, ketersediaan tenaga dan fasilitas kesehatan (Purnamaningrum, 2010).

G. Teori the Rule of Halves Hypertension

Masalah terbesar untuk mengendalikan hipertensi merupakan ketidakpatuhan terhadap pengobatan yang dilakukan, dari 972 orang yang diteliti hanya setengah dari populasi pengidap hipertensi yang sudah didiagnosis, setengah dari mereka yang didiagnosis telah dirawat, dan hanya setengah dari mereka yang dirawat selalu mengontrol tekanan darahnya hingga menjadi normal kembali (WHO, 2003). Pada Hypertension Practice Guidelines for Primary Care Physicians, definisi the Rule of Halves adalah ½ (setengah) dari keseluruhan populasi telah didiagnosis menderita Hipertensi, ¼ (seperempat) dari keseluruhan mengetahui menderita hipertensi, dan 1/8 (seperdelapan) dari keseluruhan telah melakukan kontrol dan terapiyang teratur dan sesuai (WHO, 1999).

Gambar 1. Bagan profil subjek yang akan diamati dalam penelitian prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi berdasarkan faktor sosio-ekonomi berdasarkan teori

‘Rule of Halves’. populasi

sampel

hipertensi (subjek penelitian)

sadar

terapi

tidak terapi

tak sadar

[image:31.595.101.514.160.623.2]
(32)

H. Landasan Teori

Hipertensi merupakan suatu peningkatan tekanan darah abnormal yang tinggi di dalam arteri secara persisten yang berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular serta penyakit yang disebut sebagai the silent killer. Tekanan darah dikatakan normal apabila tekanan sistolik <140mmHg dan diastolik <90mmHg. Hipertensi dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

Usia merupakan faktor risiko hipertensi. Pada usia lanjut yaitu sekitar umur 40 tahun ke atas, terjadi penurunan fungsi organ yang menyebabkan semakin banyak penyakit yang diterima oleh pasien usia lanjut. Jenis kelamin berpengaruh dengan prevalensi hipertensi, pria terhitung lebih banyak mengalami hipertensi dari pada wanita, karena pada pria sering melakukan perilaku tidak sehat seperti merokok dan konsumsi alkohol. Salah satu penyebab utama hipertensi adalah

stress yang diakibatkan karena penghasilan yang rendah.

(33)

akses terhadap pelayanan yang sangat terbatas, jumlah anggota keluarga yang banyak, dan tingkat pendidikan yang rendah.

Peneliti melakukan penelitian ini di Padukuhan Kadirojo II yang terletak Kelurahan Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penduduk di Padukuhan Kadirojo II ini memiliki prevalensi hipertensi yang tinggi tetapi mempunyai pengetahuan terkait kesehatan yang rendah sehingga memiliki sikap tidak peduli akan kesehatan yang tinggi. Penelitian ini diharapkan dapat menurunkan prevalensi hipertensi di Padukuhan Kadirojo II serta menghindari komplikasi yang terjadi akibat hipertensi serta meningkatkan kesadaran responden akan hipertensi dan keteraturan terapi yang harus dilakukan pasien hipertensi.

I. Hipotesis

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini yaitu observasional dengan bentuk survei farmakoepidemiologi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Analisis korelasi yang dilakukan yaitu prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi berdasarkan faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan.

Farmakoepidemiologi merupakan studi yang digunakan untuk mengetahui efek obat dalam suatu populasi (Hallas, 2001). Untuk melakukan studi observasional diperlukan suatu kemampuan untuk mengkategorisasi kelompok berdasarkan kejadian penyakit, kondisi, cedera, kematian dan lain-lain yang diseleksi sebelum investigasi dilakukan karena kelompok tersebut ditentukan berdasarkan siapa yang terkena penyakit dan siapa yang tidak (Timmreck, 2005). Pada studi observasional, peneliti tidak melakukan manipulasi, tetapi outcome

(35)

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Faktor sosio ekonomi meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. 2. Variabel tergantung

Prevalensi hipertensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi. 3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali: usia dan jenis kelamin.

b. Variabel pengacau tidak terkendali: kondisi patologis-fisiologis, aktifitas fisik yang tidak diketahui peneliti, dan terapi non antihipertensi yang dilakukan.

C. Definisi Operasional

1. Responden penelitian adalah penduduk dewasa yang berusia ≥40 tahun di Padukuhan Kadirojo II Kabupaten Sleman Yogyakarta yang bersedia mengisi

informed consent.

2. Karakteristik penelitian meliputi usia dan jenis kelamin serta faktor sosio-ekonomi meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan.

(36)

4. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada lengan tangan sebelah kiri. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan duduk dengan posisi lengan diatur sedemikian rupa sehingga sejajar dengan jantung. Alat yang digunakan adalah

sphygmomanometer digital.

5. Pengukuran tekanan darah responden dilakukan dengan menggunakan

sphygmomanometer digital yang telah dikalibrasi dengan cara membandingkan antara sphygmomanometer digital yang sudah terkalibrasi dengan

sphygmomanometer digital yang akan digunakan kemudian dihitung tekanan darah seseorang sebagai patokan lalu dihitung CV dari hasilnya, hasil tersebut harus <5%.

