• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802012092 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802012092 Full text"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN

AGGRESSIVE DRIVING

PADA SOPIR ANGKUTAN

KOTA DITINJAU DARI KLASIFIKASI KAWASAN PERKOTAAN

OLEH

ANGELIA ASTRI HERMATIKA 802012092

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)

Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Angelia Astri Hermatika

Nim : 802012092

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya berjudul:

PERBEDAAN AGGRESSIVE DRIVING PADA SOPIR ANGKUTAN

KOTA DITINJAU DARI KLASIFIKASI KAWASAN PERKOTAAN

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalihmedia atau mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga Pada Tanggal : 3 Mei 2016 Yang menyatakan,

Angelia Astri Hermatika

Mengetahui,

Pembimbing

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Angelia Astri Hermatika

Nim : 802012092

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

PERBEDAAN AGGRESSIVE DRIVING PADA SOPIR ANGKUTAN

KOTA DITINJAU DARI KLASIFIKASI KAWASAN PERKOTAAN

Yang dibimbing oleh:

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi, MA

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 3 Mei 2016

Yang memberi pernyataan,

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

PERBEDAAN AGGRESSIVE DRIVING PADA SOPIR ANGKUTAN

KOTA DITINJAU DARI KLASIFIKASI KAWASAN PERKOTAAN

Oleh

Angelia Astri Hermatika 802012092

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal : 3 Mei 2016

Oleh:

Pembimbing,

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi, MA

Diketahui Oleh, Disahkan Oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(7)

PERBEDAAN

AGGRESSIVE DRIVING

PADA SOPIR ANGKUTAN

KOTA DITINJAU DARI KLASIFIKASI KAWASAN PERKOTAAN

Angelia Astri Hermatika Berta Esti Ari Prasetya

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan aggressive driving sopir angkutan

kota ditinjau dari klasifikasi kawasan perkotaan (kawasan metropolitan: Kota

Tangerang dan kawasan perkotaan sedang: Kota Pati). Sampel dalam penelitian ini

berjumlah 100 (50 sopir angkutan kota Tangerang dan 50 sopir angkutan kota Pati)

dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Alat pengumpulan data yang

digunakan adalah skala Aggressive Driving Behavior Questionnaire (ADBQ) dari Brill,

Mouloua dan Shirkey (2011). Teknik analisis data yang dipakai ialah uji-t. Hasil

analisis data diperoleh nilai t -7,464 dengan signifikansi 0,000 (p<0,05). Ada perbedaan

aggressive driving sopir angkutan kota ditinjau dari klasifikasi kawasan perkotaan

(kawasan metropolitan: Kota Tangerang dan kawasan perkotaan sedang: Kota Pati).

Aggressive driving sopir angkutan kota kawasan metropolitan (Kota Tangerang) lebih

tinggi dibanding aggressive driving sopir angkutan kota kawasan perkotaan sedang

(Kota Pati).

(9)

ii

Abstract

This study aim to determine the difference of aggressive driving from public

transportation drivers observe from urban area classification (metropolitan area:

Tangerang city and urban medium area: Pati city). The sample of this research is 100

(50 public transportation drivers Tangerang city and 50 public transportation drivers

Pati city) with purposive sampling technique. The instrument that used in this study is

Aggressive Driving Behavior Questionnaire (ADBQ) from Brill, Mouloua and Shirkey

(2011). The data analyzing technique used is t-test. From the data analyzing get t -7,464

with significantly 0,000 (p<0,05). There is a difference of aggressive driving from

public transportation drivers observe from urban area classification (metropolitan

area: Tangerang city and urban medium area: Pati city). Aggressive driving public

transportation drivers in metropolitan area (Tangerang city) is higher than aggressive

driving public transportation drivers in urban medium area (Pati city).

(10)

PENDAHULUAN

Data Global Burden menyatakan bahwa di negara berkembang kecelakaan lalu

lintas termasuk lima besar penyebab utama kematian di dunia (Republika.co.id).

Indonesia pada tahun 2014, berdasarkan data World Health Organization (WHO)

menempati urutan kelima dengan jumlah kematian terbanyak akibat kecelakaan lalu

lintas yang mencapai 120 jiwa per hari. Data Global Status Report on Road Safety,

Indonesia menempati urutan pertama peningkatan kecelakaan lalu lintas hingga lebih

dari 80%. Sebanyak 56% kecelakaan yang mematikan, melibatkan satu atau lebih

perilaku mengemudi yang tidak aman dan biasanya terkait dengan aggressive driving

(American Auto Association Foundation for Traffic Safety, 2009). Satu dari tiga

kecelakaan fatal yang terjadi, disebabkan oleh salah satu bentuk aggresive driving, yaitu

mengemudi terlalu cepat atau melebihi batas kecepatan (American Auto Association

Foundation for Traffic Safety, 2009).

