• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 212009013 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 212009013 Full text"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI UKM

(Studi Kasus pada Usaha “Sehati”

di Salatiga Jawa Tengah)

Oleh:

ANDREE NARWOTO NIM : 212009013

KERTAS KERJA

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian Dari

Persyaratan – Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS :EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI :MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Semua mimpi kita akan menjadi nyata –

apabila

kita berani

mengejarnya”

(Walt Disney)

(6)

ABSTRACT

Nowadays, most of businesses in Indonesia are SMEs (Sma ll and Medium Entreprises).

A growing number of SMEs cause thougher competition. Innovation is one of the

solutions of these problem. Some SMEs have developed the innovation on the final

products. This research was aimed to find out the interesting sides of innovation on the

production technology which are rarely done by using 4P‟s Creativity approach. This research used qualitative methods with the research object was “Sehati” business in Salatiga Central Java, which is one of the snack-making business. The result of this

research was innovation of production technology on “Sehati” business can be reviewed from the perspective of Person or personality, Press or urge to innovation,

Process of innovation that has been done, and Product or the end result of innovation

that has been created. In addition, innovation of production technology bring the

benefits for increasing effectiveness and efficiency of production, as well as bringing

benefits for other people as a medium of learning and inspiration.

(7)

SARIPATI

Saat ini, sebagian besar bisnis yang terdapat di Indonesia merupakan UKM (Usaha

Kecil dan Menengah). Jumlah UKM yang semakin bertambah menyebabkan persaingan

usaha semakin ketat. Inovasi merupakan salah satu solusi dari masalah ini. Beberapa

UKM telah mengembangkan inovasi pada produk akhir. Penelitian ini dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui sisi menarik inovasi teknologi produksi pada UKM yang

jarang dilakukan dengan menggunakan pendekatan 4P Kreativitas. Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif dengan obyek penelitian usaha “Sehati” di Salatiga

Jawa Tengah yang menghasilkan produk makanan ringan. Hasil dari penelitian ini

adalah inovasi teknologi produksi pada usaha “Sehati” dapat ditinjau dari sudut pandang Person atau kepribadian, Press atau dorongan untuk berinovasi, Process atau proses

inovasi yang dilakukan, dan Product atau hasil akhir dari inovasi yang telah diciptakan.

Selain itu, inovasi teknologi produksi yang dilakukan membawa manfaat bagi

peningkatan efektifitas dan efisiensi produksi, serta membawa manfaat bagi orang lain

sebagai media belajar dan inspirasi.

(8)

KATA PENGANTAR

Inovasi merupakan salah satu hal terpenting di dalam perjalanan sebuah bisnis,

tidak terkecuali bagi bisnis dengan level UKM (Usaha Kecil dan Menengah).

Keunggulan kompetitif merupakan hal yang dapat diraih dengan penerapan inovasi.

Bagi UKM, inovasi tidak hanya terbatas pada inovasi produk yang banyak dilakukan,

namun juga dapat berupa inovasi teknologi produksi.

Dalam kertas kerja ini, penulis melakukan penelitian untuk mendapatkan

gambaran inovasi teknologi produksi yang dilakukan oleh usaha “Sehati” Salatiga.

Penulis tertarik untuk meneliti usaha ini karena pemilik usaha “Sehati” merupakan

sedikit dari pengusaha yang sekaligus inovator teknologi produksi pada level UKM di

kota Salatiga. Inovasi pada teknologi produksi yang telah dilakukan juga membawa

banyak manfaat.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian

selanjutnya dan bahan masukan bagi pihak-pihak terkait. Akhir kata penulis

mengucapkan terima kasih.

Salatiga, 1 Mei 2013

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Di dalam kertas kerja ini penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah banyak memberikan dukungan dan doa kepada

penulis selama pembuatan kertas kerja ini. Secara khusus ucapan terima kasih penulis

sampaikan kepada:

1. Ibu Ir. Lieli Suharti, MM, Ph.D, selaku pembimbing yang telah membimbing

penulis sejak awal sampai terselesaikannya kertas kerja ini dengan baik.

2. Bapak Hari Sunarto,S.E, MBA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ekonomika

dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

3. Ibu Roos Kities Andadari, S.E, MBA, Ph.D, selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya

Wacana.

4. Bapak Prof. Christantius Dwiatmaja, S.E., ME, Ph.D, selaku dosen wali studi

penulis.

5. Seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah membekali

penulis ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat selama penulis

menempuh pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana.

6. Bapak Eko Susilo yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian

terhadap beliau dan usaha “Sehati” milik beliau selama beberapa waktu.

7. Kedua orang tua dan adik-adik penulis yang telah memberi dukungan berupa

semangat dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.

8. Sari Sulis Setyaningsih yang selalu memberikan dukungan dan motivasi

(10)

9. Seluruh fungsionaris Kelompok Studi Manajemen (KSM) angkatan

2008-2011 yang telah bersama-sama dengan penulis belajar berorganisasi dalam

suka dan duka selama tiga tahun.

10.Korps Asisten Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah memberikan

pengalaman mengajar kepada penulis selama perkuliahan.

11.Sahabat-sahabat selama penulis berkuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana; Edy, Handoko, Lina, Hendy; serta

sahabat-sahabat FEB angkatan 2009 lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu.

Salatiga, 1 Mei 2013

(11)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Surat Pernyataan Keaslian Skripsi ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Moto ... iv

Abstract ... v

Saripati ... vi

Kata Pengantar ... vii

Ucapan Terima Kasih ... viii

Daftar Isi... x

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Diagram... xiv

Daftar Lampiran ... xv

1. Pendahuluan ... 16

2. Telaah Teoritis ... 19

(12)

2.2 Pendekatan 4P Kreativitas ... 20

2.3 Manfaat Inovasi ... 28

3. Metode Penelitian ... 29

4. Hasil dan Pembahasan ... 31

4.1 Gambaran Obyek Penelitian ... 31

4.2 Ciri-Ciri Kepribadian Kreatif Pemilik Usaha “Sehati” ... 34

4.3 Faktor-Faktor Pendorong Inovasi Pemilik Usaha “Sehati” ... 37

4.4 Proses Inovasi Teknologi Pemilik Usaha “Sehati” ... 42

4.5 Hasil Inovasi Teknologi Usaha “Sehati” ... 47

4.6 Manfaat Inovasi Teknologi Usaha “Sehati” ... 52

5. Penutup ... 57

5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran ... 59

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 60

Daftar Pustaka ... 61

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Ciri-Ciri Orang Kreatif Menurut Beberapa Ahli... 21

Tabel 2. Jenis dan Variasi Produk Usaha “Sehati” ... 32

Tabel 3. Riwayat Pemilik Usaha “Sehati” ... 33

Tabel 4. Mesin Hasil Inovasi Terobosan... 47

Tabel 5. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 1 ... 48

Tabel 6. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 2 ... 49

Tabel 7. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 3 ... 50

Tabel 8. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 4 ... 51

Tabel 9. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 5 ... 51

Tabel 10. Perbandingan Kualitas Produk Antara Sebelum dan Sesudah Penggunaan Mesin ... 53

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mesin Peniris Minyak ... 47

Gambar 2. Sensor Pengontrol Panas Minyak Goreng ... 48

Gambar 3. Mesin Pelumur Bumbu ... 49

Gambar 4. Mesin Pelumur Tepung ... 49

Gambar 5. Mesin Ayak ... 49

(15)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Inovasi Terobosan Bapak Eko Susilo ... 44

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

(17)

1. Pendahuluan

Saat ini, UKM (Usaha Kecil dan Menengah) memegang peranan penting di

dalam perekonomian Indonesia. Gerakan Kewirausahaan Nasional yang

dicanangkan pemerintah Indonesia pada tahun 2011 merupakan bukti bahwa

pemerintah sadar, kewirausahaan adalah solusi bagi banyaknya pengangguran

yang masih menjadi masalah serius di Indonesia. Untuk pengusaha-pengusaha di

sektor UKM, selain bertujuan untuk dapat mandiri secara ekonomi, UKM

bertujuan untuk lebih banyak menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain.

Sesuai dengan data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UKM di Indonesia

tercatat sebanyak 55,206 juta unit usaha atau 99,99% dari total pelaku usaha yang

jumlahnya sebanyak 55,211 juta unit usaha (http://www.depkop.go.id/, 2012).

Jumlah ini berpotensi terus berkembang, apalagi ditunjang dengan kenyataan

bahwa rata-rata pengusaha baru memulai bisnisnya dari level UKM. Muharram

dalam Sulistiyo (2012) mengatakan bahwa pada tahun 2012, jumlah pengusaha

pencipta lapangan kerja di Indonesia bertumbuh ke angka 1,56% dari jumlah

penduduk, yang tadinya hanya 0,24% di tahun 2009.

