• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DARI PENELITIAN TENTANG PERAN VITAMIN D

Penelitian ini telah dilaksanakan di 3 Puskesmas Kota Medan yaitu Puskesmas Teladan, Amplas, dan Belawan. Proses pengumpulan subjek penelitian sedang berlangsung dan untuk data awal telah terkumpul 32 sampel dari total sampel.

Table 6.1. Demographic and clinical characteristics in tuberculosis patient Variables n(%) Age classification 18-30 31-40 41-50 51-60 13 (40.6) 7 (21.9) 4 (12.5) 8 (25) Gender Male Female 24 (75) 8 (25) Ethnic Javanese Bataknese Minang Others 7 (21.9) 19 (59.4) 3 (9.4) 3 (9.4) Occupation Student Employed Unemployed Housewife 4 (12.5) 16 (50) 7 (21.8) 5 (15.7) Sputum conversion time (wk), mean±SD 2.1±1.4 Distribution by severity class/TB score

Class I Class II Class III 30 (93.8) 2 (6.2) - BCG scar Clear No scar Dubious 17 (53.1) 3 (9.4) 12 (37.5)

Berdasarkan pemeriksaan antropometri ditemukan rerata indeks massa tubuh masih termasuk kategori normal. Untuk massa lemak tubuh, terlihat kadar yang rendah namun hasil ini belum dapat menggambarkan perbedaan massa lemak yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.

Table 6.2. Anthropometric characteristics in tuberculosis patient Parameters Mean±SD Weight (kg) 54.5±12.3 Height (cm) 161.6±8.2 BMI (kg/m2) 20.8±4.4 Fat mass (%) 21.2±6.8

BMI: body mass indeks

Dari gaya hidup terlihat asupan energi yang rendah dan asupan vitamin D yang rendah, angka kecukupan gizi yang rendah yang seharusnya dicapai 10-20 µg

Table 6.3. Lifestyle variables in tuberculosis patient

Variables Mean±SD

Daily food intake Energy (kcal) Carbohydrates (g) Proteins (g) Fats (g) Cholesterol Fibers Vitamin D intake (µg) Calcium intake 1113.2 ± 53.1 162.3 ± 80.1 34.2 ± 11.4 26.2 ± 18.5 138.3 ± 80.7 4.8 ± 5.9 4.2 ± 2.9 301.3±69.1 Vitamin D intake, n(%) Low Moderate 26 (81.3) 6 (18.7) Calcium intake, n(%) Low Moderate 27 (84.4) 5 (15.6) Daily sun ray exposure, n(%)

≤1 hour >1 hour 23 (71.8) 9 (28.2) Physical activity, n(%) Low Moderate 30 (93.7) 2 (6.3)

Continues variable: mean ± SD; categorical variable: n (%); SD=standard deviation

Table 6.4. Serum levels of 25-hydroxyvitamin D and calcium

Parameters Mean±SD; n(%)

25-hydroxyvitamin D serum levels (ng/mL)# 21.8±7.6 Vitamin D status (Grant and Hollick, 2005); n(%)

Deficiency Insufficiency Sufficiency

Normal in sunny countries

13 (40.6) 13 (40.6) 6 (18.8) - Percentile values for vitamin D (ng/mL)

Minimum 5% Percentile 25% Percentile 50% Percentile 75% Percentile 95% Percentile Maximum 7.3 8.3 16.2 21.6 25.7 36.5 37.4 Serum calcium (mg/dL) Calcium classification; n(%) Low Normal 9.1±0.5 3 (9.4) 29 (90.6)

Continues variable: mean ± SD; categorical variable: n (%); SD=standard deviation

Table 6.5. Demographic and lifestyle characteristics of subjects before intervention

Characteristic Intervention (D) group (n=24) Control (C) group (n=24) p-value Age (years)1 37 ±2.5 33.8±9.1 0.4

Body mass index (kg/m2)1 19.8±3.9 20.3±3.1 0.2 Serum 25(OH)D (ng/mL)1 19.7±6.6 19.3±4.6 0.1 Serum calcium (mg/dL)1 9.0±0.5 9.1±0.5 0.3

Untuk asupan nutrisi pada kedua kelompok terlihat perbedaan pada sebelum dan sesudah perlakuan yang tampak terlihat peningkatan bermakna dari kedua kelompok.

Nutrient intake Intervention (D) group (n=24) Before After p-value Energy (kcal) 710.3 760.9 0.25

Protein (g) 25.4 28.3 0.10

Calcium (mg) 219.1 198.4 0.47 Vitamin D (µg) 3.6 31.1 0.01

Table 6.6. Mean serum 25(OH)D and calcium levels before and after intervention

Variable Baseline Endpoint p value2

Serum 25(OH)D (ng/mL) Intervention (D) group 19.7±6.6 27.3±3.1 0.04 Control (C) group 19.3±4.6 21.9±2.4 0.01 p value1 0.01 Serum calcium (mg/dL) Intervention (D) group 9.0±0.5 8.9±0.3 0.34 Control (C) group 9.1±0.5 8.9±0.4 0.1 p value1 0.5

Uraian hasil penelitian vitamin D dan asupan

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan dari tanggal 6 Oktober 2017 sampai tanggal 6 November 2017 di Puskesmas Kota Medan yaitu Puskesmas Teladan, Puskesmas Amplas dan Puskesmas Belawan dengan total sampel 30 pasien tuberkulosis. Pengumpulan data diperoleh dari wawancara untuk food recall 24 jam sebanyak dua kali dan juga pengukuran kadar 25(OH) D serum.

Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di tiga puskesmas yaitu Puskesmas Teladan, Puskesmas Amplas dan Puskesmas Belawan. Puskesmas Teladan berlokasi di No.65, Jl. Sisingamangaraja, Timur Teladan, Kota Medan, Sumatera Utara. Puskesmas Amplas berlokasi di Jl. Garu No.2, Harjosari I, Medan Amplas, Kota Medan, Sumatera Utara. Puskesmas Belawan berlokasi di Jl. Kampar 17, Kec. Medan Kota Belawan, Sumatera Utara. Ketiga-tiga puskesmas ini mempunyai fasilitas kesehatan yang memenuhi standard dan tenaga kesehatan yang kompeten. Ketiga puskesmas tersebut merupakan lokasi pengambilan data pasien yaitu food

recall 24 jam sebanyak dua kali dan juga pengukuran kadar 25(OH) D serum.

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Demografi Sampel penelitian yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah responden yang memenuhi kriteria inklusi di Puskesmas Kota Medan yaitu sebanyak 30 pasien. Berdasarkan tabel 6.7 dibawah kita dapat melihat distribusi karakteristik demografi pasien.

Tabel 6.7. Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah % Perempuan 9 30,0

Laki-laki 21 70,0 Total 30 100.0

Pada tabel 6.7, pasien yang terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 21 orang (70%) sedangkan jumlah pasien perempuan adalah sebanyak 9 orang (30%).

Tabel 6.8. Karateristik Pasien Berdasarkan Usia Usia Jumlah % 18-28 13 43,3 29-39 7 23,3 40-50 3 10,0 51-61 7 23,3 Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 6.8, yang terbanyak terdapat pada rentang usia 18-28 sebanyak 13 pasien (43,3%), dan yang paling sedikit terdapat pada rentang usia 40-50 sebanyak 3 pasien (10,0%)

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kadar 25(OH) D Serum Pada Pasien TB

Tabel 6.9 Frekuensi berdasarkan asupan vitamin D Asupan Vitamin D Jumlah %

Baik (> 100% AKG) 12 40,0 Sedang (80-90% AKG) 2 6,7 Kurang (<80% AKG) 16 53,3 Total 30 100

Pada tabel 6.9, angka kecukupan gizi pada tahap baik (>100% AKG) adalah sebanyak 12 pasien (40,0%). Pada tahap sedang (80-99% AKG) adalah sebanyak 2 pasien (6,7%). Seterusnya, pada tahap kurang (<80% AKG) angkanya adalah sebanyak 16 pasien (53,3%).

Distribusi Frekuensi berdasarkan Asupan Vitamin D pada Pasien TB

Tabel 6.10 Frekuensi berdasarkan kadar 25(OH) D serum Kadar 25(OH)D serum (ng/ml) Jumlah % < 10 ng/ml (defisiensi) 1 3,3 10-20 ng/ml ( insufisiensi) 9 30,0 20-30 ng/ml (sufisiensi) 16 53,3 > 30 ng/ml (optimal) 4 13,3 Total 30 100.0 Pada tabel 6.10, kategori defisiensi terdapat 1 pasien (3,3%). Seterusnya, pada kategori insufisiensi terdapat 9 pasien (30%). Pada kategori sufisiensi terdapat 16 pasien (53,3%). Pada kategori optimal terdapat 4 pasien (13,3%).

Rata-rata kadar 25(OH) D Serum Pada Pasien TB

Tabel 6.11 Rata rata kadar 25(OH) D serum pada pasien TB n Min Max Median Mean SD 25(OH) D

serum

Pada tabel 6.11, jumlah pasien adalah 30. Dari 30 pasien TB ini nilai kadar serum 25(OH) D yang terkecil adalah 10,0 dan nilai kadar serum 25(OH) D yang terbesar adalah 37,8. Rata-rata nilai dari 30 pasien adalah 22,940 dengan standar deviasi sebesar 6,8500.

Rata-Rata Asupan Vitamin D Pada Pasien TB

Tabel 6.12 Rata-rata asupan vitamin D pada pasien TB n Min Max Median Mean SD Asupan

vitamin D

30 0 15,9 3,050 4,427 3,9105

Pada tabel 6.12, dari 30 pasien TB ini nilai asupan vitamin D yang terkecil adalah 0 dan yang terbesar adalah 15,9. Rata-rata nilai asupan vitamin D adalah 4,427 dengan standar deviasi sebesar 3,9105.

