• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK PAKET C KELAS XI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK PAKET C KELAS XI"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS

PESERTA DIDIK PAKET C KELAS XI

Penyusun: Drs. Djito, M.Pd

Dra. Lilik Sulistyowati

Ni Nyoman Sumarni, SST, M.Pd

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT PROVINSI BALI

TAHUN 2020

(2)

130

MODEL

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS PESERTA

DIDIK PAKET C KELAS XI

OLEH :

TIM PENGEMBANG BP PAUD DAN DIKMAS BALI : Drs. Djito, M.Pd.

Dra. Lilik Sulistyowati Ni Nyoman Sumarni, S.ST. M.Pd.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT PROVINSI BALI

(3)
(4)
(5)

131

Judul : Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik Paket C Kelas XI

PENYUSUN : Drs. Djito, M.Pd. Dra. Lilik Sulistyowati

Ni Nyoman Sumarni, S.ST. M.Pd.

Penerbit

Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (BP PAUD Dan Dikmas ) Bali

(6)

138

LEMBAR PENGESAHAN

Pengarah :

1. Dirjen PAUD Dikmas, Dikdasmen 2. Direktur PMPK

3. Kepala BP PAUD Dan Dikmas Provinsi Bali

Penanggung Jawab

Koordinator Penanggungjawab Program dan SDM

Narasumber Profesional :

1. Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd 2. Drs. Made Diksa, M.Pd

Tim Pengembang :

Ketua : Drs. Djito, M.Pd NIP. 196211121983032023 Anggota :

1. Dra. Lilik Sulistyowati , NIP. 196102091983031011

2. Ni Nyoman Sumarni,SST.M.Pd, NIP.19610331 1984022002

(7)

136

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

NASKAH MODEL DAN PERANGKATNYA

Kami yang bertanda tangan di bawah ini :

No Nama/NIP Jabatan Pamong

Belajar Jabatan dalam Tim Pengembang 1 Drs. Djito, M.Pd NIP.196102091983031011 Pamong Belajar Madya Ketua/Anggota

2 Dra. Lilik Sulistyowati NIP.196211121983032023 Pamong Belajar Madya Anggota 3 Ni Nyoman Sumarni, SST.M.Pd NIP.196103311984022002 Pamong Belajar Madya Anggota

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa naskah model dan perangkatnya dengan judul sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik Paket C Kelas XI

2. Panduan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik Paket C Kelas XI

3. Panduan Penilaian Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik Paket C kelas XI

Merupakan hasil karya asli kami dan bukan menjiplak karya orang lain.

(8)

137

Demikian Pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka kami bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam kedinasan.

Denpasar, Desember 2020

Yang Membuat Pernyataan

1. Drs. Djito, M.Pd.

NIP.196102091983031011

2. Dra. Lilik Sulistyowati NIP.196211121983032023

3. Ni Nyoman Sumarni, SST.M.Pd

NIP.196103311984022002

(9)

124

SAMBUTAN

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, mengamanatkan cita-cita kemerdekaan untuk menjadi bangsa maju yang sejahtera, cerdas, tertib dan berkarakter, damai, abadi serta berkeadilan sosial.

Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, melalui Visi Indonesia 2045 yaitu Indonesia Maju, penguatan proses transformasi ekonomi dalam rangka mencapai tujuan pembangunan tahun 2045 menjadi fokus utama dalam rangka pencapaian infrastruktur, kualitas sumber daya manusia (SDM), layanan publik, serta kesejahteraan rakyat.

Sebagai salah satu unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (BP PAUD dan Dikmas) Provinsi Bali sesuai Permendikbud No. 26 Tahun 2020 mempunyai tugas mengembangkan Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. BP PAUD dan Dikmas Provinsi Bali diharapkan mampu mewarnai terwujudnya arah kebijakan dan tujuan pembangunan pendidikan nasional khususnya bidang PAUD dan Dikmas.

(10)

125

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik Paket C Kelas XI, disusun sebagai pedoman bagi pendidik dalam melaksanakan pembelajaran agar peserta didik dapat meningkatkan kreativitasnya. Dalam Model ini, secara rinci akan dijabarkan tentang perencanaan, langkah-langkah pelaksanaan, serta penilaian pembelajaran untuk mempermudah pendidik dalam menerapkan model pembelajaran ini kepada peserta didik.

Dalam kesempatan ini saya atas nama pimpinan lembaga mengucapkan terimakasih kepada tim pengembang model, pendidik dan tenaga kependidikan satuan PAUD dan Dikmas, pemangku kepentingan di lokasi ujicoba pengembangan model, dan semua pihak yang telah berpartipasi aktif, bekerja bersama-sama dalam mendukung tugas dan fungsi balai. Semoga amal baik Bapak/Ibu/Saudara mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Aamiin.

