• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802013086 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802013086 Full text"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN

BODY IMAGE

REMAJA AKHIR LAKI-LAKI

DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN DALAM GYM

Oleh

JAMALUDIN AL ASHARI 802013086

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

PERBEDAAN

BODY IMAGE

REMAJA AKHIR LAKI-LAKI

DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN DALAM GYM

Jamaludin Al Ashari Heru Astikasari S. Murti

Program Studi Psikologi

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

FAKULTAS PSIKOLOGI

(8)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan body image remaja akhir laki-laki

ditinjau dari keikutsertaan dalam gym. Teknik pengambilan data menggunakan metode

kuantitatif dengan teknik sampling accidental yaitu pengambilan sampel didasarkan

pada kenyataan bahwa mereka kebetulan muncul. Hipotesis pada penelitian ini adalah

(H0) tidak terdapat perbedaan signifikan body image remaja akhir laki-laki ditinjau dari

keikutsertaan dalam gym & (H1) terdapat perbedaan signifikan body image remaja

akhir laki-laki ditinjau dari keikutsertaan dalam gym. Skala yang digunakan adalah body

image yang disusun oleh Cash dan Pruzinsky (2002) dengan aspek antara lain: evaluasi

penampilan, orientasi penampilan, kepuasan terhadap bagian tubuh, kecemasan menjadi

gemuk, persepsi terhadap ukuran tubuh. Skala ini terdiri dari 60 aitem dengan

reliabilitas (α) 0,870. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 remaja akhir laki-laki

yang mengikuti gym dan 30 remaja akhir laki-laki yang tidak mengikuti gym. Hasil

penelitian ini menunjukkan t = 4.922 dengan signifikansi sebesar 0.000 atau p < 0.05

yang berarti terdapat perbedaan signifikan body image remaja akhir laki-laki ditinjau

dari keikutsertaan dalam gym.

Kata Kunci : body image, remaja akhir laki-laki, keikutsertaan dalam gym

(9)

Abstract

This research aims to determine differences of body image in late male adolescence in

terms of participation in the gym. In take technique of sample used Accidental Sampling

Technique that sample taking by they incidentally appear. Hypothesis in this research is

(H0) there was no significant differences body image late male adolescence in terms of

participation in the gym & (H1) there was significant differences body image late male

adolescence in terms of participation in the gym. The scale that used in this research is

body image that commissioned by oleh Cash dan Pruzinsky (2002) with aspect:

evaluation appearance, orientation appearance, satisfaction with body parts, anxiety

fat, the perception on body size. This scale consisting of 60 items with reliability (α)

0,870. The sa mple in this research is 30 late male adolescence that have participation

in the gym and 30 late male adolescence that doesn’t participate in the gym. The result

of this research show t = 4.922 with signification 0.000 or p < 0.05 that means there

was significant differences body image late male adolescence in terms of participation

in the gym.

Keywords : body image, late male adolescence, participation in the gym

(10)

Pendahuluan

Menurut Santrock (2007) masa remaja ialah masa ketika seseorang individu

berada pada usia 10-13 tahun sampai dengan 18-22 tahun. Dimana saat usia ini rata-rata

setiap remaja memasuki sekolah menengah tingkat atas. Ketika remaja duduk di kelas

terakhir biasanya orang tua menganggapnya hampir dewasa dan berada diambang

perbatasan untuk memasuki dunia orang dewasa. Dan remaja dengan umur 18-22 tahun

ini disebut sebagai masa transisi perkembangan antara masa remaja menuju dewasa

yaitu masa remaja akhir.

Pada remaja akhir, terjadi proses penguatan atau penyatuan menuju masa

kedewasaan yang ditandai oleh adanya minat yang kuat dalam kemampuan berpikir,

keinginan ego untuk bergabung dengan orang lain dan mengalami pengalaman baru,

identitas seksual yang tidak berubah, dapat menyeimbangkan kepentingan pribadi

dengan orang lain, serta dapat memisahkan hal-hal yang bersifat pribadi dengan umum

(Sarwono, 2012).

Fenomena yang ada, perubahan fisik merupakan yang paling terasa ketika

individu tersebut mencapai masa remaja, banyak faktor yang memengaruhi perubahan

yang terjadi seperti halnya pengaruh hormonal yang tentunya sangat memengaruhi

perubahan fisik seorang remaja serta dapat juga memengaruhi perkembangan psikologis

seperti body image.