[image:36.595.104.519.205.757.2]

6. Standar pengukuran tekanan darah normal yang digunakan dalam penelitian ini adalah ESH dan ESC 2013 yaitu <140/<90mmHg.

Tabel II. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Skala Ukur

Hipertensi Keadaan seseorang yang memiliki tekanan darah

≥140mmHg dan/atau

≥90mmHg. Standar hipertensi

normal yang digunakan pada penelitian adalah ESH/ESC 2013 sebesar 140mmHg/ 90mmHg. Selain dari pengukuran, peneliti mengetahui responden menderita hipertensi dari wawancara peneliti kepada responden.

Pengukuran dilakukan

sebanyak dua kali, hasil yang diambil adalah hasil pengukuran kedua dan dar wawancara. Rasio Responden sadar hipertensi

Responden yang sadar atau mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi

Berdasarkan data yang diberikan saat wawancara.

Nominal

Responden terapi hipertensi

Terapi yang dimaksudkan adalah terapi farmakologi yang

diberikan oleh tenaga kesehatan untuk menurunkan angka tekanan darah

Berdasarkan data yang diberikan saat wawancara.

(37)

Lanjutan tabel II

Usia Responden yang digunakan yaitu yang berusia 40 tahun ke atas

Berdasarkan data yang diberikan saat wawancara.

Interval

Jenis kelamin

Identitas biologis responden Berdasarkan data yang diberikan saat wawancara.

Nominal

Pendidikan Pembelajaran terakhir yang ditempuh pada bangku sekolah

Berdasarkan data yang diberikan saat wawancara.

Nominal

Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan penghasilan

Berdasarkan data yang diberikan saat wawancara.

Nominal

Penghasilan Upah yang diperoleh dari usaha yang dikerjakan

Berdasarkan data yang diberikan saat wawancara.

Interval

Rasio yang dimaksud pada tabel II adalah hubungan dalam tingkatan angka atau penjumlahan yang terbentuk (Timmreck, 2005). Skala nominal merupakan pengertian dari mudah dijawab, mudah diolah dan dapat digunakan untuk membandingkan (Budiarto, 2004) sedangkan skala interval merupakan penetapan angka pada objek dengan cara tertentu (Djaali dan Muljono, 2007).

D. Responden Penelitian

(38)

1. Kriteria Inklusi

Responden dengan usia di atas 40 tahun dan bersedia mengisi informed consent. 2. Kriteria Eksklusi

Responden yang bersedia mengisi informed consent namun tekanan darahnya tidak dapat diukur (misalnya terlepasnya Cuff dari lengan pada pasien obesitas), responden yang tidak dapat berbicara dengan jelas sehingga informasi yang diberikan tidak dapat diterima peneliti dan responden dengan penyakit penyerta yang serius serta responden hamil.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Dukuh Kadirojo II Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini berlangsung pada periode bulan Mei-September 2014.

[image:38.595.102.512.260.641.2]

F. Ruang Lingkup Penelitian

Gambar 2. Penelitian di Padukuhan Kadirojo II

Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi

(39)

Sosio-Ekonomi)” Penelitian ini dilakukan berkelompok dengan jumlah anggota sebanyak 12 orang, setiap dua orang meneliti satu dukuh sehingga terdapat enam dukuh di Kabupaten Sleman.

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel (sampling) pada penelitian dilakukan secara

purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak probabilitas dapat digunakan pada penelitian kualitatif atau kuantitatif serta dapat menggunakan kuesioner sistematik untuk menemukan informasi mengenai suatu perbedaan dari informasi yang diberikan responden (Tongco, 2007).

Gambar 3. Teknik Pengambilan Sampel

Total populasi di Padukuhan Kadirojo II sebanyak 372 orang dan yang memiliki usia ≥40 tahun sebanyak 254 orang. Peneliti melakukan penelitian dengan cara purposive sampling. Purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah dalam penelitian), sehingga

Populasi di Padukuhan Kadirojo II sebanyak 372 orang

Populasi berusia ≥40tahun sebanyak 254 orang

Responden di Padukuhan Kadirojo II sebanyak 200 orang

Responden yang melakukan terapi antihipertensi sebanyak

34 orang

[image:39.595.100.534.227.619.2]
(40)

sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang dikenali sebelumnya (Nursalam, 2008). Penelitian ini memperoleh hasil 34 orang yang melakukan terapi, sadar dan menderita hipertensi. Proses mendapatkan 34 responden yang menderita hipertensi, sadar hipertensi dan melaksanakan hipertensi tersebut berawal dari peneliti melakukan pengukuran dan wawancara responden yang terpilih dan bersedia mengisi informed consent sebanyak 200 responden. Responden yang menderita hipertensi sebanyak 100 orang dan responden yang sadar menderita hipertensi sebanyak 51 orang.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Case Report Form (CRF), sphygmomanometer digital dan informed consent.

[image:40.595.101.512.218.731.2]

I. Tata Cara Penelitian

Gambar 4. Skema Prosedur Penelitian Observasi awal Permohonan ijin dan

kerjasama

Pembuatan informed consent

Seleksi dan penetapan calon

responden Validitas dan

reliabilitas instrumen penelitian Pengukuran tekanan

darah responden

Hasil penelitian dijelaskan kepada

responden

Dokumentasi data

Pengelompokkan data pada Microsoft

(41)

1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan menentukan salah satu dukuh di Kabupaten Sleman Yogyakarta.