Denpasar, Desember 2020

Kepala,

Dra. Endah Warsiati, M.Pd NIP. 196402221991032001

(11)

126

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik Paket C Kelas XI dapat kami susun tepat pada waktunya.

Model Pembelajaran ini disusun sebagai pedoman dalam pembelajaran pendidikan kesetaraan paket C dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik Paket C kelas XI. Secara rinci, model ini menjabarkan tentang langkah-langkah pembelajaran dan penilaian dengan pendekatan berbasis masalah.

Dalam penyusunan model ini, banyak pihak yang telah terlibat. Untuk itu melalui kesempatan ini ijinkanlah kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Kepala Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Provinsi Bali beserta staf atas dukungannya sehingga kegiatan ini dapat terlaksana.

2. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan, Karangasem, Bangli dan Gianyar, yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan Ujicoba Operasional di wilayah kerjanya.

(12)

127

3. Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd. selaku Akademisi yang telah membimbing kami dalam kegiatan pengembangan model.

4. Drs. Made Diksa, M.Pd selaku praktisi yang banyak membantu dalam kegiatan pengembangan model.

5. Kepala dan karyawan SPNF SKB Karangasem, SPNF SKB Bangli, SPNF SKB Gianyar dan SPNF SKB Tabanan yang telah bersedia membantu dalam pelaksanaan Ujicoba operasional Model pembelajaran Berbasis masalah untuk meningkatkan Kreativitas Peserta Didik Paket C Kelas XI.

6. Rekan-rekan pamong belajar, staf, dan pihak-pihak yang tidak dapat kami sebut satu persatu yang telah banyak membantu tim pengembang selama proses pengembangan model ini

Semoga amal baik Bapak/Ibu/Saudara mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Besar harapan kami agar model ini dapat bermanfaat bagi penyelenggara dan pendidik/tutor dalam meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik khususnya dalam meningkatkan kreativitas peserta didik sehingga kompetensi minimal literasi dan numerasi serta sikap yang baik dapat dicapai. Aamiin.

Denpasar, Desember 2020 Tim Pengembang

(13)

128

DAFTAR ISI

Hal HALAMAN JUDUL ……….. i LEMBAR PENGESAHAN ……….. ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ………. iii

KATA SAMBUTAN ……….. v

KATA PENGANTAR ……….. vii

DAFTAR ISI ………. viii

DAFTAR GAMBAR ………. x

DAFTAR TABEL ……….. xii

BAB I PENDAHULUAN ………. A. Latar Belakang ………. 1

B. Dasar Hukum ………. 10

C. Tujuan ………. 12

D. Manfaat ……….. 13

E. Hasil yang diharapkan ……….. 14

(14)

129

BAB II KONSEP MODEL YANG DIKEMBANGKAN

A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ……….. 16

B. Kreativitas ………. 36

C. Krakteristik Model ………… ……… 53

D. Prototipe ……… 54

BAB III PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN A. Program Paket C……… 61

B. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ……….. 84

BAB IV PENJAMINAN MUTU A. Monitoring ………. 101

B. Evaluasi………. 106

C. Tehnik-tehnik yang digunakan ……… . 108

D. Pelaporan………... 109

BAB V PENUTUP A. Harapan-harapan Model ……… 110

B. Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi … 111

Kepustakaan………. 113

Lampiran-lampiran ……… 117

(15)

133

DAFTAR GAMBAR

Gambar No

Keterangan Hal 2.1 Pendidik /Tutor sedang berdiskusi dengan

peserta didik

16 2.2 Fase Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis

Masalah

25 2.3 Dimensi Kreativitas 50 2.4 Prototipe Model 55 3.1 Proses Kegiatan belajar Pendidikan Paket

C

61 3.2 Pembelajaran memalui daring 71 3.3 Pembelajaran dengan Modul 73 3.4 Pembelajaran dengan Aplikasi WhatsApp 74 3.5 Pendidik dan pengelola sedang berdikusi

persiapan pembelajaran

75 3.6 Pembelajaran dengan sarana Komputer 76 3.7 Pembelajaran di dalam kelas 77 3.8 Pembelajaran dengan sarana daring 78

(16)

134

3.9 Pendidik sedang memberikan orientasi kepada peserta didik tentang materi yang akan dibahas bersama

91

3.10 Peserta dibagi dalam kelompok kecil 92 3.11 Peserta didik sedang beriskusi dalam

membahas materi

93 3.12 Peserta didik sedang memperlihatkan

keterampilanya

94 3.13 Pendidik sedang merevisi hasil karya

peserta didik

95 3.14 Peserta didik sedang bekerja

bersamasama untuk membuka usaha

100

(17)

135

DAFTAR TABEL

Tabel No

Keterangan Hal 2.1 Indikator Pengembangan Kreativitas 51 3.1 Struktur Kurikulum Paket C 69

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dan strategis bagi penyiapan generasi penerus suatu bangsa. Oleh karena itu setiap negara memberikan prioritas yang tinggi terhadap pendidikan bagi warga negaranya, termasuk Indonesia.