Dengan jumlah UKM yang bertambah terus setiap tahunnya, banyak UKM

yang terlibat di dalam persaingan secara langsung, karena sangat terbuka

kemungkinan banyak UKM menghasilkan produk yang sejenis. Berdasarkan hal

ini dibutuhkan inovasi sebagai pembeda. Inovasi adalah kemampuan untuk

menerapkan solusi kreatif terhadap permasalahan dan peluang untuk

meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan orang-orang (Zimmerer, 2008,

p.57). Inovasi mutlak diperlukan, tidak terkecuali dalam ranah UKM. Menurut

Wijayanti dan Puspitasari mengutip Mc.Grath et al. (1996), inovasi di dalam suatu

(18)

Selain itu, inovasi juga merupakan inti dari semangat kewirausahaan, dimana

seorang pengusaha harus senantiasa berubah dengan inovasi untuk mencapai

kesuksesan yang lebih dalam bisnis (Adhi dan Bawono, 2009, p.72).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti dan Puspitasari (2005),

diperoleh hasil bahwa sebagian besar jenis inovasi yang dilakukan oleh UKM

adalah inovasi produk, yaitu dengan penciptaan produk-produk baru untuk dijual.

Ini ditegaskan oleh hasil penelitian yang sama dari Nugroho (2009) bahwa inovasi

pada UKM mayoritas berfokus pada produk yang langsung bersinggungan dengan

konsumen. Contoh paling nyata dapat ditemukan pada bisnis makanan, dimana

banyak usaha berlomba-lomba dalam memproduksi makanan jenis baru ataupun

varian baru demi menarik konsumen. Hasil penelitian Nugroho (2009) juga

menunjukkan bahwa hanya 30% UKM yang melakukan inovasi dalam proses

produksi. Ini menunjukkan bahwa inovasi proses produksi masih jarang dilakukan

oleh UKM. Hasil penelitian Ellitan (2006) bahwa strategi dan bentuk inovasi yang

tepat dapat meningkatkan kinerja finansial dan kinerja perusahaan secara

keseluruhan. Hasil ini menunjukkan bahwa inovasi proses produksi juga dapat

menjadi salah satu elemen penting di dalam keberhasilan usaha. Di dalam dunia

usaha, inovasi proses produksi dapat berwujud inovasi teknologi. Contoh yang ada

saat ini adalah mesin pembuat rengginang (Triwitono, 2011) dan mesin pembuat

kerupuk (Maksindo, 2004) yang dijual. Walaupun sedikit, pencipta inovasi

teknologi produksi pada UKM tetap dapat menunjukkan eksistensinya. Artikel

koran Kompas (2 Agustus 2010) berjudul “Inovasi „Nakal‟ Eko Susilo”

membuktikan hal ini. Dijelaskan bahwa Bapak Eko Susilo sebagai pemilik dari

usaha “Sehati” melakukan inovasi dengan cara menciptakan mesin-mesin produksi

(19)

bergerak dalam usaha pembuatan makanan ringan berbahan baku

kacang-kacangan. Inovasi yang dilakukan berawal dari ketidaksengajaan dan proses

berpikir yang unik. Bapak Eko Susilo mampu menciptakan mesin-mesin produksi

yang sangat inovatif sehingga menghasilkan proses produksi yang efektif dan

efisien. Beliau telah mendapatkan pengakuan atas inovasinya, yaitu masuk ke

dalam 10 besar lomba kreativitas alat tingkat Jawa Tengah tahun 2010 (Kompas, 2

Agustus 2010).

Untuk melihat inovasi pada sebuah usaha, dapat digunakan berbagai

pendekatan. Munandar (2009) mengatakan bahwa salah satu pendekatan yang

digunakan untuk melihat sebuah inovasi adalah pendekatan 4P Kreativitas. Dalam

pendekatan ini, inovasi dan kreativitas merupakan dua hal yang saling berkaitan

dan tidak dapat dipisahkan. Di dalam pendekatan 4P Kreativitas, inovasi dilihat

dari dimensi Person, Press, Process, serta Product. Aspek Person melihat

kreativitas dari sudut pandang pribadi individu yang melakukan inovasi. Aspek

Press melihat dorongan apa saja yang membuat seseorang kreatif dan mampu

melakukan inovasi. Aspek Process melihat proses kreatif yang dilakukan untuk

dapat menghasilkan sebuah inovasi. Sedangkan aspek Product melihat hasil akhir

dari inovasi yang telah dilakukan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka studi ini akan meneliti gambaran

inovasi di dalam usaha “Sehati” milik Bapak Eko Susilo. Keunikan dari

mesin-mesin inovasi Bapak Eko Susilo serta proses penciptaannya merupakan hal yang

menarik dari penelitian ini. Inovasi beliau akan diuraikan dengan menggunakan

pendekatan 4P Kreativitas. Segi Person Bapak Eko Susilo akan diketahui dari

ciri-ciri kepribadian kreatif yang dimiliki olehnya. Press diketahui dari faktor-faktor

(20)

sampai akhir yang dilakukan Bapak Eko Susilo ketika melakukan inovasi. Product

akan membahas mengenai seluk beluk mesin-mesin inovasi Bapak Eko Susilo.

Manfaat inovasi juga akan dibahas untuk mengetahui sejauh mana inovasi Bapak

Eko Susilo dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Dengan demikian,

permasalahan-permasalahan yang akan diangkat di dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Apa sajakah ciri-ciri kepribadian kreatif yang menonjol yang dimiliki

oleh pemilik usaha “Sehati”?

2. Faktor-faktor apakah yang menjadi pendorong inovasi pemilik usaha

“Sehati”?

3. Bagaimanakah proses inovasi teknologi yang dilakukan oleh pemilik

usaha “Sehati”?

4. Apa sajakah hasil inovasi teknologi dari pemilik usaha “Sehati”?

5. Apakah manfaat yang diperoleh dari inovasi teknologi pemilik usaha

“Sehati” baik bagi pihak internal maupun eksternal?

2. Telaah Teoritis

2.1Pengertian Inovasi

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2008, p.57), inovasi adalah

kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap permasalahan dan

peluang untuk meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan orang-orang.

Selanjutnya Hasan dan Setiadji (2010, p.36) menyatakan bahwa inovasi adalah

penemuan atau terobosan yang menghasilkan produk baru yang belum pernah

ada sebelumnya atau mengerjakan sebuah produk yang sudah ada dengan cara

(21)

yang membuat obyek-obyek dan substansi baru yang berguna bagi manusia,

namun lebih luas dari sekedar penemuan dan jangka waktunya lama.

Berdasarkan berbagai sumber di atas, inovasi dapat diartikan sebagai sebuah

proses kreatif untuk memecahkan permasalahan yang ada, dengan cara

menghasilkan produk baru yang belum pernah ada sebelumnya atau mengubah

sebuah produk yang sudah ada, sifatnya lebih luas dari sekedar penemuan dan

berlaku untuk jangka waktu yang lama.

2.2Pendekatan 4P Kreativitas

Dalam perjalanannya, inovasi sangat berkaitan dengan kreativitas.

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2008, p.57), kreativitas adalah

kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan

cara-cara baru dalam melihat masalah dan peluang. Adhi dan Bawono (2009, p.73)

juga berkata bahwa dengan kreativitas seseorang menciptakan ide-ide atau

gagasan tentang produk ataupun cara dalam menjalankan bisnis. Kemudian ide

tersebut dikembangkan sehingga menjadi hasil akhir dari inovasi. Menurut

Munandar (2009), kreativitas dapat dikelompokkan kedalam empat dimensi

yang dikenal sebagai pendekatan 4P Kreativitas yang terdiri dari:

Dimensi Person

Dalam dimensi P erson, kreativitas dalam inovasi dilihat dari sudut

pandang kepribadian individu yang bersangkutan. Kreativitas dipercaya

merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki diri seseorang. Menurut Jung

dalam Munandar (2009), ketidaksadaran memainkan peranan yang sangat

penting dalam kreativitas. Alam pikiran bawah sadar dibentuk oleh masa lalu

pribadi. Secara tidak sadar seseorang mengingat pengalaman-pengalaman yang

(22)

menjadi kreatif. Terdapat berbagai ciri-ciri orang kreatif dari beberapa ahli

sebagai berikut:

Tabel 1. Ciri-Ciri Orang Kreatif Menurut Beberapa Ahli

Winardi Zimmerer dan

banyak solusi alternatif

ketika menghadapi Sumber: Winardi (2004), Zimmerer dan Scarborough (2008), Munandar

(2009)

Berdasarkan beberapa ahli di atas, maka ciri-ciri kepribadian kreatif dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1. Rasa ingin tahu yang besar, sehingga suka mengamati masalah yang

tidak diperhatikan orang lain.

2. Suka mencari ide-ide baru dan memiliki minat yang luas.

3. Menyukai aktivitas kreatif.

(23)

5. Berpikir mengenai sesuatu dari berbagai sudut pandang.

6. Suka menantang kebiasaan, rutinitas, dan tradisi.

7. Tidak cepat puas.

8. Tidak takut gagal sehingga suka mengambil resiko.

9. Mandiri dan percaya diri.

10.Berani mengemukakan pendapat.

11.Bersifat spontan.

12.Memiliki selera humor yang tinggi.

