• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Hasil yang diharapkan

Tersusunnya perangkat model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kreativitas peserta didik paket C kelas XI yang meliputi:

15

1. Model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kreativitas peserta didik paket C kelas XI.

2. Panduan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kreativitas peserta didik paket C kelas XI.

3. Panduan penilaian pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kreativitas peserta didik paket C kelas XI.

16

BAB II

KONSEP MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS

PESERTA DIDIK PAKET C KELAS XI

Gambar 2.1

Tutor sedang berdiskusi dengan peserta didik A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Untuk pembahasan model pembelajaran berbasis masalah, berikut ini secara rinci akan dibahas hal-hal sebagai berikut. (1) Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah, (2) Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah, (3) Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Masalah, (4)

Langkah-17

Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah, dan (5) Kelebihan dan kelemahan.

1. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah konsep belajar penemuan atau discovery learning. Pembelajaran berbasis masalah pada dasarnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah actual sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar berpikir kreatif dan terampil dalam pemecahan masalah. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah akan membawa peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan konsep-konsep yang esensial dari materi pembelajaran.

Problem Based Learning adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan

18

memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan Duch (dalam Aris Shoimin, (2014). Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2011), menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi peserta didik dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata termasuk di dalamnya belajar. Hal senada juga dikemukakan oleh Arends (dalam Trianto, 2007), pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran dimana peserta didik mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berfikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

Dari ketiga pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang digunakan untuk merangsang peserta didik berpikir tingkat tinggi/kreatif yang berorientasi pada masalah dunia nyata.

19

2. Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Masalah a. Tujuan

Setiap pengembangan model pembelajaran, memiliki tujuan masing-masing sesuai dengan karakteristik model yang dikembangkan. Menurut Rusman (2010) tujuan model pembelajaran berbasis masalah adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristik dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan karakteristik model pembelajaran berbasis masalah yaitu belajar tentang kehidupan yang lebih luas, keterampilan memaknai informasi, kolaboratif, dan belajar tim, serta kemampuan berpikir reflektif dan evaluatif. Menurut Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2010) tujuan model pembelajaran berbasis masalah secara lebih rinci yaitu: (1) membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah; (2) belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata dan; (3) menjadi para peserta didik yang otonom atau mandiri.

20

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut.

(1) Membina sikap dan cara berpikir kreatif;

(2) Memberikan keterampilan mengatasi masalah;

(3) Belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata;

(4) Menjadi peserta didik yang otonom atau mandiri;

(5) Belajar keterampilan memaknai informasi, kolaboratif, dan belajar menjadi teamwork.

Pembelajaran berbasis masalah, peserta didik tidak hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh tutor, tetapi peserta didik juga dapat belajar dari peserta didik lainnya serta mempunyai kesempatan untuk membelajarkan peserta didik yang lainnya. Pembelajaran berbasis masalah, peserta didik dibiasakan untuk menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapinya sehingga kemampuan peserta didik untuk belajar mandiri dapat lebih ditingkatkan dan pada

21

gilirannya akan mengoptimalkan prestasi belajar dan meningkatkan kreativitas peserta didik.

b. Manfaat

Manfaat yang ingin diperoleh dalam penerapan pendekatan pembelajaran berbasis masalah adalah meningkatnya kemampuan peserta didik untuk berpikir kreatif, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah malalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.

Pembelajaran berbasis masalah membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa secara otentik, memungkinkan peserta didik untuk mendapatkan rasa percaya diri atas kemampuan yang dimilikinya sendiri, serta menjadi peserta didik yang mandiri”.

Jadi dalam penerapan pembelajaran berbasis masalah tugas tutor adalah lebih banyak merumuskan tugas-tugas

22

kepada peserta didik daripada hanya untuk menyajikan tugas-tugas pelajaran kepada peserta didik.

3. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Arends (dalam Hariyanto dan Warsono, 2012) ciri yang paling utama dari model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut. (a) Pengajuan pertanyaan atau masalah, (b) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu, (c) Penyelidikan autentik (nyata), (d) Menghasilkan produk dan memamerkannya, dan (e) Kolaboratif.

