• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil dan Pembahasan

Dalam dokumen T1 212009013 Full text (Halaman 32-58)

4.1Gambaran Obyek Penelitian Profil Usaha

Usaha “Sehati” adalah sebuah UKM di kota Salatiga Jawa Tengah, bergerak dalam usaha pembuatan makanan ringan yang terbuat dari bahan baku kacang-kacangan dan berdiri pada tanggal 14 Juni 2006. Usaha “Sehati”

termasuk ke dalam kriteria usaha kecil. Di dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; sebuah usaha termasuk ke dalam usaha kecil apabila memiliki kekayaan bersih antara Rp 50.000.000,- sampai Rp 500.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, serta memiliki omset tahunan antara Rp 300.000.000,- sampai dengan Rp 2.500.000.000,- (http://www.depkop.go.id/, 2008). Usaha “Sehati”

rata-rata sebesar Rp 600.000.000,-. Saat ini usaha “Sehati” memiliki 11 orang karyawan. Terdapat banyak macam dan variasi produk dari usaha “Sehati”.

Jenis dan variasi produk utama dari usaha “Sehati” adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Jenis dan Variasi Produk Usaha “Sehati”

No Produk Varian Tahun Mulai Produksi Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. Kacang Met-dji Kedelai Jazz Kedelai Virgin Serbuk

Jus hangat instan

-

Rasa manis, keju, dan keripik.

Rasa bawang, keju, dan vegetarian.

Kedelai, kacang hijau, beras merah, dan beras hitam.

Kedelai, kacang hijau, beras merah, dan beras hitam. 2006 2008 2008 2010 2012

Kacang goreng dibalut tepung.

Kacang kedelai goreng dibalut tepung.

Kedelai goreng rendah lemak.

Serbuk diseduh untuk minuman.

Campuran serbuk dan gula merah organik. Sumber: Bapak Eko Susilo

Sepintas tidak ada yang istimewa dari usaha “Sehati”. Namun di balik hal tersebut, usaha “Sehati” memiliki keunggulan berupa inovasi usaha. Inovasi telah dilakukan oleh sang pemilik sejak awal berdirinya usaha. Inovasi usaha yang dilakukan berfokus di dalam inovasi metode produksi, yaitu dengan penciptaan mesin-mesin produksi makanan ringan yang sangat inovatif dan bermanfaat. Nilai lebih dari inovasi ini adalah mesin-mesin produksi yang diciptakan sebagian besar berasal dari mesin-mesin bekas, kemudian dimodifikasi dan disesuaikan secara spesifik sehingga menjadi mesin produksi

yang bernilai tinggi dan menunjang produksi usaha “Sehati”.

Gambaran Pemilik Usaha

Pemilik dari usaha “Sehati” adalah Bapak Eko Susilo. Riwayat dari beliau adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Riwayat Pemilik Usaha “Sehati”

Nama Eko Susilo

Lahir 18 Desember 1962

Istri Yustina Sukisworo

Anak 1.Abel Jatayu Prakosa

2.David Permadi 3.Serafim Prasetya

Riwayat Pendidikan 1.STM Otomotif Leonardo, Klaten (1978-1981).

2.Pendidikan Ahli Teknik Industri Gajah Tunggal (PATIGAT) (1981-1984).

Riwayat Pekerjaan 1.PT.Gajah Tunggal (1984-1994).

2.PT.Sampoerna Percetakan Nusantara

(1994-1996).

3.PT.Mega Rubber Tires (1996-2001).

4.PT. Puhan Indonesia (2001-2006). 5.Mendirikan usaha “Sehati” (2006).

Sumber: Bapak Eko Susilo; Kompas, 2 Agustus 2010

Bapak Eko Susilo memulai usaha “Sehati” sejak berumur 44 tahun.

Dasar pendidikan serta riwayat pekerjaan beliau sebelumnya tidak berhubungan dengan usaha makanan ringan yang digelutinya sekarang karena

beliau memulai usaha “Sehati” dengan terpaksa setelah keluar dari pekerjaan

sebelumnya. Keterpaksaan karena desakan ekonomi membuat beliau mengesampingkan dasar pendidikan dan pekerjaan sebelumnya. Tetapi walaupun dengan alasan yang demikian, Bapak Eko Susilo mampu berubah menjadi seorang pengusaha sekaligus inovator sukses.