Gurda (2012) menyatakan bahwa agresi dalam mengemudi merupakan

permasalahan dalam perilaku sosial yang tidak hanya menjadi penyebab utama

kecelakaan kendaraan bermotor, tetapi juga merupakan ancaman serius terhadap

keselamatan publik. Aggressive driving merupakan pola disfungsi dari perilaku sosial

yang menggangu keamanan publik (Houston, Harris dan Norman, 2003). Hohn (2006)

menyebutkan bahwa aggressive driving adalah suatu pelanggaran lalu lintas atau

kombinasi pelanggaran lalu lintas seperti mengambil jarak terlalu dekat dengan

pengemudi lain, mengemudi dengan kecepatan tinggi, dan bentuk lain dari mengemudi

dengan ugal-ugalan. Menurut Tasca (2000), suatu perilaku mengemudi dikatakan

(11)

2

dimotivasi oleh ketidaksabaran, kekesalan, pemusuhan, dan atau upaya untuk

menghemat waktu.

Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya 2011, Royke Lumowa mengatakan

bahwa angkutan umum sebagai salah satu penyumbang terbesar kecelakaan lalu lintas.

Royke mengatakan angka kecelekaaan semakin meningkat karena perilaku para

pengemudi yang tidak disiplin dan masih banyak pengemudi angkutan kota (angkot)

ugal-ugalan dan berperilaku tidak ideal yang akhirnya menyebabkan kecelakaan

(Megapolitan.kompas.com). Hal ini didukung oleh penelitian Newnam dan Sullman

(2002) yang menyebutkan bahwa pengemudi mobil yang berada dibawah naungan

perusahaan (bus, taksi, dll) memiliki risiko yang lebih besar untuk terlibat dalam

kecelakaan, tidak hanya karena paparan lingkungan di jalanan tetapi juga disebabkan

oleh lamanya waktu perjalanan yang ditempuh dan gangguan yang lainnya. Perilaku

tidak disiplin dan ugal-ugalan tersebut merupakan bentuk perilaku agresi yang muncul

ketika sopir angkutan kota sedang berkendara. Tasca (2000), perilaku sering

mengedipkan lampu kendaraan, membunyikan klakson terus-menerus, melotot dan

berteriak pada pengemudi lain merupakan indikator dari pemicu dasar perilaku agresi

mengemudi.

Firdaus (2010), dalam Studi Survey Mengenai Faktor Pemicu Munculnya

Agresivitas Berkendara pada Supir Angkutan Kota yang Melewati Daerah

Kiaracondong dan Cicadas di Kota Bandung menemukan fenomena bahwa perilaku

agresi yang sering muncul ketika supir angkutan kota sedang berkendara adalah

berteriak kepada orang lain, membunyikan klakson kepada orang lain, menghentikan

kendaraan secara mendadak, ngetem/berhenti di tempat yang dilarang, memutar balik

(12)

kendaraan lain, menyerobot antrean kemacetan, melotot kepada orang lain,

mengacungkan genggaman tangan kepada pengendara lain, mengomel kepada orang

lain, memaki orang lain, dan berhenti di tengah jalan. Houston, Harris dan Norman

(2003) menyebutkan aggressive driving dapat melibatkan berbagai perilaku termasuk

perilaku membuntuti, mengklakson, melakukan gerakan kasar, mengedipkan lampu

jauh di suasana lalu lintas tenang.

Tasca (2000) mengemukakan beberapa tingkah laku yang dapat dikategorikan

sebagai aggressive driving, antara lain : membuntuti terlalu dekat, keluar masuk jalur,

menyalip dengan kasar, memotong jalan kendaraan lain dengan jarak dekat, menyalip

dari bahu jalan, berpindah-pindah jalur tanpa memberikan tanda, menghalangi

pengemudi lain untuk menyalip, tidak mau memberi kesempatan pengemudi lain untuk

masuk ke dalam jalur, mengemudi dengan kecepatan tinggi yang menimbulkan perilaku

membuntuti dan berpindah jalur, melewati (melanggar) lampu merah, melewati tanda

yang mengharuskan berhenti dan menimbulkan bahaya bagi pengguna jalan lainnya.