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah

Pertanyaan atau masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah haruslah: (1) otentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata peserta didik; (2) jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, tidak menimbulkan masalah baru; (3) mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik; (4) luas dan sesuai tujuan pembelajaran; dan (5)

23

bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi peserta didik;

b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu

Untuk dapat memecahkan masalah-masalah aktual, peserta didik dapat menyelidiki dari berbagai disiplin ilmu yang terkait. Oleh karena itu pembelajaran bebasis masalah berkaitan antar disiplin ilmu.

c. Penyelidikan autentik (nyata).

Dalam pembelajaran berbasis masalah, peserta didik melakukan penyelidikan, menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan dan menggambarkan hasil akhir.

d. Menghasilkan produk dan memamerkannya

Peserta didik berkewajiban menyusun hasil belajarnya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya;

24

e. Kolaboratif

Tugas-tugas belajar berupa masalah diselesaikan bersama-sama antar peserta didik.

Berdasarkan pendapat Arends di atas secara garis besar karakteristik model pembelajaran berbasis masalah, dimulai dengan memberikan masalah yang jelas pada peserta didik yang berakar pada kehidupan dunia nyata, kemudian peserta didik mengumpulkan data/informasi, melakukan eksperimen dan menarik kesimpulan secara berkelompok, sehingga peserta didik sangat berperan aktif dan tutor sebagai fasilitator.

4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Arends (dalam Hariyanto dan Warsono, 2012), terdapat lima langkah atau tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah yaitu : (a) Orientasi peserta didik pada masalah, (b) Mengorganisasi peserta didik untuk belajar, (c) Membimbing penyelidikan individu atau kelompok, (d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan (e) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

25

Secara skematik langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah tersebut dapat digambarkan seperti berikut.

Gambar 2.2

Fase Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah b. Orientasi peserta didik pada masalah

Pada tahapan ini, tutor menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan secara singkat bahan-bahan yang diperlukan bagi penyelesaian masalah serta emberikan motivasi kepada peserta didik agar menaruh perhatian terhadap aktivitas penyelesaian masalah.

26

b. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar

Untuk selanjutnya, tutor mengorganisasikan pem-belajaran, membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar (menetapkan topik, tugas, jadwal), agar relevan dengan penyelesaian masalah. Dalam hal ini peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan masalah-masalah yang berbeda. Pemecahan masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya.

Selanjutnya tutor memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.

27

c. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Penyelidikan adalah inti dari pembelajaran berbasis masalah. Dalam hal ini setelah peserta terbagi dalam kelompok-kelompok kecil dan mengetahui permasalahan masing-masing, maka langkah selanjutnya peserta didik dituntut untuk dapat melakukan pengumpulan data dan eksperimen, serta menyampaikan hasil pemecahan masalahnya.

Tutor dapat membantu peserta didik untuk mengum-pulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan mengajukan pertanyaan pada peserta didik untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah.

d. Mengembangkan dan menyajikan artifak (hasil karya) dan memamerkannya

28

Hasil-hasil karya yang telah dikerjakan pada tahap penyelidikan, seperti: laporan tertulis, video, sajian multimedia, produk-produk keterampilan dan sebagainya untuk selanjutnya dipamerkan.

Tutor berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan peserta didik kelas lainnya. Tutor, orangtua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah

Tahap ini merupakan tahap akhir dalam pembelajaran berbasis masalah. Tahap ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan.

Selama tahapam ini tutor meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Apakah mereka sudah paham tentang masalah?, Apakah mereka yakin sudah bisa

29

memecahkan masalahnya dengan benar?, Apakah merasa puas dengan hasil pemecahan masalah yang telah dilakukan?

Berdasarkan uraian tersebut di atas langkah-langkah pembelajaran (sintaks pembelajaran) yang dilakukan dalam pengembangan ini adalah sebagai berikut:

(1) Penyajian Masalah Otentik

Pertama-tama peserta didik disajikan suatu masalah yang aktual/otentik sesuai bidang studi saat itu atau masalah yang benar-benar nyata dalam kehidupan peserta didik. Tutor memberikan penegasan tentang masalah-masalah tersebut, tutor memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan masalah apa yang akan dipelajari. Selanjutnya tutor menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan alat dan bahan yang diperlukan, serta memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif pada pemecahan masalah.