Seseorang akan merasa dan mengasumsikan bahwa seseorang melihat dirinya

terutama dalam bentuk tubuh fisiknya. Adapun seseorang akan peduli terhadap tubuh

mereka dan melakukan program fitness agar mencapai tubuh yang ia inginkan. Dan

seseorang dengan body image yang rendah mereka akan terlihat depresi, gangguan

makan dan gangguan kecemasan, mereka pun juga tidak mempunyai tubuh yang sehat,

(11)

namun di lain pihak juga pasti ada seseorang yang mungkin tidak akan peduli

bagaimana dirinya dan orang lain memandang citra dirinya (Cash dkk, 2003).

Hal yang paling menentukan ialah sampai berapa jauh seseorang menganggap

penampilan fisiknya sangat penting, dan mendefiniskan diri mereka dengan penampilan

fisik saja. Body image sendiri terbentuk dan sangat tergantung pada bagaimana cara

individu membandingkan dirinya dengan orang lain dan biasanya pada orang-orang

yang hampir serupa dengan dirinya. Dan peran setiap orang pun berbeda-beda, dalam

peran tersebut individu diharapkan dapat bertindak sesuai dengan perannya

masing-masing, akan tetapi jika terjadi gangguan fisik, akan timbul efek yang berbeda terhadap

citra tubuh yang dimiliki individu (Melliana, 2006).

Menurut Honigman dan Castle dalam (Melliana, 2006) menjelaskan bahwa body

image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya,

bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang dia

pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas bagaimana

kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang kita pikirkan dan

rasakan belum tentu benar-benar dianggap orang lain, hal tersebut merupakan hasil

penilaian dan evaluasi diri kita sendiri.

Menurut Cash & Pruzinsky (dalam Sebayang, 2014) aspek-aspek dalam body

image yaitu evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kepuasan area tubuh,

kecemasan akan kegemukan dan persepsi terhadap ukuran tubuh. Penilaian, perasaan

dan harapan yang menyertai objek body image menjadi aspek dasar pengukuran

terhadap body image. Pengukuran terhadap aspek-aspek tersebut menghasilkan

(12)

Tidak sedikit orang yang akan memperhatikan tentang bentuk tubuhnya, baik itu

dari kalangan remaja, dewasa atau bahkan lanjut usia sekalipun. Tetapi disini yang

paling banyak memperhatikan tubuhnya ialah dari kalangan remaja maupun dewasa.

Mereka akan lebih percaya diri ketika mereka mempunyai tubuh yang ideal menurut

mereka. Bagi remaja sendiri body image merupakan suatu hal yang penting, karena pada

masa remaja seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis.

Pada remaja laki-laki ketidakpuasan terhadap tubuhnya timbul karena keinginan untuk

menjadi lebih besar, lebih tinggi dan berotot (Evans, 2008).

Menurut Cash & Szymansk dalam Grogan (1999) ketidakpuasan seseorang

terhadap tubuhnya bisa muncul karena orang tersebut telah memiliki konsep tubuh ideal

dalam pikirannya, namun dia merasa bahwa tubuhnya sendiri tidak atau belum

memenuhi kriteria tubuh ideal tersebut. Kemudian pentingnya body image yang ideal

tidak terlepas dari adanya provokasi media, baik itu media cetak ataupun media

elektronik. Pemikiran ini diperkuat oleh Cash (dalam Seawell & Danorf-Burg, 2005)

yang mengatakan bahwa bagaimana citra tubuh seseorang itu dapat dilihat dari evaluasi

penampilan, yaitu mengukur evaluasi dari penampilan dan keseluruhan tubuh, apakah

menarik atau tidak menarik serta memuaskan dan tidak memuaskan.

Hal-hal penting lainnya dapat dilihat melalui orientasi penampilan, seperti

perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk

memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya. Cara lain dapat dilihat melalui

kepuasan terhadap bagian tubuh yaitu mengukur kepuasan individu terhadap bagian

tubuh secara spesifik. Ketidakpuasan seseorang terhadap tubuhnya dapat menimbulkan

kecemasan. Kecemasan menjadi gemuk dan pengkategorian ukuran tubuh juga

(13)

menggambarkan bagaimana citra tubuh orang itu (Thompson dalam Henggaryadi,

2010).