Teknologi Produksi Usaha “Sehati”

Hasil inovasi dari pemilik usaha “Sehati” adalah mesin-mesin produksi makanan ringan yang inovatif dan berkualitas. Mesin-mesin hasil inovasi Bapak Eko Susilo adalah sebagai berikut:

1. Mesin peniris minyak.

2. Sensor otomatis pengatur panas minyak goreng. 3. Mesin coating.

5. Mesin pengupas kulit ari kedelai. 6. Mesin pembersih kotoran kedelai.

4.2Ciri-ciri Kepribadian Kreatif Pemilik Usaha “Sehati”

Ciri-ciri kepribadian kreatif mampu menjelaskan aspek Person di dalam pendekatan 4P Kreativitas. Terdapat beberapa ciri-ciri pribadi kreatif yang sangat menonjol pada diri Bapak Eko Susilo, yaitu:

1. Selalu mencari hal-hal baru.

Bagi Bapak Eko Susilo, mencari hal-hal baru merupakan kesukaannya. Kesukannya ini disalurkan dengan cara selalu meluangkan waktu untuk pergi ke pasar barang-barang bekas. Kesukaan ini telah dilakukannya sejak beberapa tahun yang lalu. Beliau berkata:

“Saya tidak tahu kebiasaan ini baik atau tidak, saya

dari dulu punya hobi jalan-jalan ke pasar loak untuk lihat-lihat. Ya siapa tahu ada barang bekas termasuk mesin-mesin yang masih bagus. Kan kalau bekas pasti juga harganya jauh lebih murah. Kalau ada yang seperti itu biasanya saya mikir mesin ini bisa dibuat apa ya. Kalau sudah begitu ya saya beli mesinnya itu dan saya utak-atik di rumah.”

Hal ini juga ditegaskan oleh istri beliau, bahwa Bapak Eko Susilo memang memiliki hobi mencari mesin-mesin bekas. Dengan cara ini, beliau senantiasa mengasah dirinya untuk mampu berpikir kreatif. Dengan kebiasaan ini, beliau mampu menerka mesin-mesin bekas yang dijual dapat dimodifikasi atau tidak.

2. Melihat masalah sebagai batu loncatan.

Bapak Eko Susilo percaya bahwa setiap masalah memiliki hikmahnya masing-masing. Ketika beliau diharuskan keluar dari pekerjaannya, dalam keadaan bingung Bapak Eko Susilo memilih untuk memproduksi kacang telur dengan modal awal Rp 150.000,-. Pilihan

usaha ini sangat kontras dengan pekerjaan-pekerjaannya sebelumnya. Beliau hanya yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah yang terbaik baginya. Terbukti bahwa langkah awal memproduksi kacang telur membawanya menjadi seorang pengusaha sekaligus inovator sukses. Istri Bapak Eko Susilo pun memuji beliau:

“Bapak itu punya kelebihan, dia selalu pasrah dan

berserah kepada Tuhan. Jadi waktu itu Bapak harus keluar dari pekerjaa nnya, terus Bapak bilang bagaimana kalau kita buat kacang telur. Waktu itu saya memang kadang-kadang membuat kacang telur terus dijual untuk sambilan. Bapak yakin bahwa kita berusaha dan Tuhan yang menentukan. Ya saya bersyukur kalau keputusan Bapak membuat kacang telur waktu itu bisa membuat Sehati sampai seperti

ini.”

3. Berpikir out of the box atau di luar kebiasaan.

Bapak Eko Susilo mampu berpikir out of the box sehingga mampu memikirkan solusi-solusi yang tidak terpikirkan oleh orang lain. Selain itu hasil pemikirannya juga simpel dan praktis. Contoh yang sangat nyata adalah ketika beliau menciptakan mesin peniris minyak. Belum ada yang dapat berpikir bahwa spinner pengering mesin cuci juga dapat digunakan untuk membuang minyak yang ada di dalam kacang telur. Pemikirannya sederhana, dengan adanya gaya sentrifugal atau putaran spinner, minyak yang ada di dalam kacang telur akan terpental keluar. Namun yang menarik adalah pada awalnya kreativitas beliau pun diragukan istrinya sendiri, seperti yang dikatakan beliau:

“Waktu saya punya ide spinner mesin cuci buat meniriskan kacang telur, saya langsung coba -coba pakai mesin cuci punya istri saya. Waktu itu saya takut ketahuan makanya saya coba waktu malam hari. Eh tidak tahunya saya ketahuan karena bunyi mesin

cucinya keras sekali sampai „glodak glodak glodak‟. Ya

kalau saya ini aneh-aneh saja dan kalau mesin cucinya rusak bagaimana. Dia tidak setuju pada awalnya. Ya memang akhirnya mesin cucinya rusak. Tapi setelah mesin ciptaan saya jadi ya istri saya bilang kalau saya ini pintar juga ternyata, hahaha.”

