• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, di Yogyakarta (kajian faktor umur dan aktivitas fisik).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, di Yogyakarta (kajian faktor umur dan aktivitas fisik)."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PREVALENSI, KESADARAN, TERAPI, DAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH RESPONDEN 40-75 TAHUN DI KECAMATAN

KALASAN, SLEMAN, DI YOGYAKARTA (KAJIAN FAKTOR UMUR DAN AKTIVITAS FISIK)

INTISARI

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Salah satu faktor risiko hipertensi adalah umur

dan aktivitas fisik. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi berdasarkan tingkat prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah terhadap faktor usia dan aktivitas fisik di Kecamatan Kalasan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan rancangan analitik cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling pada bulan Mei-Juni 2015 di enam padukuhan. Responden penelitian berumur 40-75 tahun dengan total responden 813 responden. Uji hipotesis dilakukan dengan uji t tidak berpasangan dan uji proporsi dilakukan dengan uji Chi Square.

Hasil penelitian menunjukkan responden dengan tekanan darah ≥140/90 mmHg 43,9%; responden yang sadar hipertensi 25,5%; responden yang terapi 12,6%; dan responden yang tekanan darahnya terkendali 0,5%. Faktor yang

mempengaruhi prevalensi tekanan darah ≥140/90 mmHg adalah umur dengan OR 2,76 (95% CI: 2,01-3,77). Hasil subanalisis faktor aktivitas fisik terhadap jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi dengan OR secara berturut-turut 1,41 (95% CI: 1,05-1,88); 1,36 (95% CI: 1,02-1,82); dan 0,59 (95% CI: 0,44-0,80). Tidak ada faktor risiko yang mempengaruhi kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah di Kecamatan Kalasan.

(2)

ABSTRACT

Hypertension is systolic blood pressure increasing ≥140 mmHg and diastolic blood pressure ≥90 mmHg. One of the risk factors of hypertension are age and

physical activity. The purpose of this study is to evaluate based on the level of prevalence, awareness, treatment, and blood pressure controlling towards age and physical activity in Kalasan Residence. The type of research used in this study was observational with cross sectional analytical design. Sampling was done by cluster random sampling in May-June 2015 in six padukuhan. Respondents were aged at 40-75 years with total of 813 respondents. Hypothesis test was done by unpaired t test and the proportion test was done by Chi Square test.

The results for respondents with blood pressure ≥140/90 mmHg is 43,9%;

respondents who are aware of hypertension is 25,5%; respondents who do therapy is 12,6%; and respondents whose blood pressure controlled is 0,5%. Factor which

influence the prevalence of blood pressure ≥140/90 mmHg is age with OR 2,76

(95% CI: 2,01-3,77). Sub-analysis results of activity factor towards other variables shows that on physical activity towards gender, education, and employment there are differences in the proportions with successive OR 1,41 (95% CI: 1,05-1,88); 1,36 (95% CI: 1,02-1,082); and 0,59 (95% CI: 0,44-0,80). There is no risk factor which affects awareness, treatment, and blood pressure control in Kalasan Residence.

(3)

i

PREVALENSI KESADARAN, TERAPI, DAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH RESPONDEN 40-75 TAHUN DI KECAMATAN

KALASAN, SLEMAN, DI YOGYAKARTA (KAJIAN FAKTOR UMUR DAN AKTIVITAS FISIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh: Venny Valeria NIM : 128114005

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“IF I RISE ON THE WINGS OF THE DAWN,

IF I SETTLE ON THE FAR SIDE OF THE SEA,

EVEN THERE YOUR HAND WILL GUIDE ME,

YOUR RIGHT HAND WILL HOLD ME TIGHT.”

-Psalm 139: 9-10

Karya kecilku ini kupersembahkan untuk:

My Holy Father, Jesus Christ, and Saint Mary

Papa, Mama, Kenny dan Denny

Bu Rita dan Bu Dita

(7)

v PRAKATA

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas penyertaan dan karuniaNya, skripsi yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran,

Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden 40-75 Tahun di Kecamatan Kalasan, DI Yogykarta (Kajian Faktor Umur dan Aktivitas Fisik)” dapat diselesaikan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Maka, dengan kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma yang telah mendukung penelitian. 2. Kepala dukuh yang telah memberikan ijin dalam pengambilan data

penelitian pada masyarakat.

3. Masyarakat dukuh yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

4. Ibu Dr. Rita Suhadi, M. Si., Apt. dan Ibu Dita Maria Virginia, S. Farm., M. Sc., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing serta memberi saran dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini.

(8)

vi

6. Rekan sepenelitian Nonitha Viana Susilo, Sina Susanti, Monika Meitasari Astuti, Christina Gabriella Rawing, Christian Edward Kurniawan, Komang Ari Pratiwi, dan Tika Desi Indriyani yang telah bekerja sama dan saling mendukung dari awal penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi.

7. Papa, mama, kakak, adik serta keluarga yang telah memberikan dukungan, kasih sayang, dan doa hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan di saat peneliti lelah mengerjakan skripsi ini.

9. Teman-teman dari FSM A 2012 dan FKK A 2012 yang sudah menemani dalam proses perkuliahan selama ini.

10. Seluruh dosen, laboran, karyawan yang sudah membantu dan mendukung dalam proses perkuliahan maupun praktikum selama ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu dalam proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih dan Tuhan Yesus memberkati.

(9)
(10)
(11)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

INTISARI ... xvii

ABSTRACT ... xviii

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Rumusan masalah ... 4

2. Keaslian penelitian... 4

3. Manfaat penelitian ... 6

a. Manfaat teoritis ... 6

b. Manfaat praktis ... 6

(12)

x

a. Tujuan umum ... 6

b. Tujuan khusus ... 6

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 8

A. Hipertensi ... 8

B. Kesadaran terhadap Hipertensi ... 9

C. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi ... 9

D. Pengendalian Tekanan Darah ... 11

E. Faktor Penyebab Hipertensi ... 12

1. Umur ... 12

2. Aktivitas fisik... 13

F. Rule of Halves ... 14

G. Pengukuran Tekanan Darah ... 15

H. Landasan Teori ... 16

I. Hipotesis ... 18

BAB III. METODE PENELITIAN ... 19

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 19

B. Variabel Penelitian ... 19

1. Variabel bebas ... 19

2. Variabel tergantung ... 20

3. Variabel pengacau ... 20

a. Pengacau terkendali ... 20

b. Pengacau tidak terkendali ... 20

(13)

xi

D. Subjek Penelitian ... 24

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 26

G. Teknik Pengambilan Sampel ... 27

H. Instrumen Penelitian ... 27

I. Tata Cara Penelitian ... 28

1. Penentuan lokasi penelitian ... 28

2. Permohonan ijin dan kerjasama ... 28

3. Pembuatan Case Report Formed dan informed consent... 29

4. Validitas dan realibilitas instrumen penelitian ... 29

5. Penetapan dan seleksi calon responden. ... 30

6. Pengukuran tekanan darah responden ... 30

7. Penjelasan hasil pemeriksaan dan wawancara responden ... 31

8. Pengelompokkan data ... 31

J. Analisis Data Penelitian ... 32

K. Pembuktian Hipotesis ... 33

L. Kesulitan Penelitian ... 34

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden 40-75 Tahun ... 39

(14)

xii

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 60

(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Beberapa Penelitian Terdahulu yang Memiliki

Persamaan Penelitian ... 4 Tabel II. Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah (mmHg). ... 8 Tabel III. Faktor Risiko Penyebab Hipertensi. ... 12 Tabel IV. Klasifikasi Umur Menurut Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia... 12 Tabel V. Definisi Operasional Penelitian di Kecamatan Kalasan... ... 20 Tabel VI. Profil Responden Penelitian Di Kecamatan Kalasan ... ... 35 Tabel VII. Karakteristik dan Distribusi Data Responden Penelitian di

Kecamatan Kalasan ... ... 37 Tabel VIII. Perbedaan Faktor Umur Terhadap Tekanan Darah

Sistolik (TDS), Tekanan Darah Diastolik (TDD),

Denyut Nadi, dan Body Mass Index (BMI) ... 38 Tabel IX. Perbedaan Faktor Pengaturan Aktivitas Fisik Terhadap

