1 A. Latar Belakang Masalah
Kontrak atau perjanjian berkembang pesat saat ini sebagai konsekuensi logis dari berkembangnya kerjasama bisnis antar pelaku bisnis. Banyak kerjasama bisnis dilakukan oleh pelaku bisnis dalam bentuk kontrak atau perjanjian tertulis. Bahkan, dalam praktik bisnis telah berkembang pemahaman bahwa kerjasama bisnis harus diadakan dalam bentuk tertulis. Kontrak atau perjanjian tertulis adalah dasar bagi para pihak untuk melakukan penuntutan jika ada satu pihak tidak melaksanakan apa yang dijanjikan dalam kontrak atau perjanjian.1
Perjanjian Menurut pasal 1313 Perjanjian adalah suatu perbuatan yang mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap terhadap satu orang atau lebih. Suatu perjanjian agar sah menurut hukum, maka harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan undang-undang, yaitu Pasal 1320 KUH Perdata, yang menyebutkan bahwa syarat sahnya perjanjian adalah:
1. Adanya kesepakatan di antara para pihak 2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian 3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
1Muhammad Syaifuddin.2012. Hukum Kontrak Memahami Kontrak dalam prespektif Filsafat, Teori, Dogmatik, dan Praktik Hukum (Segi Pengayaan Hukum Perikatan),Mandar Maju,
Hubungan antara para pelaku usaha dengan konsumen dalam dunia bisnis akan berorientasi pada dalil efisiensi sehingga dalam meralisasikan hubungan tersebut cenderung dicari bentuk atau model hubungan yang praktis. Ketentuan mengenai pernyataan dan persetujuan untuk menerima segala persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan secara sepihak dan ketentuan-ketentuan penanda tanganan atas dokumen-dokumen yang telah dipersiapkan lebih awal oleh pelaku usaha, tercantum dalam surat pemesanan yang sering disebut perjanjian baku.
Dewasa ini semakin marak dipergunakannya Kontrak Baku yang disertai dengan Klausul Eksonerasi. Kotrak baku merupakan Kontrak yang telah dibuat sepihak oleh pihak-pihak yang terlibat dimana dalam Kontrak ini biasanya memuat kewajiban salah satu pihak saja, sedangkan Klausula Eksonerasi adalah syarat yang secara khusus membebaskan pengusaha dari tanggung jawab terhadap akibat yang merugikan, yang timbul dari pelaksanaan perjanjian.2
Hal tersebut jelas sangat merugikan bagi pihak yang terlibat dalm perjanjian tersebut yang tidak memiliki High Bargaining Position (posisi yang lebih tinggi). Sudah jatuh tertimpa tanga pula sepertinya kiasan ini memeang cocok bagi para pelaku usaha ataupun indivu atau badan hukum yang sedang terikat dalam perjanjian Baku berklausul Eksonerasi. Bagaimana tidak Perjanjian Baku yang merupakan perjanjian Sepihak sudah merugikan Pihak lain yang terikat padanya dikarenakan
klausul yang termuat merupakan kehendak satu pihak, ditambah lagi dengan Klausul Eksonerasi, dimana para pembuat perjanjian terutama pemegang kendali akan sebisa mungkin meminimalisir Kewajiban yang harus ia lakukan atau Resiko yang akan dia derita dikemudian hari, dengan membuat Klausul yang menyatakan bahwa Kewajiban dan Resiko tersebut merupakan menjadi tanggungan Pihak lain. Hal tersebut justru semakin menyengsarakan kehidupan masyarakat, hal itu disebabkan oleh keadaan ekonomi yang menghimpit serta terbebani dengan Klausul seperti itu. Klausul-Klausul tersebut sering kita jumpai dalam Perjanjian yang dilakukan dalam perjanjian bisnis salahsatunya dalam pemberian Kredit oleh bank.