Hasil Analisis Hubungan 25(OH) D Serum Dengan Asupan Vitamin D

Tabel 6.13 Korelasi 25(OH) D serum dan asupan vitamin D r p 25(OH) D Asupan vitamin D 0,391 0,032

Hasil output didapat rata-rata 25(OH) D adalah 22,940 dan asupan vitamin D adalah 4,427. Pada uji korelasi Pearson didapat r = 0,391 dan p value 0,032. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara 25(OH) D dengan asupan vitamin D.

Penelitian ini telah dilakukan dengan menggunakan 30 pasien TB dari Puskesmas Teladan, Puskesmas Amplas dan Puskesmas Belawan dengan menggunakan consecutive sampling. Penelitian ini terdiri daripada respondan laki laki sebanyak 21 orang (70%) dan perempuan sebanyak 9 orang (30%) menurut tabel 4.1. Hasil ini sama dengan penelitian Dian Wahyu Laily et al

(2015) dimana pada penelitian tersebut diperoleh sebagian besar dari populasi penelitiannya adalah laki-laki sebanyak 55.1%. Tetapi pada penelitian Farah Eka Salsabela et al (2016) yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung

di mana hasilnya berbeda dimana pada penelitiannya menyatakan bahwa perempuan yang menderita TB lebih banyak daripada laki-laki yaitu sebanyak 68 (64%) pasien.

Berdasarkan tabel 6.8, apabila dilihat dari pembahagian kelompok usia, maka kelompok usia dengan pasien TB yang tertinggi berada pada rentang umur 18-28 tahun yaitu sebanyak 13 pasien (43,3%). Hasil ini didukung oleh penelitian Farah Eka Salsabela et al (2016) dimana pada penelitiannya diperoleh sebagian besar sampel penelitiannya yaitu (37%) yang menderita penyakit TB terdapat pada rentang usia 20-29 tahun. Tetapi pada penelitian Dian Wahyu Laily et al (2015) menunjukkan pasien TB yang tertinggi berada pada rentang umur 26-45 tahun yaitu sebanyak 39,8%. Selain itu, penelitian yang dijalankan oleh Feby Patiung et al (2014) melaporkan bahwa lebih banyak pasien TB adalah di bawah 60 tahun yaitu sebanyak 90,90%.

Berdasarkan tabel 6.9, tahap asupan vitamin D yang terdapat banyak pasien adalah tahap kurang (<80% AKG) yaitu sebanyak 16 pasien (53,3%). Penelitian Farah Eka Salsabela et al

(2016) juga menyokong hasil penelitian ini dimana penelitiannya mengatakan bahawa populasi dengan nutrisi buruk memiliki risiko yang tinggi terhadap TB. Penelitiannya menunjukkan bahwa 44 (44%) pasien memiliki IMT normal weight (IMT 18,5-22,9 kg/m²) dengan 18 (41%) subjek diantaranya memiliki IMT<20kg/m² dan 37 (35%) pasien memiliki IMT underweight (IMT<18,5 kg/m²). Penelitian di Addis Ababa, Ethiopia menunjukkan hasil serupa, yaitu 39,7% pasien TB dewasa mengalami gizi kurang.

Menurut tabel 6.10, pasien yang terbanyak terdapat pada kategori sufisiensi (20-30ng/ml) yaitu sebanyak 16 pasien (53,3%). Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Jon Pangarapan Saragih et al (2013) dimana penelitian ditemukan bahwa prevalensi yang tertinggi adalah pada kategori sufisiensi (20-30ng/ml) yaitu 17 pasien (54.80%).

Menurut tabel 6.11, rata-rata nilai kadar 25(OH) D dari 30 pasien adalah 22,940 dengan standar deviasi sebesar 6,8500. (22,940±6,8500). Hal ini didukung oleh penelitian Siswanto et al

(2009) dimana pada penelitiannya yang mempunyai 22 pasien diperoleh rata-rata kadar 25(OH) D sebanyak 18,11±9,53 (ng/ml). Rata-rata nilai kadar 25(OH) D dalam penelitian Debby Mirani

Lubis (2017) hampir sama dengan penelitian ini yaitu rata-rata sebanyak 30,93 dengan standar deviasi sebesar 8,78.

Berdasarkan tabel 6.12, rata-rata nilai kadar asupan vitamin D dari 30 pasien adalah 4,427 dengan standar deviasi sebesar 3,9105 (4,427±3,9105). Pada penelitian Arsin (2012), hasilnya berbeda dengan hasil penelitian ini dimana pada penelitiannya diperoleh rata-rata asupan vitamin D pada pasien TB adalah 6,2 dengan standar deviasi sebesar 2.2 (6,2±2,2). Disebabkan penelitian menggunakan 113 pasien sebagai sampel penelitiannya sementara pada penelitian ini mempunyai 30 pasien sebagai sampel.

Pada penelitian ini diperoleh variable asupan vitamin D mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kadar 25(OH) D serum (p=0.032). Hasil ini sama dengan penelitian R. Martineau

et al (2007) dimana terdapat hubungan signifikan antara kadar 25(OH) D terhadap asupan vitamin D (p=0.0001). Dengan ini dapat disimpulkan bahwa Ho dapat ditolak.

BAB VII

HASIL PENELITIAN PERAN

Dokumen terkait