2. Permohonan ijin dan kerjasama

a. Permohonan ijin ditujukan kepada kepala Padukuhan Kadirojo II.

b. Pembuatan surat permohonan ijin yang ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance yang dilakukan untuk memenuhi etika penelitian menggunakan tekanan darah manusia dan hasil penelitian dapat dipublikasikan.. Nomor surat permohonan ijin yang diperoleh adalah KE/FK/579/EC.

c. Pembuatan surat ijin kepada Kepala Bagian Perijinan Penelitian Kantor Kesatuan Bangsa, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dan akan diteruskan kepada Kepala Bagian Perijinan Penelitian Kantor Bappeda, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

3. Pembuatan informed consent

Informed consent yang dibuat harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Responden diminta untuk mengisi nama, alamat, usia dan menandatanganinya.

4. Penetapan dan seleksi calon responden

(42)

mengenai maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden. Responden diminta untuk mengisi nama, alamat, usia dan menandatanganinya.

5. Validitas dan reliabilitas instrument penelitian

Instrumen yang memiliki validitas yaitu ketepatan suatu alat ukur untuk melakukan fungsinya (Nisfiannoor, 2009) dan reliabilitas yang baik dapat dinyatakan dengan nilai CV (coefficient of variation) 5% untuk mengetahui pengukuran yang dilakukan tetap konsisten bila dilakukan pada orang yang sama di waktu berbeda (Nisfiannoor, 2009). Nilai CV digunakan untuk mengukur keseragaman suatu hal, semakin kecil nilai CV berarti data yang digunakan semakin tidak seragam.

6. Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah responden dilakukan pada bagian lengan kiri atas dan posisi duduk tegak menggunakan sphygmomanometer digital. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak dua kali berturut – turut, pengukuran kedua dilakukan lima menit setelah pengukuran pertama dengan posisi yang sama dengan tujuan kevalidan angka tekanan darah yang diukur. Apabila hasil pengukuran pertama dan kedua berbeda jauh yaitu perbedaan sistolik atau diastoliknya >5mmHg, maka harus dilakukan pengukuran ulang hingga hasil pengukuran tidak berbeda jauh. Jika responden baru saja melakukan aktifitas, maka responden harus beristirahat terlebih dahulu minimal selama lima menit. 7. Penjelasan hasil pemeriksaan

(43)

responden. Informasi yang didapat dari responden akan dikelompokkan sebagai data analisis.

8. Pengelompokan data

Pengelompokan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis, yaitu menyusun dan menggolongkannya dalam kategori-kategori kemudian dilakukan interpretasi data. Data akan dikumpulkan di dalam CRF kemudian dipindahkan ke file

Microsoft Excel.

[image:43.595.74.515.251.581.2]

J. Analisis Data Penelitian

Gambar 5. Prosedur Analisis Data Penelitian

Data yang diperoleh dikelompokkan lalu dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data yang diperoleh peneliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan uji Q-Q Plot. Setelah melakukan uji normalitas, peneliti melakukan uji univariat. Uji univariat digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan untuk analisis sudah layak atau belum serta apakah data yang diperoleh telah optimal jika dipakai untuk analisis berikutnya (Umar, Uji Normalitas untuk

mengetahui data yang diperoleh berdistribusi normal

atau tidak

Apabila n yang diperoleh ≥30 maka

data tersebut berdistribusi normal

Analisis Univariat

Uji Anova dan Uji T Uji Chi Square

(44)

2002). Uji ANOVA dan Uji T dilakukan setelah melakukan Uji Univariat. Uji ANOVA dan Uji T digunakan untuk membandingkan rata-rata dua kelompok yang tidak berhubungan untuk mengetahui apakah kedua grup tersebut mempunyai rata-rata yang sama ataukah tidak. Perbedaannya Uji ANOVA menguji data lebih dari dua sampel sedangkan uji T hanya menguji dua sampel saja (Santoso, 2010). Uji post hoc dapat digunakan untuk menentukan nilai mean

(45)
[image:45.595.102.516.103.588.2]

Gambar 6. Bagan Perumusan Hipotesis

Ho = P1a, P1b, P1c ≤ P2a, P2b, P2c

H1,2,3 = P1a, P1b, P1c > P2a, P2b, P2c ; p<0,05

P1a = Proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden taraf pendidikan ≤SMP.

P1b = Proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden jenis pekerjaan indoor.

P1c = Proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden taraf penghasilan ≤UMR.

P2a = Proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden taraf pendidikan >SMP.

P2b = Proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden jenis pekerjaan outdoor.

P2c = Proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden taraf penghasilan >UMR.