Brill dan Mouloua (2011) menyebutkan aggressive driving mempunyai empat

bentuk, yaitu : 1. Anger/Aggression (kemarahan atau agresi) seperti terlalu dekat dengan

kendaraan lain, balas dendam pada pengemudi lain, menghina dengan berteriak. 2.

Speeding/Minor Infractions (mempercepat laju atau melakukan pelanggaran kecil)

seperti memiliki niat untuk mempercepat laju, tetap menjalankan kendaraan saat lampu

berwarna merah dan melanggaran peraturan. 3. Overt Expression (ekspresi terbuka)

seperti menjulurkan lidah dan mengejek menggunakan jari. 4. Judgment of Others

(menghakimi orang lain) seperti pengendara yang tidak sabar memarahi diri kita.

Banyak faktor yang dapat memengaruhi adanya aggressive driving, yaitu faktor

(13)

4

mengemudi, dan lingkungan (McCann, 1999; Martinez, 1997; Tasca, 2000; Baron dan

Ransberger, 2012). Faktor usia dan jenis kelamin, menurut Tasca (2000) seseorang

melakukan aggressive driving bila berusia 17-40 tahun dan berjenis kelamin laki-laki.

Faktor sosial meliputi norma yang berlaku di masyarakat. Faktor kepribadian meliputi

permusuhan, impulsif dan keputusan pengambilan risiko. Gaya hidup yang dimaksud

adalah mengkonsumsi alkohol, merokok dan menggunakan obat-obatan terlarang.

Seseorang dengan keterampilan mengemudi yang tidak berorientasi pada keselamatan

cenderung melakukan aggressive driving (Tasca, 2000). Faktor lingkungan yang

dimaksud adalah daerah perkotaan tempat tinggal termasuk tingkat kemacetan,

kepadatan, dan suhu udara berkisar antara 28,33-29,440C (Baron dan Ransberger, 2012).

Daerah perkotaan dapat diklasifikasikan menjadi lima yaitu, kawasan perkotaan

kecil, kawasan perkotaan sedang, kawasan perkotaan besar, kawasan metropolitan, atau

kawasan megapolitan (Undang-Undang No 26 Tahun 2007 pasal 41). Kemudian kriteria

kawasan perkotaan diatur dengan Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 2010 sebagai

berikut; kawasan perkotaan kecil berpenduduk paling sedikit 50.000 dan paling banyak

100.000 jiwa, kawasan perkotaan sedang berpenduduk lebih dari 100.000 dan kurang

dari 500.000 jiwa, kawasan perkotaan besar adalah kota yang memiliki penduduk lebih

dari 500.000 jiwa sampai 1.000.000 jiwa, Kawasan kota metropolitan adalah kota

dengan jumlah penduduk sekurang-kurangnya 1.000.000 jiwa dan kawasan kota

megapolitan adalah kawasan yang terbentuk dari dua atau lebih kawasan metropolitan

yang memiliki hubungan fungsional dan membentuk sebuah sistem.

Salah satu kawasan metropolitan di Indonesia adalah Kota Tangerang. Kota

Tangerang terletak di Provinsi Banten, dan bersebelahan barat dengan ibukota negara

(14)

kawasan Jabodetabek setelah Jakarta dan Bekasi. Kota Tangerang memiliki jumlah

penduduk sekitar 1.766.978 jiwa hingga September 2015 dan dengan kepadatan

penduduk 10.741 jiwa/km2 serta luas wilayah 164,5 km2 yang terbagi dalam 13

kecamatan (disdukcapil.tangerangkota.go.id). Angka kemacetan Kota Tangerang dapat

dilihat dari nilai VCR sejumlah 0,82 dengan rata-rata kecepatan kendaraan adalah 22

kilometer per jam. Tren suhu dalam Kota Tangerang berkisar antara 250C-290C.

Kawasan perkotaan sedang di Indonesia salah satunya adalah Kota Pati. Kota

Pati terletak di Provinsi Jawa Tengah dan merupakan ibukota kabupaten Pati. Kota Pati

yang termasuk kota sedang dengan luas wilayah 43,49 km² dan jumlah penduduk sekitar

149.930 jiwa memiliki kepadatan penduduk sebesar 3.564 jiwa/ km². Tren suhu Kota

Pati berkisar antara 250C-290C sama dengan Kota Tangerang. Rata-rata kecepatan

kendaraan di Kota Pati sebesar 55 kilometer per jam (patikab.go.id).