Tekanan Darah Sistolik (TDS), Tekanan Darah Diastolik (TDD), Denyut Nadi, dan Body Mass Index

(BMI) ... 39 Tabel X. Terapi Obat Antihipertensi Responden Hipertensi di

(16)

xiv

Tabel XI. Pengaruh Faktor Umur dan Pengaturan Aktivitas Fisik Terhadap Prevalensi Tekanan Darah Responden 40-75

Tahun di Kecamatan Kalasan... 43 Tabel XII. Pengaruh Faktor Umur dan Pengaturan Aktivitas Fisik

Terhadap Kesadaran Hipertensi Responden 40-75

Tahun di Kecamatan Kalasan... 45 Tabel XIII. Pengaruh Faktor Umur dan Pengaturan Aktivitas Fisik

Terhadap Terapi Hipertensi Responden 40-75 Tahun

di Kecamatan Kalasan ... 47 Tabel XIV. Pengaruh Faktor Umur dan Pengaturan Aktivitas Fisik

Terhadap Pengendalian Tekanan Darah Responden

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Rule of Halves. ... 15 Gambar 2. Bagan Perhitungan Besar Sampel Penelitian. ... 25 Gambar 3. Bagan Lokasi Penelitian di Kecamatan Kalasan,

Sleman, DI Yogyakarta ... 26 Gambar 4. Alur Cara Kerja ... 28 Gambar 5. Bagan Hipotesis ... 34 Gambar 6. Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 60

Lampiran 2. Ethical Clearance... 61

Lampiran 3. Informed Consent ... 62

Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 67

Lampiran 5. Validasi Timbangan Berat Badan ... 71

Lampiran 6. SOP Pengukuran Tekanan Darah ... 78

(19)

xvii INTISARI

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Salah satu faktor risiko hipertensi adalah umur dan aktivitas fisik. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi berdasarkan tingkat prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah terhadap faktor usia dan aktivitas fisik di Kecamatan Kalasan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan rancangan analitik

cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling

pada bulan Mei-Juni 2015 di enam padukuhan. Responden penelitian berumur 40-75 tahun dengan total responden 813 responden. Uji hipotesis dilakukan dengan uji t tidak berpasangan dan uji proporsi dilakukan dengan uji Chi Square.

Hasil penelitian menunjukkan responden dengan tekanan darah ≥140/90 mmHg 43,9%; responden yang sadar hipertensi 25,5%; responden yang terapi 12,6%; dan responden yang tekanan darahnya terkendali 0,5%. Faktor yang mempengaruhi prevalensi tekanan darah ≥140/90 mmHg adalah umur dengan OR 2,76 (95% CI: 2,01-3,77). Hasil subanalisis faktor aktivitas fisik terhadap jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi dengan OR secara berturut-turut 1,41 (95% CI: 1,05-1,88); 1,36 (95% CI: 1,02-1,82); dan 0,59 (95% CI: 0,44-0,80). Tidak ada faktor risiko yang mempengaruhi kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah di Kecamatan Kalasan.

(20)

xviii ABSTRACT

Hypertension is systolic blood pressure increasing ≥140 mmHg and diastolic blood pressure ≥90 mmHg. One of the risk factors of hypertension are age and physical activity. The purpose of this study is to evaluate based on the level of prevalence, awareness, treatment, and blood pressure controlling towards age and physical activity in Kalasan Residence. The type of research used in this study was observational with cross sectional analytical design. Sampling was done by cluster random sampling in May-June 2015 in six

padukuhan. Respondents were aged at 40-75 years with total of 813 respondents. Hypothesis test was done by unpaired t test and the proportion test was done by Chi Square test.

The results for respondents with blood pressure ≥140/90 mmHg is 43,9%; respondents who are aware of hypertension is 25,5%; respondents who do therapy is 12,6%; and respondents whose blood pressure controlled is 0,5%. Factor which influence the prevalence of blood pressure ≥140/90 mmHg is age with OR 2,76 (95% CI: 2,01-3,77). Sub-analysis results of activity factor towards other variables shows that on physical activity towards gender, education, and employment there are differences in the proportions with successive OR 1,41 (95% CI: 1,05-1,88); 1,36 (95% CI: 1,02-1,082); and 0,59 (95% CI: 0,44-0,80). There is no risk factor which affects awareness, treatment, and blood pressure control in Kalasan Residence.

(21)

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Hipertensi atau sering dikenal dengan tekanan darah tinggi menjadi salah satu perhatian utama di dunia kesehatan. Hipertensi memberikan kontribusi besar dalam penyebab terjadinya penyakit jantung koroner, stroke, gagal ginjal, dan kematian dini. Berdasarkan studi terdahulu tercatat 7,6 juta kasus kematian dini atau sekitar 13,5% dari total penduduk dunia dikaitkan dengan tekanan darah tinggi. Sekitar 54% kasus stroke dan 47% kasus penyakit jantung iskemik di seluruh dunia diakibatkan oleh tekanan darah tinggi. (Lawes, Hoorn, dan Rodgers, 2008).

Data World Heart Federation (2015) menyebutkan sekitar 970 juta orang di seluruh dunia mengalami peningkatan tekanan darah (hipertensi). Di negara maju, kurang lebih 330 juta orang mengalami hipertensi, sedangkan di negara berkembang perkiraan jumlah yang terkena hipertensi kurang lebih 640 juta orang.

World Health Organization (WHO) menetapkan hipertensi sebagai salah satu penyebab kematian dini di dunia dan setiap tahunnya semakin bertambah. Pada tahun 2025 diperkirakan akan ada 1,56 miliar orang dewasa yang hidup dengan tekanan darah tinggi.

(22)

terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi. Pada tahun 2013, tercatat kasus hipertensi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebanyak 25,7%. Apabila dibandingkan dengan prevalensi hipertensi di Indonesia, angka ini menunjukan Provinsi DIY merupakan salah satu daerah yang memiliki tingkat prevalensi hipertensi yang tinggi.

Meningkatnya prevalensi hipertensi ini disebabkan oleh pertumbuhan penduduk, peningkatan umur, faktor risiko kesehatan yang mencakup pola makan yang tidak sehat, penggunaan alkohol yang berbahaya, kurangnya aktivitas fisik, kelebihan berat badan, dan stress (WHO, 2013). Suatu studi klinis menunjukkan bahwa efek penurunan tekanan darah dari modifikasi gaya hidup yang ditargetkan bisa setara dengan monoterapi obat, meskipun kelemahan utama adalah tingkat kepatuhan yang rendah dari waktu ke waktu. Perubahan gaya hidup yang sesuai dapat dengan aman dan efektif menunda atau mencegah terapi medis pada pasien hipertensi tahap 1 dan berkontribusi terhadap penurunan tekanan darah (Mancia, Fargard, Narkiewicz, Redόn, Zanchetti, Bӧhm,et al., 2013).

(23)

Hipertensi dikenal sebagai “silent killer” karena penyebab awal tidak

diketahui atau tidak memperlihatkan gejala (Sawicka, Szczyrek, Jastrzebska, Prasal, Zwolak dan Daniluk, 2011). Pada kasus hipertensi, banyak penderita yang salah paham bahwa mereka sudah sembuh ketika tekanan darahnya kembali normal setelah mengonsumsi obat. Faktanya tidak begitu karena hipertensi adalah penyakit yang masih belum ditemukan solusi penyembuhan total dan hanya bisa dikontrol dengan obat antihipertensi. Kesadaran masyarakat untuk melakukan terapi secara rutin dan penggendalian tekanan darah masih rendah, hal ini dapat disebabkan karena hipertensi tidak menunjukkan gejala dan rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai hipertensi.

(24)

1. Rumusan masalah

a. Berapa proporsi prevalensi tekanan darah ≥140/90 mmHg, kesadaran responden terhadap tekanan darah tinggi, terapi hipertensi, dan pengendalian tekanan darah yang ada pada populasi di Kecamatan Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta?

b. Apakah perbedaan faktor umur atau aktivitas fisik mempengaruhi perbedaan prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, DI Yogyakarta?