30

(2) Mengorganisir Kelompok

Peserta diorganisir dalam kelompok-kelompok kecil 2-3 peserta didik, dengan pertimbangan: kedekatan, kecocokan, kesepahaman, dan diupayakan dalam setiap kelompok tersebut terdapat salah seorang yang berpikiran kritis dan kreatif agar dapat memandu temannya dalam satu kelompok.

(3) Berkolaborasi Memecahkan Masalah dengan Melibatkan Berbagai Disiplin Ilmu

Kelompok-kelompok tersebut berkolaborasi untuk memecahkan masalah yang telah disepakati bersama. Mereka secara bersama-sama mengumpulkan dan mengklarifikasi fakta-fakta suatu kasus kemudian mendefinisikan sebuah masalah. Mereka diharapkan saling tukar gagasan atau argumentasi dengan berpijak pada pengetahuan/referensi dari berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapinya. Mereka mengidentifikasi dan menelaah apa yang mereka

31

butuhkan untuk menyelesaikan masalah serta apa yang mereka tidak ketahui. Mereka juga mendisain suatu rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah. Tutor dalam hal ini hanya memfasilitasi kegiatan tersebut, sehingga kegiatan berjalan dengan lancar.

(4) Penyajian Solusi dari Masalah

Mendorong peserta didik untuk mampu merencanakan, menyiapkan, dan menyajikan hasil karya atau solusi atas masalah yang berhasil dipecahkan bersama kelompok dengan penyajian yang sistematis serta penuh keberanian dan kemandirian.

(5) Mereview

Peserta didik bersama-sama dengan tutor, mereview terhadap penyelidikan, proses, dan hasil yang mereka diskusikan. Hal ini penting untuk diketahui apakah solusi pemecahan masalah yang diambil sudah tepat atau masih memerlukan perbaikan-perbaikan.

32

5. Kelebihan, Kelemahan dan Solusi Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran berbasis masalah antara lain sebagai berikut.

a. Kelebihan

Aris Shoimin (2014) berpendapat bahwa kelebihan model Problem Based Learning diantaranya sebagai berikut.

1) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata.

2) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar.

3) Pembelajaran berfokus pada masalah, sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi.

33

5) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber penge-tahuan, baik dari perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi.

6) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.

7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.

8) Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan dengan menggunakannya model pembelajaran berbasis masalah yaitu:

(a) Melatih peserta didik memiliki kemampuan berfikir kreatif, kemampuan memecahkan masalah, dan membangun pengetahuannya sendiri.

34

(b) Terjadinya peningkatan dalam aktivitas ilmiah peserta didik serta terbiasa belajar melalui berbagai sumber-sumber pengetahuan yang relevan.

(c) Mendorong peserta didik melakukan evaluasi atau menilai kemajuan belajarnya sendiri.

(d) Peserta didik lebih mudah memahami suatu konsep jika saling mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan temannya.

b. Kelemahan

Ada beberapa kelemahan dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Menurut Suyanti (2010) kelemahan model Problem Based Learning, diantaranya sebagai berikut.

1) Manakala siswa tidak memilki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

35

2) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui Problem Based Learning membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. 3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk

memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. c. Solusi

1) Memberikan kesempatan kepada peserta didik seluruh kelompok untuk ikut aktif dalam diskusi, apapun perannya dan tidak perlu takut kalau salah.

2) Waktu pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah, tidak selalu harus diselesaikan di kelas, tetapi bisa dilaksanakan di luar kelas/lingkungan sekolah sehingga waktunya bisa leluasa sampai berhasil memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok.

3) Mendorong peserta didik untuk memahami betul permasalahan yang sedang dihadapi, sehingga dari pemahaman tersebut peserta didik berusaha untuk dapat

36

memecahkan permasalahan dalam kelompok secara bersama-sama.

Setelah mengetahui kelebihan, kelemahan dan solusinya dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah, maka dapat disimpulkan bahwa model berbasis masalah ini membutuhkan minat yang kuat dari peserta didik untuk memecahkan masalah. Apabila peserta didik tidak memiliki minat yang kuat untuk belajar memecahkan masalah maka peserta didik cenderung bersikap enggan untuk mencoba. Model pembelajaran ini memerlukan waktu yang tidak sedikit, karena melewati berapa tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran.

B. Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Terdapat begitu banyak definisi tentang kreativitas dilihat dari sudut pandang masing-masing. Namun mendefinisikan kreativitas tidak bisa dilakukan dalam salah satu sudut pandang,

37

tetapi kreativitas harus dipahami dari berbagai sudut pandang (divergen). Menurut Rhodes (dalam Isaksen dan dikutip oleh Utami Munandar, 2012), Kreativitas sebagai kemampuan seseorang memiliki empat dimensi, yaitu : pribadi (person), pendorong (press), proses (process), dan produk (product). Definisi pribadi/individu (person), kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis: intelegensi, gaya kognitif dan kepribadian atau motivasi. Ketiga atribut ini membantu memahami apa yang melatarbelakangi individu kreatif. Definisi pendorong (press), kreativitas adalah merupakan dorongan dan dukungan dari lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu. Definisi proses, kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menemukan masalah sampai menyampaikan hasil yang meliputi seluruh proses kreatif dan ilmiah. Definisi produk kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru, produk

38

kreatif, dapat juga berupa kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial.

Merujuk pendapat tersebut di atas bahwa kreativitas seseorang itu dapat diketahui dari individu yang memiliki keunikan, cerdas, banyak akal, dan berbakat; memiliki motivasi yang kuat untuk menghasilkan sesuatu; mampu merencanakan, mengerjakan sampai menunjukkan hasil karyanya dengan kreatif dan ilmiah; dan mampu menghasilkan karya yang kreatif/baru yang berbeda dengan yang lainnya.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dengan cara menghargai gagasan baru, menciptakan atau menghasilkan sesuatu hasil karya atau ide-ide yang baru yang bermakna bagi dirinya maupun masyarakat. Seseorang yang kreatif, berpeluang untuk mampu memberikan suatu sumbangan bermakna kepada ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta produk-produk kreatif untuk kesejahteraan diri dan masyarakat.

39

Setiap orang memiliki potensi untuk kreatif. Sejak lahir individu sudah memperlihatkan kecenderungan mengak-tualisasikan dirinya. Menangis saat merasa tidak nyaman, haus, dan lapar atau mungkin meminta perhatian orang dewasa di sekitarnya. Namun demikian agar potensi tersebut bisa berkembang optimal maka kreativitas perlu dilatih dan dikembangkan baik melalui sekolah maupun di luar sekolah dalam upaya pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.

2. Tujuan Pengembangan Kreativitas

Di atas telah dijelaskan bahwa sebenarnya manusia itu terlahir dengan potensi kreatif, tetapi potensi tersebut tidak akan dapat berkembang secara optimal apabila tidak dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu, pengembangan kreativitas sangat diperlukan.

Secara umum tujuan pengembangan kreativitas peserta didik adalah agar peserta didik kreatif dalam segala hal baik dalam ranah kognisi, sikap, dan keterampilan dalam

40

menciptakan produk-produk atau karya yang baru/kreatif. Menurut Munandar (1999), tujuan pengembangan kreativitas dibagi menjadi empat yaitu:

1) Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia sebegaimana teori yang di kembangkan oleh Maslow.

2) Kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.

3) Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu.

4) Sikap, pemikiran, dan perilaku kreatif yang dipupuk sejak dini akan meningkatkan kualitas hidup manusia.

Merujuk pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pengembangan kreativitas peserta didik adalah :

41

(a) Memenuhi kebutuhan pokok untuk menjadi manusia yang dapat mengaktualisasikan dirinya di lingkungan sekitarnya; (b) Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif : memunculkan

ide-ide baru, kelancaran mengemukakan gagasan, dan penyelesaian/pemecahan terhadap suatu masalah;

(c) Menanamkan sikap berani, ulet, gigih, sabar, menghargai pendapat, ide/gagasan orang lain dan bekerjasama denganorang lain.