Sosio-Ekonomi

Prevelensi (H1)

Kesadaran (H2)

(46)
[image:46.595.100.510.140.601.2]

K. Kelemahan dan Kesulitan Selama Penelitian Tabel III. Kelemahan dan Kesulitan Penelitian

Kelemahan Penelitian Kesulitan Penelitian a. Peneliti hanya sekali mengukur

tekanan darah responden

sehingga tidak dapat mengatakan bahwa responden tersebut

menderita hipertensi. b. Peneliti tidak mengetahui

kegiatan yang dilakukan responden yang dapat

berpengaruh pada hasil tekanan darah diperoleh.

c. Beberapa responden tidak menghafal nama obat sehingga tidak dapat dipastikan dengan benar bahwa obat yang digunakan adalah obat antihipertensi.

a. Waktu pengambilan responden bersamaan dengan waktu kerja responden sehingga peneliti mengalami kesulitan untuk mendapatkan responden dalam jumlah yang besar dalam satu waktu.

b. Keterbatasan peneliti

(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui proporsi prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi yang terjadi di Padukuhan Kadirojo II. Padukuhan Kadirojo II terletak di Kelurahan Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Selain proporsi, peneliti ingin mengevaluasi tingkat prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi terhadap faktor sosio-ekonomi di Padukuhan Kadirojo II.

(48)
[image:48.595.97.496.195.587.2]

Responden penelitian adalah penduduk Padukuhan Kadirojo II. Jumlah penduduk Kadirojo II ini adalah 372 orang dengan jumlah responden yang digunakan adalah 200 orang.

Tabel IV. Profil Responden Penelitian (n=200) di Padukuhan Kadirojo II

Variabel Hasil

Jenis Kelamin

Laki-laki 34,0

Umur (tahun) 40-49 50-59 60-69 70-79 >80 33,0 31,0 14,0 14,5 7,5 Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA >SMA 30,0 27,5 13,0 24,0 5,5 Pekerjaan Indoor Outdoor 59,0 41,0 Penghasilan UMR >UMR 85,5 14,5 Tekanan Darah (mmHg)

Sistolik Diastolik

139,46±24,20 84,76±13,11

(49)

paling banyak memiliki pekerjaan yang dilakukan di dalam ruangan. Responden Padukuhan Kadirojo II yang bekerja di dalam ruangan sebanyak 118 orang. Pada faktor penghasilan, dapat dilihat bahwa responden penelitian ini memiliki ekonomi yang rendah. Dari hasil penelitian yang diperoleh, responden paling banyak mempunyai penghasilan di bawah atau sama dengan UMR. Jumlah responden yang memiliki penghasilan rendah sebanyak 171 orang. Tekanan darah sistolik dan diastolik responden Padukuhan Kadirojo II secara berturut-turut sebesar 139,46±24,40 dan 84,76±13,11.

Uji Q-Q Plot yang dilakukan oleh peneliti tidak menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Kurva distribusi normal terbentuk kurva simetris berbentuk lonceng apabila nilainya diplotkan. Pada data peneliti, kurva yang dihasilkan berbentuk distribusi miring yaitu semua distribusi nilai yang memiliki lebih banyak nilai di salah satu sisi nilai rata-rata dibandingkan dengan sisi lain atau tidak simetris (Brooker, 2009). Estimasi mean populasi dengan besar sampel lebih dari 30 dapat dikatakan berdistribusi normal (Gaussian) tanpa melihat bentuk distribusi yang sebenarnya atau biasa dikenal sebagai teorema limit pusat (Harinaldi, 2005).

(50)

tekanan darah sistolik. Selain itu menyatakan bahwa data tersebut memiliki varians berbeda, sehingga peneliti melakukan uji post hoc untuk mengetahui variabel yang bermakna. Setelah peneliti melakukan uji post hoc, diketahui bahwa kelompok umur ≥80 tahun mempengaruhi tekanan darah sistolik yang dibuktikan

dengan nilai p <0,05 yaitu 0,013; 0,014; dan 0,037.

Tabel V. Hubungan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Terhadap Umur, Jenis Kelamin serta Faktor Sosio-Ekonomi di Padukuhan Kadirojo II

Variabel Tekanan Darah Sistolik

Tekanan Darah

Diastolik Nilai p

Umur (tahun) 40-49 50-59 60-69 70-79 ≥80 163,33±16,99 154,66±16,56 153,00±10,06 155,71±21,41 171,56±24,68 85,95±13,34 85,45±13,70 84,79±12,80 83,89±13,06 78,13±9,10

TDS = 0,04* TDD = 0,32

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 138,29±24,73 140,05±23,99 85,40±14,63 84,42±12,30

TDS = 0,92 TDD = 0,51 Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA >SMA 144,62±26,90 138,56±26,41 141,85±21,44 134,27±15,86 132,73±30,38 84,83±15,09 83,40±13,36 85,88±12,27 86,31±11,12 81,64±10,73

TDS = 0,19 TDD = 0,72

Pekerjaan Indoor Outdoor 139,61±23,06 139,23±25,87 84,89±12,46 84,56±14,06

TDS = 0,12 TDD = 0,48 Penghasilan UMR >UMR 139,97±23,75 136,41±26,89 84,81±12,94 84,41±14,25

[image:50.595.102.517.275.604.2]
(51)

A. Prevalensi, Kesadaran dan Terapi Responden Hipertensi di Padukuhan Kadirojo II

Berdasarkan teori the rule of halves, setengah dari keseluruhan populasi menderita hipertensi, seperempat dari keseluruhan populasi sadar menderita hipertensi dan seperdelapan dari keseluruhan populasi melakukan terapi hipertensi. Data yang diperoleh peneliti lebih baik apabila dibandingkan dengan teori the rule of halves. Responden yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 200 orang dan setengah dari keseluruhan responden yaitu 100 orang menderita hipertensi. Jumlah responden yang sadar hipertensi sebanyak 51 orang dan yang melakukan terapi hipertensi sebanyak 34 orang. Jika data peneliti sesuai dengan teori the rule of halves, maka data yang seharusnya diperoleh adalah responden hipertensi sebanyak 100 orang, responden sadar menderita hipertensi sebanyak 50 orang serta responden hipertensi yang melakukan terapi antihipertensi adalah sebanyak 25 orang.