4. Tidak takut gagal dan senantiasa optimistis.

Bapak Eko Susilo adalah seseorang yang sangat optimistis. Saat pertama kali mencoba menciptakan mesin yang benar-benar sempurna, beliau harus mengalami 100 kali lebih percobaan. Namun beliau yakin bahwa apa yang dilakukannya ada di jalan yang benar. Bapak Eko Susilo berkata bahwa walaupun beliau berulang kali gagal, namun suatu saat beliau pasti akan menemukan keberhasilan. Beliau pernah mendapat pengalaman mengesankan dengan mantan pimpinan perusahaannya yang berasal dari Jepang. Beliau berkata:

“Waktu itu ada bos saya dari Jepang datang dan melihat

saya sedang mengerjakan mesin yang cukup susah. Dia

bertanya sama saya, „Bagaimana, masih bisa?‟, terus saya

jawab „Wah susah Pak‟. Bos saya terus menjawab „Ya sudah

saya tunggu sampai kamu bisa‟. Beberapa kali bos saya

seperti itu. Kemudian sampai pada suatu kali saya ditanya

lagi „Bagaimana, masih bisa?‟. Karena saya jengkel

berulang-ulang ditanya hal yang sama, saya jawab „Tidak

bisa Pak‟, sontak bos saya langsung bilang „Goblok kamu,

sudah kamu keluar saja kalo tidak becus begitu!‟. Dari situ

saya jadi sadar asalkan rajin semua masalah pasti

terselesaikan.”

Dari pengalaman tersebut, Bapak Eko Susilo menjadi sadar bahwa saat menemui permasalahan yang harus diatasi, beliau tidak boleh pantang menyerah dalam mencari cara mengatasi permasalahan tersebut.

Dari ciri-ciri kreativitas Bapak Eko Susilo, diketahui bahwa kreativitas beliau bersumber dari hasil rasa ingin tahu yang tinggi. Namun terdapat satu lagi sumber kreativitas yang utama, yaitu faktor pengalaman. Dasar pendidikan dan pekerjaan beliau adalah teknik permesinan di pabrik, tidak sejalan dengan

usaha makanan ringan yang dijalankan sekarang. Dengan pekerjaannya saat itu, beliau dituntut cepat belajar dan tanggap dalam menghadapi mesin-mesin pabrik. Pada waktu beliau mendirikan usaha “Sehati”, secara tidak sadar

pengalaman kerja masa lalu mempengaruhi setiap tindakannya. Proses belajar dari pengalaman telah menuntun beliau. Dengan pengetahuannya mengenai teknik permesinan, beliau mampu menciptakan mesin-mesin produksi, walaupun harus melewati proses trial and error. Temuan ini sesuai dengan yang dikemukakan Jung dalam Munandar (2009) bahwa ketidaksadaran dan peristiwa-peristiwa penting di masa lalu cukup berpengaruh terhadap pembentukan pribadi kreatif seseorang. Dengan tuntunan dari pengalaman masa lalu yang berkaitan, seorang inovator secara tidak sadar akan lebih mudah dalam melakukan inovasi di dalam bidang yang sama.

4.3Faktor-Faktor Pendorong Inovasi Pemilik Usaha “Sehati”

Faktor-faktor pendorong inovasi pada Bapak Eko Susilo dapat dibedakan menjadi:

Dorongan Internal

Terdapat beberapa dorongan dari sisi internal yang membuat Bapak Eko Susilo mampu berinovasi secara kreatif. Dorongan tersebut adalah:

1. Tuntutan untuk efektif dan efisien dalam kegiatan produksi.

Bapak Eko Susilo berpegang pada prinsip bahwa produksi usaha

“Sehati” harus berdasarkan prinsip efektif dan efisien. Efektif berarti mampu melaksanakan kegiatan produksi dengan baik. Sedangkan efisien berarti mampu melakukan kegiatan produksi dengan menggunakan tenaga, waktu, serta biaya seminimal mungkin. Beliau berkata:

“Saat pertama kali saya membuat kacang telur, saya

kacang dan menggoreng dari jam 3 pagi sampai 5 sore setiap hari begitu. Saya kepikiran bagaimana kalau saya membuat mesin pelumur kacang telur. Nah akhirnya saya buat itu mesin coating. Dengan memakai mesin coating itu, produksi yang tadinya delapan jam bisa jadi tinggal satu jam, jumlah yang dihasilkan juga

tambah banyak.”

