• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Faktor Umur dan Aktivitas Fisik Terhadap Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden 40-75

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Perbedaan Faktor Umur dan Aktivitas Fisik Terhadap Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden 40-75

Tahun di Kecamatan Kalasan

Pada penelitian “Prevalensi, Kesadaran, Terapi, dan Pengendalian Tekanan Darah Responden 40-75 Tahun di Kecamatan Kalasan, DI Yogyakarta”, peneliti terfokus pada faktor umur dan aktivitas fisik.

Prevalensi tekanan darah ≥140/90 mmHg di Kecamatan Kalasan cukup banyak, karena hasil dari penelitian ini hampir setengah dari masyakarat Kecamatan Kalasan memiliki tekanan darah ≥140/90mmHg, yaitu 43,9%. Menurut Setiati (2002), prevalensi hipertensi di Indonesia pada populasi dewasa yang berumur ≥40 tahun adalah 37,3% dari 1.814 subyek. Semakin bertambahnya umur kemungkinan penderita hipertensi semakin tinggi. Pada penelitian ini, umur menjadi salah satu faktor yang harus diteliti oleh tim penelitian payung yang dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu 40-59 tahun, dan 60-75 tahun.

Tabel XI. Pengaruh Faktor Umur dan Pengaturan Aktivitas Fisik Terhadap Prevalensi Tekanan Darah Responden 40-75 Tahun di Kecamatan Kalasan

Prevalensi p OR (95% CI) ≥140/90 mmHg <140/90 mmHg n % n % Umur (Tahun) <0,01* 2,76 (2,01-3,77) 60-75 143 61,6 89 38,4 40-59 214 36,8 367 63,2 Pengaturan Aktivitas Fisik 0,56 1,10 (0,82-1,46) Tidak 134 42,5 181 57,5 Ya 223 44,8 275 55,2

*Nilai p <0,05 menunjukkan adanya perbedaan proporsi antar kelompok Pada penelitian ini didapatkan hasil pengaruh faktor umur terhadap prevalensi tekanan darah ≥140/90 mmHg adalah <0,05 (Tabel XI). Hasil

tersebut menunjukkan H0 ditolak karena probabilitas kurang dari 0,05. Uji hipotesis yang digunakan adalah Uji Chi Square, dengan nilai p<0,05 yang diartikan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara prevalensi tekanan darah ≥140/90 mmHg dengan faktor umur. Parameter kekuatan hubungan yang digunakan adalah Odds Ratio (OR), yaitu sebesar 2,76 dengan Confidence Interval 95% sehingga dapat diartikan responden dalam rentang umur 60-75 tahun 2,76 kali lebih banyak memiliki tekanan

darah ≥140/90 mmHg dibandingkan responden dalam rentang umur 40-59

tahun. Peningkatan tekanan darah seiring dengan peningkatan umur. Sekitar 65% orang Amerika yang berumur 60 tahun atau lebih tua dari 60 tahun memiliki tekanan darah tinggi (NIH, 2012). Studi yang dilakukan Tee et al. (2010) menunjukkan bahwa secara signifikan terdapat hubungan antara faktor umur dengan prevalensi hipertensi. Pada studi tersebut dinyatakan bahwa peningkatan prevalensi hipertensi berbanding lurus dengan peningkatan umur. Apabila disejajarkan dengan teori tersebut, hasil penelitian sesuai dengan teori.

Penelitian dilakukan di Kecamatan Kalasan memperoleh hasil mengenai profil aktivitas fisik, yaitu sebanyak 498 responden (61,3%) tidak melakukan pengaturan aktivitas fisik, 176 responden (21,6%) melakukan pengaturan aktivitas fisik sebanyak 1-4 kali dalam seminggu, dan 139 responden (17,1%) melakukan pengaturan aktivitas fisik sebanyak 5 kali sampai setiap hari dalam seminggu. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Kecamatan Kalasan kurang melakukan pengaturan

aktivitas fisik. Menurut American Heart Association (2014), kurangnya melakukan aktivitas fisik meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung dan stroke, dan memberikan kontribusi obesitas.

Pada Tabel XI diperoleh nilai p, yaitu 0,83. Hasil tersebut menunjukkan bahwa H0 diterima karena nilai p >0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara faktor pengaturan aktivitas fisik terhadap prevalensi tekanan darah. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Kalasan berprofesi sebagai petani. Profesi petani yang dilakukan oleh sebagian besar petani banyak melakukan pengaturan aktivitas fisik yang termasuk dalam kriteria dalam penelitian ini, hal ini menyebabkan pada faktor aktivitas fisik, responden penelitian yang tercatat mengatur aktivitas fisik lebih dari setengah populasi responden penelitian. Mengatur aktivitas fisik membantu menurunkan tekanan darah, mengontrol berat badan, dan mengurangi stress. Mengatur aktivitas fisik seperti berolahraga secara teratur, seperti berjalan atau bersepeda dapat mengurangi risiko hipertensi (Fagard, 2011).