Dalam usaha untuk meningkatkan penampilan dirinya, biasanya orang-orang

akan melakukan apapun demi tercapainya apa yang diinginkannya. Hal-hal yang

menyebabkan seseorang akan merubah penampilan dirinya biasanya disebabkan oleh

body image yang rendah. Seperti halnya orang tersebut kurang menyukai tubuhnya yang

terlalu gemuk ataupun terlalu kurus. Maka dari itu, mereka akan berupaya untuk

memperbaiki penampilan tubuhnya dengan mengikuti pelatihan di tempat-tempat

tertentu.

Sarana olahraga seperti halnya fitness center atau lebih dikenal sebagai gym

sebenarnya sudah tidak asing di kalangan masyarakat pada umumnya. Biasanya

orang-orang yang pergi ke gym dengan alasan ingin menurunkan berat badan, ingin

menambah masa otot ataupun hanya sekedar membuang keringat. Salah satu upaya

untuk memperbaiki body image adalah dengan mengikuti program fitness didalam gym.

Keikutsertaan remaja tersendiri didalam gym dan pembuatan program fitness

merupakan hal yang cocok dalam pengembangan tubuh. Dengan program fitness yang

terjadwal dan teratur seseorang akan lebih mudah dalam memenuhi body image yang

diinginkan. Beberapa orang akan rela merogoh uang lebih banyak hanya demi untuk

membuat tubuh yang ideal.

Menurut Thompson (dalam Pramarta, 2015) dalam akhir-akhir ini, ada

penelitian mengenai bentuk tubuh lebih banyak difokuskan kepada kaum perempuan

yang secara umum melaporkan adanya gangguan citra tubuh dan perhatian kepada

kaum pria mulai menunjukkan peningkatan. Dan fitness center sendiri menjadi tempat

pilihan tersendiri bagi masyarakat umum. Orang-orang yang mengikuti kegiatan di gym

(14)

akan memiliki pandangan tubuh atau body imagenya tersendiri. Dan dari fakta yang ada,

laki-laki lebih mempunyai body image yang positif dan daya tarik fisik laki-laki lebih

kuat dibandingkan perempuan. Body image sendiri diartikan sebagai sikap seseorang

terhadap tubuhnya sendiri secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi

dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan

masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap

individu (Stuart and Sundeen, 1991).

Menurut Kedley (dalam Henggaryadi, 2010) penampilan fisik seseorang

memang dianggap sebagai suatu hal yang penting dalam kehidupan dimasa kini.

Dengan tampil menarik, remaja pria akan merasa lebih berharga dan dapat tampil lebih

meyakinkan dalam berbagai situasi. Keinginan memiliki penampilan yang menarik

cenderung dapat diamati dengan menjamurnya pusat perampingan badan (slimming

center), pusat kebugaran (fitness center), yang menjanjikan berbagai program

pembentukan tubuh, di samping berbagai salon kecantikan untuk seluruh tubuh. Hal ini

dikarenakan minat masyarakat Indonesia, terutama para remaja yang saat ini juga

menganggap penampilan menarik sebagai hal yang penting.

Banyak remaja pria yang menaruh perhatian lebih terhadap penampilan,

terutama tubuh secara fisik dibandingkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek lain dari

kehidupan remaja pria itu sendiri. Jika apa yang remaja pria inginkan tentang tubuh

secara fisik yang ideal terpenuhi maka mereka akan memiliki body image positif tentang

diri mereka sendiri. Sebaliknya, jika body image yang ideal dalam bayangan mereka

teryata tidak sesuai dengan kenyataan yang ada maka yang terjadi kemudian adalah

body image yang negatif (Arkoff, dalam Henggaryadi 2010).

(15)

Diharapkan dengan mengikuti latihan fitness dan menerapkan tips-tips yang

diberikan di tempat latihan fitness dengan baik dan benar, secara perlahan tapi pasti

akan dapat merubah bentuk tubuh remaja pria menjadi seperti yang diinginkan. Dengan

demikian pandangan tentang body image yang negatif akan berubah menjadi lebih

positif, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang dan mempengaruhi

tingkat harga diri seseorang, terlebih terhadap remaja yang mengalami perkembangan

fisik yang kurang atau belum sempurna/late physical maturers (Elkind dan Wainer,

1995).

Penelitian yang dilakukan oleh Henggaryadi (2008) menunjukkan bahwa

manfaat mengikuti latihan fitness itu sendiri, selain untuk kesehatan ternyata dapat juga

merubah gambaran diri seseorang yang mempunyai image negatif terhadap tubuhnya,

karena dengan mengikuti latihan fitness lambat laun dapat merubah bentuk tubuh

seseorang terlihat menjadi lebih menarik yang dapat meningkatkan harga diri mereka.