Sebuah penelitian menemukan bahwa wilayah metropolitan memiliki angka

aggressive driving yang tinggi. Hal ini ditandai dengan perkembangan wilayah yang

tidak terkendali, pembangunan yang membuat orang malas untuk berjalan kaki dan

bersepeda serta sistem angkutan yang lemah karena harus melayani wilayah

metropolitan yang luas (McCann, 1999). Menurut Mc Grava dalam Vanlaar Ward

(2008) banyaknya kendaraan yang lalu lalang di jalan dan membuat ramai juga memicu

adanya perilaku aggresive driving. Hal ini terjadi karena semakin padat kondisi jalan

raya akan semakin mengingkatkan stres pengguna jalan dan dapat menimbulkan

perilaku agresif di jalan raya. Hal ini juga didukung oleh Sarwono (1997), semakin

padat suatu wilayah maka akan mudah memunculkan perilaku agresif, kondisi sesak

(density) suatu daerah dapat menimbulkan perasaan sesak (crowding) yang pada

(15)

6

Namun, penelitian lain dalam McCann (1999) menyebutkan bahwa daerah

metropolitan dengan tingkat kemacetan yang tinggi, tingkat aggressive drivingnya

cenderung tidak lebih tinggi daripada wilayah dengan angka kemacetan rendah. Daerah

padat memiliki tingkat aggressive driving yang lebih rendah. Hal ini dapat disebabkan

oleh kecepatan perjalanan yang rendah bila di daerah padat, dan membuat rendahnya

angka kematian yang disebabkan oleh aggressive driving.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai

aggressive driving pada sopir angkutan kota ditinjau dari klasifikasi kawasan perkotaan.

Peneliti memilih Kota Tangerang sebagai wakil dari kawasan metropolitan dan Kota

Pati sebagai wakil dari kawasan perkotaan sedang. Penelitian ini juga untuk

membuktikan apakah hasil-hasil penelitian sebelumnya selaras dengan apa yang ada di

kawasan metropolitan Tangerang dan kawasan perkotaan sedang Pati, karena setiap

kondisi dan situasi seperti karakteristik subjek dan tempat penelitian yang berbeda

memungkinkan untuk mendapat hasil yang berbeda pula.

Rumusan masalah

Apakah ada perbedaan aggresive driving pada sopir angkutan kota ditinjau dari

klasifikasi kawasan perkotaan?

Hipotesis

Ada perbedaan aggresive driving pada sopir angkutan kota ditinjau dari klasifikasi

(16)

METODE

Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian komparatif, yaitu suatu

penelitian yang bersifat membandingkan variabel yang sama untuk sampel lebih dari

satu (Azwar, 2011). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif yang menekankan pada data numerik dan diolah dengan metode

statistik (Azwar, 2011).

Variabel penelitian

1. Variabel terikat: Aggressive driving

2. Variabel bebas: Klasifikasi kawasan perkotaan:

- Kawasan metropolitan (Kota Tangerang)

- Kawasan perkotaan sedang (Kota Pati)

Subjek penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah sopir angkutan kota Tangerang dan Pati.

Jumlah populasi dalam penelitian ini didasarkan pada jumlah armada yang ada di kota

tersebut. Angkutan kota Tangerang memiliki 2.482 armada dengan 17 trayek

(tangerangkota.go.id) dan angkutan kota Pati terdapat 185 armada dengan 5 trayek

(dishubkominfo.patikab.go.id). Peneliti mengambil sampel sebanyak 100 orang, 50

sopir angkutan kota Tangerang dan 50 sopir angkutan kota Pati yang disesuaikan

dengan kriteria pengambilan sampel terkecil yaitu 30 orang (Azwar, 2011) dan dengan

(17)

8

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non

probability sampling dengan purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel

didasarkan pada karakteristik atau ciri-ciri tertentu (Sugiyono, 2010). Karakteristik

sampel dalam penelitian ini adalah sopir angkutan kota (kawasan metropolitan: Kota

Tangerang dan kawasan perkotaan sedang: Kota Pati) berjenis kelamin laki-laki dan

berusia 17-40 tahun. Berikut adalah tabel persebaran usia subjek, peneliti membagi

menjadi 3:

Tabel 1. Persebaran usia subjek

No Interval usia f % f %

Kota Tangerang Kota Pati

1 17 – 24,6 10 20% 5 10%

2 24,6 – 32,2 14 28% 8 16%

3 32,2 - 40 26 52% 37 74%

Jumlah 50 100% 50 100%

Alat ukur pengumpulan data

Penelitian ini menggunakan instrumen berbentuk skala. Skala yang digunakan

adalah Aggressive Driving Behavior Questionnaire (ADBQ) dari Brill, Mouloua dan

Shirkey (2011) yang terdiri dari 20 item dengan nilai skala 1-6, 1: tidak pernah 2:

hampir sama sekali tidak pernah 3: kadang-kadang 4: sering 5: cukup sering 6: hampir

tiap saat. Skala tersebut mempunyai nilai reliabilitas 0,86 (Gurda, 2012). Pengujian

reliabilitas dilakukan lagi pada penelitian ini dengan menggunakan data yang didapat

dari sampel ketika pengambilan data dilakukan (try out terpakai).

Setelah dilakukan pengujian terhadap 20 aitem menggunakan program SPSS

(18)

digunakan sebesar 0,30 (Azwar, 2012) karena mempunyai nilai corrected item total <

0,30 yaitu item no 2. Pengujian tersebut menghasilkan aitem yang tersisa sebanyak 19

aitem dengan item-total correlation bergerak antara 0,381-0,738. Reliabilitas yang

dihasilkan dengan menggunakan penghitungan Alfa Cronbach yaitu sebesar 0,887 yang

berarti bahwa alat ukur yang digunakan reliabel (Johnson & Christensen, 2012).

Prosedur pengumpulan data

Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan skala aggressive driving

kepada sejumlah subjek. Sesuai dengan rancangan penelitian, peneliti memilih subjek

sesuai karakteristik yang telah ditentukan. Sebelum subjek mengisinya, peneliti

meminta subjek untuk membaca instruksi yang tertera pada lembar skala yang telah

dibagikan dan memberi penekanan pada instruksi untuk mengisi sesuai dengan apa yang

dirasakan subjek, bukan apa yang dianggap benar oleh subjek.

Teknik analisis data

Data yang diperoleh diuji asumsi dengan menggunakan uji normalitas dan uji

homogenitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau

tidak dengan melihat hasil One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test menggunakan SPSS

16.0, sedangkan uji homogenitas untuk mengetahui bahwa data memiliki varian yang

homogen bila nilainya > 0,05. Selanjutnya dilakukan uji-t untuk melihat

(19)

10

HASIL PENELITIAN

Analisis deskriptif

Kategorisasi variabel aggressive driving dibuat berdasarkan nilai terendah yaitu

19 x 1 = 19 dan nilai tertinggi yaitu 19 x 6 = 114. Kategorisasi tersebut digunakan untuk

menggolongkan kategori aggresive driving sopir angkutan kota Tangerang dan Pati.

Berdasarkan penggolongan tersebut, didapatkan hasil bahwa aggresive driving sopir

angkutan kota Tangerang berada pada kategori sedang dan aggresive driving sopir

angkutan kota Pati berada di kategori rendah. Berdasarkan hasil perhitungan variabel,

berikut adalah tabel kategorisasinya:

Tabel 2.1 Kategorisasi Aggressive Driving Sopir Angkutan Kota Tangerang

NO Interval Kategorisasi Mean f %

1. 82, 34 ≤ x ≤ 114 Tinggi 2 4%

2. 50,67 ≤ x < 82, 34 Sedang 55,62 27 54%

3. 19 ≤ x < 50,67 Rendah 21 42%

Jumlah 50 100%

Tabel 2.2 Kategorisasi Aggressive Driving Sopir Angkutan Kota Pati

NO Interval Kategorisasi Mean f %

1. 82, 34 ≤ x ≤ 114 Tinggi 0 0%

2. 50,67 ≤ x < 82, 34 Sedang 5 10%

3. 19 ≤ x < 50,67 Rendah 38,12 45 90%

(20)

Uji Asumsi

Uji normalitas yang dilakukan dengan melihat hasil One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test, kedua sampel memiliki taraf signifikansi > 0,05. Nilai

Kolmogorov-Smirnov sampel Kota Pati sebesar 0,657 dan Kota Tangerang 0,583, maka kedua sampel

tersebut dikatakan berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat dalam tabel

berikut:

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pati Tangerang

N 50 50

Normal Parametersa Mean 38.12 55.62

Std. Deviation 8.953 13.955

Most Extreme Differences Absolute .093 .082

Positive .093 .082

Negative -.083 -.053

Kolmogorov-Smirnov Z .657 .583

Asymp. Sig. (2-tailed) .781 .886

a. Test distribution is Normal.