(19)

2

Begitu pentingnya pendidikan bagi penyiapan generasi penerus bangsa, maka dalam UUD 1945 telah diamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan (Pasal 31, ayat 1). Oleh karenanya, pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan yang bermutu untuk setiap warga negara. Negara harus memberi kesempatan pendidikan yang sama kepada semua warga negara tanpa kecuali. Artinya, warga negara yang karena sesuatu hal terpaksa tidak bisa mengikuti pendidikan di jalur sekolah (jalur pendidikan formal), harus dijamin memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang setara melalui jalur pendidikan luar sekolah (jalur nonformal).

Sejak awal kehadirannya di kancah pembangunan pendidikan di tanah air, fungsi pendidikan kesetaraan sebagai bagian dari pendidikan nonformal adalah mengembangkan potensi peserta didik (warga belajar) dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan akademik dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Adapun

(20)

3

tujuan utama pendidikan kesetaraan ke depan adalah: (1) menjamin penyelesaian pendidikan dasar yang bermutu bagi anak yang kurang beruntung (putus sekolah, putus lanjut, tidak pernah sekolah), khususnya perempuan, minoritis etnik, dan anak yang bermukim di desa terbelakang, miskin, terpencil atau sulit dicapai karena letak geografis dan atau keterbatasan transportasi; (2) menjamin pemenuhan kebutuhan belajar bagi semua manusia muda dan orang dewasa melalui akses yang adil pada program-program belajar dan kecakapan hidup; (3) menghapus ketidakadilan gender dalam pendidikan dasar dan menengah; dan (4) melayani peserta didik (warga belajar) yang memerlukan pendidikan akademik dan keterampilan atau kecakapan hidup untuk meningkatkan mutu kehidupannya, (5) berkembangnya teknologi dan kemajuan pada berbagai aspek.

Kurikulum pendidikan kesetaraan dikembangkan dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 24 tahun 2016 tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar pendidikan dasar dan menengah. Kompetensi inti dan kompetensi

(21)

4

dasar tersebut disesuaikan dengan konteks pendidikan kesetaraan dan fungsionalisasi dalam kehidupan sehari hari. Kontekstualisasi dan fungsionalisasi ini tidak mengurangi derajat kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.

Untuk memastikan kualitas lulusan pendidikan kesetaraan adalah setara dengan pendidikan formal, maka pengembangan kurikulum pendidikan kesetaraan dilakukan dengan mengacu dan melalui kontekstualisasi kompetensi inti dan kompetensi dasar dari kurikulum pendidikan formal serta disesuaikan dengan masalah, tantangan, kebutuhan dan karakteristik pendidikan kesetaraan. Kontekstualisasi yang dilakukan mencakup konseptualisasi, rincian materi, kejelasan ruang lingkup, deskripsi kata kerja operasional dan rumusan kalimat sehingga mudah diajarkan/dikelola oleh pendidik (teachable); mudah dipelajari oleh peserta didik (learnable); terukur pencapaiannya (measurable assessable), dan bermakna dan relevan untuk dipelajari (worth to learn) peserta didik.

(22)

5

Kebijakan Dirjen PAUD dan Dikmas tentang pemberlakuan kurikulum 2013 dengan konteks pendidikan kesetaraan dan fungsionalisasi dalam kehidupan sehari-hari untuk pendidikan kesetaraan, harus sudah diterapkan pada tahun ajaran 2019/2020. Demikian pula dengan kebijakan baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang mulai tahun 2020/2021 penilaian berupa ujian nasional tidak lagi diberlakukan untuk semua jenjang pendidikan. Penilaian akhir yang digunakan adalah cukup penilaian oleh satuan pendidikan yang disebut dengan assessment kompetensi minimal (literasi membaca dan literasi numerasi) dan survey karakter peserta didik. Dengan penilaian tersebut diharapkan peserta didik tidak hanya sekedar memiliki kemampuan menghafal tetapi lebih dari itu peserta didik dituntut untuk mampu berpikir kreatif sehingga mampu menguasai kompetensi minimal literasi dan numerasi serta mampu menunjukkan kreativitasnya dalam berbagai bidang kehidupan.

Berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental yang digunakan seseorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru, baik

(23)

6

berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada. Adapun kreativitas pada dasarnya adalah merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menciptakan/memodifikasi dan melakukan suatu hal baru, cara-cara baru, model baru, produk baru yang berguna bagi dirinya dan masyarakat lainnya. Kreativitas sangat diperlukan oleh setiap orang karena dengan kreativitasnya seseorang akan mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi. Anak yang kreatif akan mudah mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupannya serta mudah menyesuaikan dengan tuntutan zaman. Tetapi sebaliknya anak kurang kreatif akan sulit mengatasi permasalahan hidupnya dan akan tertinggal oleh kemajuan zaman.

Kemampuan berpikir kreatif/kreativitas peserta didik pendidikan kesetaraan paket C sangatlah diperlukan, tidak saja dalam pencapaian kompetensi minimal akademik tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam pencapaian kompetensi minimal (literasi dan numerasi) jelas diperlukan kemampuan

(24)

7

berpikir kreatif karena tanpa adanya kemampuan berpikir kreatif peserta didik tidak akan mampu mencapai kompetensi minimal sebagaimana yang diinginkan. Demikian pula dalam kehidupan di masyarakat, tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dalam berbagai bidang kehidupan memerlukan kreativitas seseorang untuk mampu mencari jalan keluar sehingga permasalahan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, pengembangan kreativitas peserta didik pendidikan kesetaraan paket C sangat dibutuhkan.

Hasil studi pendahuluan di empat satuan pendidikan kesetaraan paket C SPNF : SKB Kabupaten Tabanan, SKB Kabupaten Gianyar, SKB Kabupaten Karangasem, dan SKB Kabupaten Bangli, diperoleh hasil bahwa: secara potensial sebenarnya peserta didik pendidikan kesetaraan paket C telah memiliki kreativitas. Hal ini dibuktikan dengan dimilikinya usaha-usaha tertentu yang digelutinya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tetapi, dalam proses pembelajaran di kelas XI, lebih diarahkan pada pencapaian aspek pengetahuan khususnya

(25)

8

mengacu pada persiapan ujian kenaikan kelas atau ujian akhir sehingga belum mendukung kreativitas peserta didik secara optimal. Pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh tutor selama ini umumnya dengan metode: ceramah, tanyajawab, penugasan, dan diskusi kelompok. Hasil pengamatan terhadap peserta didik, umumnya mereka masih merasa malu-malu atau takut dalam mengemukakan pendapat atau argumen serta belum memiliki keberanian untuk unjuk kerja di depan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas peserta didik belum optimal.

Untuk mengembangkan kreativitas peserta didik, diperlukan proses pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran adalah sesuatu aktivitas pemberian pengetahuan, sikap dan keterampilan yang terencana sehingga peserta didik mampu mencapai kompetensi yang diharapkan. Oleh karena, itu model-model pembelajaran yang tepat dalam upaya peningkatan kreativitas peserta didik adalah sangat diperlukan.

Salah satu model yang dipandang tepat untuk dikembangkan dalam meningkatkan kreativitas peserta didik

(26)

9

pendidikan kesetaraan paket C adalah Problem Based Learning (PBL) atau model pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah untuk mengawali proses pembelajaran, sehingga dapat merangsang peserta didik untuk kreatif dalam belajar secara individu maupun kelompok sampai menemukan solusi dari masalah yang dihadapi. Model pembelajaran berbasis masalah memungkinkan mengangkat masalah tertentu untuk dijadikan sebuah tema, dan tema tersebut dapat dilaksanakan secara terpadu yang menggabungkan suatu konsep dalam beberapa materi, pelajaran atau bidang studi menjadi satu tema atau topik pembahasan tertentu sehingga terjadi integrasi antara pengetahuan, keterampilan dan nilai yang memungkinkan siswa aktif menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.

Dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, diharapkan dapat meningkatkan kreativitas peserta didik sehingga kompetensi literasi dan numerasi serta karakter dapat

(27)

10

dicapai. Terkait dengan hal tersebut di atas, maka pada tahun 2020 Balai Pengembangan PAUD dan Dikmas Bali mengembangkan “Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik Paket C Kelas XI”.

B. Dasar Hukum

Sebagai dasar hukum dalam pengembangan model adalah sebagai berikut.