(52)

Pada tabel VI, kelompok usia terbanyak terdapat pada kelompok usia 50-59 tahun yaitu sebanyak 25 orang dengan proporsi sebesar 25%. Teori menyatakan bahwa hingga usia 55 tahun, laki-laki memiliki risiko hipertensi lebih besar daripada perempuan. Usia 55 tahun berada pada kelompok rentang usia 50-59 tahun. Selain itu, hasil penelitian ini membuktikan bahwa adanya kesesuaian antara teori dan hasil penelitian yang mengatakan bahwa prevalensi hipertensi pada usia lanjut lebih tinggi karena adanya perubahan alami pada jantung dan menurunnya elastisitas pembuluh darah arteri.

Responden yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 200

orang

Responden yang menderita hipertensi

sebanyak 100 orang (50%)

Responden yang sadar menderita hipertensi

sebanyak 51 orang (25,5%)

Responden yang melakukan terapi sebanyak 34 orang

(17%)

Responden yang menggunakan Amlodipin 6 orang

Responden yang menggunakan Captopril 7 orang

Responden yang menggunakan Diovan® (Valsartan) 2

orang

Tidak menghafal nama obat antihipertensi yang digunakan 19

orang Responden yang tidak

melakukan terapi sebanyak 17 orang

(8,5%)

Responden yang tidak sadar menderita hipertensi sebanyak 49

orang (24,5%)

Responden yang tidak menderita hipertensi sebanyak 100 orang

[image:52.595.101.514.146.550.2]

(50%)

(53)
[image:53.595.97.509.125.574.2]

Tabel VI. Profil Responden Hipertensi (n=100) di Padukuhan Kadirojo II

Variabel Hasil

Jenis Kelamin

Laki-laki 34

Umur (tahun) 40-49 50-59 60-69 70-79 ≥80

24 25 18 24 9 Pendidikan

SMP 76

Pekerjaan

Indoor 62

Penghasilan

UMR 87

Dari data yang diperoleh, terjadi kesesuaian antara teori bahwa orang yang berpendidikan ≤SMP memiliki risiko hipertensi lebih besar dibandingkan dengan

(54)

merokok. Ketidaksesuaian ini dapat disebabkan karena populasi perempuan di Padukuhan Kadirojo II ini lebih banyak daripada populasi laki-laki.

B. Perbedaan Antara Hipertensi, Kesadaran dan Terapi Hipertensi terhadap Faktor Sosio-Ekonomi

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkorelasikan perbedaan prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi terhadap faktor sosio-ekonomi yang terjadi di Padukuhan Kadirojo II. Faktor sosio-ekonomi yang dibahas meliputi pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Faktor pendidikan dikelompokkan menjadi dua bagian

yaitu responden yang memiliki pendidikan SMP dan >SMP. Faktor pekerjaan

dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok responden yang bekerja di dalam ruangan atau indoor dan responden yang bekerja di luar ruangan atau outdoor, sedangkan faktor penghasilan dikelompokkan menjadi UMR dan >UMR.

1. Analisis Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Hipertensi

Analisis Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi dengan Hipertensi ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan nilai p dari faktor sosio-ekonomi (pendidikan, pekerjaan dan penghasilan) sebagai variabel bebas dengan prevalensi hipertensi sebagai variabel terikat.

(55)
[image:55.595.99.511.182.555.2]

dapat diderita oleh siapapun tanpa melihat pendidikan, penghasilan dan jenis pekerjaan (indoor atau outdoor).

Tabel VII. Distribusi Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi dan Prevalensi Hipertensi

Faktor Risiko Nilai p OR 95% CI

Lower Upper Faktor Pendidikan

SMP

>SMP 0,55 0,95 0,38 2,38

Faktor Pekerjaan

Indoor Outdoor

0,19 1,56 0,69 3,53

Faktor Penghasilan UMR

>UMR

0,53 1,14 0,35 3,67

2. Analisis Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Kesadaran Hipertensi Analisis Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi dengan Kesadaran Hipertensi ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan serta nilai dari faktor sosio-ekonomi (pendidikan, pekerjaan dan penghasilan) dengan kesadaran hipertensi. Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran responden hipertensi bahwa dirinya menderita hipertensi.