Tabel XII. Pengaruh Faktor Umur dan Pengaturan Aktivitas Fisik Terhadap Kesadaran Hipertensi Responden 40-75 Tahun di Kecamatan

Kalasan Kesadaran p OR (95% CI) Ya Tidak n % n % Umur (Tahun) 0,46 0,81 (0,49-1,32) 60-75 33 23,1 110 76,9 40-59 58 27,1 156 72,9 Pengaturan Aktivitas Fisik 0,90 0,95 (0,58-1,55) Tidak 35 26,1 99 73,9 Ya 56 25,1 167 74,9

Tingkat kesadaran akan hipertensi terbilang rendah, dan dari hasil penelitian yang ditinjau dari faktor umur menyimpulkan bahwa seiring pertambahan umur, tingkat kesadaran akan hipertensi menurun. Rendahnya tingkat kesadaran akan hipertensi menyebabkan banyak penderita hipertensi yang berada di Kecamatan Kalasan tidak melakukan terapi. Tingkat kesadaran lebih tinggi pada kelompok umur 40-59 tahun dibandingkan kelompok umur 60-75 tahun. Hal didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Muntner et al. (2004) bahwa tingkat kesadaran pada kelompok umur 50 tahun ke atas dan perempuan.

Hasil penelitian yang dipaparkan oleh Tabel XII menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara faktor pengaturan aktivitas fisik terhadap kesadaran hipertensi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p yang diperoleh >0,05, yaitu 0,90. Kesadaran masyarakat Kecamatan Kalasan terbukti cukup rendah, hal ini terlihat setelah dilakukan penelitian terkait aktivitas fisik di Kecamatan Kalasan. Pemeliharaan terkait kesehatan yang kurang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Kalasan menjadi salah satu faktor pemicu tekanan darah ≥140/90 mmHg. Pemeliharaan terkait kesehatan diantaranya adalah pengaturan aktivitas fisik atau pengaturan pekerjaan. Oleh sebab itu salah satu kemungkinan yang menjadi penyebab prevalensi

Tabel XIII. Pengaruh Faktor Umur dan Pengaturan Aktivitas Fisik Terhadap Terapi Hipertensi Responden 40-75 Tahun di Kecamatan

Kalasan Terapi p OR (95% CI) Ya Tidak n % n % Umur (Tahun) 0,08 4,33 (0,18-1,04) 60-75 12 36,4 21 63,6 40-59 33 56,9 25 43,1 Pengaturan Aktivias Fisik 0,83 0,88 (0,38-2,05) Tidak 18 51,4 17 48,6 Ya 27 48,2 29 51,8

Pada Tabel XIII, terapi hipertensi yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Kalasan terlihat cukup karena setengah dari responden hipertensi yang sadar bahwa menderita hipertensi melakukan terapi hipertensi rutin. Namun, seiring dengan bertambahnya umur jumlah responden yang melakukan terapi hipertensi rutin menurun. Hal ini mungkin disebabkan karena tingkat kesadaran akan hipertensi pada umur diatas 60 tahun menurun.

Hasil penelitian pada Tabel XIII dapat menunjukkan bahwa pengaturan aktivitas fisik terhadap terapi hipertensi tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Hal ini ditunjukkan oleh nilai p yang diperoleh >0,05, yaitu 0,83. Hasil ini dapat disebabkan berbagai faktor, diantaranya intensitas aktivitas fisik yang dilakukan oleh responden penelitian. Studi yang dilakukan oleh Green (2010), direkomendasikan untuk menurunkan tekanan darah adalah intensitas sedang dalam pengaturan aktivitas fisik, yaitu melakukan pengaturan aktivitas fisik seperti berjalan cepat (4 mph), melakukan kegiatan bersih-bersih kategori berat (contoh: membersihkan

jendela atau mengepel lantai), bersepeda (10-12 mph), badminton atau tenis, 3-5 hari setiap minggu selama 20-60 menit.

Tabel XIV. Pengaruh Faktor Umur dan Pengaturan Aktivitas Fisik Terhadap Pengendalian Tekanan Darah Responden 40-75 Tahun di

Kecamatan Kalasan Terkendali p OR (95% CI) Ya Tidak n % n % Umur (Tahun) 0,561 Tidak dapat dihitung 60-75 0 0 12 100 40-59 4 12,1 29 87,9 Pengaturan Aktivitas Fisik 0,64 2,13 (0,20-22,21) Tidak 18 51,4 17 48,6 Ya 27 48,2 29 51,8

Dari 45 responden yang melakukan terapi, hanya empat responden yang tekanan darahnya terkontrol. Empat responden yang melakukan terapi berada dalam rentang umur 40-59 tahun, sedangkan pada umur dalam rentang 60-75 tahun tidak ada satupun responden yang terkontrol tekanan darahnya. Tidak ada satupun responden yang terkontrol menyebabkan data tidak dapat dihitung OR karena pada uji Chi Square tidak boleh ada bagian yang kosong. Hasil studi yang dilakukan oleh Muntner et al. (2004), pada kelompok umur lebih tua hipertensi memiliki pengendalian tekanan darah yang rendah. Pengaruh kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden terhadap faktor umur secara berturut-turut 0,46; 0,29; dan 0,56. Hasil tersebut menunjukkan H0 diterima karena probabilitas lebih dari 0,05. Nilai p>0,05 yang diartikan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden dengan faktor umur.