Berdasarkan pengalamannya selama ini, dengan penggunaan mesin-mesin hasil inovasi, Bapak Eko Susilo yakin mampu mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan jika menggunakan sistem produksi manual. Menurut beliau:

“Saya pikir kendala terbesar UKM itu masalah gaji

tenaga kerja yang semakin mahal sehingga UKM tidak bisa berkembang. Nah kalau tenaga kerja bisa digantikan mesin kan enak sekali, jadi biaya gaji semakin kecil, tapi produk yang dihasilkan bisa lebih banyak. Otomatis keuntungan yang didapatkan bisa

semakin banyak kan.”

2. Keinginan untuk peningkatan kualitas produk.

Keinginan untuk peningkatan kualitas produk adalah salah satu pendorong Bapak Eko Susilo dalam melakukan inovasi. Pada awal berdirinya usaha beliau mengalami masalah pada kualitas warna produk kacang telurnya yang jelek, berupa warna hasil penggorengan yang tidak merata yang disebabkan karena suhu minyak goreng yang tidak stabil. Oleh karena itu beliau melakukan modifikasi termometer sehingga terciptalah sensor otomatis pengontrol panas minyak goreng. Dengan adanya alat ini, suhu minyak goreng dapat diatur sehingga warna yang dihasilkan dari kacang telur pun menjadi bagus dan merata.

3. Keinginan untuk membuktikan kemampuan diri.

Bapak Eko Susilo memiliki sifat optimistis, oleh karena itu beliau senantiasa ingin membuktikan diri bahwa dirinya mampu berbuat sesuatu

yang lebih dibandingkan orang lain. Pada satu waktu beliau mampu membalikkan anggapan banyak orang bahwa kedelai tidak dapat dikupas kulit arinya sampai 100%. Bapak Eko Susilo bertutur demikian:

Waktu itu bersamaan dengan pembuatan mesin penepung, saya harus cari cara bagaimana mengupas kulit ari kedelai sebelum digiling, karena kata orang-orang sebelum kedelai digiling kulit arinya harus dikupas. Saya sampai pakai cara kedelainya dimasukkan ke dalam karung kemudian saya banting-banting, ya sampai badan saya sakit semua. Nah tapi saya juga sudah tanya ke orang-orang, juga cari-cari di internet, ternyata sudah ada mesinnya untuk mengupas kulit ari kedelai, tapi mereka semua berkata kalau mustahil kedelai bisa dikupas kulit arinya sampai 100% karena selama ini belum ada yang mampu. Jadi walaupun pakai mesin itu, hasil kedelainya masih tetap ada kulit arinya sedikit-sedikit. Ya saya tertantang dan penasaran juga apa iya tidak bisa. Akhirnya saya coba -coba, saya pakai mesin giling tahu bia sa terus saya modifikasi. Lah akhirnya bisa itu hasil akhir kedelainya mulus bersih 100% kulit arinya terkupas. Orang-orang juga heran sama saya. Padahal kan pada dasarnya saya cuma utak-atik secara sederhana mesinnya itu.”

Selain itu, Bapak Eko Susilo ingin membuktikan diri bahwa beliau mampu bangkit dari kegagalan dalam pekerjaan sebelumnya. Istrinya sendiri berkata:

“Ya setelah Bapak dulu keluar dari pekerjaan di pabrik cat terus membuat usaha “Sehati” dan ternyata

sekarang sukses, eh beberapa perusahaan tempat Bapak kerja dulu meminta Bapak supaya mau bekerja di tempat mereka lagi. Mereka tahu bapak memang terkenal bisa memaksimalkan kinerja mesin. Tapi Bapak sudah tidak mau, Bapak bilang kalau ingin berusaha sendiri saja jadi pengusaha.