(56)

berpendidikan lebih tinggi memiliki pengetahuan lebih luas dan kesadaran lebih tinggi terhadap penyakit dan kesehatan. Jenis pekerjaan indoor merupakan jenis pekerjaan yang memiliki waktu bekerja lebih banyak di dalam ruangan, contohnya ibu rumah tangga. Sebagian besar ibu rumah tangga berpendidikan >SMP sehingga memiliki kesadaran lebih tinggi dibandingkan dengan responden

berpendidikan ≤SMP, sedangkan jenis pekerjaan outdoor didominasi oleh petani

yang memiliki pendidikan ≤SMP. Jenis pekerjaan outdoor merupakan jenis

[image:56.595.99.512.201.510.2]

pekerjaan yang memiliki waktu bekerja lebih banyak di luar ruangan.

Tabel VIII. Distribusi Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi dan Kesadaran Hipertensi

Faktor Risiko Nilai p OR 95% CI

Lower Upper Faktor Pendidikan

SMP >SMP

0,56 0,86 0,22 3,44

Faktor Pekerjaan

Indoor Outdoor

0,04* 3,53 1,02 12,21

Faktor Penghasilan UMR

>UMR

0,61 0,88 0,16 4,81

*Ada perbedaan bermakna antara faktor pekerjaan terhadap kesadaran hipertensi Dari hasil penelitian ini, orang yang banyak menghabiskan waktu kerja di dalam ruangan memiliki kesadaran lebih tinggi dibandingkan orang yang banyak menghabiskan waktu kerja di luar ruangan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lina dan Wahyuni (2013) bahwa penderita penyakit kronis banyak menghabiskan waktu paling banyak di dalam ruangan.

(57)

patologis-fisiologis, kegiatan yang tidak diketahui oleh peneliti yang berpengaruh terhadap hipertensi serta terapi farmakologis selain terapi antihipertensi yang digunakan.

3. Analisis Perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi Terhadap Terapi Hipertensi Analisis perbedaan Faktor Sosio-Ekonomi terhadap Terapi Hipertensi ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan serta nilai dari faktor sosio-ekonomi (pendidikan, pekerjaan dan penghasilan) terhadap terapi antihipertensi yang dilakukan oleh responden hipertensi. Terapi antihipertensi yang dilakukan adalah terapi farmakologi yang diperoleh dari tenaga kesehatan.

Tabel IX. Distribusi Hubungan Faktor Sosio-Ekonomi dan Terapi Hipertensi

Faktor Risiko Nilai p OR 95% CI

Lower Upper Faktor Pendidikan

SMP >SMP

0,09 0,69 0,54 0,90

Faktor Pekerjaan

Tidak memiliki pekerjaan

Indoor

0,61 0,63 0,11 3,78

Faktor Penghasilan UMR

>UMR

0,56 0,60 0,06 6,05

[image:57.595.104.520.274.594.2]
(58)
(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Responden pada penelitian ini sebanyak 200 orang. Prevalensi hipertensi pada penelitian ini sebanyak 100 orang (50%). Jumlah responden yang sadar menderita hipertensi sebanyak 51 orang (25,5%) dan responden yang melakukan terapi hipertensi sebanyak 34 orang (17%).

2. Faktor sosio-ekonomi yang diteliti oleh peneliti adalah pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Pekerjaan memiliki perbedaan bermakna terhadap kesadaran yang dibuktikan dengan nilai p<0,05 (0,04<0,05), OR 3,529 (CI 95%: 1,020-12,027). Selain faktor pekerjaan, tidak ada hubungan terhadap prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi.

B. Saran

1. Disarankan kepada pemerintah daerah Kabupaten Sleman untuk meningkatkan pemberian informasi kesehatan khususnya hipertensi beserta faktor-faktor penyebab hipertensi ke masyarakat sebab prevalensi hipertensi selalu meningkat setiap tahunnya.

(60)
(61)

DAFTAR PUSTAKA

Armilawaty, Amalia, H., Amirudin, R., 2008, Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam Kajian Epidemiologi Bagian Epidemiologi, FKM UNHAS,

http;//www.CerminDuniaKedokteran.com/index.php?option=com_content &task=view&id=38&Itemid=12), diakses tanggal 20 Februari 2014. Azwar, S., 2005, Signifikan Atau Sangat Signifikan, Buletin Psikologi UGM, 13

(1), 38-44.

Brooker, C., 2009, Ensiklopedia Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, p.168.

Budiarto E., 2004, Metodologi Penelitian Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, p.56.

Bustan, M.N., 2007, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta, Jakarta, p. 29-38.

Chayatin, N., Mubarak, W.I., 2009, Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, p.116.

Chow, C.K., Teo, K.K., Rangarajan, S., Islam, S., Gupta, R., Avezum, A., et.al., 2013, Prevalence, Awareness, Treatment and Control of Hypertension in Rural and Urban Communities in High-, Middle-, and Low-Income Contries, JAMA, 310 (9), 1-10.

Davey, P., 2006, At A Glance Medicine, Penerbit Erlangga, Jakarta, pp.139. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009, Kendalikan Stress dan

Hipertensi, Raih Produktivitas, http://www.depkes.go.id, diakses tanggal 26 Desember 2013.

Dinas Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta, 2008, Profil Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta, Dinas Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta, Yogyakarta. Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M.,

2008, Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach, Seventh Edition, McGraw-Hill, Amerika Serikat, pp. 139-140.

Djaali, Muljono, P., 2007, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, Grasindo, Jakarta, p.27.