2. Keaslian penelitian

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan prevalensi, kesadaran, terapi hipertensi dan pengendalian tekanan darah dengan kajian faktor umur dan aktivitas fisik yang telah dipublikasikan antara lain dijabarkan pada Tabel I. Secara umum, perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sudah adalah umur responden, yaitu 40-75 tahun dan menggunakan cluster random sampling.

Tabel I. Beberapa Penelitian Terdahulu yang Memiliki Persamaan Penelitian

Judul Hasil Persamaan Perbedaan

Prevalence,

Hasil penelitian yang didapatkan

menunjukkan

(25)

Lanjutan Tabel I.

Judul Hasil Persamaan Perbedaan

Prevalensi, darah tercatat sebesar 9,4% dari seluruh penelitian adalah 40-75 tahun dan

(26)

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi mengenai hubungan faktor umur dan aktivitas fisik terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun.

b. Manfaat praktis. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui tekanan darah responden sehingga responden dapat menindaklanjuti yang harus dilakukan dengan mengetahui tekanan darahnya. Penelitian juga diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor umur atau aktivitas fisik terhadap responden hipertensi sehingga dapat menurunkan prevalensi, meningkatkan kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengevaluasi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta. 2. Tujuan khusus

(27)
(28)

8 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sama dengan atau lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik sama dengan atau lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu limat menit dalam keadaan cukup istirahat/ tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal, jantung dan otak bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Departemen Kesehatan RI, 2014).

Klasifikasi tingkat tekanan darah (mmHg) menurut ESH and ESC Guidelines 2013, sebagai berikut

Tabel II. Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah (mmHg)

Kategori Sistolik

(mmHg)

Diastolik (mmHg)

Optimal <120 dan <80

Normal 120-129 dan/atau 80-84

Normal Kategori Tinggi 130-139 dan/atau 85-89

Hipertensi Kelas 1 140-159 dan/atau 90-99

Hipertensi Kelas 2 160-179 dan/atau 100-109

Hipertensi Kelas 3 ≥180 dan/atau ≥110

(29)

B. Kesadaran terhadap Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu penyakit degeneratif yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Kesadaran masyarakat akan hipertensi masih dinilai rendah untuk melakukan kontrol tekanan darah. Tercatat hingga saat ini angka kesadaran masyarakat di Indonesia terhadap hipertensi hanya mencapai 50% (Bustan, 2007).

Meningkatnya jumlah penderita hipertensi dikarenakan kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap risiko penyakit hipertensi. Tekanan darah tinggi tidak menyebabkan kematian secara langsung, tetapi dapat membunuh manusia melalui komplikasi penyakit seperti penyakit jantung, ginjal, dan stroke (Departemen Kesehatan RI, 2012).

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Ursua et al. (2013), pada

kelompok umur ≥66 tahun 4,8 kali dan kelompok umur 55-65 tahun 2,8 kali lebih

sadar terhadap penyakit hipertensi yang diderita dibandingkan dengan kelompok umur 18-45 tahun. Pada studi Malekzadeh et al. (2013), proporsi tertinggi pada tingkat kesadaran hipertensi pada perempuan, lansia, dan orang yang memiliki permasalahan penyakit lain seperti obesitas.

C. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi

(30)

badan, dan melakukan aktivitas secara teratur (Mancia et al., 2013). The Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) merupakan diet yang kaya buah-buahan, sayuran, dan produk rendah lemak yang dianjutkan oleh JNC7 sebagai diet yang wajar dan terbukti menurunkan tekanan darah. Asupan natrium harus dikurangi, idealnya 1,5 g/ hari sehingga pasien harus menyadari berbagai sumber natrium. Penurunan berat badan sebesar 5% hingga 10% dari berat badan pasien yang

overweight secara signifikan menurunkan risiko kardiovaskular. Aktivitas fisik yang dilakukan teratur setidaknya 30 menit setiap hari dalam seminggu direkomendasikan untuk semua orang dewasa dapat menurunkan tekanan darah (Saseen, 2008).

Terapi dengan menggunakan obat-obatan harus dilakukan pada pasien hipertensi dengan tekanan darah >140/90 mmHg apabila terapi melalui modifikasi gaya hidup sehari-hari tidak efektif. Pada pasien dengan hipertensi kelas 2 (tekanan

darah ≥160/90 mmHg), terapi obat harus dimulai segera setelah diagnosis, pada

umumnya dengan dua obat kombinasi tanpa melihat efek perubahan gaya hidup (Weber et al., 2013).

(31)

antihipertensi utama yang diterima sebagai pilihan pertama dalam terapi hipertensi (Saseen, 2008).

D. Pengendalian Tekanan Darah

Pengendalian tekanan darah dipengaruhi dengan kesadaran masyarakat akan hipertensi, namun masyarakat masih dinilai rendah untuk melakukan kontrol tekanan darah (Bustan, 2007). Meningkatkan kontrol tekanan darah dengan pengobatan yang tepat dianggap sebagai inisiatif kesehatan masyarakat yang penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular, sehingga perlu pengecekan tekanan darah secara rutin perlu diperhatikan (Saseen, 2008).

(32)

E. Faktor Penyebab Hipertensi

Hipertensi sendiri merupakan faktor risiko untuk beberapa kondisi, namun adapula faktor risiko (baik tidak dapat dikontrol atau dapat dikontrol) yang mempengaruhi orang-orang tertentu sehingga menyebabkan hipertensi (Davis dan Stewart, 2005)

Tabel III. Faktor Risiko Penyebab Hipertensi Faktor risiko penyebab hipertensi

Tidak dapat dikontrol Dapat dikontrol Umur dan jenis kelamin

Etnis

Konsumsi garam yang berlebihan Kegemukan dan obesitas

Olahraga

Konsumsi alkohol yang berlebihan Diabetes

(Davis dan Stewart, 2005) 1. Umur

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2014), umur diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok pada Tabel IV.

Tabel IV. Klasifikasi Umur Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Klasifikasi Umur (Tahun)

Penduduk Usia Muda < 15

Penduduk Usia Produktif 15-64

Penduduk Pra Usia Lanjut 45-59

Penduduk Usia Lanjut ≥60

Penduduk Usia Lanjut Risiko Tinggi ≥70

(33)

mencapai 65%. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah dipengaruhi peningkatan umur (Nwanko, Yoon, Burt, dan Gu, 2013)

Seiring dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi di populasi yang berumur lanjut cukup tinggi. Hal ini dikarenakan elastisitas atau kelenturan pembuluh arteri menurun seiring dengan bertambahnya umur (Qiao et al., 2013). Pada suatu penelitian dengan 74 responden

yang diuji, dari 45 responden umur ≥45 tahun terdapat 28 orang yang menderita

hipertensi dan 17 orang yang tidak hipertensi sedangkan dari 29 responden kategori umur <45 sebanyak 9 orang menderita hipertensi dan 20 orang tidak hipertensi, diperoleh persentasi hipertensi pada responden dengan umur >45 tahun dengan risiko tinggi dibandingkan dengan responden yang <45 tahun. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa umur berkaitan dengan risiko kejadian hipertensi (Eva dan Haskas, 2014).

2. Aktivitas fisik

(34)

olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi (Tandra dan Utama, 2001). Tekanan darah meningkat secara tajam ketika sedang berolahraga, namun selama melakukan olahraga yang teratur dalam jangka panjang tekanan darah cenderung menurun setelah kenaikan di awal. Berolahraga secara teratur akan lebih sehat dan memiliki tekanan darah lebih rendah dari pada tidak melakukan olahraga. Olahraga yang teratur dalam jumlah sedang lebih baik dari pada olahraga berat tetapi hanya sekali (Fagard, 2011).

Pada studi terdahulu ditemukan bahwa pasien yang melakukan aktivitas fisik yang tinggi dapat menurunkan prevalensi hipertensi. Aktivitas fisik yang teratur dapat menurunkan sistolik dan diastolik tekanan darah sekitar 10 mmHg pada 75% pasien hipertensi (Malekzadeh et al., 2013). Pengaturan aktivitas fisik dapat digunakan sebagai pilihan terapi untuk terapi hipertensi dan pencegahan terhadap komplikasi hipertensi (Palatini, Visentin, Dorigatti, Guarnieri, Santonastaso, Cozzio, et al., 2009). Pengaturan aktivitas fisik juga dapat meningkatkan modulasi otonom jantung dan menurunkan risiko penyakit jantung koroner (Cozza et al., 2012).