Dorongan Eksternal

Terdapat beberapa dorongan eksternal yang mempengaruhi Bapak Eko Susilo, di antaranya:

1. Harga mesin produksi sejenis lebih mahal dan kurang sempurna.

Beberapa mesin produksi usaha “Sehati” diciptakan untuk mensiasati adanya mesin sejenis yang masih kurang sempurna tetapi berharga mahal di pasaran. Membeli mesin-mesin yang sudah jadi bukan merupakan opsi yang dipilih untuk modernisasi metode produksi. Sebagai contoh adalah mesin penepung Disk Mill. Mesin penepung Disk Mill digunakan untuk membuat serbuk kedelai dan Jus Hangat Instan (JHI) dengan sangat lembut. Di pasar banyak dijual mesin giling biasa, namun hasil penggilingan dari mesin ini masih sangat kasar. Kata beliau:

Setelah mesin penepung jadi, saya pernah ditawari mesin penepung buatan Jerman. Katanya hasil tepungnya bisa lembut sekali. Waktu saya tanya harganya saya kaget sekali, harganya Rp 150 juta. Terus saya bilang ke yang menawarkan, boleh tidak kalau saya tes dulu sebelum beli, dia mengiyakan. Eh setelah saya tes ternyata hasilnya masih kasar, kalah sama mesin penepung saya yang harganya cuma seberapa hahaha.

2. Adanya tuntutan dari pasar.

Adanya tuntutan dari pasar cukup berpengaruh terhadap keputusan Bapak Eko Susilo untuk menciptakan mesin-mesin produksi baru. Sebelum diciptakannya mesin pembersih kotoran kedelai pada tahun 2011, beliau menggunakan air sebagai media pencuci kedelai mentah. Suatu ketika terdapat banyak reseller protes karena rasa produk kedelai gorengnya menjadi kurang enak sehingga dagangan mereka kurang laku. Hal ini membuat beliau menyadari soal air pembersih kedelai yang dapat menghilangkan zat-zat yang ada di dalam kedelai, sehingga beliau menciptakan sebuah mesin pembersih kotoran kedelai tanpa menggunakan air sebagai pembersihnya.

3. Dukungan dari orang terdekat.

Dukungan dari orang terdekat, yaitu istri, menjadi motivasi ekstra bagi Bapak Eko Susilo untuk menciptakan mesin-mesin hasil inovasi. Beliau berkata:

“Istri saya sangat mendukung apa yang saya kerjakan.

Walaupun saya pernah dimarahi waktu pakai mesin cucinya buat meniriskan kacang telur hahaha. Setelah itu tidak jarang dia menemani saya utak-atik mesin sampai jam tiga pagi.

Ketika beliau mengalami masa sulit di awal usaha, istrinya selalu setia mendampingi. Tidak jarang beliau gagal, tetapi istrinya selalu memberikan dukungan moral. Dengan kesetiaan istrinya, beliau mendapatkan motivasi yang tidak ada bandingannya untuk pantang menyerah dalam berinovasi. Istri beliau memberikan pernyataan sebagai berikut:

Saya sering menemani Bapak waktu dulu utak-atik mesin, kadang sampai jam tiga pagi. Ya Bapak sibuk begitu, saya duduk di sampingnya lihat yang Bapak kerjakan. Ya memang seperti itu terus membuat capai ya, tapi saya sadar bahwa yang menguatkan saya untuk terus mendampingi Bapak adalah janji pernikahan saya

dan Bapak.”

Dari penjelasan di atas, jelas bahwa dorongan internal dan eksternal mempengaruhi seorang inovator untuk melakukan inovasi. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Iswanto (2011) yang menemukan bahwa faktor eksternal tidak berpengaruh terhadap inovasi. Di dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa faktor dorongan eksternal memiliki peranan yang besar terhadap inovasi yang dilakukan.