Maka banyak remaja laki-laki yang merasa butuh atau perlu mengikuti

treatmen-treatmen yang diberikan atau diajarkan di tempat latihan fitness tersebut. Terlebih

kepada remaja pria yang memiliki kekurangan dalam bentuk tubuh dan lain-lainnya

yang mengakibatkan remaja laki-laki menjadi kurang percaya diri, sehingga remaja

laki-laki berfikir untuk mengikuti berbagai latihan yang ada di tempat fitness. Hal

tersebut mereka lakukan agar bisa merubah image tubuhnya menjadi lebih positif

sehingga harga dirinya pun ikut meningkat.

Sejalan dengan penelitian tersebut, penelitian oleh Pramarta dan Ahmad (2015)

terhadap remaja akhir laki-laki yang tidak mengikuti program fitness dalam kaitannya

dengan body image yaitu sebagian besar responden pria mengalami gangguan persepsi

mengenai tubuhnya sendiri karena mereka menganggap bahwa tubuhnya tidak sesuai

(16)

dengan kenyataan dan harapannya sendiri. Mereka juga mencemaskan bagaimana

tubuhnya terlihat, sama seperti kebanyakan remaja wanita, namun remaja pria

cenderung bermasalah pada kurangnya tinggi badan, serta masalah otot, tidak seperti

remaja perempuan yang mempermasalahkan berat badan yang berlebih. Permasalahan

juga dialami kepada remaja yang underweight/kurang berat badan karena permasalahan

utama pada remaja pria adalah keinginan mereka untuk lebih berbobot, berisi dan

berotot.

Dari hasil penelitian sebelumnya memang belum banyak yang membahas

mengenai perbedaan body image pada remaja maka dari itu hanya dua sumber

penelitian sebelumnya yang menjadi acuan penulis, yaitu penelitian yang dilakukan oleh

Henggaryadi (2010) menunjukkan bahwa remaja yang sebelumnya mempunyai body

image negatif dan kemudian mengikuti latihan di gym menunjukkan bahwa lambat laun

akan mempunyai body image yang positif dikarenakan tubuh akan menjadi terlihat lebih

menarik. Kemudian penelitian lain oleh Ovi (2016) menunjukkan bahwa tidak adanya

perbedaan body image ditinjau dari tahap perkembangan remaja dan dewasa awal

dimungkinkan karena faktor usia bukan menjadi pengaruh yang signifikan.

Berdasarkan penilaian individu terhadap penampilan tubuhnya antara bentuk

tubuh yang diinginkan dengan kondisi realitasnya, maka penulis melakukan wawancara

terhadap remaja yang mengikuti latihan di tempat gym selama 3 bulan lebih yang

menurut penelitian oleh Hansen dan Huxly (dalam Wulandari, 2007) mengemukakan

bahwa kontraksi otot yang disebut model sliding filaments akan terjadi setelah 3 bulan

lebih, kontraksi didasarkan adanya dua set filamen di dalam sel otot kontraktil, yang

berupa filamen aktin dan filamen miosin yang jika menerima rangsangan akan

(17)

menyebabkan kontraksi sehingga akan cukup memerlukan energi, maka perobekan otot

pun akan semakin cepat terbangun.

Dan hasil dari wawancara menghasilkan kesimpulan bahwa mereka masih

mempunyai body image yang negatif meskipun tubuh mereka sudah bisa dikatakan

menarik. Namun ada juga remaja yang penampilannya sudah menarik dan mempunyai

body image positif, ia masih tetap berlatih di tempat gym untuk tetap meningkatkan

penampilan dirinya.

Penulis melakukan wawancara mengenai anggapan terhadap fisik tubuh mereka

kepada 6 remaja yang tidak mengikuti program olahraga berat. Pada tanggal 27

September 2016 di kawasan kampus UKSW melakukan wawancara terhadap remaja

yang bisa dikatakan tubuhnya kurus, dan hasil yang didapatkan dari wawancara tersebut

ialah mereka tidak terlalu peduli tentang bagaimana bentuk tubuh mereka, mereka puas

dengan apa yang mereka miliki, bisa disimpulkan bahwa mereka mempunyai body

image yang positif meskipun mereka tidak mengikuti pelatihan di gym. Kemudian pada

tanggal 13 Oktober 2016 di kawasan kampus UKSW, penulis mewawancarai 3 remaja

yang bisa dikatakan gemuk dan hasil yang didapatkan dari wawancara tersebut ialah

mereka lebih menyukai tubuh mereka yang gemuk akan tetapi mereka juga ingin

menurunkan berat badan mereka yang terbilang besar.