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Peraturan Presiden Nomor 14 tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 63 tahun 2009 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan

4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 Tahun 2013 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Nonformal. 5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 20 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.

(28)

11

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 21 tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. 7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 22 tahun

2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 24 tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Menengah.

10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 26 tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat.

11. Peraturan Direktur Jenderal PAUD dan Dikmas Nomor 02 tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Model PAUD Dan Dikmas.

12. Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) BP PAUD Dan Dikmas Bali Tahun 2020

(29)

12

C. Tujuan

Tujuan pengembangan model sebagai berikut. 1. Tujuan Umum:

Memberikan acuan atau pedoman bagi pendidik dan pengelola satuan pendidikan kesetaraan paket C dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kreativitas peserta didik paket C kelas XI.

2, Tujuan Khusus:

2.1. Satuan pendidikan kesetaraan paket C dapat melaksanakan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kreativitas peserta didik paket C kelas XI.

2.2. Satuan pendidikan kesetaraan paket C dapat melakukan penilaian kepada peserta didik dalam pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kreativitas peserta didik paket C kelas XI.

(30)

13

D. Manfaat

1. Bagi Peserta Didik Paket C Model ini bermanfaat untuk:

a. Meningkatkan kreativitas peserta didik;

b. Meningkatkan pencapaian kompetensi minimal (literasi, numerasi) dan karakter peserta didik;

c. Mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran dan dalam kehidupan sehari-hari;

d. Penerapan strategi pembelajaran Luring, Daring, dan Kombinasi memungkinkan peserta didik dapat mengikuti pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisinya.

2. Bagi Pendidik

a. Sebagai bahan acuan dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kreativitas peserta didik paket C kelas XI.

b. Sebagai acuan dalam peningkatan mutu pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum K-13.

(31)

14

c. Penerapan strategi Luring, Daring dan Kombinasi memungkinkan pendidik dapat menerapkan pembelajaran dengan alternatif sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik.

3. Bagi Penyelenggara Satuan Pendidikan

a. Sebagai pedoman bagi satuan pendidikan kesetaraan paket C atau penyelenggara satuan lainnya dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kreativitas peserta didik paket C kelas XI.

b. Sebagai bahan motivasi bagi pengelola satuan pendidikan paket C untuk mencapai satuan pendidikan yang bermutu. c. Penerapan strategi Luring, Daring dan Kombinasi

memungkinkan satuan dapat memperluas layanan kepada peserta didik di manapun berada.

E. Hasil yang Diharapkan

Tersusunnya perangkat model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kreativitas peserta didik paket C kelas XI yang meliputi:

(32)

15

1. Model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kreativitas peserta didik paket C kelas XI.

2. Panduan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kreativitas peserta didik paket C kelas XI.

3. Panduan penilaian pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kreativitas peserta didik paket C kelas XI.

(33)

16

BAB II

KONSEP MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS

PESERTA DIDIK PAKET C KELAS XI

Gambar 2.1

Tutor sedang berdiskusi dengan peserta didik A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Untuk pembahasan model pembelajaran berbasis masalah, berikut ini secara rinci akan dibahas hal-hal sebagai berikut. (1) Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah, (2) Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah, (3) Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Masalah, (4)

(34)

Langkah-17

Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah, dan (5) Kelebihan dan kelemahan.

1. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah konsep belajar penemuan atau discovery learning. Pembelajaran berbasis masalah pada dasarnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah actual sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar berpikir kreatif dan terampil dalam pemecahan masalah. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah akan membawa peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan konsep-konsep yang esensial dari materi pembelajaran.

Problem Based Learning adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan

(35)

18

memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan Duch (dalam Aris Shoimin, (2014). Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2011), menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi peserta didik dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata termasuk di dalamnya belajar. Hal senada juga dikemukakan oleh Arends (dalam Trianto, 2007), pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran dimana peserta didik mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berfikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

Dari ketiga pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang digunakan untuk merangsang peserta didik berpikir tingkat tinggi/kreatif yang berorientasi pada masalah dunia nyata.

(36)

19

2. Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Masalah a. Tujuan

Setiap pengembangan model pembelajaran, memiliki tujuan masing-masing sesuai dengan karakteristik model yang dikembangkan. Menurut Rusman (2010) tujuan model pembelajaran berbasis masalah adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristik dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan karakteristik model pembelajaran berbasis masalah yaitu belajar tentang kehidupan yang lebih luas, keterampilan memaknai informasi, kolaboratif, dan belajar tim, serta kemampuan berpikir reflektif dan evaluatif. Menurut Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2010) tujuan model pembelajaran berbasis masalah secara lebih rinci yaitu: (1) membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah; (2) belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata dan; (3) menjadi para peserta didik yang otonom atau mandiri.