Dimensi Press

Dalam dimensi Press, kreativitas dilihat berdasarkan faktor-faktor apa

saja yang mendorong seseorang menjadi kreatif dan inovatif. Menurut

Munandar (2009, p.37), dorongan menjadi kreatif dan inovatif lebih

disebabkan setiap orang condong ingin mewujudkan potensinya, mewujudkan

dirinya, berkembang, serta menjadi matang. Faktor-faktor pendorong tersebut

dapat dilihat dari sisi internal inovator maupun dari sisi eksternalnya. Carter

dan Williams dalam Gracia (2003) mengatakan terdapat beberapa alasan

sebuah perusahaan melakukan inovasi, yaitu:

1. Keinginan untuk mengatasi kekurangan bahan baku.

2. Keinginan untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja.

3. Keinginan untuk mengatasi kelebihan permintaan.

4. Adanya keinginan dari konsumen akan tipe produk baru.

5. Adanya tekanan langsung dari persaingan industri dalam negeri maupun

luar negeri.

Sedangkan Iswanto mengutip Walton (1987) berkata bahwa dorongan yang

(24)

1. Kompetisi yang tidak menguntungkan di dalam perusahaan sehingga

pekerja mencari alternatif penyelesaian lain.

2. Ketidakefisienan metode kerja yang selama ini digunakan.

3. Tekanan dari pasar produk dan pasar tenaga kerja.

Hal di atas ditegaskan oleh Winardi (2003, p.201) bahwa dorongan untuk

seseorang berpikir kreatif dan inovatif dapat berasal dari berbagai macam

sumber, yaitu:

1. Para konsumen.

Konsumen seringkali menjadi sumber inspirasi untuk

berkreativitas dan berinovasi, yang menyebabkan terciptanya produk atau

jasa baru. Pengusaha tidak dapat menutup mata bahwa dalam

pertemuan-pertemuan dengan konsumen terkadang akan muncul ide-ide brilian.

2. Perusahaan-perusahaan pesaing.

Pengusaha perlu memonitor dan mengevaluasi produk-produk

perusahaan pesaing lain yang telah ada di pasar sebelumnya. Pada

aktivitas ini, benchmarking sangat bermanfaat, sehingga seorang

pengusaha dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan dari produk yang

sudah ada di pasaran. Dengan demikian inovasi yang kreatif dapat

dilakukan dengan “imitation with modification”.

3. Saluran distribusi.

Distributor menjadi sumber-sumber yang baik untuk

mendapatkan ide-ide kreatif untuk inovasi. Distributor adalah

orang-orang yang telah mengenal karakteristik pasar, sehingga mereka biasanya

memiliki sejumlah saran yang dapat mengarahkan kita untuk

(25)

4. Pemerintah

Pemerintah dapat membantu seseorang dalam menemukan dan

menciptakan ide-ide kreatif untuk inovasi, salah satunya dengan adanya

Biro Paten. Walaupun paten-paten yang sudah ada tidak boleh ditiru,

tetapi mungkin saja paten-paten yang sudah ada tersebut dapat

menginspirasi seseorang untuk menciptakan produk-produk kreatif lain.

Selain itu dapat juga kreativitas muncul seiring dengan pengusaha yang

bereaksi atas adanya peraturan pemerintah. Sebagai contoh, adanya

peraturan pemerintah tentang keselamatan pekerjaan, mengilhami

terciptanya helm keselamatan kerja.

5. Riset dan pengembangan.

Sumber kreativitas dan inovasi yang terbesar adalah riset dan

pengembangan dari seorang pengusaha. Hal yang harus ditekankan

adalah riset dan pengembangan membutuhkan skill individu yang sesuai.

Dengan adanya riset dan pengembangan, pengusaha dapat mengetahui

keinginan konsumen, kemudian dapat menciptakan solusi dengan

pengembangan yang terus-menerus.

Dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Iswanto (2001),

diperoleh hasil bahwa faktor pendorong yang berpengaruh terhadap inovasi

proses produksi pada tingkat perusahaan adalah faktor internal perusahaan,

sedangkan faktor eksternal perusahaan tidak berpengaruh. Penyebab faktor

eksternal yang tidak berpengaruh adalah obyek penelitian hanya

mempertimbangkan kinerja perusahaan untuk melakukan inovasi dan

(26)

Dimensi Process

Dalam dimensi Process, kreativitas dalam inovasi dilihat sebagai

sebuah proses berpikir sejak awal sampai terciptanya suatu ide unik dan

kreatif. Supardi mengutip De Bono (1970) mengatakan bahwa terdapat empat

tahapan dari proses kreativitas, yaitu:

1. Tahap persiapan atau akumulasi pengetahuan.

Tahap persiapan atau akumulasi pengetahuan merupakan tahap

awal dari proses kreativitas. Pada tahap ini seseorang mempersiapkan diri

untuk memecahkan masalah dengan mengumpulkan pengetahuan melalui

membaca, bertanya dengan orang lain, menghadiri pertemuan-pertemuan

bisnis, ataupun terjun dalam bidang tertentu sehingga menyebabkan

ide-ide kreatif dapat terkumpul.

2. Proses inkubasi.

Tahap inkubasi adalah tahap penantian ide kreatif yang

diharapkan. Pada tahap ini seseorang tidak harus terus-menerus

memikirkan masalah yang sedang dihadapi, tetapi dapat sambil

melakukan kegiatan lainnya, yang sama sekali tidak ada hubungannya

dengan masalah yang dihadapi. Hal ini dilakukan supaya ide-ide spontan

dapat muncul apabila pikiran dari individu yang bersangkutan lebih rileks

dan tidak terbebani suatu masalah.

3. Melahirkan ide.

Pada tahap ini, ide atau solusi kreatif yang dicari selama ini mulai

muncul. Terkadang ide yang ditemukan dapat muncul di situasi yang

tidak terduga dan spontan, bahkan muncul pada saat yang tidak ada

(27)

individu yang bersangkutan harus cepat tanggap untuk menangkap dan

melanjutkan ide tersebut ke tahap berikutnya.

4. Evaluasi dan implementasi.

Tahap ini adalah tahap terakhir dari proses kreativitas. Dalam

tahap ini, diperlukan sikap serius, disiplin, dan konsentrasi. Dari ide yang

muncul di dalam tahap ketiga, individu yang bersangkutan harus menguji

dan memodifikasi ide tersebut sehingga didapatkan bentuk yang matang

dari ide tersebut. Lebih penting lagi, ia tidak menyerah begitu saja bila

bertemu kendala. Bahkan biasanya berhasil mengembangkan ide setelah

beberapa kali mencoba.

Dimensi Product

Di dalam dimensi Product, kreativitas dalam inovasi dilihat dari apa

yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang sama sekali baru atau sebuah

penggabungan yang inovatif. Menurut Hendro (2011, p.124), inovasi dapat

dibedakan menjadi:

1. Inovasi produk, yaitu inovasi yang dilakukan pada isi produk (rasa,

kualitas) atau kemasan (pembungkus, tulisan, warna, bentuk).

2. Inovasi marketing, yaitu inovasi yang dilakukan pada cara penjualan,

pendistribusian, atau pengiklanannya.

3. Inovasi proses, yaitu inovasi yang dilakukan pada proses penciptaan

produk, proses produksi, proses teknologi pengemasan, proses riset dan

pengembangan, atau proses menciptakan mesin baru.

4. Inovasi teknikal, yaitu inovasi yang dilakukan pada teknik desain, teknik

(28)

5. Inovasi administrasi, yaitu inovasi yang dilakukan pada penyimpanan

data atau pada pembuatan dan pengumpulan data.

Sedangkan Pearce dan Robinson (2007, p.524) mengatakan bahwa hasil akhir

inovasi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Inovasi inkremental (incremental innovation).

Inovasi inkremental (incremental innovation) diartikan sebagai

perubahan atau penyesuaian sederhana dari produk, jasa, atau proses

yang ada. Pada inovasi inkremental, yang menjadi kekuatan adalah

penyempurnaan dari produk, jasa, ataupun proses yang sudah ada

sebelumnya sehingga diperoleh produk, jasa atau proses yang lebih baik.

Prinsip dari inovasi ini adalah modifikasi.

2. Inovasi terobosan (breakthrough innovation).

Inovasi terobosan (breakthrough innovation) adalah inovasi

dalam hal produk, proses, teknologi, atau biaya yang menunjukkan

lompatan kuantum kearah perbaikan. Pada inovasi jenis ini, arah

perbaikan dapat menciptakan produk, proses, ataupun teknologi yang

sama sekali baru. Secara umum inovasi terobosan membutuhkan sumber

daya yang lebih banyak serta resiko yang lebih banyak pula dibandingkan

dengan inovasi inkremental. Hal ini dikarenakan pada inovasi terobosan

memerlukan pertimbangan yang lebih matang dan memastikan bahwa

hasil inovasi terobosan dapat mendukung tujuan usaha di masa yang akan

datang. Apalagi hasil inovasi terobosan belum teruji benar dikarenakan

(29)

2.3Manfaat Inovasi

Dari hasil akhir inovasi dapat diperoleh manfaat-manfaat. White dan

Bruton (2007) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis manfaat yang diperoleh

dari inovasi dan teknologi, yaitu:

1. Manfaat inovasi bagi perusahaan.

Inovasi dan teknologi tidak hanya berdampak pada satu sisi di

dalam sebuah perusahaan, namun dapat berpengaruh pada beberapa sisi.