Kemudian penulis juga melakukan wawancara pada tanggal 14 Oktober 2016

dan 15 Oktober 2016 di Kalijaya Fitnes terhadap 6 remaja yang terdaftar sebagai

anggota aktif yang sudah 3 bulan lebih mengikuti fitness di gym. Dan hasil dari

wawancara adalah kebanyakan dari mereka memiliki body image negatif, mereka yang

tidak puas dengan tubuh kecilnya akan melakukan kegiatan bulking (membesarkan otot)

dan mereka yang mempunyai tubuh besar melakukan kegiatan maintenance

(18)

(mengeringkan otot basah). Dan mereka yang memiliki body image positif dan tetap

berolahraga di gym dikarenakan ia berlatih untuk menjaga otot tubuh agar tidak

menurun dan sebagai sarana menjaga kesehatan.

Berdasarkan paparan tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang apakah ada perbedaan yang signifikan pada body image remaja akhir laki-laki

ditinjau dari keikutsertaan dalam gym.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu :

H0 : Tidak terdapat perbedaan signifikan body image remaja akhir laki-laki ditinjau dari

keikutsertaan dalam gym.

H1 : Terdapat perbedaan signifikan body image remaja akhir laki-laki ditinjau dari

keikutsertaan dalam gym.

(19)

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif komparasi yang

bertujuan untuk melihat perbedaan body image remaja akhir laki-laki ditinjau dari

keikutsertaan dalam gym.

Variabel Bebas (X) : Keikutsertaan dalam gym

Variabel Terikat (Y) : Body Image

Partisipan

Dalam penelitian ini, melibatkan partisipan yaitu remaja akhir dengan usia 18-22

tahun, dimana sampel yang digunakan ada 2 kelompok yaitu 30 subjek yang ikut serta

dalam gym (minimal 3 bulan) dan 30 subjek yang tidak ikut serta dalam gym (tidak

mengikuti kegiatan olahraga). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik sampling accidental yaitu pengambilan sampel didasarkan pada

kenyataan bahwa mereka kebetulan muncul.

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala. Dalam skala

ini subjek diminta untuk merespon sejumlah pernyataan yang sesuai dengan keadaan

dirinya. Tujuannya adalah untuk mengungkap hal-hal yang sedang diteliti. Adapun

skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala body image.

Skala Body Image

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur body image adalah skala yang

disusun berdasarkan yang dikemukakan oleh Cash dan Pruzinsky (2002).

Cash dan Pruzinsky (dalam Sebayang, 2014) yang mengemukakan adanya lima

komponen body image, yaitu :

(20)

1. Evaluasi Penampilan

Yaitu penilaian individu mengenai keseluruhan tubuh dan penampilan dirinya,

paakah menarik atau tidak menarik, memuaskan atau tidak memuaskan.

2. Orientasi Penampilan

Perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk

memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya.

3. Kepuasan terhadap bagian tubuh

Yaitu kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah,

rambut, payudara, tubuh bagian bawah (pinggul, pantat, kaki), tubuh bagian

tengah (pinggang, perut) dan keseluruhan tubuh.

4. Kecemasan menjadi gemuk

Yaitu kecemasan menjadi gemuk, kewaspadaan individu terhadap berat badan,

melakukan diet ketat dan membatasi pola makan.

5. Persepsi terhadap ukuran tubuh

Yaitu persepsi dan penilaian individu terhadap berat badannya, mulai dari

kekurangan berat badan sampai kelebihan berat badan.

Skala body image disusun berdasarkan skala Likert. Skala Likert digunakan

untuk mengungkapkan dimensi evaluasi penampilan, orientasi penampilan dan

kecemasan menjadi gemuk. Skala likert terdiri dari dua kategori aitem, yaitu aitem

favourable (mendukung konstruk yang hendak diukur) dan unfavourable (tidak

mendukung konstruk yang hendak diukur) dan menyediakan lima alternatif jawaban

yang terdiri dari Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Netral (N), Sesuai (S)

dan Sangat Sesuai (SS). Nilai pada pernyataan favourable yaitu STS = 1, TS = 2, N = 3,

(21)

S = 4, SS = 5. Bobot penilaian untuk setiap respon subjek pada pernyataan unfavourable

yaitu STS = 5, TS = 4, N = 3, S = 2, SS = 1.