(37)

20

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut.

(1) Membina sikap dan cara berpikir kreatif;

(2) Memberikan keterampilan mengatasi masalah;

(3) Belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata;

(4) Menjadi peserta didik yang otonom atau mandiri;

(5) Belajar keterampilan memaknai informasi, kolaboratif, dan belajar menjadi teamwork.

Pembelajaran berbasis masalah, peserta didik tidak hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh tutor, tetapi peserta didik juga dapat belajar dari peserta didik lainnya serta mempunyai kesempatan untuk membelajarkan peserta didik yang lainnya. Pembelajaran berbasis masalah, peserta didik dibiasakan untuk menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapinya sehingga kemampuan peserta didik untuk belajar mandiri dapat lebih ditingkatkan dan pada

(38)

21

gilirannya akan mengoptimalkan prestasi belajar dan meningkatkan kreativitas peserta didik.

b. Manfaat

Manfaat yang ingin diperoleh dalam penerapan pendekatan pembelajaran berbasis masalah adalah meningkatnya kemampuan peserta didik untuk berpikir kreatif, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah malalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.

Pembelajaran berbasis masalah membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa secara otentik, memungkinkan peserta didik untuk mendapatkan rasa percaya diri atas kemampuan yang dimilikinya sendiri, serta menjadi peserta didik yang mandiri”.

Jadi dalam penerapan pembelajaran berbasis masalah tugas tutor adalah lebih banyak merumuskan tugas-tugas

(39)

22

kepada peserta didik daripada hanya untuk menyajikan tugas-tugas pelajaran kepada peserta didik.

3. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Arends (dalam Hariyanto dan Warsono, 2012) ciri yang paling utama dari model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut. (a) Pengajuan pertanyaan atau masalah, (b) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu, (c) Penyelidikan autentik (nyata), (d) Menghasilkan produk dan memamerkannya, dan (e) Kolaboratif.

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah

Pertanyaan atau masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah haruslah: (1) otentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata peserta didik; (2) jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, tidak menimbulkan masalah baru; (3) mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik; (4) luas dan sesuai tujuan pembelajaran; dan (5)

(40)

23

bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi peserta didik;

b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu

Untuk dapat memecahkan masalah-masalah aktual, peserta didik dapat menyelidiki dari berbagai disiplin ilmu yang terkait. Oleh karena itu pembelajaran bebasis masalah berkaitan antar disiplin ilmu.

c. Penyelidikan autentik (nyata).

Dalam pembelajaran berbasis masalah, peserta didik melakukan penyelidikan, menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan dan menggambarkan hasil akhir.

d. Menghasilkan produk dan memamerkannya

Peserta didik berkewajiban menyusun hasil belajarnya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya;

(41)

24

e. Kolaboratif

Tugas-tugas belajar berupa masalah diselesaikan bersama-sama antar peserta didik.

Berdasarkan pendapat Arends di atas secara garis besar karakteristik model pembelajaran berbasis masalah, dimulai dengan memberikan masalah yang jelas pada peserta didik yang berakar pada kehidupan dunia nyata, kemudian peserta didik mengumpulkan data/informasi, melakukan eksperimen dan menarik kesimpulan secara berkelompok, sehingga peserta didik sangat berperan aktif dan tutor sebagai fasilitator.

4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Arends (dalam Hariyanto dan Warsono, 2012), terdapat lima langkah atau tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah yaitu : (a) Orientasi peserta didik pada masalah, (b) Mengorganisasi peserta didik untuk belajar, (c) Membimbing penyelidikan individu atau kelompok, (d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan (e) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

(42)

25

Secara skematik langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah tersebut dapat digambarkan seperti berikut.

Gambar 2.2

Fase Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah b. Orientasi peserta didik pada masalah

Pada tahapan ini, tutor menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan secara singkat bahan-bahan yang diperlukan bagi penyelesaian masalah serta emberikan motivasi kepada peserta didik agar menaruh perhatian terhadap aktivitas penyelesaian masalah.

(43)

26

b. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar

Untuk selanjutnya, tutor mengorganisasikan pem-belajaran, membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar (menetapkan topik, tugas, jadwal), agar relevan dengan penyelesaian masalah. Dalam hal ini peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan masalah-masalah yang berbeda. Pemecahan masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya.

Selanjutnya tutor memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.