Teknologi baru memungkinkan perusahaan mampu menekan harga dan

meningkatkan kuantitas produk, sehingga dapat meningkatkan

penawaran dari perusahaan. Di sisi lain, teknologi baru memungkinkan

lebih banyak informasi mengenai produk yang diterima calon konsumen,

sehingga lebih banyak calon konsumen yang menjadi konsumen

perusahaan tersebut. Dengan kata lain teknologi dapat meningkatkan

permintaan.

2. Manfaat inovasi bagi masyarakat.

Inovasi dan teknologi dapat bermanfaat bagi masyarakat pada

umumnya. Rata-rata industri yang bergerak di dalam bidang inovasi

teknologi memiliki prospek yang cerah, sehingga mampu menyerap lebih

banyak tenaga kerja dibandingkan dengan industri yang lain. Dengan

cara ini pengangguran dapat ditekan dan kesejahteraan masyarakat dapat

meningkat.

Sedangkan menurut Tiwari dan Buse (2007), juga terdapat tiga dampak atau

manfaat inovasi pada proses produksi bagi kalangan internal usaha, yaitu:

1. Kualitas produk yang semakin baik.

(30)

3. Waktu produksi yang semakin singkat.

Ketiga dampak di atas dapat terjadi karena adanya proses reengineering. Jika

reenginering berhasil, maka sebuah usaha akan dapat meningkatkan kinerja

organisasi dan karyawannya (Davidson dalam Ellitan dan Anatan, 2009). Di

dalam sebuah produksi, teknologi tinggi dapat menghasilkan produk yang

berkualitas lebih baik. Biaya dapat lebih ditekan karena dengan teknologi dapat

mengurangi biaya tenaga karyawan. Teknologi yang lebih tinggi juga dapat

membuat proses produksi menjadi lebih cepat dibandingkan dengan

menggunakan tenaga manusia.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Soleh (2008) serta

Putra (2011) diperoleh hasil bahwa inovasi yang dilakukan pada UKM

memiliki dampak atau manfaat bagi kinerja UKM tersebut. Kumar dan Chadee

dalam Kosasih (2011) juga mengatakan bahwa penerapan teknologi yang lebih

tinggi dapat menjadi salah satu sumber yang dapat dikelola untuk menjaga

daya saing sebuah usaha.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan sebuah studi kasus yang dilakukan terhadap usaha

“Sehati” yang merupakan salah satu UKM dengan produksi makanan ringan. Pada

penelitian ini diteliti mengenai gambaran inovasi yang dilakukan oleh pemilik

usaha “Sehati” ditinjau dari pendekatan 4P Kreativitas. Untuk pengumpulan data

awal dibagi menjadi dua, yaitu pengambilan data primer dan sekunder.

Pengambilan data primer menggunakan metode wawancara langsung kepada

narasumber dengan bantuan pedoman pertanyaan wawancara yang telah disusun

(31)

sebagai pemilik usaha “Sehati”. Beliau merupakan pelaku utama dari inovasi pada penelitian ini. Selain itu dua narasumber yang lain adalah istri dan salah satu

karyawan Bapak Eko Susilo yang bernama Bapak Slamet. Mengingat bahwa istri

Bapak Eko Susilo mengetahui beberapa seluk beluk mengenai inovasi yang telah

dilakukan oleh Bapak Eko Susilo. Untuk karyawan, diputuskan hanya

mewawancarai Bapak Slamet, yang merupakan satu-satunya karyawan yang sudah

bekerja sejak awal berdirinya usaha sampai saat ini dan menjadi orang

kepercayaan Bapak Eko Susilo. Wawancara sudah dicoba untuk dilakukan

terhadap karyawan yang lain, namun mereka tidak dapat menjawab setiap

pertanyaan wawancara yang ada. Selain memperoleh data dengan pengambilan

data primer, juga dilakukan pengambilan data sekunder. Pengambilan data

sekunder diperoleh dari artikel-artikel beberapa surat kabar yang pernah mengulas

mengenai usaha “Sehati”. Pengambilan data sekunder ini dimaksudkan untuk

memperkuat data primer yang telah didapatkan oleh penulis dari narasumber

sebelumnya.

Di dalam penelitian ini digunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.

Bungin (2010, p.147) berkata bahwa strategi analisis deskriptif kualitatif

merupakan sebuah upaya analisis induktif terhadap data penelitian. Strategi yang

digunakan adalah lebih awal memperoleh data sebanyak-banyaknya di lapangan

dengan mengesampingkan peran teori. Walaupun demikian, bukan berarti teori

tidak penting di dalam teknik analisis deskriptif kualitatif ini. Langkah selanjutnya

adalah analisis terhadap data. Peran data lebih penting dibandingkan dengan teori,

sehingga di dalam analisis ini teori kemudian menyesuaikan dengan temuan

penelitian. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Januari 2013 sampai dengan bulan

(32)

Apabila dirasa data yang didapatkan dan dianalisis belum mampu menjawab

permasalahan penelitian, maka wawancara dilakukan kembali, apalagi mengingat

bahwa narasumber sering tidak berada di tempat. Untuk mendukung keabsahan

hasil penelitian kualitatif diperlukan mekanisme tersendiri. Di dalam penelitian ini

digunakan teknik triangulasi dengan sumber data (Bungin, 2010, p.256). Teknik

ini memungkinkan untuk membandingkan data hasil wawancara antara

narasumber yang satu dengan narasumber yang lain serta dengan sumber data

sekunder. Beberapa pertanyaan yang sama mengenai inovasi Bapak Eko Susilo

diajukan kepada Bapak Eko Susilo, istrinya, serta Bapak Slamet sehingga

didapatkan data yang sama kebenarannya, supaya hasil penelitian yang

dimunculkan pun memiliki tingkat keabsahan yang tinggi.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1Gambaran Obyek Penelitian Profil Usaha

Usaha “Sehati” adalah sebuah UKM di kota Salatiga Jawa Tengah,

bergerak dalam usaha pembuatan makanan ringan yang terbuat dari bahan

baku kacang-kacangan dan berdiri pada tanggal 14 Juni 2006. Usaha “Sehati” termasuk ke dalam kriteria usaha kecil. Di dalam Undang-Undang nomor 20

tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; sebuah usaha

termasuk ke dalam usaha kecil apabila memiliki kekayaan bersih antara Rp

50.000.000,- sampai Rp 500.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha, serta memiliki omset tahunan antara Rp 300.000.000,- sampai

(33)

rata-rata sebesar Rp 600.000.000,-. Saat ini usaha “Sehati” memiliki 11 orang karyawan. Terdapat banyak macam dan variasi produk dari usaha “Sehati”. Jenis dan variasi produk utama dari usaha “Sehati” adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Jenis dan Variasi Produk Usaha “Sehati”

No Produk Varian

Kedelai, kacang hijau, beras merah, dan beras hitam.

Kedelai, kacang hijau, beras merah, dan beras

Serbuk diseduh untuk minuman.

Campuran serbuk dan gula merah organik.

Sumber: Bapak Eko Susilo

Sepintas tidak ada yang istimewa dari usaha “Sehati”. Namun di balik

hal tersebut, usaha “Sehati” memiliki keunggulan berupa inovasi usaha.

Inovasi telah dilakukan oleh sang pemilik sejak awal berdirinya usaha. Inovasi

usaha yang dilakukan berfokus di dalam inovasi metode produksi, yaitu

dengan penciptaan mesin-mesin produksi makanan ringan yang sangat inovatif

dan bermanfaat. Nilai lebih dari inovasi ini adalah mesin-mesin produksi yang

diciptakan sebagian besar berasal dari mesin-mesin bekas, kemudian

dimodifikasi dan disesuaikan secara spesifik sehingga menjadi mesin produksi

yang bernilai tinggi dan menunjang produksi usaha “Sehati”.

Gambaran Pemilik Usaha

(34)

Tabel 3. Riwayat Pemilik Usaha “Sehati”

Nama Eko Susilo

Lahir 18 Desember 1962

Istri Yustina Sukisworo

Anak 1.Abel Jatayu Prakosa

2.David Permadi 3.Serafim Prasetya

Riwayat Pendidikan 1.STM Otomotif Leonardo, Klaten (1978-1981).

2.Pendidikan Ahli Teknik Industri Gajah Tunggal (PATIGAT) (1981-1984).

Riwayat Pekerjaan 1.PT.Gajah Tunggal (1984-1994).

2.PT.Sampoerna Percetakan Nusantara

(1994-1996).

3.PT.Mega Rubber Tires (1996-2001).

4.PT. Puhan Indonesia (2001-2006). 5.Mendirikan usaha “Sehati” (2006). Sumber: Bapak Eko Susilo; Kompas, 2 Agustus 2010

Bapak Eko Susilo memulai usaha “Sehati” sejak berumur 44 tahun. Dasar pendidikan serta riwayat pekerjaan beliau sebelumnya tidak

berhubungan dengan usaha makanan ringan yang digelutinya sekarang karena

beliau memulai usaha “Sehati” dengan terpaksa setelah keluar dari pekerjaan

sebelumnya. Keterpaksaan karena desakan ekonomi membuat beliau

mengesampingkan dasar pendidikan dan pekerjaan sebelumnya. Tetapi

walaupun dengan alasan yang demikian, Bapak Eko Susilo mampu berubah

menjadi seorang pengusaha sekaligus inovator sukses.