F. Rule of Halves

Penelitian ini menggunakan ‘Rule of Halves’ sebagai dasar acuan. “Rule

of Halves” untuk tingkatan hipertensi adalah ‘setengah dari responden yang

memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg tidak sadar (“rule 1”), setengah dari

(35)

terapi (“rule 2”), dan setengah dari responden yang melakukan terapi tidak

terkendali (“rule3”) (Park, 2013).

Gambar 1. Rule of Halves

“Rule of Halves” pada hipertensi ditunjukkan dengan setengah dari pasien hipertensi tidak diketahui layanan kesehatannya, setengah dari mereka diketahui hipertensi/tidak menerima terapi dan setengah dari mereka yang menerima terapi dan terkontrol (Kutnikar, Basavegowda, Kokkada, dan Ashok, 2014).

G. Pengukuran Tekanan Darah

Instrumen yang digunakan untuk mengukur tekanan darah ada beberapa jenis, yaitu sphygmomanometer merkuri, sphygmomanometer aneroid, dan

sphygmomanometer digital. Sphygmomanometer merkuri terdiri manometer merkuri, menset, dan bulb atau pompa dengan katup kontrol tekanan. Penggunaan

sphygmomanometer merkuri membutuhkan stetoskop untuk mendengarkan suara Korotkoff. Sama seperti sphygmomanometer merkuri, hanya pada

(36)

Pada studi yang dilakukan oleh Kaur, Arora, dan Jain (2012), pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer aneroid (HEINE GAMMA® G5) dan sphygmomanometer digital (OMRON® HEM-7203) tidak menunjukkan

perbedaan secara statistik pada tekanan darah sistolik maupun diastolik.

Sphygmomanonmeter digital OMRON® HEM-7203 meminimalkan subjektivitas pengukuran tekanan darah pada penelitian.

H. Landasan Teori

Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik sama dengan atau lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik sama dengan atau lebih dari 90 mmHg (Departemen Kesehatan RI, 2014). Beberapa faktor yang menyebabkan hipertensi diantaranya adalah umur, ras, jenis kelamin, konsumsi garam, berat badan, pengaturan aktivitas

fisik, stress, dan lingkungan (Beevers, Lip, dan O’Brien, 2015). Hipertensi

merupakan penyakit kardiovaskular dengan tingkat prevalensi yang tinggi. Salah satu penyebab meningkatnya jumlah penderita hipertensi yaitu kurangnya kesadaran masyarakat terhadap risiko penyakit hipertensi. Kesadaran akan hipertensi yang rendah di masyarakat dan sedikitnya yang melakukan terapi hipertensi secara rutin menyebabkan tekanan darah tidak terkendali sehingga secara tidak langsung komplikasi seperti penyakit jantung, ginjal, atau stroke menyerang (Saseen, 2008).

(37)

yaitu membatasi asupan garam, menurunkan berat badan, olahraga rutin, melakukan kontrol terhadap tekanan darah ke pihak pelayanan kesehatan, dan menggunakan obat antihipertensi apabila disarankan oleh dokter. Hal ini dikarenakan apabila faktor tersebut tidak dikendalikan dapat meningkatkan insidensi prevalensi dan penyakit kardiovaskular (Davis dan Stewart, 2005).

Penderita hipertensi perlu menggunakan obat antihipertensi secara rutin dengan bantuan dari keluarga atau pendamping pasien dalam mengontrol kepatuhan dalam mengonsumsi obat sehingga efek terapi tercapai secara maksimal. Salah satu faktor penting dalam pengendalian tekanan darah dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat akan hipertensi (USDA dan HHS, 2010).

Hipertensi dipengaruhi oleh umur. Pada individu yang berumur ≥60 tahun

lebih berisiko megalami kenaikan tekanan darah. Studi yang dilakukan oleh Pier et al. (2013), menunjukkan bahwa setiap peningkatan umur 10 tahun diiringi dengan peningkatan tekanan darah sebanyak 10 mmHg. Hipertensi dapat dicegah dan dikendalikan dengan mengatur pola hidup yang baik, salah satunya adalah melakukan olahraga secara teratur. Keuntungan melakukan aktivitas fisik secara teratur adalah mencegah penyakit kardiovaskular karena dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi (Fagard, 2011).

(38)

akan memberikan perbedaan yang bermakna terhadap peningkatan tekanan darah dan kejadian hipertensi di Kecamatan Kalasan.

I. Hipotesis

(39)

19 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan rancangan analitik cross-sectional. Studi observasional adalah studi non-eksperimental yang mengamati dan mengevaluasi hasil medis yang sedang berlangsung tanpa memberikan intervensi. Rancangan penelitian secara

cross-sectional merupakan studi yang tidak memperhatikan faktor waktu karena peneliti mengambil data hanya pada satu titik (Strom dan Kimmel, 2006). Data dikumpulkan menggunakan metode wawancara. Variabel yang dianalisis adalah prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun dengan kajian faktor umur dan aktivitas fisik. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara terstruktur menggunakan panduan pertanyaan dalam Case Report Form (CRF) dan pengukuran tekanan darah. Data penelitian yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis secara statistika.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

a. Umur

(40)

2. Variabel tergantung

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun.

3. Variabel pengacau

a. Terkendali: jenis kelamin, Body Mass Index (BMI), kebiasaan merokok, pengaturan pola makan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. b. Tidak terkendali: aktivitas fisik di luar olahraga dan lifestye (gaya hidup).

C. Definisi Operasional

Tabel V. Definisi Operasional Penelitian di Kecamatan Kalasan Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

Skala Penilaian Umur Responden penelitian adalah

penduduk yang berumur 40–75 tahun. Data diperoleh dari wawancara. Data yang terkumpul dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok umur 40-59 tahun dan 60-75 tahun. (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Kategorikal 1= 60-75 tahun 2= 40-59 tahun

Pengaturan aktivitas fisik

Melakukan aktivitas fisik (olahraga secara rutin. Dikatakan rutin apabila melakukan olahraga (jalan kaki,

jogging, atau berlari) minimal satu kali setiap minggu. Dikatakan tidak rutin apabila <1 kali seminggu atau tidak pernah melakukan olahraga (American Heart Association, 2014)

(41)

Lanjutan Tabel V

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Skala Penilaian Jenis

Kelamin

Responden penelitian adalah penduduk laki-laki dan perempuan (Thawornchaisit, Looze, Reid, Seubsman, dan Sleigh, 2013).

Kategorikal 1= Laki-laki 2= Perempuan

Merokok Setiap hari responden merokok atau dahulu pernah merokok sekurangnya satu tahun, dan lingkungan keluarga atau di tempat kerja ada yang merokok/ perokok pasif (Central of Disease Control and Prevention, 2015).

Kategorikal 1= Merokok 2= Tidak

merupakan salah satu faktor risiko hipertensi. BMI dihitung dengan menggunakan rumus:

��� =[�� ��� � � � ��]2

Klasifikasi BMI berdasarkan kriteria Asia Pasifik oleh World Heart Organization (2004).

Kategorikal 1= ≥23 kg/m2 2= <23 kg/m2

Pengaturan Pola Makan

Responden setiap harinya mengatur konsumsi garam saat memasak sehingga tidak terlalu asin, jarang mengkonsumsi jeroan, daging bergajih, lemak, santan, mie instan, kecap, saos, gorengan, dan sering mengkonsumsi buah, sayur dan susu rendah lemak setiap hari. Pengelompokkan dibagi menjadi dua berdasarkan U. S Departement of Health and Human Services (2006), yaitu kelompok tidak mengatur pola makan dan kelompok mengatur pola makan.

Kategorikal 1= Tidak mengatur pola makan

(42)

Lanjutan Tabel V

Variabel Definisi Operasional Cara Penggunaan Skala Penilaian Pendidikan Pendidikan terakhir yang

diselesaikan oleh responden. Data dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ≤SMP dan kelompok >SMP. Pengelompokkan tersebut berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar (2008).