(44)

27

c. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Penyelidikan adalah inti dari pembelajaran berbasis masalah. Dalam hal ini setelah peserta terbagi dalam kelompok-kelompok kecil dan mengetahui permasalahan masing-masing, maka langkah selanjutnya peserta didik dituntut untuk dapat melakukan pengumpulan data dan eksperimen, serta menyampaikan hasil pemecahan masalahnya.

Tutor dapat membantu peserta didik untuk mengum-pulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan mengajukan pertanyaan pada peserta didik untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah.

d. Mengembangkan dan menyajikan artifak (hasil karya) dan memamerkannya

(45)

28

Hasil-hasil karya yang telah dikerjakan pada tahap penyelidikan, seperti: laporan tertulis, video, sajian multimedia, produk-produk keterampilan dan sebagainya untuk selanjutnya dipamerkan.

Tutor berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan peserta didik kelas lainnya. Tutor, orangtua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah

Tahap ini merupakan tahap akhir dalam pembelajaran berbasis masalah. Tahap ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan.

Selama tahapam ini tutor meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Apakah mereka sudah paham tentang masalah?, Apakah mereka yakin sudah bisa

(46)

29

memecahkan masalahnya dengan benar?, Apakah merasa puas dengan hasil pemecahan masalah yang telah dilakukan?

Berdasarkan uraian tersebut di atas langkah-langkah pembelajaran (sintaks pembelajaran) yang dilakukan dalam pengembangan ini adalah sebagai berikut:

(1) Penyajian Masalah Otentik

Pertama-tama peserta didik disajikan suatu masalah yang aktual/otentik sesuai bidang studi saat itu atau masalah yang benar-benar nyata dalam kehidupan peserta didik. Tutor memberikan penegasan tentang masalah-masalah tersebut, tutor memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan masalah apa yang akan dipelajari. Selanjutnya tutor menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan alat dan bahan yang diperlukan, serta memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif pada pemecahan masalah.

(47)

30

(2) Mengorganisir Kelompok

Peserta diorganisir dalam kelompok-kelompok kecil 2-3 peserta didik, dengan pertimbangan: kedekatan, kecocokan, kesepahaman, dan diupayakan dalam setiap kelompok tersebut terdapat salah seorang yang berpikiran kritis dan kreatif agar dapat memandu temannya dalam satu kelompok.

(3) Berkolaborasi Memecahkan Masalah dengan Melibatkan Berbagai Disiplin Ilmu

Kelompok-kelompok tersebut berkolaborasi untuk memecahkan masalah yang telah disepakati bersama. Mereka secara bersama-sama mengumpulkan dan mengklarifikasi fakta-fakta suatu kasus kemudian mendefinisikan sebuah masalah. Mereka diharapkan saling tukar gagasan atau argumentasi dengan berpijak pada pengetahuan/referensi dari berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapinya. Mereka mengidentifikasi dan menelaah apa yang mereka

(48)

31

butuhkan untuk menyelesaikan masalah serta apa yang mereka tidak ketahui. Mereka juga mendisain suatu rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah. Tutor dalam hal ini hanya memfasilitasi kegiatan tersebut, sehingga kegiatan berjalan dengan lancar.

(4) Penyajian Solusi dari Masalah

Mendorong peserta didik untuk mampu merencanakan, menyiapkan, dan menyajikan hasil karya atau solusi atas masalah yang berhasil dipecahkan bersama kelompok dengan penyajian yang sistematis serta penuh keberanian dan kemandirian.

(5) Mereview

Peserta didik bersama-sama dengan tutor, mereview terhadap penyelidikan, proses, dan hasil yang mereka diskusikan. Hal ini penting untuk diketahui apakah solusi pemecahan masalah yang diambil sudah tepat atau masih memerlukan perbaikan-perbaikan.

(49)

32

5. Kelebihan, Kelemahan dan Solusi Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran berbasis masalah antara lain sebagai berikut.

a. Kelebihan

Aris Shoimin (2014) berpendapat bahwa kelebihan model Problem Based Learning diantaranya sebagai berikut.

1) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata.

2) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar.

3) Pembelajaran berfokus pada masalah, sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi.

(50)

33

5) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber penge-tahuan, baik dari perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi.

6) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.

7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.

8) Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan dengan menggunakannya model pembelajaran berbasis masalah yaitu:

(a) Melatih peserta didik memiliki kemampuan berfikir kreatif, kemampuan memecahkan masalah, dan membangun pengetahuannya sendiri.

(51)

34

(b) Terjadinya peningkatan dalam aktivitas ilmiah peserta didik serta terbiasa belajar melalui berbagai sumber-sumber pengetahuan yang relevan.