Teknologi Produksi Usaha “Sehati”

Hasil inovasi dari pemilik usaha “Sehati” adalah mesin-mesin produksi

makanan ringan yang inovatif dan berkualitas. Mesin-mesin hasil inovasi

Bapak Eko Susilo adalah sebagai berikut:

1. Mesin peniris minyak.

2. Sensor otomatis pengatur panas minyak goreng.

3. Mesin coating.

(35)

5. Mesin pengupas kulit ari kedelai.

6. Mesin pembersih kotoran kedelai.

4.2Ciri-ciri Kepribadian Kreatif Pemilik Usaha “Sehati”

Ciri-ciri kepribadian kreatif mampu menjelaskan aspek Person di

dalam pendekatan 4P Kreativitas. Terdapat beberapa ciri-ciri pribadi kreatif

yang sangat menonjol pada diri Bapak Eko Susilo, yaitu:

1. Selalu mencari hal-hal baru.

Bagi Bapak Eko Susilo, mencari hal-hal baru merupakan

kesukaannya. Kesukannya ini disalurkan dengan cara selalu meluangkan

waktu untuk pergi ke pasar barang-barang bekas. Kesukaan ini telah

dilakukannya sejak beberapa tahun yang lalu. Beliau berkata:

“Saya tidak tahu kebiasaan ini baik atau tidak, saya dan saya utak-atik di rumah.”

Hal ini juga ditegaskan oleh istri beliau, bahwa Bapak Eko Susilo

memang memiliki hobi mencari mesin-mesin bekas. Dengan cara ini,

beliau senantiasa mengasah dirinya untuk mampu berpikir kreatif.

Dengan kebiasaan ini, beliau mampu menerka mesin-mesin bekas yang

dijual dapat dimodifikasi atau tidak.

2. Melihat masalah sebagai batu loncatan.

Bapak Eko Susilo percaya bahwa setiap masalah memiliki

hikmahnya masing-masing. Ketika beliau diharuskan keluar dari

pekerjaannya, dalam keadaan bingung Bapak Eko Susilo memilih untuk

(36)

usaha ini sangat kontras dengan pekerjaan-pekerjaannya sebelumnya.

Beliau hanya yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah yang

terbaik baginya. Terbukti bahwa langkah awal memproduksi kacang telur

membawanya menjadi seorang pengusaha sekaligus inovator sukses. Istri

Bapak Eko Susilo pun memuji beliau:

“Bapak itu punya kelebihan, dia selalu pasrah dan

berserah kepada Tuhan. Jadi waktu itu Bapak harus keluar dari pekerjaa nnya, terus Bapak bilang bagaimana kalau kita buat kacang telur. Waktu itu saya memang kadang-kadang membuat kacang telur terus dijual untuk sambilan. Bapak yakin bahwa kita berusaha dan Tuhan yang menentukan. Ya saya bersyukur kalau keputusan Bapak membuat kacang telur waktu itu bisa membuat Sehati sampai seperti

ini.”

3. Berpikir out of the box atau di luar kebiasaan.

Bapak Eko Susilo mampu berpikir out of the box sehingga

mampu memikirkan solusi-solusi yang tidak terpikirkan oleh orang lain.

Selain itu hasil pemikirannya juga simpel dan praktis. Contoh yang

sangat nyata adalah ketika beliau menciptakan mesin peniris minyak.

Belum ada yang dapat berpikir bahwa spinner pengering mesin cuci juga

dapat digunakan untuk membuang minyak yang ada di dalam kacang

telur. Pemikirannya sederhana, dengan adanya gaya sentrifugal atau

putaran spinner, minyak yang ada di dalam kacang telur akan terpental

keluar. Namun yang menarik adalah pada awalnya kreativitas beliau pun

diragukan istrinya sendiri, seperti yang dikatakan beliau:

“Waktu saya punya ide spinner mesin cuci buat meniriskan kacang telur, saya langsung coba -coba pakai mesin cuci punya istri saya. Waktu itu saya takut ketahuan makanya saya coba waktu malam hari. Eh tidak tahunya saya ketahuan karena bunyi mesin

cucinya keras sekali sampai „glodak glodak glodak‟. Ya

(37)

kalau saya ini aneh-aneh saja dan kalau mesin cucinya rusak bagaimana. Dia tidak setuju pada awalnya. Ya memang akhirnya mesin cucinya rusak. Tapi setelah mesin ciptaan saya jadi ya istri saya bilang kalau saya ini pintar juga ternyata, hahaha.”

4. Tidak takut gagal dan senantiasa optimistis.

Bapak Eko Susilo adalah seseorang yang sangat optimistis. Saat

pertama kali mencoba menciptakan mesin yang benar-benar sempurna,

beliau harus mengalami 100 kali lebih percobaan. Namun beliau yakin

bahwa apa yang dilakukannya ada di jalan yang benar. Bapak Eko Susilo

berkata bahwa walaupun beliau berulang kali gagal, namun suatu saat

beliau pasti akan menemukan keberhasilan. Beliau pernah mendapat

pengalaman mengesankan dengan mantan pimpinan perusahaannya yang

berasal dari Jepang. Beliau berkata:

“Waktu itu ada bos saya dari Jepang datang dan melihat

saya sedang mengerjakan mesin yang cukup susah. Dia

bertanya sama saya, „Bagaimana, masih bisa?‟, terus saya

jawab „Wah susah Pak‟. Bos saya terus menjawab „Ya sudah

saya tunggu sampai kamu bisa‟. Beberapa kali bos saya seperti itu. Kemudian sampai pada suatu kali saya ditanya

lagi „Bagaimana, masih bisa?‟. Karena saya jengkel

berulang-ulang ditanya hal yang sama, saya jawab „Tidak

bisa Pak‟, sontak bos saya langsung bilang „Goblok kamu,

sudah kamu keluar saja kalo tidak becus begitu!‟. Dari situ saya jadi sadar asalkan rajin semua masalah pasti

terselesaikan.”

Dari pengalaman tersebut, Bapak Eko Susilo menjadi sadar bahwa saat

menemui permasalahan yang harus diatasi, beliau tidak boleh pantang

menyerah dalam mencari cara mengatasi permasalahan tersebut.

Dari ciri-ciri kreativitas Bapak Eko Susilo, diketahui bahwa kreativitas

beliau bersumber dari hasil rasa ingin tahu yang tinggi. Namun terdapat satu

lagi sumber kreativitas yang utama, yaitu faktor pengalaman. Dasar pendidikan

(38)

usaha makanan ringan yang dijalankan sekarang. Dengan pekerjaannya saat

itu, beliau dituntut cepat belajar dan tanggap dalam menghadapi mesin-mesin

pabrik. Pada waktu beliau mendirikan usaha “Sehati”, secara tidak sadar pengalaman kerja masa lalu mempengaruhi setiap tindakannya. Proses belajar

dari pengalaman telah menuntun beliau. Dengan pengetahuannya mengenai

teknik permesinan, beliau mampu menciptakan mesin-mesin produksi,

walaupun harus melewati proses trial and error. Temuan ini sesuai dengan

yang dikemukakan Jung dalam Munandar (2009) bahwa ketidaksadaran dan

peristiwa-peristiwa penting di masa lalu cukup berpengaruh terhadap

pembentukan pribadi kreatif seseorang. Dengan tuntunan dari pengalaman

masa lalu yang berkaitan, seorang inovator secara tidak sadar akan lebih

mudah dalam melakukan inovasi di dalam bidang yang sama.

4.3Faktor-Faktor Pendorong Inovasi Pemilik Usaha “Sehati”

Faktor-faktor pendorong inovasi pada Bapak Eko Susilo dapat

dibedakan menjadi:

Dorongan Internal

Terdapat beberapa dorongan dari sisi internal yang membuat Bapak

Eko Susilo mampu berinovasi secara kreatif. Dorongan tersebut adalah:

1. Tuntutan untuk efektif dan efisien dalam kegiatan produksi.

Bapak Eko Susilo berpegang pada prinsip bahwa produksi usaha

“Sehati” harus berdasarkan prinsip efektif dan efisien. Efektif berarti

mampu melaksanakan kegiatan produksi dengan baik. Sedangkan efisien

berarti mampu melakukan kegiatan produksi dengan menggunakan

tenaga, waktu, serta biaya seminimal mungkin. Beliau berkata:

“Saat pertama kali saya membuat kacang telur, saya

(39)

kacang dan menggoreng dari jam 3 pagi sampai 5 sore setiap hari begitu. Saya kepikiran bagaimana kalau saya membuat mesin pelumur kacang telur. Nah akhirnya saya buat itu mesin coating. Dengan memakai mesin coating itu, produksi yang tadinya delapan jam bisa jadi tinggal satu jam, jumlah yang dihasilkan juga

tambah banyak.”

Berdasarkan pengalamannya selama ini, dengan penggunaan

mesin-mesin hasil inovasi, Bapak Eko Susilo yakin mampu mendapatkan

keuntungan yang lebih besar dibandingkan jika menggunakan sistem

produksi manual. Menurut beliau: banyak. Otomatis keuntungan yang didapatkan bisa

semakin banyak kan.”