Skala Body Image keseluruhan berjumlah 60 aitem. Aitem gugur berjumlah 14

dan aitem bertahan berjumlah 46 dengan nilai reliabilitas alpha cronbach sebesar 0,870

yang artinya aitem yang digunakan sudah reliabel.

Teknik Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

teknik uji independen sampel t-test dengan bantuan program SPSS 16.0.

(22)

Hasil Penelitian

Uji Asumsi

1) Uji Normalitas

Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnov yang dihitung dengan bantuan program SPSS 16.0. Data

dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih dari 0.05.

Berdasarkan output uji normalitas diperoleh skor Kolmogorov-Smirnov Z sebesar

1.152 (p > 0.05), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa seluruh data dalam

penelitian ini berdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

Perhitungan uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah variansi

dalam kelompok ini sama. Data dapat dikatakan homogen apabila angka

signifikansi lebih dari 0,05.

Berdasarkan output uji homogenitas diatas diperoleh nilai F sebesar 17.557 dan

signifikansi sebesar 0.015 (p > 0.05). Oleh karena nilai signifikansi > 0.05, maka

hal ini menunjukkan bahwa kedua kelompok homogen.

Analisis Deskriptif

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur body image pada remaja akhir

laki-laki yang mengikuti fitness maupun tidak mengikuti mempunyai 46 aitem yang valid.

Kategori untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel body

image, yaitu: Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah dan Sangat Rendah. Dengan skor

interval 36.8 sehingga jumlah pilihan pada masing-masing aitem yaitu

Sangat Rendah : 46 ≤ x ≤ 82,8

Rendah : 82,8 ≤ x ≤ 119,6

(23)

Sedang : 119,6 ≤ x ≤ 156,4

Tinggi : 156,4 ≤ x ≤ 193,2

Sangat Tinggi : 193,2 ≤ x ≤ 230

Tabel 1.1

Kategori skor Body Image pada remaja akhir laki-laki yang mengikuti fitness

No Interval Kategori Frekuensi % Mean SD

Variances t-test for Equality of Means

(24)

BODYIMAGE Equal

0.000 atau p < 0.05 yang berarti terdapat perbedaan body image remaja akhir laki-laki

ditinjau dari keikutsertaan dalam gym.

Group Statistics

KELOMPOK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

BODYIMAGE Fitnes 30 126.23 21.151 3.862

tidak fitnes 30 105.97 7.823 1.428

Jika dilihat dari tabel diatas diperoleh nilai mean pada kelompok yang mengikuti gym

sebesar 126.23 dan kelompok yang tidak mengikuti gym sebesar 105.97. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa tingkat body image antara remaja akhir laki-laki yang

mengikuti gym lebih tinggi daripada remaja akhir laki-laki yang tidak mengikuti gym.

Pembahasan

Berdasarkan hasil uji perbedaan Independent-Sample T Test, didapatkan hasil t =

4.922 dengan signifikansi 0.000 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan

H1 diterima, artinya terdapat perbedaan signifikan body image remaja akhir laki-laki

ditinjau dari keikutsertaan dalam gym.

Hal ini sejalan dengan pendapat Atkinson (dalam Rahardjo, 2002) yang

menyatakan bahwa remaja pria yang memiliki fisik menarik akan mempunyai penilaian

diri yang lebih positif dan akan mendapat penerimaan kelompok yang lebih besar

dibandingkan dengan remaja yang mengalami perkembangan fisik kurang menarik.

(25)

Terlihat dari tugas perkembangan remaja yaitu dapat menerima keadaan fisik dan

menggunakannya secara efektif untuk dapat mengembangkan hubungan yang lebih

matang dengan orang sekitarnya.

Selain itu banyak remaja mulai memperhatikan penampilan fisiknya, kepedulian

akan bentuk tubuh dan penampilan muncul dikarenakan remaja mulai menyadari bahwa

dalam kehidupan bermasyarakat, individu yang lebih menarik biasanya diperlakukan

dengan lebih baik daripada mereka yang kurang menarik (Hurlock, 2006). Kemudian

beberapa peneliti menemukan bahwa penampilan fisik merupakan kontribusi yang

sangat penting dalam meningkatkan rasa percaya diri remaja dan remaja pria berharap

dapat membuat tubuh mereka sedikit lebih kekar atau berotot dengan alasan ingin

mendapat perhatian lebih dari lawan jenis (Harter dalam Santrock, 2005).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Diedrichs (dalam Pramarta, 2014),

laki-laki juga merasa khawatir akan bentuk tubuhnya yang tidak sesuai dengan standar ideal.