Pengertian Kredit berdasar pasal 1 butir 11 Undang-Undang No.10 tahun 1998, menjelaskan pengertian kredit ialah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tetentu dengan imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
sebuah perjanjian, apabila ditelaah secara cermat, beban tanggung jawab konsumen lebih ditonjolkan daripada pelaku usaha, bahkan terlintas kesan bahwa pengusaha atau Kreditur dalam hal ini bank berusaha supaya bebas dari tanggung jawab. Keadaan tersebut dirumuskan secara rapi dalam syarat-syarat perjanjian. Syarat yang memuat pembebasan tanggung jawab ini disebut Klausula Eksonerasi.3
Kegiatan Perjanjian Baku sebenarnya semakin berkembang pesat karena dilaterbelakangi oleh Keadaan Sosial ekonomi, dimana Perusahaan besar dan Perusahaan pemerintah mengadakan Kerja sama dalma suatu Organisasi dan untuk kepentingan mereka, ditentukanlah syarat-syarat secara sepihak. Pihak Lawannya (wederpartijI) pada umumnya memiliki kedudukan yang lemah baik dari segi posisi maupun ketidaktahuannya, dan hanyalah menerima segala sesuatu yang disodorkan. Penggunaan Perjanjian Baku ini telah menunjukkan perkembangan yang sangat membahayakan kepentingan masyarakat, terlebih dengan mengingat bahwa awamnya masyarakat terhadap aspek hukum secara umum, dan khususnya pada Aspek Hukum Perjanjian4.
Tujuan dari pelaku usaha dalam menerapkan perjanjian baku adalah untuk menghemat waktu. Karena dalam hal ini tidak perlu terjadi proses tawar menawar. Selain itu, perjanjian baku juga diterapkan untuk membuat keseragaman terhadap pelayanan yang diberikan kepada
3Soedjono Dirdjosisworo. 2006, Pengantar Hukum Dagang Internasional. Bandung, PT.Refika
Aditama, hlm.67
konsumen. Dengan adanya perjanjian baku, maka semua konsumen diperlakukan sama. Meskipun memberi keuntungan dalam hal efisiensi, namun perjanjian baku memiliki kekurangan. Yakni menempatkan konsumen dalam posisi yang lemah. Hal ini terjadi karena yang membuat perjanjian tersebut adalah pihak pelaku usaha. Biasanya yang bertugas untuk membuat perjanjian ini adalah staff legal dari pelaku usaha. Seorang staff legal tentu memiliki pemahaman yang sangat baik mengenai hukum
dan mengetahui „celah hukum’ yang dapat dimanfaatkan demi
kepentingan pelaku usaha.5
Larangan penggunaan Klausula Baku oleh pelaku usaha diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Yang salah satu dari ketentuan tersebut berbunyi:
(1) Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk:
a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha.
b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen.
c. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.
d.Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen; e. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi
manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa;
f. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya;
g.Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.
(2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti.
(3) Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum.
(4) Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan undang-undang ini.
Namun hingga kini pelaku usaha cenderung membuat perjanjian baku berklausula Eksonerasi yang akan melindungi kepentingannya bila terjadi hal yang tidak diinginkan dan menimbulkan potensi kerugian kepada pelaku usaha dalam hal ini pihak bank, misalnya “Bank sewaktu-waktu dapat menarik kredit (menghentikan izin kredit) tanpa alasan dan
tanpa pemberitahuan sebelumnya secara sepihak”. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya hak pelaku usaha dan kewajiban konsumen yang terdapat di dalam sebuah perjanjian baku. Dalam hal perjanjian baku konsumen bukan lagi raja, melainkan sapi perahan. Satu-satunya kekuasaan yang dimiliki oleh konsumen terhadap perjanjian baku adalah untuk menolak penawaran yang diberikan oleh pelaku usaha. Ini berarti bila konsumen tidak setuju dengan ketentuan yang terdapat di dalam perjanjian baku, maka satu-satunya pilihan yang dimiliki oleh konsumen adalah untuk tidak menerima penawaran yang diberikan oleh konsumen. Istilah kerennya
adalah „take it or leave it’.6
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Perjanjian Baku Berklausula Eksonerasi dalam Akta Kredit ditinjau dalam perspektif Hukum Positif Indonesia?
2. Bagaimana perlindungan hak-hak konsumen dalam Perjanjian Baku Berklausula Eksonerasi dalam Akta Kredit dalam perspektif Hukum Poositif Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Penulisan ini di harapkan dapat menambah wawasan dalam bidang hukum lebih khususnya pada bidang hukum bisnis , terkait dengan penulisan ini yang menjadi tujuan utama penulisan ini ialah sebagai berikut :
1. Ingin mengetahui mengenai Hukum Perjanjian Baku Berklausula Eksonerasi dalam Akta Kredit Bank berdasarkan perspektif Hukum Positif Indonesia.