2. Keinginan untuk peningkatan kualitas produk.

Keinginan untuk peningkatan kualitas produk adalah salah satu

pendorong Bapak Eko Susilo dalam melakukan inovasi. Pada awal

berdirinya usaha beliau mengalami masalah pada kualitas warna produk

kacang telurnya yang jelek, berupa warna hasil penggorengan yang tidak

merata yang disebabkan karena suhu minyak goreng yang tidak stabil.

Oleh karena itu beliau melakukan modifikasi termometer sehingga

terciptalah sensor otomatis pengontrol panas minyak goreng. Dengan

adanya alat ini, suhu minyak goreng dapat diatur sehingga warna yang

dihasilkan dari kacang telur pun menjadi bagus dan merata.

3. Keinginan untuk membuktikan kemampuan diri.

Bapak Eko Susilo memiliki sifat optimistis, oleh karena itu beliau

(40)

yang lebih dibandingkan orang lain. Pada satu waktu beliau mampu

membalikkan anggapan banyak orang bahwa kedelai tidak dapat dikupas

kulit arinya sampai 100%. Bapak Eko Susilo bertutur demikian:

Waktu itu bersamaan dengan pembuatan mesin penepung, saya harus cari cara bagaimana mengupas kulit ari kedelai sebelum digiling, karena kata orang-orang sebelum kedelai digiling kulit arinya harus dikupas. Saya sampai pakai cara kedelainya dimasukkan ke dalam karung kemudian saya banting-banting, ya sampai badan saya sakit semua. Nah tapi saya juga sudah tanya ke orang-orang, juga cari-cari di internet, ternyata sudah ada mesinnya untuk mengupas kulit ari kedelai, tapi mereka semua berkata kalau mustahil kedelai bisa dikupas kulit arinya sampai 100% karena selama ini belum ada yang mampu. Jadi walaupun pakai mesin itu, hasil kedelainya masih tetap ada kulit arinya sedikit-sedikit. Ya saya tertantang dan penasaran juga apa iya tidak bisa. Akhirnya saya coba -coba, saya pakai mesin giling tahu bia sa terus saya modifikasi. Lah akhirnya bisa itu hasil akhir kedelainya mulus bersih 100% kulit arinya terkupas. Orang-orang juga heran sama saya. Padahal kan pada dasarnya saya cuma utak-atik secara sederhana mesinnya itu.”

Selain itu, Bapak Eko Susilo ingin membuktikan diri bahwa beliau

mampu bangkit dari kegagalan dalam pekerjaan sebelumnya. Istrinya

sendiri berkata:

“Ya setelah Bapak dulu keluar dari pekerjaan di pabrik cat terus membuat usaha “Sehati” dan ternyata

sekarang sukses, eh beberapa perusahaan tempat Bapak kerja dulu meminta Bapak supaya mau bekerja di tempat mereka lagi. Mereka tahu bapak memang terkenal bisa memaksimalkan kinerja mesin. Tapi Bapak sudah tidak mau, Bapak bilang kalau ingin berusaha sendiri saja jadi pengusaha.

Dorongan Eksternal

Terdapat beberapa dorongan eksternal yang mempengaruhi Bapak Eko

(41)

1. Harga mesin produksi sejenis lebih mahal dan kurang sempurna.

Beberapa mesin produksi usaha “Sehati” diciptakan untuk

mensiasati adanya mesin sejenis yang masih kurang sempurna tetapi

berharga mahal di pasaran. Membeli mesin-mesin yang sudah jadi bukan

merupakan opsi yang dipilih untuk modernisasi metode produksi.

Sebagai contoh adalah mesin penepung Disk Mill. Mesin penepung Disk

Mill digunakan untuk membuat serbuk kedelai dan Jus Hangat Instan

(JHI) dengan sangat lembut. Di pasar banyak dijual mesin giling biasa,

namun hasil penggilingan dari mesin ini masih sangat kasar. Kata beliau:

Setelah mesin penepung jadi, saya pernah ditawari mesin penepung buatan Jerman. Katanya hasil tepungnya bisa lembut sekali. Waktu saya tanya

2. Adanya tuntutan dari pasar.

Adanya tuntutan dari pasar cukup berpengaruh terhadap

keputusan Bapak Eko Susilo untuk menciptakan mesin-mesin produksi

baru. Sebelum diciptakannya mesin pembersih kotoran kedelai pada

tahun 2011, beliau menggunakan air sebagai media pencuci kedelai

mentah. Suatu ketika terdapat banyak reseller protes karena rasa produk

kedelai gorengnya menjadi kurang enak sehingga dagangan mereka

kurang laku. Hal ini membuat beliau menyadari soal air pembersih

kedelai yang dapat menghilangkan zat-zat yang ada di dalam kedelai,

sehingga beliau menciptakan sebuah mesin pembersih kotoran kedelai

(42)

3. Dukungan dari orang terdekat.

Dukungan dari orang terdekat, yaitu istri, menjadi motivasi ekstra

bagi Bapak Eko Susilo untuk menciptakan mesin-mesin hasil inovasi.

Beliau berkata:

“Istri saya sangat mendukung apa yang saya kerjakan.

Walaupun saya pernah dimarahi waktu pakai mesin cucinya buat meniriskan kacang telur hahaha. Setelah itu tidak jarang dia menemani saya utak-atik mesin sampai jam tiga pagi.

Ketika beliau mengalami masa sulit di awal usaha, istrinya selalu setia

mendampingi. Tidak jarang beliau gagal, tetapi istrinya selalu

memberikan dukungan moral. Dengan kesetiaan istrinya, beliau

mendapatkan motivasi yang tidak ada bandingannya untuk pantang

menyerah dalam berinovasi. Istri beliau memberikan pernyataan sebagai

berikut:

Saya sering menemani Bapak waktu dulu utak-atik mesin, kadang sampai jam tiga pagi. Ya Bapak sibuk begitu, saya duduk di sampingnya lihat yang Bapak kerjakan. Ya memang seperti itu terus membuat capai ya, tapi saya sadar bahwa yang menguatkan saya untuk terus mendampingi Bapak adalah janji pernikahan saya

dan Bapak.”

Dari penjelasan di atas, jelas bahwa dorongan internal dan eksternal

mempengaruhi seorang inovator untuk melakukan inovasi. Hal ini berbeda

dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Iswanto (2011) yang

menemukan bahwa faktor eksternal tidak berpengaruh terhadap inovasi. Di

dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa faktor dorongan eksternal

memiliki peranan yang besar terhadap inovasi yang dilakukan.

Tuntutan untuk efektif dan efisien, keinginan untuk peningkatan

(43)

sempurna, serta adanya tuntutan dari konsumen merupakan hasil temuan yang

sesuai dengan Carter dan Williams dalam Gracia (2003) serta Walton dalam

Iswanto (2001). Hal ini juga sesuai dengan Winardi (2003, p.201) yang berkata

bahwa salah satu sumber dorongan untuk berkreativitas dan berinovasi adalah

para konsumen dan perusahaan-perusahaan pesaing. Ada dua hal menarik di

dalam hasil penelitian ini. Pertama adalah adanya dorongan internal berupa

keinginan untuk membuktikan diri. Rupanya perasaan mampu melakukan

sesuatu yang lebih dari orang lain dapat membuat seseorang memiliki

semangat untuk sukses berinovasi. Tidak ingin dipandang remeh serta

keinginan diakui oleh orang lain membuat seseorang lebih tekun dan giat

dalam melakukan sesuatu. Kedua adalah dorongan eksternal berupa dukungan

dari orang terdekat. Hal ini cukup menarik karena ternyata efek psikologis

berupa dukungan orang terdekat cukup berperan dalam mempertahankan

semangat seseorang dalam melakukan sesuatu. Tidak menutup kemungkinan

ketika seorang inovator terus gagal dalam trial & error, orang tersebut akan

menjadi patah semangat. Namun ketika ada dukungan dari pihak terdekat,

semangat tersebut dapat terus dijaga karena inovator tersebut merasa masih

terdapat orang-orang yang peduli padanya.

4.4Proses Inovasi Teknologi Pemilik Usaha “Sehati”

Proses inovasi teknologi Bapak Eko Susilo dapat dilihat sejak

timbulnya masalah, munculnya ide-ide kreatif, sampai ide tersebut dapat

diimplementasikan menjadi sebuah inovasi untuk menyelesaikan masalah

tersebut. Proses inovasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses inovasi

(44)

Proses Inovasi Terobosan

Inovasi terobosan merupakan inovasi yang dapat menghasilkan produk,

alat, atau sistem kerja yang selama ini belum ada. Mesin yang merupakan hasil

dari inovasi terobosan Bapak Eko Susilo adalah mesin peniris minyak.

Penciptaan mesin peniris minyak goreng didahului dengan adanya masalah bau

tidak enak kacang telur yang disebabkan karena adanya minyak yang tidak

dapat hilang.