Penelitian yang dilakukan kepada 394 orang di Inggris mengungkapkan bahwa pria

memiliki tingkat kecemasan yang tinggi terhadap tubuh mereka, dengan rasa cemas

yang mereka miliki, membuat mereka melakukan latihan, diet ketat, dan mengkonsumsi

obat untuk bisa mendapatkan badan yang ideal.

Dalam sebuah survey, terhadap 1000 laki-laki berusia 18 hingga 60 tahun yang

dilakukan Striegel (dalam Pramarta, 2014), menemukan bahwa 63% laki-laki percaya

bahwa tampil menarik sangat penting dibanding 29% yang mengatakan hal serupa pada

survey serupa di tahun 1973, dapat dikatakan selama 16 tahun terakhir persentase

laki-laki yang mengatakan bahwa tampil menarik merupakan hal yang penting meningkat

sebanyak 34%. Dalam survey Dr. Phillippa juga didapatkan hasil bahwa 58,6% pria

mengatakan bentuk tubuh yang tidak ideal memengaruhi diri mereka secara negatif.

(26)

Dari hasil deskripsi statistik mengenai gambaran body image subjek,

menunjukkan bahwa sebagian besar remaja yang mengikuti gym mempunyai body

image yang tergolong sedang (63,33%) sementara remaja yang tidak mengikuti gym

mempunyai body image yang tergolong rendah yaitu sebesar (96,66%). Remaja yang

mengikuti gym lebih mempunyai tubuh atletik dan terlihat gagah, terlepas dari hal

tersebut mereka akan terlihat lebih sehat dan bugar. Apalagi mereka yang mempunyai

jadwal tersendiri dalam melakukan fitness di gym, mereka akan lebih memperhatikan

tubuh mereka agar tetap sesuai dengan keinginannya, sehingga mereka memiliki body

image yang baik. Namun berbeda dengan remaja yang tidak mengikuti gym dimana

mereka tidak mempunyai tubuh seatletik remaja yang mengikuti gym, dan cenderung

kurang memperhatikan tentang bagaimana bentuk tubuhnya, sehingga mereka

cenderung tidak memperhatikan body imagenya.

Penutup Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dan analisis data peneliti memberikan kesimpulan

sebagai berikut :

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan body image remaja

akhir laki-laki ditinjau dari keikutsertaan dalam gym. Nilai rata-rata body image pada

remaja yang mengikuti gym sebesar 126.23 dan body image pada remaja akhir laki-laki

yang tidak mengikuti gym sebesar 105.97. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat

body image remaja akhir laki-laki yang mengikuti gym lebih tinggi daripada remaja

akhir laki-laki yang tidak mengikuti gym.

(27)

Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan serta hasil yang telah didapatkan, maka

saran yang dapat peneliti berikan adalah:

1. Remaja Akhir Laki-laki

Diharapkan dapat memandang body image yang ada sehingga dirinya

menjadi lebih baik lagi. Seperti halnya ketika sudah mendapatkan tubuh ideal

yang diinginkan, maka pertahankanlah sehingga tidak mengalami hambatan dan

masalah dengan penampilan fisik dirinya atau tidak terbebani dengan tujuan

memperoleh tubuh yang ideal dan body image pun menjadi lebih positif. Untuk

yang tidak mengikuti pelatihan di gym, diharapkan dapat menerima diri apa

adanya walaupun penampilan dirinya dirasa masih kurang.

2. Peneliti selanjutnya

Penelitian ini berfokus pada body image pada remaja akhir laki-laki.

Faktor lain yang mempengaruhi body image dapat lebih diperhatikan lagi seperti

media massa dan keluarga. Selain itu kepada peneliti selanjutnya yang ingin

melakukan penelitian bisa mengambil sampel yang berbeda, seperti dewasa awal

atau dewasa madya, serta diharapkan dapat memperhatikan sampel yang akan

dijadikan subjek seperti jumlah sampel ataupun tempat pengambilan sampel.

(28)

Daftar Pustaka

Cash, T & Pruzinsky, T. 2003. Body images, development, deviances and changes. The Guilford pres

Elkind, D., & Weiner, I.B. (1978). Development of the child. USA: John Wiley & Sons.Inc.