Pada Tabel XIV diperoleh nilai p yang diperoleh, yaitu 0,64. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara faktor pengaturan aktivitas fisik terhadap pengendalian tekanan darah. Menurut Heart Foundation (2014), pengaturan aktivitas fisik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik sebanyak 5-7 mmHg.

Tabel XV. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Variabel Lain Mengatur Aktivitas Fisik

p OR (95% CI) Tidak Ya n % n % Umur 0,23 1,23 (0,89-1,68) 60-75 tahun 150 30,1 82 26,0 40-59 tahun 348 69,9 233 74,0 Jenis Kelamin 0,02* 1,41 (1,05-1,88) Laki-laki 221 44,4 114 36,2 Perempuan 277 55,6 201 63,8 Merokok 0,61 0,92 (0,69-1,23) Ya 259 52 170 54 Tidak 239 48,0 145 46,0

Body Mass Index

(BMI) 0,28 1,18 (0,89-1,56) ≥23 kg/m2 270 54,2 158 50,2 <23 kg/m2 228 45,8 157 49,8 Alkohol 0,52 1,64 (1,55-1,73) Ya 2 0,4 0 0,0 Tidak 496 99,6 315 100 Mengatur pola makan 0,19 1,26 (0,90-1,77) Tidak 395 79,3 237 75,2 Ya 103 20,7 78 24,8 Pendidikan 0,03* 1,36 (1,02-1,82) ≤SMP 324 65,1 182 57,8 >SMP 174 34,9 133 42,2 Pekerjaan 0,00* 0,59 (0,44-0,79) Kurang aktif 148 29,7 131 41,6 Aktif 350 70,3 184 58,4 Penghasilan 0,506 1,13 (0,82-0,56) ≤UMR 378 75,9 232 73,7 >UMR 120 24,1 83 26,3

Total responden yang digunakan adalah 813 responden, diantaranya lebih banyak responden perempuan 58,8% dibandingkan responden laki-laki 41,2%. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji Chi Square, dengan nilai p sebesar 0,023 yang diartikan secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan pengaturan aktivitas fisik. Parameter kekuatan hubungan yang digunakan adalah Odds Ratio

(OR), yaitu sebesar 1,41 kali dengan Confidence Interval 95% sehingga dapat diartikan responden laki-laki mempunyai kemungkinan 1,41 kali untuk tidak melakukan pengaturan aktivitas fisik dibandingkan dengan responden perempuan.

Pada tabel XV menunjukan bahwa terdapat hubungan secara statistik antara tingkat pendidikan dengan pengaturan aktivitas fisik. Nilai p adalah 0,038 dan nilai OR 1,36 dengan Confidence Interval 95%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan ≤SMP mempunyai kemungkinan 1,36 kali tidak melakukan pengaturan aktivitas fisik dibandingkan responden yang memiliki tingkat pendidikan >SMA. Tingkat pendidikan di Kecamatan Kalasan cukup rendah, banyak masyarakat yang kurang menyadari bahwa pengaturan aktivitas fisik dapat mempengaruhi tekanan darah.

Sebagian masyarakat Kecamatan Kalasan berprofesi sebagai buruh dan petani yang merupakan pekerjaan dominan aktif. Nilai p<0,05 diartikan secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pengaturan aktivitas fisik. Nilai OR, yaitu sebesar 0,59

kali dengan Confidence Interval 95% sehingga dapat diartikan responden dengan pekerjaan yang kurang aktif mempunyai kemungkinan 0,59 kali untuk tidak melakukan pengaturan aktivitas fisik dibandingkan dengan responden dengan pekerjaan aktif.

Hasil pada Tabel XI, Tabel XII, Tabel XIII, dan Tabel XIV menunjukkan tidak adanya hubungan antara aktivitas fisik terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah, sedangkan hasil pada Tabel XV menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik terhadap jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Hal ini dapat diartikan walaupun aktivitas fisik memiliki hubungan terhadap jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan, namun faktor tersebut tersebut tidak mempengaruhi prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah. Pengaturan pola makan dan aktivitas fisik adalah faktor yang berhubungan dengan tingkat tekanan darah dan hipertensi, sedangkan tingkat ekonomi adalah faktor utama yang memiliki berdampak pada pengobatan dan pengendalian hipertensi. Namun pada studi yang dilakukan oleh Zhao et al. (2013), baik pengaturan pola makan, aktivitas fisik dan tingkat ekonomi tidak menunjukkan adanya hubungan terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi.

52 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait