• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

9. Variabel Penelitian

4.6 Hasil dan Pembahasan

1. Pengaruh EPS terhadap Harga Saham

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa EPS secara parsial berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wang et al. (2013) yang juga menyatakan bahwa EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham. EPS menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba per lembar saham yang beredar, sehingga semakin besar EPS maka semakin besar pula ketertarikan investor untuk menginvestasikan dananya, sehingga harga saham akan meningkat dengan sendirinya.

Secara teori, EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan telah meningkatkan kemakmuran pemegang saham dan hal ini akan mendorong pemegang saham untuk menambah jumlah modal. Peningkatan jumlah permintaan terhadap saham mendorong harga saham ikut naik. Hal ini konsisten dengan Satrio (2013) yang mengemukakan bahwa kenaikan atau penurunan EPS setiap tahunnya merupakan ukuran penting untuk mengetahui kinerja perusahaan. EPS yang tinggi akan memberikan pengembalian yang baik sehingga mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi. Investasi yang semakin besar akan menaikkan harga saham perusahaan.

Hal ini sejalan dengan teori sinyal yang menyatakan bahwa apabila perusahaan menginformasikan kabar baik (informasi tersebut berupa EPS, dalam hal ini nilai EPS yang meningkat), maka akan meningkatkan harga

74 saham. Selain itu hal ini sesuai dengan hipotesis pasar efisien bentuk semi-kuat (yaitu analisis dengan menggunakan faktor fundamental) bahwa EPS mempengaruhi harga saham.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sasono (2012) dan Rusli (2013) yang menyatakan bahwa EPS tidak berpengaruh terhadap harga saham. Perbedaan hasil penelitian disebabkan oleh periode penelitian Sasono hanya menggunakan subsektor otomotif dalam penelitiannya dan Rusli hanya mmenggunakan periode 1 tahun penelitian yaitu tahun 2007 yang masih mengalami dampak dari krisis moneter tahun 1998.

2. Pengaruh CR terhadap Harga Saham

Hasil penelitian ini menyatakan CR secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra, et al. (2013) dan Rusli (2011).

CR menunjukkan sampai sejauh mana kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat. CR yang tinggi menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya termasuk modal kerja sudah baik. Secara teori hal ini akan meningkatkan kinerja perusahaan yang berdampak pada harga saham yang meningkat.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Azianur dan Abdurrahman (2012) yang menyatakan bahwa CR berpengaruh signifikan

75 terhadap harga saham. Perbedaan hasil penelitian disebabkan karena Azianur dan Abdurrahman hanya memakai 4 sampel dalam penelitiannya dan menggunakan sektor yang berbeda dengan penelitian saya. Penelitian Azianur menggunakan sektor industri kelapa sawit dalam penelitiannya.

Bernstein dan Wild (2001) dalam Rusli (2011:19) mengatakan bahwa Current Ratio sebagai pengukur likuiditas memiliki keterbatasan. Likuiditas digambarkan sebagai kemampuan untuk memenuhi arus kas keluar di masa depan dengan arus kas masuk yang cukup. Ukuran Current Ratio yang tidak berdampak pada harga saham menandakan bahwa sumber daya yang tersedia saat ini tidak cukup untuk merepresentasikan arus kas masuk di masa depan. Hal tersebut yang menyebabkan CR tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan teori sinyal yang menyatakan bahwa informasi keuangan (dalam hal ini adalah Current Ratio) yang dikeluarkan perusahaan dapat menjadi sinyal bagaimana kinerja perusahaan berdampak pada harga saham. Selain itu hasil ini juga tidak sejalan dengan analisis fundamental yang menyatakan bahwa informasi keuangan dan non keuangan dalam laporan keuangan dapat dijadikan landasan investor dalam membeli harga saham.

76

3. Pengaruh DER terhadap Harga Saham

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa DER secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Sasono (2012).

DER menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimliki perusahaan. DER menunjukkan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya (Syamsudin, 2001:54). Secara teori, semakin besar angka rasio ini, maka semakin besar jumlah modal yang didanai oleh kreditor sehingga akan meningkatkan risiko kredit. DER yang tidak mempengaruhi harga saham dapat disebabkan oleh jatuhnya nilai rupiah terhadap dolar AS pada krisis ekonomi yang berdampak pada perusahaan sehingga perusahaan akan membayar jumlah utang yang lebih besar.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2013) yang menyatakan bahwa harga saham dipengaruhi oleh besarnya proporsi utang terhadap jumlah modal perusahaan.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori sinyal yang menyatakan bahwa informasi keuangan (dalam hal ini Debt to Equity Ratio) yang dikeluarkan perusahaan dapat menjadi sinyal bagaimana kinerja perusahaan yang berdampak pada harga saham. Selain itu hasil ini juga tidak sejalan dengan analisis fundamental yang menyatakan bahwa informasi keuangan

77 dan non keuangan dalam laporan keuangan dapat dijadikan landasan investor dalam membeli harga saham.

4. Pengaruh TATO terhadap Harga Saham

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa TATO tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Azianur dan Abdurrahman (2012) yang menyatakan bahwa TATO tidak berpengaruh terhadap harga saham.

TATO mengukur intensitas perusahaan dalam menggunakan asetnya. Rasio ini merupakan ukuran sampai seberapa jauh aset telah dipergunakan dalam kegiatan perusahaan atau menunjukan berapa dalam periode tertentu. TATO yang meningkat menunjukkan jika perusahaan telah menggunakan asetnya secara efektif. Efektivitas tersebut akan menyebabkan operasi perusahaan berjalan dengan baik dan akan berpengaruh terhadap harga saham yang menjadi meningkat.

Namun TATO yang tidak berpengaruh terhadap harga saham perusahaan dapat disebabkan karena perusahaan belum mampu menggunakan asetnya secara efektif. Hal ini disebabkan pada periode penelitian pengaruh kondisi ekonomi tahun-tahun sebelumnya masih dirasakan sehingga menyebabkan TATO rendah karena aset yang dimiliki perusahaan tidak dapat digunakan secara maksimal. Selain itu krisis ekonomi 1998 menyebabkan jatuhnya nilai Rupiah yang berakibat pada tingginya biaya produksi yang menyebabkan perusahaan harus menjual

78 produknya dengan harga yang dapat menutupi biaya produksi. Hal tersebut dapat menurunkan daya beli masyarakat.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori sinyal yang menyatakan bahwa informasi keuangan (dalam hal ini Total Asset Turn Over) yang dikeluarkan perusahaan dapat menjadi sinyal bagaimana kinerja perusahaan yang berdampak pada harga saham. Selain itu hasil ini juga tidak sejalan dengan analisis fundamental yang menyatakan bahwa informasi keuangan dan non keuangan dalam laporan keuangan dapat dijadikan landasan investor dalam membeli harga saham.

Dokumen terkait