Hasil uji homogenitas dengan metode Levene’s Test menunjukkan nilai sig <

0,05 yaitu 0,011 sehingga data yang diperoleh dikatakan tidak homogen. Berikut adalah

(21)

12

Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

aggresive_driving

Levene Statistic df1 df2 Sig.

6.666 1 98 .011

Selanjutnya dilakukan uji-t melalui Independent Sample t-test dengan

menggunakan program SPSS 16.0 untuk melihat perbandingan rata-rata antara dua

kelompok sampel. Hasil perhitungan Uji-t dengan melihat nilai equal variances not

assumed sebesar -7,464 dan nilai signifikansinya adalah 0,000 (p <0,05). Maka, ada

perbedaan aggressive driving sopir angkutan kota ditinjau dari klasifikasi kawasan

perkotaan (kawasan metropolitan: Kota Tangerang dan kawasan perkotaan sedang: Kota

Pati). Hasil rata-rata menunjukkan, aggressive driving sopir angkutan kota kawasan

metropolitan (Kota Tangerang) sebesar 55,62 lebih tinggi dibanding aggressive driving

(22)

Tabel 4. Hasil Uji-t

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 100 subjek sopir angkutan kota

Tangerang dan Pati menghasilkan perhitungan Uji-t sebesar -7,464 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan

aggressive driving pada sopir angkutan kota ditinjau dari klasifikasi kawasan perkotaan

(kawasan metropolitan: Kota Tangerang dan kawasan perkotaan sedang: Kota Pati).

Nilai mean untuk aggressive driving sopir angkutan kota Tangerang sebesar 55,62 dan

(23)

14

menunjukkan, aggressive driving sopir angkutan kota Tangerang lebih tinggi dari

aggressive driving sopir angkutan kota Pati. Berdasarkan kategorisasi yang telah dibuat,

aggresive driving sopir angkutan kota Tangerang berada pada kategori sedang

sedangkan aggresive driving sopir angkutan kota Pati berada di kategori rendah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suatu kawasan perkotaan dapat

memengaruhi aggressive driving seseorang terkhususnya dalam penelitian ini adalah

sopir angkutan kota. Penelitian ini sesuai dengan penelitian dalam McCann (1999) yang

menyebutkan bahwa wilayah metropolitan memiliki angka aggressive driving yang

tinggi. Hal ini ditandai dengan perkembangan wilayah yang tidak terkendali,

pembangunan yang membuat orang malas untuk berjalan kaki dan bersepeda serta

sistem angkutan yang lemah karena harus melayani wilayah metropolitan yang luas

(McCann, 1999).

Sebagaimana disebutkan oleh Mc Grava dalam Vanlaar Ward (2008) bahwa

banyaknya kendaraan yang lalu lalang di jalan dan membuat ramai juga memicu adanya

perilaku aggresive driving. Hal ini terjadi karena semakin padat kondisi jalan raya akan

semakin mengingkatkan stres pengguna jalan dan dapat menimbulkan perilaku agresif

di jalan raya (Mc Grava dalam Vanlaar Ward, 2008). Kawasan metropolitan Kota

Tangerang memiliki 2.482 armada angkutan kota dengan 17 trayek sedangkan angkutan

kawasan perkotaan sedang Pati terdapat 185 armada dengan 5 trayek. Jumlah armada

angkutan kota Kawasan metropolitan Kota Tangerang lebih banyak dibanding angkutan

kota kawasan perkotaan sedang Pati, maka kendaraan yang lalu lalang di Kawasan

metropolitan Kota Tangerang lebih ramai sehingga lebih banyak menimbulkan

(24)

Hasil penelitian ini pun mendukung pernyataan Sarwono (1997), semakin padat

suatu wilayah maka akan mudah memunculkan perilaku agresif, kondisi sesak (density)

suatu daerah dapat menimbulkan perasaan sesak (crowding) yang pada akhirnya

menyebabkan munculnya perilaku agresif. Kepadatan penduduk Kawasan metropolitan

Kota Tangerang (10.741 jiwa/km2) lebih besar dibanding kepadatan penduduk kawasan

perkotaan sedang Pati (3.564 jiwa/km2) maka, aggressive driving Kawasan metropolitan

Kota Tangerang pun lebih tinggi dibanding kawasan perkotaan sedang Pati.