2. Ingin mengetahui mengenai perlindungan hukum bagi konsumen dalam perjanjian Baku Berklausula Eksonerasi dalam Akta Kredit Bank berdasarkan perspektif Hukum Positif Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Secara Praktis
b. Dapat mengetahui mengenai perlindungan hukum bagi konsumen dalam Perjanjian Baku Berklausula Eksonerasi dalam Akta Kredit Bank Berdasarkan Perspektif Hukum Positif di Indonesia
2. Manfaat Secara Teoritis
a. Penelitian ini dilakukan oleh penulis dalam rangka sebagai syarat memperoleh gelar kesarjanaan strata satu dalam bidang ilmu hukum
b. Dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan hukum khusunya dalam ruang lingkup keperdataan yaitu hukum kontrak, hukum dagang, dan hukum bisnis
E. Metode Penulisan
Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.7 Oleh karena itu, penelitian hukum merupakan suatu penelitian di dalam kerangka know-how di dalam hukum. Hasil yang ingin di capai adalah untuk memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogianya atas isu yang diajukan. Terkait dengan isu yang diangkat oleh penulis yakni Perjanjian Baku Berklausula Eksonerasi dalam Akta Kredit Bank Ditinjau dari Hukum Positif Indonesia, penulis mencoba menggunakan pendekatan undang-undang (statute approach) dan juga pendekatan konseptual (conceptual approach).
7 Peter Mahmud Marzuki. 2011,.Penelitian Hukum,Jakarta, Kencana Prenada Media Group
Pendekatan Yuridis Normatif dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang terkait dan bersangkut paut dengan isu hukum yang hendak diangkat. Sedangkan pendekatan koseptual dilakukan dengan memperlajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin di dalam ilmu hukum,peneliti akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian hukum, konsep hukum dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi. Adapun metode penulisan yang di gunakan adalah sebagai berikut :
1) Jenis penelitian
Terkait dengan isu hukum yang coba diangkat oleh penulis maka dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian hukum normatif yang bersifat eksploratoris dan berbentuk preskriptif, dimana metode penelitian normatif ini nantinya akan mencakup 8:
a. Penelitian terhadap azas- azas hukum b. Penelitian terhadap sistematika hukum
Selanjutnya bentuk penelitian ini berbentuk penelitian preskriptif , bentuk penelitian preskriptif ini dimaksudkan untuk menemukan saran-saran mengenai apa yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan isu hukum yang sedang di angkat oleh penulis.
2) Sumber Bahan Hukum a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer yakni bahan hukum yang diperoleh dari hukum positif yang mengikat atau peraturan perundang-undangan yang berlaku misalnya Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan juga peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan dengan penelitian ini serta akta perjanjian kredit bank dalam hal ini Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Kc Lamongan dan Bank Danamon;
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti misalnya, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum dan seterusnya;
c. Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier yakni bahan yang memberikan pentujuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekundeer contohnya adalah kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif dan lain-lain.
3) Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
dari buku, peraturan perundang-undangan, makalah, artikel, dan literatur lain yang berkaitan dengan penelitian ini yang kemudian nanti akan dikelompokkan menjadi bahan hukum primer dan sekunder lalu kemudian disusun secara sistematis, dianalisa dan dikembangkan 4) Analisa Bahan Hukum
yang didapat dari pemikiran para ahli hukum maupun konsep hukum yang telah ada (conceptual approach). Informasi-informasi dalam analisis isi ini dapat dihubungkan dari dokumen dan hal-hal lain yang berkaitan serta mempunyai relevansi yang tinggi. Pemilihan alisis isi dalam penelitian ini agar peneliti dapat mencapai kesimpulan yang diinginkan, karena dalam teknik ini peneliti dapat meneliti secara keseluruhan dengan lebih mendalam sesuai yang dikehendaki peneliti. F. Rencana Sistematika Penulisan
Dalam melakukan suatu penelitian hukum tentunya penulis perlu untuk menyusus suatu sistematika penulisan dimana nantinya sistematika penulisan ini akan membantu penulis maupun pembaca dalam memahami pembahasan isu hukum yang di angkat oleh penulis. Adapun rencana sistematika penulisan penulis ialah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan :
Berisikan latar belakang pengambilan isu hukum oleh penulis, rumusan masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam penulisan ini, tujuan dan manfaat penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka :
BAB III Pembahasan :
Berisikan mengenai pembahasan mengenai pokok permasalahan dalam penulisan ini yakni mengenai Aspek Hukum Positif Perjanjian Baku Berklausula Eksonerasi dalam Perjanjian Kredit, dan juga perlindungan hukum bagi hak-hakpara pihak dalam perjanjian ini.