(62)

Eksanoto, D., 2010, Hubungan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Dengan Kajian Hipertensi Di Kelurahan Jagalan di Wilayah Kerja Puskesmas Pucangsawit Surakarta, http://www.scribd.com/doc/61731649/tingkat-pendidikan-jenis-kelamin-dengan-kejadian-hipertensi, diakses tanggal 11 Mei 2014.

Feng, X.L, Pang, M, and Beard, J, 2014, Health System Strengthening and Hypertension Awareness, Treatment and Control: Data from the China Health and Retirement Longitudinal Study, Bull World Health Organ, 92, 29.

Gormer, B., 2007, Hypertension Pharmacological Management, http://www.pharmj.com/pdf/hp/200704/hp 200704 pharmacological.pdf, diakses pada tanggal 12 Februari 2014.

Gunawan, L, 2001, Hipertensi, Penyakit Tekanan Darah Tinggi, Kanisius, Yogyakarta, p. 16.

Gray, H.H., Dawkins, K.D., Morgan, J.M., Simpson, I.A., 2005, Kardiologi, Edisi 4, Penerbit Erlangga, Jakarta, p.57-62.

Grotto, S., 2008, Hypertension and Socioeconomic status, Curr Opin Cardiol, 23 (4), 335-339.

Hallas, J., 2001, Pharmacoepidemiology-current opportunities and challenges,

Nor Epidemiol, 11 (1), 7, 10.

Harinaldi, 2005, Prinsip-prinsip Statistika untuk Teknik dan Sains, Erlangga, Jakarta, p. 119.

Jihadi, M., 2012, Uji Normalitas Data dengan SPSS, http://jihadi.staff.umm.ac.id/download-as-pdf/blog_article_2986.pdf, diakses pada tanggal 7 November 2014.

Kaidah, S., Fakhrurrazy, Setyaningtyas, D., 2010, Pengetahuan dan Perilaku Penderita Hipertensi di Unit Kesehatan Pelabuhan (UKESPEL) PT.Pelindo III Banjarmasin Periode Juli-Agustus 2008 Tinjauan Terhadap Umur, Tingkat Pendidikan dan Lama Menderita Hipertensi, Al’Ulum, 45 (3), 43-44.

Kartari, D.S., 1995, Review Hipertensi di Indonesia Tahun 1980 ke Atas, Cermin Dunia Kedokteran, 100 (3), 42.

(63)

Kiau, B.B., Kau, J., Nainu, B.M., Omar, M.A., Saleh, M., Keong, Y.W., et.al., 2013, Prevalence, Awareness, Treatment, and Control of Hypertension among the elderly: the 2006 National Health and Morbidity Survey III,

Med J Malaysia, 68 (4), 332-337.

Kowalski, R.E., 2006, Terapi Hipertensi, PT. Mirzan Pustaka, Jakarta, p.16. Kumar, V., Abbas, AK., and Fausto, N., 2005, Hypertensive Vascular Disease.

Dalam: Robn and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th ed., Elsevier Saunder, Philadelpia, pp.528-529

Lina, N., Wahyuni, C.U., 2013, Analisis Pengaruh Paparan Asap Rokok di Rumah Pada Wanita Terhadap Kejadian Hipertensi, Departemen Epidemiologi FKM Universitas Airlangga, p.245.

Mancia, G., Fagard, R., Narkiewicz, K., Redon, J., Zanchetti, A., Bohm, M., et al., 2013, 2013 ESH/ESC Guidelines for the management of arterial hypertension: The Task Force for the management of arterial hypertension of the European Society of Hypertension (ESH) and of the European Society of Cardiology (ESC), jhypertension, 31, 1286.

Morton, R.F, Hebel, J.R, McCarter, R.J, 2001, A Study Guide to Epidemiology and Biostatistics, 5th edition, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, p. 95, 108. Murti, B., 2003, Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Hipertensi Pada

Wanita di Kabupaten Sukoharjo, Biomedika, 6 (8) 136-145.

National Institute for Health and Clinical Excellent, 2011, Hypertension, NICE Clinical Guidelines, UK, pp.5.

Nisfiannoor, M, 2009, Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial, Salemba Humanika, Jakarta, p. 211.

Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Penerbit Samlemba Medika, Jakarta, p.83, 94.

Purnamaningrum, A., 2010, Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Masyarakat Untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Mata, Skripsi, 6, Universitas Diponegoro, Semarang.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

(64)

Rao, V., Daniel, A., 2014, Application of the “Rule of Halves” for Hypertension as an Assessment Tool in an Urban Slum at Davangere, njcmindia, 5 (3), 333.

Robinson, Shawn, W., 2014, Hypertension Guidelines in 2014, Division of Cardiology University of Maryland School of Medicine, pp.15.

Saefuddin, A., Notodiputro, Khairil, A., Alamudi, A., Sadik, K., 2005, Statistika Dasar, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, p.76.

Santoso, S., 2010, Statistik Parametik, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, p.79, 88, 103.

Sarwoyo, H.D., Hendarwo, M., Pola Perilaku Type A (PPTA) Pada Penyakit Jantung Koroner (PJK), Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang, http://www.tempo.co.id/medika/arsip/092002/art-2.htm, diakses tanggal 20 Februari 2014.