Namun, penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian lain dalam McCann (1999)

yang menyebutkan bahwa daerah metropolitan dengan tingkat kemacetan yang tinggi

memiliki nilai aggressive driving yang cenderung tidak lebih tinggi daripada wilayah

dengan angka kemacetan rendah dan tidak sesuai dengan pendapat lainnya yang

mengatakan bahwa daerah padat memiliki tingkat aggressive driving yang lebih rendah

yang disebabkan oleh kecepatan perjalanan yang rendah. Kecepatan rata-rata kendaraan

di kawasan metropolitan Tangerang adalah 22 km/jam sedangkan kecepatan rata-rata

kendaraan kawasan perkotaan sedang Pati sebesar 55 km/jam. Tangerang memiliki

kecepatan rata-rata yang lebih rendah dibanding Pati dan hasil dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa aggressive driving sopir angkutan kota kawasan metropolitan

Tangerang lebih besar dari aggressive driving sopir angkutan kota kawasan perkotaan

sedang Pati. Maka, hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian di atas.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini terdapat

perbedaan aggressive driving sopir angkutan kota ditinjau dari klasifikasi kawasan

perkotaan (kawasan metropolitan: Kota Tangerang dan kawasan perkotaan sedang: Kota

(25)

16

aggressive driving yang lebih tinggi dibanding sopir angkutan kota kawasan perkotaan

sedang (Kota Pati).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbedaan aggressive driving sopir

angkutan kota Tangerang dan Pati dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan aggressive driving pada sopir angkutan kota ditinjau dari

klasifikasi kawasan perkotaan (kawasan metropolitan: Kota Tangerang dan

kawasan perkotaan sedang: Pati).

2. Bila dilihat dari nilai mean, sopir angkutan kota Tangerang memiliki aggressive

driving yang lebih tinggi dibanding sopir angkutan kota Pati. Hasil kategorisasi

menunjukkan aggressive driving sopir angkutan kota Tangerang berada pada

kategori sedang dan aggressive driving pada sopir angkutan kota Pati berada di

kategori rendah.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan:

1. Bagi sopir angkutan kota:

− Bagi sopir angkutan kota kawasan metropolitan (kota Tangerang)

hendaknya dapat mengontrol situasi yang dapat memprovokasi

terjadinya aggressive driving seperti, mengabaikan pengemudi lain yang

mengganggu, tidak membuntuti pengemudi lain, tidak menghalangi

(26)

hal-hal lain terkait dengan ketertiban berlalu lintas dengan melakukan

anger management.

− Bagi sopir angkutan kota kawasan perkotaan sedang (kota Pati) dapat

mempertahankan perilakunya untuk tidak bertindak aggressive driving

yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

2. Bagi pemerintah:

− Untuk mengurangi aggressive driving yang terjadi pada sopir angkutan

kota terutama di Kota Tangerang, pemerintah dapat meningkatkan

sosialisasi tertib berkendara melalui pembinaan dan penyuluhan dengan

pengawasan secara menyeluruh, dan menegakkan hukum pada

pelanggaran lalu lintas yang terjadi dengan tegas dan jelas, serta

meningkatkan infrastruktur transportasi dan lalu lintas.

3. Bagi peneliti selanjutnya:

− Penelitian ini berfokus pada aggressive driving yang ditinjau dari klasifikasi

kawasan perkotaan (kawasan metropolitan dan kawasan perkotaan sedang),

diharapkan untuk selanjutnya dapat membandingkan lebih dari dua

klasifikasi kawasan perkotaan tersebut dan juga memeperhatikan

faktor-faktor lain yang memengaruhi aggressive driving. Faktor-faktor tersebut

(27)

18

DAFTAR PUSTAKA

Amanda, Gita. (2014). Indonesia urutan pertama peningkatan kecelakaan lalu lintas.

Artikel. Diakses melalui

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/4/11/06/ nem9nc-indonesia-urutan-pertama-peningkatan-kecelakaan-lalu-lintas pada 6 September 2015.

American Auto Association. (2009). Aggressive Driving Research Update. Washington, DC: American Auto Association Foundation for Traffic Safety.

Azwar, S. (2011). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Brill, J. C., & Mouloua, M. (2011). Exploration of the Factor Structure and Internal Consistency of the Aggressive Driving Behavior Questionnaire (ADBQ).

Proceedings of the 55th Annual Meeting of the Human Factors and Ergonomics Society, 1361-1365.

Baron, R. A., & Branscombe, N. R. (2012). Social psychology. United Stated: Pearson.

Delamater, J. D., Myers, D. J., & Collett, J. L. (2015). Social psychology. United States: Westview Press.