BAB IV Penutup
iii
DALAM AKTA KREDIT BANK DITINJAU DARI HUKUM POSITIF INDONESIA
Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan
dalam bidang Ilmu Hukum
Oleh: BRIK KUMALA 201010110311001
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM
vii
Dunia dan akhirat mempunyai anak
Jadilah anak-anak akhirat Dan jangan menjadi anak-anak dunia.
Hari ini (di dunia) adalah hari beramal Dan bukanlah hari perhitungan (Hisab)
Sedangkan besok (diakhirat) adalah hari perhitungan (Hisab) Dan bukanlah hari beramal
_ ALI BIN ABI THALIB ra_
Motto :
Sekuat tenaga kita berusaha mencari tahu takdir kita Tidak akan kita temukan jawabannya
Sebab itu adalah ketetapan Allah azza wajalla
viii
Perjanjian Kredit Bank Ditinjau Dari Hukum Positif Indonesia
Pembimbing : Herwastoeti, SH., M.Si.
Komariah, SH., M.Si., M.Hum.
Semakin marak dipergunakannya Kontrak Baku yang disertai dengan Klausul Eksonerasi pada perjanjian kredit perbankan dirasa semakin merugikan bagi pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut yang tidak memiliki High Bargaining Position (posisi yang lebih tinggi). Peneliti akan meneliti bagaimana Pengaturan kalusula eksonerasi dalam perjanjian kredit bank dan bagaimana bentuk perlindungan hak-hak konsumen terkait itu. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian hukum yuridis normatif dengan peraturan perundang-undangan dan akta kredit bank sebagai bahan hukum primer, dimana penulis menggunakan statute approach (Hukum Perdata, UU Perbankan , dan UUPK) dan conceptual approach terhadap akta kredit bank yang dianalisa menggunakan metode content analysis yang merupakan pembahasan mendalam terhadap isi teks dan juga mendeskripsikan pendekatan analisis yang khusus yang diperoleh dari library research. Berdasarkan hasil analisis KUH perdata telah tegas mengatur bahwa semua perjanjian harus memenuhi pasal 1320 dan juga keempat asas (kesepakatan, kebebasan berkontrak, keseimbangan, dan itikad baik) dalam perjanjian apabila ketentuan dalam pasal 1320 dilanggar maka perjanjian dapat dibatalkan atau batal demi hukum, UUPK melarang klausul baku dalam pasal 18, apabila pasal 18 (1) dan (2) UUPK dilanggar maka perjanjian tersebut batal demi hukum, meskipun demikian masih dibutuhkan gugatan/ permohonan melalui pengadilan. PBI memberikan beberapa perlindungan bagi debetur dengan adanya PBI No.7/7/PBI/2005 tentang penyelesaian pengaduan nasabah yang diubah dengan PBI No.10/10 /PBI/2008 dan PBI No.8/5/PBI/2006 tentang Mediasi Perbankan sebagaimana telah diubah dengan PBI No.10/1/PBI/2008 yang dapat digunakan debetur untuk meyelesaikan permasalahan dengan bank terkait eksonerasi serta PBI No.7/6/PBI/2005 tentang transparansi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah.
ix
Title : Analysis Standard Contract with Exoneratie Clause On Credit Agreement’s Bank In Terms Of The Positive Law Of Indonesia
Supervisor : Herwastoeti, SH., M.Si.
Komariah, SH., M.Si., M. Hum.
The increase of Standard Contract accompanied by exoneration clause in bank credit agreement significantly inflicts financial loss for involved parties who do not have High Bargaining Position. The researcher will concern on the setting of exoneration clause implied on bank credit agreement and the protection of
consumer’s rights. This study applies juridic-normative legal research with legislation and bank credit certificate as primary legal materials, in which the researcher used statute approach (Civil Law, Banking Legislation, and Consumer Protection Laws) and conceptual approach on bank credit certificate analysed by using content analysis method that deeply concerns on textual content. Moreover, it also used library research as depth discussion on describing the analysis approach. Based on the analysis, Statute Book of Civil Law (KUH Perdata) has firmly set that all agreements must comply with article 1320 and the four principles of agreement (deal, freedom of contract, balance, and good intention). If the terms are violated, the agreement can thereby be nullified or legally invalid. The Consumer Protection Laws (UUPK) has prohibited standard clause in article 18. If the terms in article 18 (1) and (2) are violated, the agreement is thereby legally nullified. Nevertheless, it still requires a claim or application through justice. Bank Indonesia Regulation (PBI) provides several debtor protections through PBI No.7/7/PBI/2005 about Settlement of Customer Complaints which is substituted with PBI No.10/10/PBI/2008 and PBI No.8/5/PBI/2006 about Banking Mediation which has also been substituted with PBI No. 10/1/PBI/2008. It could be used by debtor to solve any problem related to banking exoneration. Furthermore, there is another regulation, PBI No.7/6/PBI/2005 about banking product transparency and use of personal data information.