Tuntutan untuk efektif dan efisien, keinginan untuk peningkatan kualitas produk, adanya produk sejenis yang berharga mahal dan kurang

sempurna, serta adanya tuntutan dari konsumen merupakan hasil temuan yang sesuai dengan Carter dan Williams dalam Gracia (2003) serta Walton dalam Iswanto (2001). Hal ini juga sesuai dengan Winardi (2003, p.201) yang berkata bahwa salah satu sumber dorongan untuk berkreativitas dan berinovasi adalah para konsumen dan perusahaan-perusahaan pesaing. Ada dua hal menarik di dalam hasil penelitian ini. Pertama adalah adanya dorongan internal berupa keinginan untuk membuktikan diri. Rupanya perasaan mampu melakukan sesuatu yang lebih dari orang lain dapat membuat seseorang memiliki semangat untuk sukses berinovasi. Tidak ingin dipandang remeh serta keinginan diakui oleh orang lain membuat seseorang lebih tekun dan giat dalam melakukan sesuatu. Kedua adalah dorongan eksternal berupa dukungan dari orang terdekat. Hal ini cukup menarik karena ternyata efek psikologis berupa dukungan orang terdekat cukup berperan dalam mempertahankan semangat seseorang dalam melakukan sesuatu. Tidak menutup kemungkinan ketika seorang inovator terus gagal dalam trial & error, orang tersebut akan menjadi patah semangat. Namun ketika ada dukungan dari pihak terdekat, semangat tersebut dapat terus dijaga karena inovator tersebut merasa masih terdapat orang-orang yang peduli padanya.

4.4Proses Inovasi Teknologi Pemilik Usaha “Sehati”

Proses inovasi teknologi Bapak Eko Susilo dapat dilihat sejak timbulnya masalah, munculnya ide-ide kreatif, sampai ide tersebut dapat diimplementasikan menjadi sebuah inovasi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Proses inovasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses inovasi terobosan dan proses inovasi inkremental.

Proses Inovasi Terobosan

Inovasi terobosan merupakan inovasi yang dapat menghasilkan produk, alat, atau sistem kerja yang selama ini belum ada. Mesin yang merupakan hasil dari inovasi terobosan Bapak Eko Susilo adalah mesin peniris minyak. Penciptaan mesin peniris minyak goreng didahului dengan adanya masalah bau tidak enak kacang telur yang disebabkan karena adanya minyak yang tidak dapat hilang.

Proses inkubasi sampai melahirkan ide memerlukan waktu yang cukup lama. Saat itu beliau berusaha dengan banyak cara untuk mengatasi masalah ini, namun beliau sulit mendapatkan ide. Bapak Eko Susilo berkata:

Saya bingung bagaimana caranya menghilangkan minyak di dalam kacang telur. Waktu itu spontan saya dapat ide waktu melihat istri saya mencuci pakai mesin cuci, terus saya lihat spinner-nya. Eh langsung saja saya kepikiran kenapa tidak

kalau saya meniriskan minyak pakai spinner mesin cuci ini.”

Beliau merespon dengan mencoba memasukkan kacang telur yang habis digoreng ke dalam mesin cuci. Hasilnya di luar dugaan, ternyata minyak di dalam kacang telur dapat hilang seluruhnya. Ini membuat beliau membeli

mesin cuci bekas, mengambil spinner pengeringnya, dan mengembangkannya

menjadi mesin peniris minyak. Trial & error terjadi berulang kali, sampai akhirnya mesin ini benar-benar sempurna. Beliau berkata:

“Sudah hampir ratusan kali saya melakukan percobaan

membuat mesin ini. Waktu awal-awal spinner mesin cucinya cuma bertahan satu bulan karena penyok, lha tidak kuat kena minyak panas terus. Satu per satu percobaan selalu saya catat biar saya tahu perkembangannya. Pada akhirnya mesin ini

bisa seperti sekarang.”

Dari proses inovasi mesin peniris minyak di atas, maka dapat digambarkan diagram inovasi terobosan yang dilakukan Bapak Eko Susilo:

Diagram 1. Diagram Inovasi Terobosan

Proses Inovasi Inkremental

Inovasi inkremental merupakan inovasi berupa penyempurnaan dari produk maupun proses yang telah ada sebelumnya. Pada inovasi Bapak Eko Susilo, proses inovasi ini cenderung mendominasi. Terdapat lima buah mesin yang merupakan hasil dari inovasi inkremental beliau, yaitu sensor otomatis pengatur panas minyak goreng, mesin coating, mesin penepung Disk Mill, mesin pengupas kulit kedelai, serta mesin pembersih kotoran kedelai.

Pada tahap awal, Bapak Eko Susilo melihat adanya masalah tidak efektif dan tidak efisiennya proses produksi penggorengan, pelumuran kacang

Dalam dokumen T1 212009013 Full text (Halaman 32-58)

Dokumen terkait