Kategorikal 1= ≤ SMP 2= > SMP

Pengaturan Pekerjaan

Kegiatan utama yang menjadi rutinitas sehari-hari yang dilakukan oleh responden dengan tujuan mendapatkan penghasilan. Pekerjaan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pekerjaan yang aktif (contoh: petani atau buruh) dan kurang aktif (contoh: Ibu Rumah Tangga atau penggangguran) (Tsutsumi, Kayaba, Tsutsumi, dan Igarashi, 2001).

Kategorikal 1= Kurang aktif 2= Aktif

Penghasilan Penghasilan keluarga yang diperoleh responden selama bekerja selama satu bulan bekerja. Semua data berupa rasio selanjutnya dikonversikan ke data ordinal. Batas UMR adalah Rp. 1.200.000,00. Apabila responden berkeluarga jumlah UMR menjadi Rp. 2.400.000,- (Peraturan Daerah Provinsi Yogyakarta, 2015).

Kategorikal 1= ≤UMR 2= >UMR

Prevalensi Persentase responden yang memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg dan memiliki tekanan darah <140/90 mmHg. Standar pengukuran tekanan darah penelitian ini adalah berdasarkan klasifikasi menurut

ESH and ESC Guidelines 2013.

(43)

Lanjutan Tabel V

Variabel Definisi Operasional Cara Penggunaan Skala Penilaian Kesadaran Kesadaran masyarakat akan

hipertensi dapat dilihat dari hasil wawancara terstruktur apakah responden pernah melakukan pengukuran tekanan darah sebelumnya, jika pernah dan hasil pengukuran tekanan darah termasuk hipertensi maka responden termasuk sadar terhadap hipertensi.

Kategorikal 1= Sadar hipertensi 2= Tidak sadar hipertensi

Terapi Responden yang mengalami hipertensi dan sadar menderita hipertensi yang melakukan terapi baik dengan farmakologi maupun non-farmakologi.

Kategorikal 1= Terapi (Masih atau Pengendalian Tekanan darah yang

dikendalikan

< 140 mmHg sesuai target ESC/ ESH

Kategorikal 1 = Terkendali 2 = Tidak terkendali

Pada penelitian ini, peneliti fokus terhadap kajian faktor umur dan aktivitas fisik. Pengelompokkan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok lebih berisiko dengan kode angka satu dan kelompok lebih tidak berisiko dengan kode angka dua. Pengkategorian variabel pengaturan aktivitas fisik berdasarkan

(44)

D. Subyek Penelitian

Responden pada penelitian ini adalah penduduk yang berumur 40-75 tahun di Padukuhan Jetis, Padukuhan Pundung, Padukuhan Grumbulgede, Padukuhan Surokerten, Padukuhan Dhuri, dan Padukuhan Sambirejo. Kecamatan Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta. Kriteria inklusi adalah semua penduduk yang berumur 40-75 tahun dan responden bersedia mengisi informed consent. Kriteria eksklusi adalah responden yang tidak. Jumlah populasi enam padukuhan diperoleh responden penelitian yang masuk dalam kriteria inklusi sebanyak 816 responden. Sebanyak 3 responden masuk dalam kriteria eksklusi dikarenakan tekanan darah responden tidak terukur, sehingga jumlah responden pada penelitian ini adalah 813 responden. Pertimbangan dalam keperluan analisis adalah jumlah responden untuk penelitian dengan menggunakan data statistika, ukuran sampel minimum adalah 30 (Arifin, 2008). Jumlah responden yang ditetapkan pada penelitian ini sebanyak 800 yang didapat dari perhitungan besar sampel yang belum diketahui prevalesinya, rumus yang digunakan:

= �2× ×2 = ,9 2× , × ,9, 2 = 9 dibulatkan menjadi

(Dahlan, 2009).

Perhitungan besar sampel didasarkan penelitian “Rule of Halves”, jumlah

(45)

Gambar 2. Bagan Perhitungan Besar Sampel Penelitian E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di enam padukuhan yang berada di Kecamatan Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta, yaitu Padukuhan Jetis, Padukuhan Pundung, Padukuhan Grumbulgede, Padukuhan Surokerten, Padukuhan Dhuri dan Paduku-han Sambirejo. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan analitik cross-sectional

sehingga tidak menggunakan rentang waktu penelitian. Penelitin ini berlangsung pada bulan April-September 2015.

Pengambilan data dilakukan dengan door to door, yaitu peneliti mendapat responden penelitian dengan mengunjungi rumah responden satu persatu. Pengambilan data dengan cara door to door dilakukan di Padukuhan Jetis, Padukuhan Grumbulgede, Padukuhan Dhuri, dan Padukuhan Sambirejo, sedangkan

Total: 200

Sadar: n= 200

Total: 400

Hipertensi: n= 400 Terapi

n= 100

Tidak Terapi n= 100

Sadar: n= 200

Hipertensi: n= 400

(46)

pengambilan data di Padukuhan Surokerten dan Padukuhan Pundung dilakukan dengan mengumpulkan responden di satu tempat.

Gambar 3. Bagan Lokasi Penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan

Pengendalian Tekanan Darah Responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta (Kajian Faktor Risiko Kesehatan dan Faktor Sosio-Demografi)”. Penelitian ini dilakukan berkelompok dengan jumlah anggota

(47)

G. Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini dilakukan secara random, yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak, baik menggunakan nomor, generator acak, atau tabel nomor acak, sehingga setiap subjek pada populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel (Frerichs, 2008). Teknik pengambilan lokasi kelurahan dan padukuhan penelitian dilakukan dengan multi-stage random sampling, yaitu teknik sampling yang dilakukan secara bertingkat dengan membagi populasi menjadi beberapa ukuran yang berbeda. Teknik pengambilan sampel (sampling) pada penelitian dilakukan dengan cluster random sampling, yaitu dengan membagi populasi menjadi clusters kecil, kemudian pengamatan dilakukan pada sampel cluster yang dipilih secara acak (Schwarz, 2015). Pada penelitian ini, satu padukuhan dianggap sebagai satu cluster.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah Case Report Form (CRF), informed consent, leaflet, alat pengukur tekanan darah, yaitu

sphygmomanometer digital (OMRON® tipe HEM-7203, Omron Healthcare,

Kyoto, Japan), timbangan berat badan, dan alat pengukur tinggi badan. Alat pengukur tinggi badan dan timbangan berfungsi untuk mengukur Body Mass Index

(48)

I. Tata Cara Penelitian

Gambar 4. Alur Cara Kerja 1. Penentuan lokasi penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan mencari padukuhan dengan menggunakan metode multi-stage random sampling.

2. Permohonan izin dan kerjasama

(49)

3. Pembuatan Case Report Form dan informed consent

Pembuatan Informed consent dibuat dengan memenuhi standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Responden diminta untuk mengisi nama, alamat, usia, dan menandatanganinya. Case Report Form (CRF) berupa selembaran berukuran A4 yang berisi kolom-kolom untuk pengambilan hasil wawancara responden.

4. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

Instrumen harus memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi untuk digunakan dalam penelitian agar hasil yang didapat valid dan akurat. Uji validitas dilakukan dengan dengan kalibrasi, yaitu dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional. Validitas instrumen dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran tekanan darah dengan menggunakan sphygmomamometer digital terhadap

sphygomomanometer raksa terhadap probandus. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan tekanan darah probandus menggunakan sphygmomanometer

digital dan raksa pada tiga probandus. Hasil pengukuran yang diperoleh dilakukan uji t berpasangan dengan taraf kepercayaan 95% dengan tujuan unuk melihat apakah ada peredaan bermakna pada hasil pengukuran. Hasil valid jika tidak terdapat perbedaan bermakna atau nilai p yang diperoleh ≥0,05. Instrumen

(50)

sama di waktu berbeda. Uji reliabilitas dilakukan dengan tiga probandus yang diukur tekanan darahnya sebanyak tiga kali. Uji reliabilitas dilihat CV masing-masing, nilai CV ≥5 dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan

reliabel. Pada hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan memiliki validitas dan reliabilitas yang baik (Lampiran 4).