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintahan Kota Tangerang. Diakses melalui disdukcapil.tangerangkota.go.id pada 5 Oktober 2015.

Firdaus, H. H. (2010). Studi survey mengenai faktor pemicu munculnya agresivitas berkendara pada supir angkutan kota yang melewati daerah Kiaracondong dan Cicadas di Kota Bandung. Skripsi. Bandung: Universitas Islam Bandung.

Gurda, A. (2012). Evaluating the psychometric properties of the aggressive driving behavior questionnaire (ADBQ). Tesis. Florida: University of Central Florida.

Hohn, R. (2006). Aggressive driving and road rage: they aren’t the same. Arizona: Arizona department of public safety.

Houston, J., Harris, P., & Norman, M. (2003). The aggressive driving behavior scale: Developing a self-report measure of unsafe driving practices. North American Journal of Psychology, 5 (2), 269-278.

Johnson, B., & Christensen, L. B. (2012). Educational research: quantitative, qualitative, and mixed approaches. California: SAGE Publications.

McCann, B. (1999). Aggressive driving: Are you at risk?. Washington, DC: Surface Transportation Policy Project.

(28)

Newnam, S., Watson, B., & Murray, W. (2002). A comparison of the factors influencing the safety of work-related drivers in work and personal vehicles.

Proceedings of the Road Safety Research, Policing and Education Conference, Adelaide. (pp. 488-495). Adelaide: Transport SA.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang

penyelenggaraan penataan ruang. Diakses melalui

http://jdih.esdm.go.id/peraturan/PP%20No.%2015%20Thn%202010.pdf pada 29 Januari 2016.

Sarwono, S. W. (1997). Individu dan teori-teori psikologi sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

____________. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Singarimbun, M., & Effendi, S. (1989). Metode penelitian survai. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.

Soebijoto, H. (2011). Dirlantas: Perilaku sopir angkot jauh dari ideal. Artikel. Diakses melalui http://megapolitan.kompas.com/read/2011/09/23/14034621/Dirlantas. Perilaku.Sopir.Angkot.Jauh.dari.Ideal pada 17 September 2015.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta.

Sullman, M.J., Meadows, M., & Pajo, K.B. (2002). Aberrant driving behaviours amongst New Zealand truck drivers. Transportation Research Part F, 5, 293-308.

Tasca, L. (2000). A review of the literature on aggressive driving research. Canada: Ontario Advisory Group on Safe Driving Secretariat.

Triany, N. (2008). Perilaku agresif pengemudi angkutan umum di jalan raya dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi. Jurnal Penelitian Psikologi, 13 (2).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang. Diakses melalui http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2007_26.pdf pada 29 Januari 2016.

Vanlaar, W., Patricia, E., & Robyn, R. (2008). The road safety monitor 2007: Elderly Drivers. Canada: Traffic Injury Research Foundation.

Gambar

Tabel 1. Persebaran usia subjek
Tabel 2.1 Kategorisasi Aggressive Driving Sopir Angkutan Kota Tangerang
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Ada tiga hal baru dalam UU Pengelolaan Zakat 2011 sebagai amandemen UU Pengelolaan Zakat No.38/1999 yaitu: (i) zakat menjadi kewenangan Negara; (ii) zakat dikelola oleh BAZNAS

HUBUNGAN KECERDASAN INTELEKTUAL DENGAN TAKTIK SERANGAN TOSSER DALAM PERMAINAN BOLA VOLI UKM UPI.. Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penyelenggara pendidikan khusus wajib menerapkan standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru pendidikan khusus sebagaimana yang diatur dalam Peraturan

Untuk menguji pengaruh kinerja keuangan secara simultan terhadap harga saham perusahaan jasa transportasi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?. Untuk menguji pengaruh

Pada bentuk kedua kita melihat bahwa Employee Table terdapat Location yang tidak bergantung kepada kunci utama, dalam hal ini kita melihat bahwa Location seharusnya

Media penyampaian informasi dan pelayanan melalui situs WAP inilah yang tepat diterapkan pada Hotel Santika Jakarta berbagai fitur yaitu informasi dan pelayanan pemesanan kamar

perlakuan pC terhadap kontrol antar kelompok ukuran pada eksperimen tahap pertama (Tabel 1) dan tahap ketiga (Tabel 3) dibandingkan, benih ikan dari kelompok kecil

The effect given through variable of effectiveness of accounting information systems is weak effect.Based on the calculation results in Table 6, it can be concluded that there