• Tidak ada hasil yang ditemukan

VARIETAS TOMAT TERHADAP INOKULAS

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Patogenisitas

Uji patogenisitas digunakan untuk memastikan bahwa bakteri C.

michiganensis subsp. michiganensis yang digunakan untuk penelitian merupakan

C. michiganensis subsp. michiganensis yang virulen. Gejala yang timbul pada varietas Intrend dari pengamatan selama 21 hari setelah inokulasi dapat dilihat pada Gambar 5.

a b c

Gambar 5 Tipe gejala (tanda panah) pada tanaman tomat Intrend hasil uji patogenisitas a. layu, b nekrotik pada lamina daun, c. nekrotik pada tepi daun

Gejala layu mulai muncul pada hari ke 5 setelah inokulasi. Tipe gejala yang muncul pertama kali adalah layu pada sebagian daunnya dan klorotik. Selanjutnya gejala klorotik berkembang menjadi nekrotik baik pada lamina anak daun maupun pada tepi daun. Kemunculan gejala tersebut di atas menandakan

bahwa bakteri yang diinokulasi merupakan C. michiganensis subsp.

michiganensis yang virulen, sehingga biakan murni bakteri ini dapat digunakan sebagai sumber inokulum pada penelitian.

Kisaran Inang

Tanaman-tanaman yang dipilih untuk mengetahui kisaran inang bakteri ini merupakan tanaman yang biasa berada di sekitar tanaman tomat dan tanaman- tanaman yang biasa ditanam oleh petani setelah menanam tomat.

michiganensis untuk dapat menimbulkan gejala pertama pada berbagai tanaman percobaan sangat bervariasi tergantung jenis tanaman dan famili tanaman tersebut.

Pada tanaman famili Solanaceae masa inkubasi C. michiganensis subsp.

michiganensis bervariasi antara 5 sampai 8 hari. Gejala yang paling cepat muncul pada tanaman tomat dan paprika karena kedua tanaman tersebut merupakan inang

bakteri C. michiganensis subsp. michiganensis (Davis & Vidaver 2001).

Sementara itu pada anggota famili Solanaceae yang lain yaitu cabai besar, cabai rawit dan terung masa inkubasi bakteri ini adalah 6 sampai 8 hari.

Masa inkubasi bakteri ini pada jagung (Poaceae) adalah 6 hari setelah inokulasi dan hanya ditemukan pada 1 tanaman dari semua inokulasi pada petiol daun dan pada batang. Famili Cucurbitaceae menunjukkan gejala setelah 9 sampai 12 hari setelah inokulasi bakteri tersebut, sedangkan pada famili

Leguminoceae masa inkubasi C. michiganensis subsp. michiganensis adalah 10

sampai 12 hari. Masa inkubasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Masa inkubasi C. michiganensis subsp. michiganensis pada beberapa

tanaman hasil inokulasi buatan pada petiol daun dan batang tanaman uji

Tanaman (hari setelah inokulasi) Metode Inokulasi Ul TR CB CR PR KT ML SM KH KP KD JG TM 1 - - 6 5 10 12 - 10 - - 6 5 2 - - - - - 12 - 10 - - - 5 3 - - - - 10 12 - - - 6 4 7 7 - 5 9 10 - - - 5 Petiol Daun 5 - 7 - 6 - 10 - 12 - - - 5 1 - 7 8 5 12 - - - 5 2 - - 6 5 10 - - - - - - 5 3 - 6 - - 9 10 - - - - - 5 4 7 - - - 9 - - - - - - 6 Batang 5 8 - 8 6 - - - - - - - 6

Keterangan: TR : terung; CB : cabai besar; CR : cabai rawit; PR : paprika; KT : ketimun ; ML : melon; SM: semangka; KH : kacang hijau; KP : kacang panjang; KD : kedelai; JG : jagung; TM : Tomat; - : tidak menunjukkan gejala; Ul: ulangan; semua tanaman kontrol tidak menujukkan gejala

Hasil konfirmasi menggunakan Indirect ELISA pada berbagai tanaman percobaan menunjukkan bahwa tanaman yang tidak menunjukkan gejala ternyata

ada yang mengandung bakteri ini (Tabel 3). Hal tersebut dapat dijumpai pada tanaman terung, cabai rawit, ketimun, semangka, kacang panjang dan kedelai

Tabel 3 Berbagai tipe gejala pada beberapa tanaman yang diuji dan hasil

konfirmasi berdasar Indirect ELISA

Tipe gejala pada berbagai tanaman (hasil Indirect ELISA) Metode Inokulasi Ul TR CB CR PR KT ML SM KH KP KD JG TM 1 N (-) N (-) k,n (+) N (-) k (+) k (+) N (-) k (+) N (-) N (+) k (+) l (+) 2 N (+) N (-) N (+) N (-) N (+) k (+) N (-) k (+) N (-) N (+) N (-) l,m (+) 3 N (-) N (-) N (-) N (-) k (+) k (+) N (+) N (-) N (-) N (+) N (-) l (+) 4 k (+) k,n (+) N (-) l,k (+) k (+) h (+) N (+) N (-) N (-) N (+) N (-) l (+) Petiol Daun 5 N (-) k,n (+) N (-) k.n (+) N(+) h (+) N (+) k (+) N (-) N (+) N (-) l,m (+) 1 N (-) k,n (+) m (-) k.n (+) k (+) N (-) N (-) N (-) N(+) N (-) N (-) l,m (+) 2 N (-) N (-) k,n (+) k,n (+) k (+) N (-) N (-) N (-) N (-) N (-) N (-) l,m (+) 3 N (+) N (-) N (-) N (-) k (+) k (+) N (-) N (-) N (-) N (-) N (-) l,m (+) 4 k (+) k,n (+) N (-) N (-) k (+) N (-) N (-) N (-) N (-) N (+) N (-) l,m (+) Batang 5 k (+) N (-) k,n (+) k (+) N(+) N (-) N (-) N (-) N(+) N (+) N (-) l,m (+)

Keterangan: TR : terung; CB : cabai besar; CR : cabai rawit; PR : paprika; KT : ketimun ; ML : melon; SM: semangka; KH : kacang hijau; KP : kacang panjang; KD : kedelai; JG : jagung; TM : Tomat; N: tidak menunjukkan gejala; k: klorotik, n: nekrotik, h: hawar, l: layu, m: tepi mengering; (-): negatif Cmm dengan serologi; (+): positif Cmm dengan serologi; Ul: ulangan; semua tanaman kontrol tidak menujukkan gejala.

Inokulasi C. michiganensis subsp. michiganensis pada petiol daun

semangka dan kedelai serta inokulasi pada batang kacang panjang dan kedelai tidak menghasilkan gejala apapun akan tetapi setelah dilakukan konfirmasi dengan serologi didapat hasil positif. Hal ini menunjukkan ketidaksesuaian antara inang dengan bakteri sehingga walaupun bakteri terdapat pada bagian tanaman akan tetapi tidak berkembang dan tidak menimbulkan gejala. Bakteri kemungkinan hanya menetap di ruang antar sel tanaman saja dan tidak menginfeksi silem sehingga bakteri tidak dapat menyebar ke seluruh bagian tanaman dan menimbulkan gejala.

Hal seperti di atas dapat dikaitkan dengan sifat dari bakteri ini yang dapat menyebabkan infeksi secara laten. Infeksi laten biasanya akan diikuti infeksi pada biji sehingga bakteri dapat terbawa pada benih tanaman tersebut.

michiganensis pada berbagai tanaman yang diuji adalah klorotik, nekrotik dan layu daun (Gambar 6, 7 dan 8).

a b c d e

Gambar 6 Tipe gejala (tanda panah) pada famili Solanaceae yang terinfeksi oleh

C. michiganensis subsp. michiganensis: a. klorotik (terung), b. nekrotik pada tulang daun (cabai rawit), c. nekrotik pada lamina daun (cabai besar), d. nekrotik pada lamina daun (paprika), e. layu (tomat)

a b

Gambar 7 Tipe gejala (tanda panah) pada famili Cucurbitaceae yang terinfeksi oleh C. michiganensis subsp. michiganensis: a melon, b. ketimun, i. hawar daun dan ii. klorotik pada lamina daun (

a. b.

Gambar 8 Tipe gejala (tanda panah) pada famili Leguminoceae yang terinfeksi oleh C. michiganensis subsp. michiganensis: a. klorotik (kacang panjang), b. klorotik (kacang hijau)

i

ii

Gejala klorotik muncul pada beberapa tanaman dari famili Solanaceae, Cucurbitaceae dan Leguminoceae. Gejala ini merupakan tipe gejala yang

disebabkan oleh aktifitas bakteri C. michiganensis subsp. michiganensis yang

menyebabkan kerusakan pada protoplasma sel khususnya sel daun. Setelah diinokulasikan, bakteri ini akan masuk dan berkembang dalam pembuluh silem. Karena keberadaannya dalam jaringan pembuluh ini maka bakteri dapat menyebar

ke seluruh bagian tanaman hingga mencapai daun (Jahr et al. 1999). Di dalam

daun, kemungkinan bakteri berpindah menuju floem dan selanjutnya menuju jaringan bunga karang maupun jaringan palisade pada parenkim daun. Dalam jaringan palisade terdapat kemungkinan bakteri masuk ke dalam sel-sel parenkim dan berkolonisasi di dalam sel. Kolonisasi bakteri ini dapat menyebabkan kerusakan protoplasma termasuk klorofil yang banyak terdapat pada sel-sel

palisade (Willey et al. 2008). Pada pengamatan fisik tanaman terlihat gejala

klorotik.

Tipe gejala lain yang muncul pada tanaman uji adalah nekrotik. Nekrotik merupakan kerusakan protoplasma sel dan diikuti oleh matinya sel, jaringan, organ atau seluruh tumbuhan, sehingga akan terlihat bercak coklat yang merupakan hasil dari sel-sel tanaman yang mati. Nekrotik merupakan gejala lanjut dari klorotik (Fahy & Persley 1983).

Selain tipe gejala di atas, tomat, cabai rawit dan paprika juga menunjukkan

gejala layu pada daun. C. michiganensis subsp. michiganensis mampu

menghasilkan senyawa polisakarida ekstraseluler (EPS). EPS yang terbentuk akan mengisi rongga silem sehingga dapat mengganggu aliran air dari akar ke bagian atas tanaman. Proses inilah yang menyebabkan layu terutama pada daun

tanaman (Jahret al. 1999).

Keberhasilan inokulasiC. michiganensis subsp. michiganensis dipengaruhi

oleh metode inokulasi. Inokulasi bakteri pada petiol daun menyebabkan hampir

semua tanaman menunjukkan positif terdapat C. michiganensis subsp.

michiganensis meskipun ada yang tidak dapat menimbulkan gejala.

Sementara itu inokulasi pada batang untuk tanaman semangka, kacang hijau dan jagung tidak menunjukkan gejala dan setelah dilakukan konfirmasi dengan serologi diperoleh hasil negatif. Hal ini menunjukkan bahwa inokulasi pada

dengan pengguntingan petiol daun bagian tanaman yang terluka lebih besar sehingga memungkinkan lebih banyak bakteri yang masuk ke dalam jaringan tanaman terutama jaringan pembuluh silem. Oleh karena itu inokulasi dengan metode pengguntingan petiol daun lebih efektif.

Ketahanan Varietas

Tanaman tomat merupakan inang utama C. michiganensis subsp.

michiganensisdi lapangan (Davis & Vidaver 2001). Penelitian tentang ketahanan

varietas tanaman tomat terhadap C. michiganensis subsp. michiganensis telah

dilakukan di Canada (Poysa 1993), tetapi belum pernah dilakukan di Indonesia sehingga varietas-varietas yang digunakan dalam penelitian belum diketahui tingkat ketahanannya terhadap serangan penyakit ini.

Varietas tomat yang digunakan merupakan varietas yang beredar di masyarakat dan biasa ditanam oleh petani, baik varietas lokal maupun varietas yang berasal dari luar negeri.

Semua varietas tomat yang diinokulasi C. michiganensis subsp.

michiganensis melalui pengguntingan petiol daun menunjukkan gejala penyakit ini. Sedangkan dengan metode injeksi pada batang tanaman terdapat beberapa tanaman yang tidak menunjukkan gejala penyakit ini.

Rata-rata masa inkubasi C. michiganensis subsp. michiganensis paling

cepat terjadi pada varietas Viccario yaitu 5.07 hari, sedangkan paling lama ditemukan pada varietas San Morino dan Synta 6.47 hari (Gambar 9 dan Tabel

Lampiran 1). Hasil pengujian menggunakan DMRT dengan selang kepercayaan

5% menunjukkan bahwa masa inkubasi pada varietas Vicario berbeda nyata dengan varietas Synta dan San Morino. Hal ini berarti bahwa masa inkubasi varietas Viccario nyata lebih cepat dibanding dengan masa inkubasi varietas San Morino dan Synta.

0 1 2 3 4 5 6 7 S y It E g S v Lc P d S m M s V c M g

Varie tas Tomat

Masa

Ink

u

basi

(hari)

Sy: Syta, It: Intrend, Eg: Eggy, Sv: Saviro, Lc: Locus, Pd: Perdana, Sm: San Morino, Ms: Maestro, Vc: Viccario, Mg: Monggal

Gambar 9 Rata-rata masa inkubasiC. michiganensis subsp.michiganensis pada

berbagai varietas tomat hasil inokulasi dengan pengguntingan petiol daun

Setelah inokulasi dengan bakteri C. michiganensis subsp. michiganensis,

varietas-varietas tomat menunjukkan berbagai tipe gejala yang dirangkum pada Tabel Lampiran 2. Gejala pertama berupa layu pada beberapa anak daun pada daun majemuk ke- 2 atau ke- 3, atau terjadi klorotik.

a b

c d

Gambar 10 Tipe gejala (tanda panah) pada daun berbagai varietas tomat: a.

klorotik pada lamina daun (Viccario), b. daun mengering sebagian (Synta), c. daun layu dan kering (Perdana), d. daun layu (Intrend)

tomat hampir sama yaitu berupa layu daun, klorotik, nekrotik, kering pada bagian tepi daun, petiol daun kering dan kanker batang (Gambar 10 dan 11). Gejala layu dan klorotik dapat diikuti dengan gejala nekrotik dan atau daun kering dan atau kerdil. Semua tanaman tomat akhirnya menunjukkan gejala kanker batang dan beberapa tanaman akhirnya mati. Gejala-gejala tersebut seperti yang didiskripsikan oleh Carlton (1994), Zitter (1985) dan MacNab (2004).

Salah satu tipe gejala tersebut adalah layu pada satu sisi helaian daunnya. Hal ini menunjukkan bakteri sudah masuk dan berada pada jaringan silem, dan di jaringan tersebut bakteri akan menghasilkan molekul EPS. EPS adalah matrik jenuh air yang mengelilingi sel bakteri dan berfungsi sebagai pelindung sel bakteri. EPS akan melindungi bakteri dari dehidrasi, komponen racun tanaman dan pengenalan sistem pertahanan tanaman. Perlindungan dari pengenalan sistem pertahanan tanaman dilakukan dengan cara penutupan agglutinin atau lektin dan detoksifikasi senyawa fitoaleksin. Senyawa EPS ini akan menempel pada dinding jaringan pembuluh silem sehingga akan menghambat suplai air dari akar ke bagian tanaman di atasnya khususnya daun. Kekurangan suplai air ini yang divisualisasikan oleh tipe gejala layu daun pada tanaman tomat yang terinfeksi bakteri ini. Selain itu senyawa EPS juga berperan dalam memicu infeksi dan

kolonisasi bakteri pada tanaman inang (Jahret al. 1999).

Gejala klorotik dan nekrotik diakibatkan adanya kolonisasi bakteri pada jaringan parenkim daun. Bakteri dapat berpindah dari jaringan pembuluh menuju jaringan parenkim didukung oleh kemampuan bakteri dalam mendegradasi

dinding sel tanaman. C. michiganensis subsp. michiganensis mampu

menghasilkan enzim ekstraseluler seperti endoselulose, poligalakturonase, pektinmetilesterase dan silase yang berfungsi untuk mendegradasi komponen

dinding sel (Jahr et al. 1999). Serangan enzimatik pada jaringan silem dan sel

parenkim sangat berperan dalam perkembangan penyakit ini.

Varietas Synta, Perdana, San Morino dan Maestro menunjukkan gejala daun keriting. Gejala ini disebabkan karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun. Gejala keriting terjadi apabila salah satu sisi pertumbuhannya lebih cepat (Fahy & Persley 1983).

Tipe gejala yang khas dari penyakit ini adalah terbentuknya kanker pada

batang tanaman tomat. Pembentukan kanker terjadi apabila C. michiganensis

subsp.michiganensis berpindah dari silem menuju jaringan kortek. Sesampainya

di jaringan kortek, bakteri berkembang dan berkolonisasi sehingga terbentuklah kanker pada batang. Setelah berkolonisasi di kortek bakteri akan menyebabkan kematian jaringan kulit tumbuhan yang berkayu tersebut misalnya batang dan cabang. Selanjutnya jaringan kulit yang mati tersebut mengering, berbatas tegas,

mengendap, pecah-pecah dan akhirnya terlihat bagian kayunya (Jahret al. 1999).

Pada varietas San Morino, Maestro, Synta, Intrend, Perdana dan Viccario

terjadi gejala kerdil (atrophy). Gejala terjadi karena bakteri menyerang jaringan

floem sehingga suplai makanan ke seluruh bagian tanaman terhambat. Akibat terhambatnya suplai makanan maka pertumbuhan tanaman menjadi terhambat (Fahy & Persley 1983).

a b c

d e

Gambar 11 Tipe gejala (tanda panah) pada batang berbagai varietas tomat: a. batang kecoklat-coklatan (Synta), b. & c. batang pecah dan petiol daun kering (Intrend), d. puru pada batang berwarna putih (Locus dan Saviro), e. batang (Viccario)

spot (Fahy & Persley 1983). Gejala mulai timbul pada buah yang masih muda/hijau seperti yang telihat pada Gambar 12. Gejala berupa bintik coklat yang dikelilingi oleh lingkaran putih, kadang kala bintik tesebut saling berdekatan dan bergabung seperti pada buah tomat varietas Perdana dalam penelitian ini.

a b

Gambar 12 Tipe gejala (tanda panah) pada buah a.bird s eye spot (Perdana), b.

buah tidak bergejala (Viccario)

Keparahan penyakit yang disebabkan oleh C. michiganensis subsp.

michiganensis pada beberapa varietas tomat bervariasi. Keparahan penyakit paling rendah terjadi pada varietas Viccario sedangkan keparahan penyakit paling tinggi terjadi pada varietas Eggy (Gambar 13).

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Sy I t Eg Sv Lc Pd Sm M s Vc M g Variet as Tom at K e p a ra h a n p e n y a k it ( % )

Sy: Syta, It: Intrend, Eg: Eggy, Sv: Saviro, Lc: Locus, Pd: Perdana, Sm: San Morino, Ms: Maestro, Vc: Viccario, Mg: Monggal

Gambar 13 Keparahan penyakit pada berbagai varietas tomat hasil inokulasi dengan pengguntingan petiol daun

Berdasarkan pada nilai keparahan penyakit, semua varietas yang digunakan tergolong rentan karena nilai keparahan penyakitnya lebih dari 40%. Varietas Viccario dengan keparahan penyakit antara 41% - 60% termasuk varietas dengan keparahan penyakit agak rentan. Varietas-varietas yang termasuk dalam kategori

rentan adalah varietas tomat dengankeparahan penyakit lebih dari 61%.

Varietas yang relatif paling tahan terhadap serangan bakteri ini adalah Viccari (termasuk kelompok agak rentan) dengan rata-rata keparahan penyakit 48%, sedangkan varietas yang relatif paling rentan terhadap penyakit kanker batang adalah varietas Eggy dengan rata-rata keparahan penyakit 89.33%. Varietas lain yang juga relatif rentan penyakit kanker batang adalah Synta, Intrend dan Saviro dengan rata-rata keparahan penyakit lebih dari 70%

Apabila dilihat dari masa inkubasi, varietas Viccario paling cepat menunjukkan gejala penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini akan tetapi tipe gejala dan keparahan penyakitnya relatif paling rendah bila dibandingkan dengan varietas lainnya.

Gejala kanker batang pada varietas Viccario kurang dari 50% sehingga sangat mempengaruhi nilai skoring menjadi rendah. Apabila skoring rendah, nilai keparahan penyakityang diperoleh juga akan bernilai rendah.

Kanker batang juga mempengaruhi jumlah tanaman yang mati (MacNab 2004; Zitter 1985). Kanker batang yang parah menyebabkan kematian tanaman tomat lebih tinggi. Hal tersebut terjadi pada varietas Eggy dengan jumlah kematian tanaman paling tinggi yaitu 8 tanaman dari 15 tanaman, sedangkan pada varietas Viccario tidak ditemukan adanya kematian tanaman.

Tingkat kematian tiap varietas sangat bervariasi yang selengkapnya disajikan pada Tabel Lampiran 3. Persentase kematian pada berbagai varietas tomat berkisar antara 0% hingga 53.33%. Pada varietas Eggy dengan tingkat kematian tertinggi 53.33% keparahan penyakitnya juga paling tinggi yaitu 89.33%. Pada varietas yang semua tanaman contohnya masih hidup keparahan penyakitnya juga bervariasi yaitu Viccario 48%, San Morino dan Monggal 66.67%. Ketiga varietas tersebut merupakan verietas dengan keparahan penyakit yang rendah bila dibandingkan dengan varietas lainnya.

serangan bakteri ini (Tabel Lampiran 5). Varietas yang paling cepat masa

pembungaannya adalah Eggy yaitu 30 hari setelah inokulasi C. michiganensis

subsp.michiganensis, sedangkan varietas yang paling lama masa pembungaanya

adalah Viccario yaitu 40 hari setelah inokulasi bakteri ini.

Pada varietas Synta, Eggy, Saviro, Loccus dan Maestro bunga gugur atau kering setelah tanaman berumur sekitar 4 hingga 5 hari. Varietas Synta dan Eggy tidak menghasilkan bunga lagi setelah pembungaan pertama, sedangkan Saviro, Loccus dan Maestro masih terus berbunga (hingga minggu ke 10 setelah inokulasi bakteri tersebut) meski pada akhirnya bunga menjadi kering dan tidak menghasilkan buah. Hal ini diduga berhubungan dengan keparahan penyakit pada tiap varietas. Varietas yang rentan (keparahan penyakit lebih dari 61%) cenderung untuk membentuk bunga lebih awal sehingga dapat digunakan untuk dapat meneruskan keturunannya. Sementara itu varietas agak rentan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk dapat membentuk bunga.

Varietas-varietas yang dapat menghasilkan buah adalah Intrend, Perdana, San Morino,Viccario dan Monggal. Dari kelima varietas yang dapat menghasilkan buah, empat diantaranya adalah Intrend, Perdana, San Morino dan Monggal termasuk varietas rentan, sedangkan Viccario merupakan varietas agak rentan. Buah yang terbentuk pada tanaman tomat varietas Viccario tidak menunjukkan

gejala bird s eye spot seperti yang terlihat pada varietas Perdana (Gambar 12).

Keparahan penyakit pada varietas Perdana berbeda nyata dengan Viccario. Pada varietas San Morino buah berukuran kecil dan berwarna kecoklat-coklatan seperti yang disebutkan oleh Carlton (1994).

Keterangan di atas menunjukkan bahwa walaupun bakteri ini mampu menginfeksi varietas Viccario dan cepat menyebar, akan tetapi pada tahap berikutnya penyebaran bakteri terhambat. Penghambatan ini diduga karena adanya sifat ketahanan pada varietas ini. Pada masa awal pertumbuhan saat inokulasi bakteri ketahanan tanaman masih rendah kemudian seiring dengan pertumbuhannya akan terbentuk ketahanan pada varietas Viccario. Dengan terbentuknya ketahanan ini akan menghambat penyebaran bakteri lebih lanjut ke seluruh bagian tanaman (Poysa 1993).

Hubungan korelasi dari dua pengamatan yang dilakukan yaitu masa inkubasi dan keparahan penyakit yang dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan gambar tersebut terdapat kecenderungan tidak ada hubungan linear antara kedua peubah tersebut. Hal itu dipertegas dari hasil analisis korelasi antara kedua peubah tersebut yang hampir bernilai nol (r=0,001). Namun demikian jika diperhatikan untuk setiap varietas, khusus pada varietas Synta menunjukkan ada hubungan negatif yang signifikan antara waktu inkubasi dengan keparahan penyakit (r=-0,88). Hubungan negatif tersebut berarti bahwa semakin lama waktu inkubasi, maka semakin rendah keparahan penyakitnya. Hal ini berarti bahwa varietas-varietas dengan masa inkubasi yang lama merupakan varietas yang lebih tahan bila dibanding dengan varietas dengan masa inkubasi yang lebih cepat

Gambar 14 Grafik hubungan antara waktu inkubasi dengan keparahan penyakit

Ke pa r ahan P enyakit (% )

Kesimpulan

Tanaman yang dapat menjadi inangC. michiganensis subsp. michiganensis

berdasarkan inokulasi buatan adalah tomat, terung, paprika, cabai besar, cabai rawit, ketimun, semangka, melon, kacang hijau, kacang panjang, kedelai dan jagung. Varietas Viccario merupakan varietas yang relatif paling tahan sedangkan varietas Eggy merupakan varietas yang relatif paling rentan.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai persentase benih terinfeksi

Dokumen terkait