(d) Meningkatkan kemampuan dalam menghasilkan dan menunjukkan karya/produk kreatif.

3. Ciri-ciri Kreativitas

Ciri-ciri kreativitas secara umum dapat dilihat dari tiga ranah yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik. Menurut Pedoman Diagnostik Potensi Peserta Didik (Depdiknas 2004) disebutkan ciri-ciri kreativitas antara lain sebagai berikut. (a) Menunjukan rasa ingin tahu yang luar biasa, (b) Menciptakan berbagai ragam dan jumlah gagasan guna memecahkan

42

persoalan, (c) Sering mengajukan tanggapan yang unik dan pintar, (d) Berani mengambil resiko, (e) Suka mencoba, dan (f) Peka terhadap keindahan dan segi estetika dari lingkungan.

Menurut Utami Munandar (2009), ciri-ciri kreativitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu ciri kognitif dan ciri non-kognitif. Ciri kognitif dari kreativitas terdiri dari orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran dan elaboratif, sedangkan ciri non kognitif dari kreativitas meliputi motivasi, kepribadian, dan sikap kreatif.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, yang dimaksud kreativitas dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk menciptakan ide, gagasan, dan berkreasi untuk memecahkan masalah atau mengatasi permasalahan secara individu maupun kelompok dan produk/karya kreatif. Ciri kreativitas atau orang kreatif secara garis besar menurut para ahli dapat disimpulkan, yaitu : memiliki kemampuan dalam melihat masalah, memiliki kemampuan menciptakan ide atau gagasan untuk memecahkan masalah, terbuka pada hal-hal baru serta menerima hal-hal tersebut serta mencipta atau menghasilkan produk/karya kreatif.

43

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas a. Faktor Pendukung

Umumnya kreativitas berkaitan dengan kebebasan pribadi. Artinya seorang anak yang kreatif biasanya berlatar belakang dari keluarga yang memberikan kebebasan, rasa aman, kepercayaan, dan kasih sayang kepada anaknya.

Menurut Rachmawati (2005), ada beberapa faktor pendukung dan penghambat pengembangan kreativitas yaitu: 1) Rangsangan Mental, 2) Iklim dan Kondisi Lingkungan, 3) Peran Guru, dan 4) Peran Orang Tua.

1) Rangsangan Mental. Kreatif dapat muncul jika anak mendapatkan rangsangan mental yang mendukung seperti: pemberian rasa aman dan kasih 43ystem agar anak mampu mengembangkan berbagai macam potensi pribadi kreatif seperti percaya diri, keberanian, ketahanan diri, dan lain sebagainya.

44

2) Iklim dan Kondisi Lingkungan. Kondisi lingkungan di sekitar peserta didik yang memberikan kebebasan untuk berkreasi, sangat berpengaruh besar dalam menumbuh kembangkan kreativitas peserta didik.

3) Peran Guru. Guru adalah tokoh bermakna dalam kehidupan anak. Guru yang mampu memberikan stimulasi dan memberikan kesempatan anak untuk bereksplorasi terhadap hal-hal baru akan berpengaruh terhadap perkembanga kreativitas peserta didik.

4) Peran Orang Tua. Peran orang tua dalam mendukung dan memfasilitasi anak dalam berkreasi akan dapat mendorong tumbuhnya kreativitas anak. Berapa hal yang dapat diperankan orang tua dalam mendukung kreativitas anak antara lain: menghargai pendapat anak, mendorong untuk berani mengungkapkan sesuatu hal, memberi waktu kepada anak untuk berpikir dan berkarya, mendorong anak berani mengambil keputusan sendiri, menghargai apa yang dicoba, dilakukan, dan dihasilkan anak.

45

b. Faktor Penghambat

Ada beberapa hal yang dapat menghambat perkembangan kreativitas. Menurut Munandar (2009), penghambat kreativitas diantaranya adalah sebagai berikut. 1) Evaluasi, 2) Hadiah, 3) Persaingan, 4) Lingkungan.

1) Evaluasi, evaluasi yang kurang tepat dan tidak jelas serta dengan waktu yang kurang pula akan dapat

Dokumen terkait