Proses inkubasi sampai melahirkan ide memerlukan waktu yang cukup

lama. Saat itu beliau berusaha dengan banyak cara untuk mengatasi masalah

ini, namun beliau sulit mendapatkan ide. Bapak Eko Susilo berkata:

Saya bingung bagaimana caranya menghilangkan minyak di dalam kacang telur. Waktu itu spontan saya dapat ide waktu melihat istri saya mencuci pakai mesin cuci, terus saya lihat spinner-nya. Eh langsung saja saya kepikiran kenapa tidak

kalau saya meniriskan minyak pakai spinner mesin cuci ini.”

Beliau merespon dengan mencoba memasukkan kacang telur yang

habis digoreng ke dalam mesin cuci. Hasilnya di luar dugaan, ternyata minyak

di dalam kacang telur dapat hilang seluruhnya. Ini membuat beliau membeli

mesin cuci bekas, mengambil spinner pengeringnya, dan mengembangkannya

menjadi mesin peniris minyak. Trial & error terjadi berulang kali, sampai

akhirnya mesin ini benar-benar sempurna. Beliau berkata:

“Sudah hampir ratusan kali saya melakukan percobaan

membuat mesin ini. Waktu awal-awal spinner mesin cucinya cuma bertahan satu bulan karena penyok, lha tidak kuat kena minyak panas terus. Satu per satu percobaan selalu saya catat biar saya tahu perkembangannya. Pada akhirnya mesin ini

bisa seperti sekarang.”

Dari proses inovasi mesin peniris minyak di atas, maka dapat

(45)

Diagram 1. Diagram Inovasi Terobosan

Proses Inovasi Inkremental

Inovasi inkremental merupakan inovasi berupa penyempurnaan dari

produk maupun proses yang telah ada sebelumnya. Pada inovasi Bapak Eko

Susilo, proses inovasi ini cenderung mendominasi. Terdapat lima buah mesin

yang merupakan hasil dari inovasi inkremental beliau, yaitu sensor otomatis

pengatur panas minyak goreng, mesin coating, mesin penepung Disk Mill,

mesin pengupas kulit kedelai, serta mesin pembersih kotoran kedelai.

Pada tahap awal, Bapak Eko Susilo melihat adanya masalah tidak

efektif dan tidak efisiennya proses produksi penggorengan, pelumuran kacang

telur, penepungan, pengupasan kulit ari kedelai, serta pembersihan kedelai

mentah. Beliau berusaha mencari ide dengan cara banyak berkunjung ke pasar

barang bekas. Dengan cara ini, beliau berusaha mencari mesin-mesin bekas

untuk dimodifikasi guna mengatasi masalah yang ada.

Proses inovasi inkremental Bapak Eko Susilo seluruhnya dilakukan

setelah proses inovasi terobosan. Beliau bercermin dari inovasi terobosan yang

telah dilakukannya. Masa inkubasi dari proses inovasi inkremental terlihat Proses Persiapan atau

Akumulasi Pengetahuan

Masalah timbul. Di sisi lain pengetahuan didapatkan dari ide kreatif karena belum terbiasa.

Proses Evaluasi dan saat melihat cara kerja alat lain yang tidak berhubungan namun

(46)

lebih singkat karena adanya pengalaman inovasi terobosan sebelumnya. Saat

beliau melihat mesin-mesin bekas yang ada, beliau langsung mendapatkan ide

untuk menyempurnakan mesin-mesin tersebut.

Pada tahap implementasi, Bapak Eko Susilo melakukan lebih sedikit

percobaan dibandingkan pada proses inovasi terobosan. Modifikasi mesin yang

dilakukan oleh beliau kebanyakan adalah modifikasi sederhana, dimana

kebanyakan orang tidak memikirkannya. Penciptaan mesin pengupas kulit ari

kedelai membuktikan hal ini. Banyak orang beranggapan bahwa tidak mungkin

kulit ari kedelai dapat terkupas 100% walaupun dengan menggunakan mesin.

Namun Bapak Eko Susilo dapat memodifikasi mesin penggiling tahu sehingga

dapat mengupas kulit ari kedelai dengan sempurna. Hanya dengan mengubah

ukuran diameter piringan besi penggiling tahu, mesin ini langsung dapat

mengupas kulit ari kedelai hingga 100%. Pemikiran-pemikiran sederhana ini

diterapkan pada seluruh modifikasi mesin proses inovasi inkremental beliau.

Pada tahap akhir implementasi juga terdapat langkah pematenan hasil inovasi

untuk salah satu mesin, yaitu mesin penepung Disk Mill. Pematenan ini

dilakukan karena Bapak Eko Susilo disadarkan oleh seorang teman bahwa

mesin ini sangat inovatif dan merupakan asset yang sangat berharga.

Dari penjelasan di atas, dapat digambarkan diagram inovasi

inkremental secara umum yang dilakukan oleh Bapak Eko Susilo sebagai

(47)

Diagram 2. Diagram Inovasi Inkremental

Dari proses inovasi terobosan dan proses inovasi inkremental di atas,

dapat dijelaskan persamaan dan perbedaan di antara keduanya. Persamaan dari

kedua proses kreativitas ini adalah pada tahap persiapan atau akumulasi

pengetahuan, keduanya sama-sama mengandalkan pengalaman kerja di masa

lalu sebagai sumber kreativitas. Terdapat tiga perbedaan di antara kedua proses

ini. Pertama, pada tahap inkubasi, inovasi terobosan membutuhkan waktu yang

lebih banyak dibandingkan dengan inovasi inkremental. Kedua, pada tahap

melahirkan ide, ide yang muncul pada inovasi terobosan bersifat spontan saat

melihat produk atau sistem yang berbeda namun aplikatif. Berbeda dengan

inovasi inkremental, dimana ide muncul saat melihat produk atau sistem

sejenis yang terasa kekurangannya. Ketiga, pada tahap evaluasi dan

implementasi, inovasi terobosan cenderung lebih banyak membutuhkan trial &

error dibandingkan dengan inovasi inkremental. Hal ini dapat dipahami karena

inovasi terobosan harus dimulai dari dasar, sedangkan inovasi inkremental

tinggal dilakukan modifikasi sederhana disesuaikan dengan kebutuhan. Proses Persiapan atau

Memerlukan lebih sedikit waktu untuk memperoleh ide apabila

dibandingkan dengan masa inkubasi inovasi terobosan.

Proses Evaluasi dan Implementasi

Memodifikasi mesin yang sudah ada, menambahkan beberapa bagian baru dengan sedikit trial & error. Ada

pematenan untuk satu mesin.

Proses Melahirkan Ide

Ide muncul setelah melihat mesin lain yang sejenis namun terdapat

(48)

Di kedua proses inovasi di atas dibutuhkan biaya inovasi. Pada inovasi

Bapak Eko Susilo pun demikian, beliau telah menghabiskan banyak biaya

untuk pengembangan mesin-mesin produksi. Secara pasti tidak ada catatan

terperinci, namun beliau mengaku bahwa beliau telah menghabiskan

tabungannya senilai Rp 30 juta serta seluruh asuransi milik anaknya demi trial

& error beberapa mesin sampai sempurna. Hal ini dapat dipahami bahwa

Bapak Eko Susilo kurang mempersoalkan besarnya biaya inovasi yang

muncul.

4.5Hasil Inovasi Teknologi Pemilik Usaha “Sehati”

Hasil inovasi teknologi Bapak Eko Susilo adalah berupa mesin-mesin

produksi. Kreativitas Bapak Eko Susilo mampu ditransformasikan menjadi

hasil akhir mesin yang inovatif. Beliau menghasilkan ide-ide orisinal yang

benar-benar baru sehingga dapat menghasilkan inovasi terobosan, di samping

juga menyempurnakan sesuatu yang telah ada sebelumnya sehingga

menghasilkan inovasi inkremental.

Mesin Hasil Inovasi Terobosan

Mesin hasil pemikiran ide orisinal Bapak Eko Susilo adalah sebagai

berikut:

Tabel 4. Mesin Hasil Inovasi Terobosan

Nama Mesin Mesin peniris minyak goreng.

Bentuk Mesin

(49)

Deskripsi Mesin Mesin ini digunakan untuk meniriskan minyak hasil dari penggorengan kacang tanah atau kedelai.

Waktu Penciptaan Tahun 2006.

Bentuk Inovasi Di pasar beredar mesin peniris minyak yang berbeda konsep dengan mesin peniris minyak ciptaan Bapak Eko Susilo. Bentuk inovasi mesin peniris minyak beliau adalah:

1. Mesin peniris minyak Bapak Eko Susilo

menggunakan motor spinner mesin cuci sehingga putaran mesin lebih halus, sedangkan mesin peniris minyak di pasar menggunakan mesin sepeda motor sehingga putaran mesin kasar.

2. Desain sederhana dan lebih kecil dibandingkan mesin peniris minyak di pasaran.

Konsep Kerja Mesin menghilangkan minyak dari kacang yang telah

digoreng dengan cara memutar hasil penggorengan dengan kecepatan tinggi, menyebabkan minyak dari kacang terlempar keluar.

Tabel 5. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 1

Nama Mesin Sensor otomatis pengontrol panas minyak goreng.

Bentuk Mesin

Gambar 2. Sensor Pengontrol Panas Minyak Goreng Deskripsi Mesin Sensor otomatis pengontrol minyak goreng digunakan

untuk mengontrol suhu minyak goreng agar tetap ideal.