x
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul “ Analisis Perjanjian Baku Berklausula Eksonerasi dalam Akta Kredit Bank Ditinjau dari
Hukum Positif Indonesia” ini dapat terselesaikan. Shalawat serta Salam tak lupa
penulis haturkan kepada junjungan besar nabi Muhammad SAW.
Dalam Penulisan skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S-1) pada fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah malang. Dengan segala keterbatasan dan kekurangan, penulis berusaha memberikan yang terbaik untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna dibidang akademis khususnya bagi Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam Penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :
1. Allah SWT yang mengizinkan saya lahir dan dididik oleh Kedua orang tuaku tersayang, abi Umar Wafi Awad Basalamah dan umi Laila Ishaq yang selalu menjadi tempat berteduh bagi penulis selama pengerjaan skripsi ini. limpahan materi yang beliau berikan tanpa henti menjadikan penulis tidak pernah kekurangan satu apapun. Doa beliau di setiap sholat dan tengah malamnya yang menguatkan penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Nasehat berpasrah pada Allah SWT, bahwa Allah lebih tau kebutuhan hambanya , yang membuat penulis kuat sampai akhir penulisan ini. Kata-kata tidak cukup menggambarkan betapa hebat, berjasa serta berharganya beliau.
2. Kakakku tersayang anugerah terindah dari Allah SWT bagi penulis, Hittah Kumala Basalamah, tidak ada kakak seperti dia yang memberikan semua yang dia mampu untuk membantu penulis menyelesaikan penulisan skripsi
ini, nasehat “Maktub In dallah” selalu terngiang dalam setiap langkah
penulis..
xi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah malang yang selama ini telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan nasehat bagi penulis.
6. Notaris/PPAT Hj. Dyana Wulansari, SH., M.Kn yang telah berkenan memberikan data penelitian kepada penulis dan juga Mas Khuluq yang bersusah payah berkeliling mencarikan data bagi penulis.
7. Ade Setiawan,S.pd yang selalu membantu, memberi semangat dan menemani penulis selama pengerjaan skripsi ini.
8. Kepada teman-teman saya Kelly, Maya, Yunanda, Ali serta teman-teman di Green House. Kehadiran kalian memberikan semangat bagi penulis. 9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang turut
membantu penyelesaian skripsi ini
Disadari dalam penulisan laporan akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis berharap kepada semua pihak untuk dapat memberikan masukan demi penyempurnaan karya ilmiah ini. Semoga Allah SWT selalu melindungi dan meridhoi atas segala apa yang telah penulis sampaikan dalam skripsi ini. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan dan peneliti serta bagi orang lain yang membaca saat ini maupun di kemudian hari.
Malang, 18 Agustus 2015 Penulis,
xii
Lembar Pengesahan ... ii
Surat Pernyataan Penulisan Hukum Bukan Hasil Plagiat ... iii
Ungkapan Pribadi/Motto ... iv
Abstraksi ….. ... v
Abstract ... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi ……... ix
Daftar Lampiran ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Metode Penelitian ... 8
F. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian ... 14
2. Syarat Sah Perjanjian ... 17
3. Bentuk Perjanjian ... 19
4. Asas-asas dalam Perjanjian ... 23
5. Batalnya Peerjanjian ... 43
B. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Kredit 1. Pengertian Unsur-Unsur Perjanjian Kredit ... 47
xiii BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis terhadap Pengaturan perjanjian Baku Berklausula Eksonerasi dalam Akta Kredit Bank Ditinjau dari Hukum Positif Indonesia
1. Analisis terhadap Pengaturan Perjanjian Baku Berklausula Eksonerasi dalam Akta Kredit Bank Ditinjau dari Hukum
Perdata………. 63
2. Analisis terhadap Pengaturan Perjanjian Baku Berklausula Eksonerasi dalam Akta Kredit Bank Ditinjau dari UU No.7 tahun 1992 jo UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan ... 79 3. Analisis terhadap Pengaturan Perjanjian Baku Berklausula