5. Penetapan dan seleksi calon responden

Pencarin responden penelitian dilakukan setelah mendapat izin dari Kepala Dukuh Padukuhan Jetis, Padukuhan Pundung, Padukuhan Grumbulgede, Padukuhan Surokerten, Padukuhan Sambirejo, dan Padukuhan Dhuri. Peneliti akan memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden. Responden diminta untuk mengisi nama, alamat dan menandatanganinya.

6. Pengukuran tekanan darah responden

Pengukuran tekanan darah dilakukan kepada responden yang telah menandatangani informed consent. Pada penelitian ini banyaknya warga yang kesulitan membaca dan menulis, sehingga tanda tangan diwakilkan oleh kerabat atau peneliti dengan persetujuan dari responden. Setiap responden ditanya terlebih dahulu atas ketersediaan responden mengikuti penelitian dan peneliti menjelaskan tujuan dilakukan penelitian. Setelah responden bersedia peneliti melanjutkan proses pengambilan dengan melakukan wawancara terstruktur berdasarkan CRF.

(51)

melilitkan manset mengelilingi lengan kiri atas dengan rata, lalu manset direkatkan dengan benar, sebanyak 2 kali secara berturut-turut dengan jeda setiap pengukuran 5 menit. Dilakukan pengukuran ketiga apabila hasil pengukuran pertama dan kedua terdapat perbedaan 10 mmHg atau >10 mmHg, kemudian di antara dua tekanan darah yang perbedaannya <10 mmHg dirata-rata. Pengukuran lainya yaitu mengukur tinggi badan dengan pengukur tinggi badan dan berat badan dengan timbangan berat badan untuk mengukur BMI yang merupakan salah satu faktor risiko hipertensi.

7. Penjelasan hasil pemeriksaan dan wawancara responden

Peneliti akan menjelaskan hasil pemeriksaan kepada responden secara langsung. Penjelasan hasil pemeriksaan disertai dengan penggalian beberapa informasi yang terkait dengan responden. Informasi yang didapat dari responden akan dikelompokkan sebagai data analisis. Standar pengukuran tekanan darah yang digunakan dalam penelitian ini adalah ESH/ ESC 2013. 8. Pengelompokkan data

(52)

diberikan kode pada data dengan mengubah kata-kata menjadi angka. Sebelum dilakukan coding dikelompokkan terlebih dahulu, responden tekanan darah ≥140/90 mmHg dan tekanan darah <140/90 mmHg. Faktor risiko hipertensi

dibagi menjadi beberapa kelompok, seperti responden yang tidak melakukan pengaturan aktivitas fisik dan melakukan pengaturan aktivitas fisik. Setelah masing-masing variabel dikelompokkan diberi kode dengan angka (1 dan 2).

Cleaning yaitu proses pengecekan data yang sudah dimasukkan untuk memastikan bahwa data telah bebas dari kesalahan, kemudian dianalisis dengan program komputer.

J. Analisis Data Penelitian

(53)

yaitu tekanan darah sistolik, diastolik, denyut nadi, dan BMI dengan faktor umur dan aktivitas fisik. Uji proporsi dilakukan dengan menggunakan Uji Chi Square. Uji Chi Square untuk mengetahui pengaruh antara 2 variabel yaitu prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah dengan faktor umur dan aktivitas fisik.

K. Pembuktian Hipotesis

Peneliti akan menganalisis hipotesis berdasarkan hipotesis yang sudah ditetapkan sebelumnya dengan data yang diperoleh. Data skala yang terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji t untuk melihat nilai signifikanasi. Uji t yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t tidak berpasangan, yaitu uji komparatif untuk mengetahui adakah perbedaan rerata yang bermakna antara dua kelompok bebas berskala data interval atau rasio (Riduwan, Rusyana, dan Enas, 2013). Uji proporsi menggunakan uji Chi Square untuk melihat nilai signifikan dari faktor risiko terhadap responden, H0 ditolak apabila p≤α (0,05), artinya ada pengaruh

bermakna antara variabel bebas dan variabel tergantung. H0 diterima apabila p>α

(54)

Gambar 5. Bagan Hipotesis

H0 : P1 = P2

H1, 2, 3, 4 : P1 ≠ P2 ; <0.05

P1 = proporsi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi yang tidak mengatur aktivitas fisik dan kelompok umur 60-75 tahun.

P2 = proporsi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi yang mengatur aktivitas fisik dan kelompok umur 40-59 tahun.

L. Kesulitan Penelitian

Kesulitan dalam penelitian ini adalah ketidakterbukaan responden saat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh tim peneliti sehingga akan mempengaruhi hasil dari penelitian.

Faktor Risiko (Umur atau aktivitas fisik)

Prevalensi (H1)

Kesadaran (H2)

Terapi (H3)

(55)

35 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel VI. Profil Responden Penelitian di Kecamatan Kalasan Variabel n (Responden) Persen (%) Umur (Tahun)

Penelitian “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Responden

40-75 Tahun di Kecamatan Kalasan, DI Yogyakarta” merupakan penelitian yang

menggunakan “Rule of Halves” sebagai dasar acuan. Responden yang digunakan

(56)

karakteristik masing-masing kelompok responden pada penelitian ini terdiri dari umur, aktivitas fisik, jenis kelamin, merokok, pola makan, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan.

Pada penelitian ini jumlah responden dibagi menjadi 2 kelompok umur, yaitu kelompok umur 40-59 tahun dan 60-75 tahun. Dilihat dari hasil penelitian (Tabel VI), responden dari kelompok 40-59 tahun lebih banyak dibanyak dibandingkan dari kelompok 60-75 tahun. Hal ini dikarenakan pada saat pengambilan data lebih banyak ditemui masyarakat pada kelompok umur 40-59 tahun di tiap padukuhan. Jumlah responden antara yang mengatur pengaturan aktivitas fisik dan tidak terdapat perbedaan yang cukup jauh, yaitu 22,6%.

Pada profil responden penelitian (Tabel VI) menunjukkan bahwa responden penelitian di Kecamatan Kalasan lebih banyak bekerja secara aktif . Hal ini ditunjukkan sebagian besar pekerjaan masyarakat di Kecamatan Kalasan adalah buruh dan petani. Sebagian masyarakat di Kecamatan Kalasan memiliki latar belakang pendidikan dan penghasilan yang rendah. Pengaturan pola makan di Kecamatan Kalasan cukup rendah, yaitu 22,3%. Konsumsi alkohol di Kecamatan Kalasan sangat rendah, yaitu 2 responden sehingga pada faktor alkohol tidak dianalisis lebih lanjut.

Nilai p pada Tabel VII menunjukkan distribusi data normal atau tidak normal. Pada penelitian ini, nilai p yang didapat adalah <0,01 sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi data tidak normal. Berdasarkan teorema limit pusat

(57)

kurva1 distribusi sampling akan berpusat pada nilai parameter populasi dan akan memiliki sifat-sifat distribusi normal (Gujarati, 2006).

Tabel VII. Karakteristik dan Distribusi Data Responden Penelitian di Kecamatan Kalasan

Karakteristik Mean±SD Median p

Umur (Tahun) 53,9±10,1 52 <0,01

Tekanan Darah Sistolik (TDS) (mmHg) 139,9±23,5 135,2 <0,01 Tekanan Darah Diastolik (TDD) (mmHg) 81,4±13,2 79,6 <0,01 Denyut Nadi (x/menit) 80,1±12,7 79,3 <0,01

Body Mass Index (BMI) (kg/m2) 23,6±4,0 23,5 <0,01

Total responden penelitian di Kecamatan Kalasan adalah 813 responden. Karakteristik dan distribusi data responden penelitian di Kecamatan Kalasan dapat dilihat pada Tabel VII. Karakteristik umur responden penelitian di Kecamatan Kalasan apabila dibandingkan dengan klasifikasi umur menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014), rata-rata masyarakat termasuk pra usia lanjut. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata TDS masyarakat di Kecamatan Kalasan mendekati tekanan darah yang relatif tinggi, yaitu ≥140 mmHg. Namun

hasil TDD dan denyut nadi masyarakat di Kecamatan Kalasan tergolong normal.

Body Mass Index (BMI) merupakan indikator yang dapat menggambarkan kuantitas lemak di dalam tubuk. Berdasarkan klasifikasi BMI kriteria Asia Pasifik menurut WHO (2004), hasil BMI dapat disimpulkan masyarakat di Kecamatan Kalasan termasuk dalam kategori overweight.

(58)

Tabel VIII. Perbedaan Faktor Umur Terhadap Tekanan Darah Sistolik (TDS), Tekanan Darah Diastolik (TDD), Denyut Nadi, dan Body Mass Index (BMI)

Mean±SD

p

Karakteristik Umur

Ya Tidak

Tekanan Darah Sistolik

(TDS) 149,09±24,74 136,16±21,99 <0,01* Tekanan Darah Diastolik

(TDD) 80,28±15,26 81,79±12,34 0,18

Denyut Nadi 79,41±11,82 80,43±13,03 0,29

Body Mass Index (BMI) 22,58±4,22 24,00±3,91 <0,01*

*Nilai p <0,05 menunjukkan adanya perbedaan rerata antar kelompok

(59)

Tabel IX. Perbedaan Faktor Aktivitas Fisik Terhadap Umur, Tekanan Darah Sistolik (TDS), Tekanan Darah Diastolik (TDD), Denyut Nadi, dan Body Mass

Index (BMI)

(TDS) 138,81±22,80 140,51±23,98 0,311

Tekanan Darah Diastolik

(TDD) 80,89±11,89 81,66±14,03 0,405

Denyut Nadi 80,26±11,29 80,06±13,51 0,825

Body Mass Index (BMI) 23,61±4,28 23,58±3,89 0,919

Data pada Tabel IX didapat dengan menggunakan uji t tidak berpasangan yang merupakan uji hipotesis komparatif numerik tidak berpasangan dua kelompok distribusi normal. Nilai p yang didapat lebih dari 0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan rerata umur, TDS, TDD, denyut nadi, dan BMI antara kelompok responden yang melakukan pengaturan aktivitas fisik dan tidak pengaturan aktivitas fisik.

A. Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden 40-75 Tahun di Kecamatan Kalasan

Gambar 6. Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Responden Tekanan Darah Responden 40-75 Tahun di Kecamatan Kalasan

berdasarkan ‘Rule of Halves

(60)

menderita hipertensi. Dari responden total pada penelitian di Kecamatan Kalasan, prevalensi tekanan darah ≥140/90 mmHg adalah 43,9% dan

prevalensi tekanan darah <140/90 mmHg adalah 56,1%. Penelitian ini

menggunakan ‘Rule of Halves’ sebagai dasar acuan, namun apabila

dibandingkan dengan hasil penelitian tidak terlalu sesuai karena responden

yang memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg lebih dari setengah,

begitupula pada tingkat kesadaran dan pengendalian tekanan darah.

Kesadaran pada penelitian ini adalah responden tekanan darah

≥140/90 mmHg yang sadar mengalami hipertensi dari pemeriksaan

sebelumnya memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg. Gambar 6 menunjukkan bahwa responden yang sadar memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg lebih rendah dibandingkan dengan responden tidak sadar memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg sebesar 74,5. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran di Kecamatan Kalasan rendah karena yang sadar memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg tidak lebih dari setengah responden

hipertensi, sehingga apabila penelitian dihubungkan dengan “Rule of

Halves” menunjukkan ketidaksesuaian. Pada studi yang dilakukan oleh Varadaja dan Arun (2014), tingkat ketidaksadaran terhadap hipertensi lebih

tinggi (65,4%) apabila dibandingkan dengan aturan normal pada “Rule of

Halves” yang seharusnya 50%.

(61)

melakukan terapi ada setengah dari populasi responden yang sadar memiliki

tekanan darah ≥140/90 mmHg. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa

responden dengan tekanan darah ≥140/90 mmHg yang melakukan terapi

relatif banyak karena ada setengah dari responden yang sadar hipertensi

melakukan terapi, sehingga sesuai dengan “Rule of Halves”. Pada studi yang

dilakukan oleh Zhao et al. (2013), terdapat peningkatan tingkat terapi yang dilakukan oleh responden hipertensi meningkat dari 1,0% pada tahun 1998 menjadi 17,4% pada tahun 2010. Namun apabila dilihat dari presentase tingkat terapi yang dilakukan responden hipertensi, tingkat terapi hipertensi masih terbilang rendah.

Tabel X. Terapi Obat Antihipertensi Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan

Golongan Nama Obat Frekuensi Persen (%)

ACEI Captopril 24 54,5

CCB Amlodipine 11 25

ARB Valsartan 1 2,3

Lupa Obat 8 18,2

(62)

pula responden yang menggunakan terapi non-farmakologi dengan rutin, yaitu dengan mengkonsumsi buah mengkudu yang merupakan tanaman yang dapat menurunkan tekanan darah. Menurut penelitian Sari (2015), buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) memiki kandungan bahan aktif, yaitu xeronin dan scopoletin yang dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi menjadi normal.

Pengendalian hipertensi adalah terkendalinya tekanan darah (<140/90mmHg) responden hipertensi yang menerima dan melakukan terapi secara rutin. Gambar 6 menunjukkan bahwa pengendalian tekanan darah di Kecamatan Kalasan rendah karena kurang dari setengah responden dengan tekanan darah ≥140/90 mmHg yang melakukan terapi tekanan

darahnya terkendali. Hasil penelitian tidak sesuai dengan “Rule of Halves

karena pengendalian tekanan darah kurang dari setengah responden dengan

tekanan darah ≥140/90 mmHg yang melakukan terapi. Studi yang dilakukan

(63)

B. Perbedaan Faktor Umur dan Aktivitas Fisik Terhadap Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden 40-75

Tahun di Kecamatan Kalasan

Pada penelitian “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian

Tekanan Darah Responden 40-75 Tahun di Kecamatan Kalasan, DI Yogyakarta”, peneliti terfokus pada faktor umur dan aktivitas fisik.

Prevalensi tekanan darah ≥140/90 mmHg di Kecamatan Kalasan

cukup banyak, karena hasil dari penelitian ini hampir setengah dari masyakarat Kecamatan Kalasan memiliki tekanan darah ≥140/90mmHg,

yaitu 43,9%. Menurut Setiati (2002), prevalensi hipertensi di Indonesia pada populasi dewasa yang berumur ≥40 tahun adalah 37,3% dari 1.814 subyek. Semakin bertambahnya umur kemungkinan penderita hipertensi semakin tinggi. Pada penelitian ini, umur menjadi salah satu faktor yang harus diteliti oleh tim penelitian payung yang dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu 40-59 tahun, dan 60-75 tahun.

Tabel XI. Pengaruh Faktor Umur dan Pengaturan Aktivitas Fisik Terhadap Prevalensi Tekanan Darah Responden 40-75 Tahun di Kecamatan Kalasan

Prevalensi

(64)

tersebut menunjukkan H0 ditolak karena probabilitas kurang dari 0,05. Uji

hipotesis yang digunakan adalah Uji Chi Square, dengan nilai p<0,05 yang diartikan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara prevalensi tekanan darah ≥140/90 mmHg dengan faktor umur. Parameter

kekuatan hubungan yang digunakan adalah Odds Ratio (OR), yaitu sebesar 2,76 dengan Confidence Interval 95% sehingga dapat diartikan responden dalam rentang umur 60-75 tahun 2,76 kali lebih banyak memiliki tekanan

darah ≥140/90 mmHg dibandingkan responden dalam rentang umur 40-59

tahun. Peningkatan tekanan darah seiring dengan peningkatan umur. Sekitar 65% orang Amerika yang berumur 60 tahun atau lebih tua dari 60 tahun memiliki tekanan darah tinggi (NIH, 2012). Studi yang dilakukan Tee et al. (2010) menunjukkan bahwa secara signifikan terdapat hubungan antara faktor umur dengan prevalensi hipertensi. Pada studi tersebut dinyatakan bahwa peningkatan prevalensi hipertensi berbanding lurus dengan peningkatan umur. Apabila disejajarkan dengan teori tersebut, hasil penelitian sesuai dengan teori.

(65)

aktivitas fisik. Menurut American Heart Association (2014), kurangnya melakukan aktivitas fisik meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung dan stroke, dan memberikan kontribusi obesitas.