Waktu Penciptaan Tahun 2006.

Bentuk Inovasi Sensor pengontrol panas minyak goreng cukup familiar

(50)

dan sebuah alarm.

Konsep Kerja Ketika dilakukan proses penggorengan, suhu minyak

goreng yang diinginkan diatur menggunakan tombol yang ada. Termometer dihubungkan dengan kawat ke dalam minyak. Ketika suhu yang diinginkan telah dicapai, alarm akan menyala secara otomatis sehingga dapat mengingatkan karyawan.

Nilai Mesin Rp 1.200.000,-

Sumber: Bapak Eko Susilo

Tabel 6. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 2

Nama Mesin Mesin coating.

Bentuk Mesin

Gambar 3. Mesin Pelumur Bumbu

Gambar 4. Mesin Pelumur Tepung

Gambar 5. Mesin Ayak

(51)

kacang dengan bumbu dan tepung. Dengan menggunakan mesin ini terjadi penghematan waktu produksi.

Waktu Penciptaan Akhir tahun 2006 sampai awal tahun 2007.

Bentuk Inovasi Dari satu paket mesin coating, hanya mesin ayak yang

merupakan hasil modifikasi, sedangkan kedua mesin lainnya tidak dimodifikasi karena sudah cukup sempurna. Mesin ayak berasal dari mesin pengaduk yang sama dengan kedua mesin lainnya namun ditambah dengan ram ayakan.

Konsep Kerja Konsep mesin ini menyerupai mesin pengaduk semen.

Kacang dimasukkan kedalam mesin pelumur bumbu, selanjutnya kacang tersebut dimasukkan ke dalam mesin pelumur tepung. Proses terakhir kacang dimasukkan ke dalam mesin ayak, sehingga didapatkan ukuran yang sama dan siap digoreng. Apabila masih terdapat kacang pra-goreng yang kurang sempurna, proses ini diulangi lagi sampai lima kali putaran sehingga didapatkan hasil yang sempurna.

Nilai Mesin Rp 10.000.000,-

Sumber: Bapak Eko Susilo

Tabel 7. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 3

Nama Mesin Mesin penepung Disk Mill.

Bentuk Mesin Bentuk mesin tidak dapat dipublikasikan karena rahasia

terkait dengan hak paten.

Deskripsi Mesin Kegunaan mesin ini adalah untuk memproduksi serbuk

dan Jus Hangat Instan (JHI). Mesin penepung Disk Mill 100% dapat melewati saringan berukuran mesh 100* dan jauh lebih halus dibandingkan dengan produk sejenis di pasaran.

Waktu Penciptaan Tahun 2010.

Bentuk Inovasi Mesin penepung Disk Mill berasal dari mesin penepung

yang dibeli, kemudian dimodifikasi ulang agar menghasilkan tepung yang lebih halus. Modifikasinya adalah mengganti ayakan yang terdapat pada mesin tersebut dengan ayakan yang lebih halus. Di sisi lain, sistem kerja mesin juga diubah, ketika tepung yang dihasilkan masih kasar tepung tersebut otomatis akan digiling ulang sampai didapatkan tepung yang lebih halus.

Konsep Kerja Konsep kerja mesin tidak dapat dipublikasikan karena rahasia terkait hak paten.

Nilai Mesin Rp 8.000.000,-

Sumber: Bapak Eko Susilo

(52)

Tabel 8. Mesin Hasil Inovasi Inkremental 4

Nama Mesin Mesin pengupas kulit ari kedelai.

Bentuk Inovasi Bentuk mesin tidak dapat dipublikasikan karena mesin

ini sudah tidak terpakai.

Deskripsi Mesin Kegunaan mesin ini untuk mengupas kulit ari kedelai sampai terkelupas 100%. Namun mesin ini sudah tidak lagi digunakan setelah Bapak Eko Susilo menemukan bahwa kulit ari kedelai mengandung zat yang berguna bagi tubuh.

Waktu Penciptaan Tahun 2010.

Bentuk Inovasi Mesin pengupas kulit ari kedelai didapatkan dari

modifikasi mesin penggiling tahu, hanya berupa mengubah diameter piringan besi pada mesin penggiling tahu.

Konsep Kerja Konsep kerja dari mesin ini sama dengan konsep kerja

awal mesin penggiling tahu.

Nilai Mesin Rp 300.000,-

Sumber: Bapak Eko Susilo

Tabel 9. Mesin Hasil Inovasi Terobosan 5

Nama Mesin Mesin pembersih kotoran kedelai.

Bentuk Mesin

Gambar 6. Mesin Pembersih Kotoran Kedelai

Deskripsi Mesin Mesin ini digunakan untuk membersihkan kedelai

mentah yang akan digunakan untuk produksi tanpa menghilangkan zat-zat yang berguna di dalam kedelai.

Waktu Penciptaan Tahun 2011.

Bentuk Inovasi Mesin pembersih kotoran kedelai berasal dari

modifikasi mesin penggiling tahu, sama dengan mesin pengupas kulit ari kedelai. Piringan besi yang ada di dalam mesin penggiling tahu diganti dengan karpet. Ditambahkan juga blower untuk menghilangkan debu yang masih menempel di kedelai.

Konsep Kerja Mesin pembersih kotoran kedelai bekerja tanpa

menggunakan air sebagai pembersih kotoran. Konsep kerja dari mesin ini, kedelai dibersihkan dengan cara disikat oleh piringan karpet, kemudian kedelai tersebut ditiup oleh blower sehingga kotoran yang menempel pada kedelai dapat hilang seluruhnya.

Nilai Mesin Rp 1.300.000,-

(53)

4.6Manfaat Inovasi Teknologi Usaha “Sehati”

Inovasi yang dilakukan oleh Bapak Eko Susilo membawa manfaat bagi

beberapa pihak, di antaranya:

Manfaat Inovasi Bagi Proses Produksi

Proses inovasi yang dilakukan oleh Bapak Eko Susilo menghasilkan

output inovasi yang bermanfaat bagi proses produksi secara keseluruhan.

Bapak Eko Susilo mengaku bahwa beliau tidak hanya mengubah alat, namun

mengubah metode dengan alat-alat yang ada. Ketika metode produksi yang

digunakan berkualitas baik, dengan tidak mengesampingkan peran karyawan,

maka secara langsung akan menghasilkan produk yang berkualitas baik juga.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara, di mana Bapak Eko Susilo berpendapat

bahwa inovasi pada metode produksi dapat meningkatkan kualitas dari produk.

Hal ini tampak dari pernyataannya berikut:

“Kalau bahan baku kelas A, orang yang mengerjakan kelas A, tapi

metode yang digunakan kelas B, hasilnya bisa jadi kelas B atau C. Kalau bahan baku kelas A, orang yang mengerjakan kelas B, dan metode yang digunakan kelas B, maka hasilnya juga bisa jadi kelas B atau C. Kalau bahan baku kelas B, orang yang mengerjakan kelas B, tapi metodenya kelas A, maka hasilnya bisa kelas A atau B. Kalau bahan bakunya kelas B, orang yang mengerjakan kelas A,

dan metode yang digunakan juga A, maka hasilnya pasti A.”

Dari pernyataan di atas jelas bahwa metode produksi memiliki peran yang

sangat penting dalam menghasilkan produk yang berkualitas. Terasa sia-sia

apabila bahan baku yang digunakan berkualitas nomor satu, namun metode

produksi yang digunakan hanya seadanya, maka tidak akan mungkin dapat

menghasilkan produk yang berkualitas baik. Hal ini terbukti nyata pada

Gambar

Gambar 3. Mesin Pelumur Bumbu  ........................................................................
Tabel 1. Ciri-Ciri Orang Kreatif Menurut Beberapa Ahli
Tabel 2. Jenis dan Variasi Produk Usaha “Sehati”
Tabel 3. Riwayat Pemilik Usaha “Sehati”
+7

Referensi

Dokumen terkait

vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh. karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang

(2004) melaporkan bahwa cekaman kekeringan (60% kapasitas lapang) pada fase V2–R2 (fase vegetatif dengan 2 buku-fase mulai pembentukan ginofor) tidak mengakibat- kan penurunan

Tabel 4.. Pengaluran garis hubungan antara perubahan volume terhadap selang waktu disajikan pada Gambar 3... Hubungan antara Perubahan Volume terhadap Selang Waktu Dari Gambar

Program hiburan tetap dinilai oleh responden sebagai acara yang paling banyak tampil di televisi, namun dengan kualitas yang dinilai buruk / sangat

Berdasarkan penelitan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Naïve Bayes dan Support Vector Machine memiliki performa yang cukup baik untuk memprediksi sentimen dari suatu

Karakteristik pribadi juga merupakan faktor keputusan pembelian. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya

Hasil penelitian menunjukkan media yang terbaik untuk pemeliharaan gurame coklat adalah media dengan penambahan daun ketapang kering 10 g/40 L sintasan 55%; pertumbuhan panjang

Berdasarkan uraian tersebut maka rekomendasi yang diberikan KNKT adalah tidak komprehensif, hanya berdasarkan atas dasar tiap kejadian, padahal kecelakaan pesawat