Eksonerasi dalam Akta Kredit Bank Ditinjau dari Uu No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ... 84 B. Analisis Contoh Konkrit Penggunaan Klausula Eksonerasi
dalam Akta Kredit Perbankan ... 86 C. Analisis Perlindungan Hak-Hak Konsumen dalam Perjanjian
Baku Berklausula Eksonerasi dalam Akta Kredit Bank dalam Hukum Positif Indonesia
1. Analisis Perlindungan Hak-Hak Konsumen dalam Perjanjian Baku Berklausula Eksonerasi dalam Akta Kredit Bank Ditinjau dari Hukum Perdata ... 99 2. Analisis Perlindungan Hak-Hak Konsumen dalam Perjanjian
xiv
Konsumen ... 112
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 119
B. Saran ... 123
Daftar Pustaka……… .. 125
Lampiran 1 ... 128
125
Badrulzaman D. M, 2014, Aneka Hukum Bisnis (cetakan IV), Bandung, PT.Alumni
Dirdjosisworo, S, 2006, Pengantar Hukum Dagang Internasional. Bandung, PT.Refika Aditama
Fuady, Muady, 2013, Teori-Teori Besar (Grand Teori) Dakam Hukum. Jakarta. PT. Fajar Interpratama mandiri
---, 2002. Hukum Perkreditan Kontemporer. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti
Ghazali, D & Usman, R, 2010, Hukum Perbankan,Jakarta, Sinar Grafika,
Ibrahim, J & Sewu, L. 2007, Hukum Bisnis Dalam Persepsi Manusia Modern. PT. Refika Aditama Bandung, 2007
Komariah, 2010, Hukum Perdata, Malang, UPT Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang
Marzuki , PM, 2011, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana Prenada Media Group Panggabean,.H.P. , 2012, Praktik Standaard Contract (Perjanjian Baku) Dalam
Perjanjian Kredit Perbankan, Bandung, PT.Alumni.
Soekanto, Soerjono,1986,Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia
Sjahdeni, S.R, 1993. Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia. Jakarta. Institut Bankir Indonesia
Syaifuddin, Muhammad,2012, Hukum Kontrak Memahami Kontrak dalam Perspektif Filsafat, Teori, Dogmatik, dan Politik Hukum(Seri Pengayaan
Hukum Perikatan), Bandung, Mandar Maju
Peraturan Perundang Undangan:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Udang-unddang No. 7 tahun 1992 jo Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang Perbankan
PBI No.7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk dan Penggunaan Data Nasabah
PBI No.7/7/PBI yang diubah dengan PBI No.10/10/PBI/2008 tentang Pemyelesaian Pengaduan Nasabah
PBI No.8/5/PBI/2006 yang diubah dengan PBI No.10/1/PBI/2008 tentang Mediasi Perbankan
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 27/162/KEP/DIR dan SEBI No. 27/7/UPPB tentang Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijakan Perkreditan
Instruksi PresidiumKabinet Nomor 15/IN/10/66 tentang Pedoman Kebijakan di Bidang Perkreditan
Undang-undang nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Jurnal/ Hasil Penelitian Terdahulu :
Leonita, Elizabeth, 2010, Perlindungan Hukum Bagi Pembeli Barang Jaminan Melalui Lelang Ditinjau dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan
Undang-undang Lelang (studi kasus lelang Gedung Aspac oleh badan
Penyehatan Perbankan Nasional), Jakarta, Tesis, Fakultas Hukum
Universitas Indonesia
Panggabean, RM. 2010. Keabsahan Perjanjian Baku. Jakarta. Jurnal Hukum No.4 Vol.17 Oktober 2010. Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
Mauli, D. Tobing.2009, Risiko Hukum yang Terjadi di Dalam Perjanjian Kredit Bank dalam Kaitannya dengan Perlindunagn Konsumen. Skripsi.
Sewu, Lindawaty, 2007. Aspek-Aspek Hukum Perjanjian Baku dan Posisi Berimbang Para Pihak dalam Perjanjian Waralaba, Bandung, Disertasi ,Universitas Katolik Parahyangan
Internet:
Boen, HS. 2007. Tinjauan terhadap Surat Kuasa Mutlak.
http://m.hukumonline.com/berita/baca/ho11639/tinjauan-terhadap-surat-kuasa-mutlak.2007 diakses pada tanggal 29 Mei 2015 Saltriwiguna, Didit. 2012.
http://www.risalah.fhunmul.ac.id/wp-
content/uploads/2012/02/3.-Perlindungan-Hukum-Terhadap-Pihak-