Pada Tabel XI diperoleh nilai p, yaitu 0,83. Hasil tersebut menunjukkan bahwa H0 diterima karena nilai p >0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara faktor pengaturan aktivitas fisik terhadap prevalensi tekanan darah. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Kalasan berprofesi sebagai petani. Profesi petani yang dilakukan oleh sebagian besar petani banyak melakukan pengaturan aktivitas fisik yang termasuk dalam kriteria dalam penelitian ini, hal ini menyebabkan pada faktor aktivitas fisik, responden penelitian yang tercatat mengatur aktivitas fisik lebih dari setengah populasi responden penelitian. Mengatur aktivitas fisik membantu menurunkan tekanan darah, mengontrol berat badan, dan mengurangi stress. Mengatur aktivitas fisik seperti berolahraga secara teratur, seperti berjalan atau bersepeda dapat mengurangi risiko hipertensi (Fagard, 2011).

Tabel XII. Pengaruh Faktor Umur dan Pengaturan Aktivitas Fisik Terhadap Kesadaran Hipertensi Responden 40-75 Tahun di Kecamatan

(66)

Tingkat kesadaran akan hipertensi terbilang rendah, dan dari hasil penelitian yang ditinjau dari faktor umur menyimpulkan bahwa seiring pertambahan umur, tingkat kesadaran akan hipertensi menurun. Rendahnya tingkat kesadaran akan hipertensi menyebabkan banyak penderita hipertensi yang berada di Kecamatan Kalasan tidak melakukan terapi. Tingkat kesadaran lebih tinggi pada kelompok umur 40-59 tahun dibandingkan kelompok umur 60-75 tahun. Hal didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Muntner et al. (2004) bahwa tingkat kesadaran pada kelompok umur 50 tahun ke atas dan perempuan.

Hasil penelitian yang dipaparkan oleh Tabel XII menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara faktor pengaturan aktivitas fisik terhadap kesadaran hipertensi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p yang diperoleh >0,05, yaitu 0,90. Kesadaran masyarakat Kecamatan Kalasan terbukti cukup rendah, hal ini terlihat setelah dilakukan penelitian terkait aktivitas fisik di Kecamatan Kalasan. Pemeliharaan terkait kesehatan yang kurang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Kalasan menjadi salah satu faktor pemicu tekanan darah ≥140/90 mmHg. Pemeliharaan terkait kesehatan diantaranya adalah pengaturan aktivitas fisik atau pengaturan pekerjaan. Oleh sebab itu salah satu kemungkinan yang menjadi penyebab prevalensi

(67)

Tabel XIII. Pengaruh Faktor Umur dan Pengaturan Aktivitas Fisik Terhadap Terapi Hipertensi Responden 40-75 Tahun di Kecamatan

Kalasan

Pada Tabel XIII, terapi hipertensi yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Kalasan terlihat cukup karena setengah dari responden hipertensi yang sadar bahwa menderita hipertensi melakukan terapi hipertensi rutin. Namun, seiring dengan bertambahnya umur jumlah responden yang melakukan terapi hipertensi rutin menurun. Hal ini mungkin disebabkan karena tingkat kesadaran akan hipertensi pada umur diatas 60 tahun menurun.

(68)

jendela atau mengepel lantai), bersepeda (10-12 mph), badminton atau tenis, 3-5 hari setiap minggu selama 20-60 menit.

Tabel XIV. Pengaruh Faktor Umur dan Pengaturan Aktivitas Fisik Terhadap Pengendalian Tekanan Darah Responden 40-75 Tahun di

Kecamatan Kalasan

Dari 45 responden yang melakukan terapi, hanya empat responden yang tekanan darahnya terkontrol. Empat responden yang melakukan terapi berada dalam rentang umur 40-59 tahun, sedangkan pada umur dalam rentang 60-75 tahun tidak ada satupun responden yang terkontrol tekanan darahnya. Tidak ada satupun responden yang terkontrol menyebabkan data tidak dapat dihitung OR karena pada uji Chi Square tidak boleh ada bagian yang kosong. Hasil studi yang dilakukan oleh Muntner et al. (2004), pada kelompok umur lebih tua hipertensi memiliki pengendalian tekanan darah yang rendah. Pengaruh kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden terhadap faktor umur secara berturut-turut 0,46; 0,29; dan 0,56. Hasil tersebut menunjukkan H0 diterima karena probabilitas lebih dari 0,05.

(69)

Pada Tabel XIV diperoleh nilai p yang diperoleh, yaitu 0,64. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara faktor pengaturan aktivitas fisik terhadap pengendalian tekanan darah. Menurut Heart Foundation (2014), pengaturan aktivitas fisik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik sebanyak 5-7 mmHg.

Tabel XV. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Variabel Lain Mengatur Aktivitas Fisik

(70)

Total responden yang digunakan adalah 813 responden, diantaranya lebih banyak responden perempuan 58,8% dibandingkan responden laki-laki 41,2%. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji Chi Square, dengan nilai p sebesar 0,023 yang diartikan secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan pengaturan aktivitas fisik. Parameter kekuatan hubungan yang digunakan adalah Odds Ratio

(OR), yaitu sebesar 1,41 kali dengan Confidence Interval 95% sehingga dapat diartikan responden laki-laki mempunyai kemungkinan 1,41 kali untuk tidak melakukan pengaturan aktivitas fisik dibandingkan dengan responden perempuan.

Pada tabel XV menunjukan bahwa terdapat hubungan secara statistik antara tingkat pendidikan dengan pengaturan aktivitas fisik. Nilai p adalah 0,038 dan nilai OR 1,36 dengan Confidence Interval 95%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan ≤SMP mempunyai kemungkinan 1,36 kali tidak melakukan pengaturan

aktivitas fisik dibandingkan responden yang memiliki tingkat pendidikan >SMA. Tingkat pendidikan di Kecamatan Kalasan cukup rendah, banyak masyarakat yang kurang menyadari bahwa pengaturan aktivitas fisik dapat mempengaruhi tekanan darah.

(71)

kali dengan Confidence Interval 95% sehingga dapat diartikan responden dengan pekerjaan yang kurang aktif mempunyai kemungkinan 0,59 kali untuk tidak melakukan pengaturan aktivitas fisik dibandingkan dengan responden dengan pekerjaan aktif.

(72)

52 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Proporsi prevalensi masyarakat yang memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg sebanyak 43,9%, yang sadar memiliki tekanan darah ≥140/90

mmHg sebanyak 25,5%, yang melakukan terapi secara rutin sebanyak 12,6% dan yang tekanan darahnya terkendali sebanyak 1,1%.

2. Responden dengan kelompok umur 60-75 tahun memiliki tekanan darah

≥140/90 mmHg dengan nilai OR 2,76 (95% CI: 2,01-3,77) lebih banyak

dibandingkan responden kelompok umur 40-59 tahun. Namun tidak terdapat perbedaan bermakna antara faktor umur terhadap kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah. Faktor aktivitas fisik juga tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap prevalensi, kesadaran, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran berupa: 1. Penelitian selanjutnya

Gambar

Tabel XIII. Pengaruh Faktor Umur dan Pengaturan Aktivitas Fisik
Gambar 1. Gambar 2.
Tabel I. Beberapa Penelitian Terdahulu yang Memiliki Persamaan
Tabel II. Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah (mmHg)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hubungan Sumatera dengan Semenanjung Tanah Melayu telah berjalan sebelum lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Kerajaan Malaysia lagi. Hubungan masyarakat kedua pulau

Spesifik dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu menganalisis Pasal 18 Ayat (1), (2), dan (3) Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto

nr rltdi kDdN eii,3riiL,rn3!. \rniorl!hhaDsqe,L

rsdnun dhhLlri Fdr r Ge)

OUTPUT (BARANG DAN JASA) DENGAN NILAI DARI SUMBERDAYA INPUT (TENAGA KERJA, MODAL, TEMPAT, DAN MANAJEMEN)..  

Senyawa organik yang dapat digunakan adalah senyawa organik dengan gugus fungsional terion seperti asam humat dan senyawa organik y'ang mempunyai gugus fungsional tidak terion

satu minggu. Modul-modul itu adalah modul kelainan kongenital, infeksi, trauma, inflamasi, kelaianan metabolik endokrin, neoplasma dan penyakit degeneratif dengan