Evans & Linda. (2008). Hubungan Antara Citra Tubuh dengan Intensitas berolahraga pada Pria Dewasa Muda. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Sanata Dharma. 4(1), 18-19

Grogan, S. (1999). Body Image: Understanding body dissactisfaction in men, women and children. London: Routledge

Hardy, M dan Hayes, S. (1988). Pengantar Psikologi. Jakarta: PT Erlangga

Henggaryadi, M. G., & Fakhrurrozi, M. (2008). Hubungan Antara Body Image dengan Harga Diri pada Remaja Pria yang Mengikuti Latihan Fitness/Kebugaran. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Gunadarma .(4), 63-105.

Henggaryadi, M. G., & Fakhrurrozi, M. (2010). The Relationship Between Body Image And Self-Esteem In Adolescent Men Taking Exercise. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Gunadarma. (1), 49-141.

Hurlock & Elizabeth, B. (2006). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Hurlock, E. (2003). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Melliana, A. (2006). Menjelajah Tubuh Perempuan dan Mitos Kecantikan. Jurnal Kajian Islam dan Sosial.28(9), 5-22.

Pramarta, L & Siswadi, A.G.P. (2015). Studi Deskriptif mengenai Citra Tubuh Pada

Remaja Pria di SMA NEGERI 11 Kota Bandung. Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Universitas Padjadjaran. 6(4), 34-37.

R. Lestari, S. Ciciillabaika & Nurwanti, R. (2014). Hubungan Antara Kepuasan Citra Tubuh dengan Harga Diri pada Laki-Laki yang Melakukan Fitness. Jurnal

Ilmiah Mahasiswa Universitas Brawijaya. 13(3), 323-328.

Santrock, J.W. (2011). Masa Perkembangan Anak Children. Surabaya: Salemba

Humanika.

Santrock, J.W. (2012). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi 13, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S. W. (2012). Psikologi Remaja Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

(29)

Seawell, A. H. & Danorf-Burg, S, (2005). Body Images and Sexuality in Women With and Without Systemic Lupus Erythematosus. Sex Role. New York: Department of Psychology, University at Albany.

Sebayang, J. Yusuf, M. & Priyatama, A.N. (2014). Hubungan antara Body Image dan Konformitas dengan Perilaku Konsumtif pada siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Sebelas Maret. (2), 67-71.

Stuart, G. W., & Sundeen, S.J. (1991). Principles and practice of psychiatric nursing. St. Louis: Mosby Year Book

Wulandari, F.Y. (2007). Hubungan Body Image Pada Pria Dewasa Dini Dengan

Kesungguhan Melakukan Latihan Fisik Di Fitness Center. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Universitas Sanata Dharma. (3), 20-23.

Gambar

Kategori skor Tabel 1.2 Body Image pada remaja akhir laki-laki yang tidak mengikuti

Referensi

Dokumen terkait

Ruang lingkupnya adalah instalasi dan konfigurasi VoIP server Asterisk dengan protokol SIP menggunakan koneksi jaringan lokal (LAN) internet (WAN) dan PSTN, perancangan

Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut sebagai variabel independen dan kejadian karies gigi pada anak

Laporan skripsi dengan judul “Sistem Informasi Layanan Perhitungan Zakat Berbasis Web” telah dilaksanakan dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah sistem layanan

Komariyah Siswanti kepatuhan dalam melaksanakan Standar Operasional Prosedur cuci tangan pembedahan tenaga kesehatan di IBS sedangkan peneliti akan melakukan

Auditor Trampil Pemula, dan Auditor Trampil Pratama serta Auditor Ahli Pratama sampai dengan Auditor Ahli Madya yang berada di Kantor Pusat, apabila dalam jangka waktu 6 (enam)

Dari hasil analisis terlihat bahwa bahan organik eceng gondok, melalui teknologi pengomposan dapat menghasilkan media tumbuh dengan kandungan hara yang tersedia bagi tanaman

Bagi penyedia barang/jasa lainnya yang merasa tidak puas terhadap penetapan pemenang pelelangan ini diberi kesempatan untuk megajukan sanggahan secara tertulis ditujukan

Jika ditemukan, selanjutnya adalah proses penetasan telur yaitu dengan cara kertas saring yang berisi telur, dipindahkan ke nampan plastik yang berukuran 20 x 30 cm atau 30 x