Sebataraja, Lisbet, R., Oenzil, F., Asterina, 2014, Hubungan Status Gizi dengan Status Sosial Ekonomi Keluarga Murid Sekolah Dasar di Daerah Pusat dan Pinggiran Kota Padang, Jurnal Kesehatan Andalas, 182-183.

Sigarlaki, H., 2006, Karakteristik dan Faktor Berhubungan Dengan Hipertensi di Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Tahun 2006, Makara, 10 (2), 78-80.

Soenardi, T., Soetardjo, S., 2001, Hidangan Sehat untuk Penderita Hipertensi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, p. 5-6, 8.

Straka, R.J., 2008, Pharmaceutical Principles and Practise, The McGraw Hill Companies, USA, pp. 9-31.

Swarjana, I., 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan, ANDI, Yogyakarta, p. 50. Timmreck, T.C., 2005, Epidemiologi, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, p.99,

216.

Tongco, M.D.C, 2007, Purposive Sampling As a Tool For Informant Selection,

Ethnobotanyjournal, 151.

Umar H., 2002, Metode Riset Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, p.150.

WHO_ISH, 1999, Hypertension Practice Guidelines for Primary Care Physicians,

(65)

&cad=rja&ved=0CGoQFjAG&url=http%3A%2F%2Fold.lf3.cuni.cz%2F farmakologie%2Fwhohyperguide.ppt&ei=xIzYUvyNM8vKrAfXqoCwD

A&usg=AFQjCNGl0lUP3-AbQud3zK4ug5LRb8Y7NA&sig2=yKZ9acyqF4tjTmfY4cXekg&bvm= bv.59568121,d.bmk,diakses tanggal 17 Januari 2014.

World Health Organization Regional Office for The Eastern Mediterranean, 2005,

Clinical Guidelines for The Management of Hypertension, EMRO Technical Publications, Egypt, pp. 13.

World Health Organization, 1999, Guidelines For The Management Of Hypertension, http://new.euromise.org/mgt/who1999/whoshort.html, diakses tanggal 27 Desember 2013.

(66)

Lampiran 1

(67)
(68)

Lampiran 2

Lembar Pertanyaan Kepada Responden

1. Peneliti menanyakan nama responden

2. Peneliti menanyakan alamat (apabila peneliti berada di rumah responden catat nomor rumah, RW dan RT)

3. Peneliti menanyakan umur responden

4. Peneliti menanyakan pendidikan terakhir responden 5. Peneliti menanyakan jenis pekerjaan responden

6. Peneliti menanyakan jumlah penghasilan responden apabila responden tidak menjawab peneliti menanyakan apakah diatas atau dibawah UMR (Rp.1.127.000,-)

7. Peneliti mengukur tekanan darah responden (pengukuran pertama)

8. Apabila hasil tekanan darah tinggi, peneliti menanyakan apakah responden sadar menderita hipertensi?

9. Apabila responden sadar menderita hipertensi, peneliti menanyakan apakah melakukan terapi obat antihipertensi, jika iya dan tidak catat.

(69)

Lampiran 3

(70)

Lampiran 4.

SOP Pengukuran Tekanan Darah Menggunakan Spygmomanometer Digital

1. Baterai diperiksa sebelum digunakan.

2. Biarkan pasien untuk beristirahat terlebih dahulu selama 3-5 menit sebelum memulai pengukuran.

3. Lilitkan Cuff di sekitar lengan secara pas dan tidak ketat. Sejajarkan dengan jantung.

4. Letakkan lengan dengan ditumpukan di atas meja agar sejajar dengan jantung.

5. Pasien dijelaskan bahwa saat pengukuran berjalan, Cuff akan mengembang untuk sementara waktu dan akan mengempis kembali. 6. Saat dilakukan pengukuran, biarkan Cuff mengembang dan mengempis.

Pengukuran dilakukan sebanyak 2kali dengan selang waktu 1-2 menit. 7. Catat hasil pengukuran sistolik dan diastol

Gambar

Tabel I. Persamaan dan Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian di
Gambar 1.  Bagan profil subjek yang akan diamati dalam penelitian prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi berdasarkan faktor sosio-ekonomi berdasarkan teori ‘Rule of Halves’
Tabel II. Definisi Operasional Definisi
Gambar 2. Penelitian di Padukuhan Kadirojo II
+7

Referensi

Dokumen terkait

telah ada constitutional review terhadap bagian penjelasan Pasal 55 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (selanjutnya ditulis UU Perbankan

dalam banyak ayat dan tersebar di berbagai surat, baik secara inplisit

Spesifik dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu menganalisis Pasal 18 Ayat (1), (2), dan (3) Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto

This research is also aimed at analyzing how equivalent the culturally-bound expressions in Pramoedya Ananta Toer ’s Rumah Kaca are compared to their translated expressions

[r]

Senyawa organik yang dapat digunakan adalah senyawa organik dengan gugus fungsional terion seperti asam humat dan senyawa organik y'ang mempunyai gugus fungsional tidak terion

satu minggu. Modul-modul itu adalah modul kelainan kongenital, infeksi, trauma, inflamasi, kelaianan metabolik endokrin, neoplasma dan penyakit degeneratif dengan

From results of research that conducted on the general insurance company listed on the Indonesia Stock Exchange which published their financial statements from 2010 until 2014, it