(c) Mendorong peserta didik melakukan evaluasi atau menilai kemajuan belajarnya sendiri.

(d) Peserta didik lebih mudah memahami suatu konsep jika saling mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan temannya.

b. Kelemahan

Ada beberapa kelemahan dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Menurut Suyanti (2010) kelemahan model Problem Based Learning, diantaranya sebagai berikut.

1) Manakala siswa tidak memilki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

(52)

35

2) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui Problem Based Learning membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. 3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk

memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. c. Solusi

1) Memberikan kesempatan kepada peserta didik seluruh kelompok untuk ikut aktif dalam diskusi, apapun perannya dan tidak perlu takut kalau salah.

2) Waktu pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah, tidak selalu harus diselesaikan di kelas, tetapi bisa dilaksanakan di luar kelas/lingkungan sekolah sehingga waktunya bisa leluasa sampai berhasil memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok.

3) Mendorong peserta didik untuk memahami betul permasalahan yang sedang dihadapi, sehingga dari pemahaman tersebut peserta didik berusaha untuk dapat

(53)

36

memecahkan permasalahan dalam kelompok secara bersama-sama.

Setelah mengetahui kelebihan, kelemahan dan solusinya dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah, maka dapat disimpulkan bahwa model berbasis masalah ini membutuhkan minat yang kuat dari peserta didik untuk memecahkan masalah. Apabila peserta didik tidak memiliki minat yang kuat untuk belajar memecahkan masalah maka peserta didik cenderung bersikap enggan untuk mencoba. Model pembelajaran ini memerlukan waktu yang tidak sedikit, karena melewati berapa tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran.

B. Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Terdapat begitu banyak definisi tentang kreativitas dilihat dari sudut pandang masing-masing. Namun mendefinisikan kreativitas tidak bisa dilakukan dalam salah satu sudut pandang,

(54)

37

tetapi kreativitas harus dipahami dari berbagai sudut pandang (divergen). Menurut Rhodes (dalam Isaksen dan dikutip oleh Utami Munandar, 2012), Kreativitas sebagai kemampuan seseorang memiliki empat dimensi, yaitu : pribadi (person), pendorong (press), proses (process), dan produk (product). Definisi pribadi/individu (person), kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis: intelegensi, gaya kognitif dan kepribadian atau motivasi. Ketiga atribut ini membantu memahami apa yang melatarbelakangi individu kreatif. Definisi pendorong (press), kreativitas adalah merupakan dorongan dan dukungan dari lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu. Definisi proses, kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menemukan masalah sampai menyampaikan hasil yang meliputi seluruh proses kreatif dan ilmiah. Definisi produk kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru, produk

(55)

38

kreatif, dapat juga berupa kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial.

Merujuk pendapat tersebut di atas bahwa kreativitas seseorang itu dapat diketahui dari individu yang memiliki keunikan, cerdas, banyak akal, dan berbakat; memiliki motivasi yang kuat untuk menghasilkan sesuatu; mampu merencanakan, mengerjakan sampai menunjukkan hasil karyanya dengan kreatif dan ilmiah; dan mampu menghasilkan karya yang kreatif/baru yang berbeda dengan yang lainnya.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dengan cara menghargai gagasan baru, menciptakan atau menghasilkan sesuatu hasil karya atau ide-ide yang baru yang bermakna bagi dirinya maupun masyarakat. Seseorang yang kreatif, berpeluang untuk mampu memberikan suatu sumbangan bermakna kepada ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta produk-produk kreatif untuk kesejahteraan diri dan masyarakat.

(56)

39

Setiap orang memiliki potensi untuk kreatif. Sejak lahir individu sudah memperlihatkan kecenderungan mengak-tualisasikan dirinya. Menangis saat merasa tidak nyaman, haus, dan lapar atau mungkin meminta perhatian orang dewasa di sekitarnya. Namun demikian agar potensi tersebut bisa berkembang optimal maka kreativitas perlu dilatih dan dikembangkan baik melalui sekolah maupun di luar sekolah dalam upaya pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.

2. Tujuan Pengembangan Kreativitas

Di atas telah dijelaskan bahwa sebenarnya manusia itu terlahir dengan potensi kreatif, tetapi potensi tersebut tidak akan dapat berkembang secara optimal apabila tidak dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu, pengembangan kreativitas sangat diperlukan.

Secara umum tujuan pengembangan kreativitas peserta didik adalah agar peserta didik kreatif dalam segala hal baik dalam ranah kognisi, sikap, dan keterampilan dalam

(57)

40

menciptakan produk-produk atau karya yang baru/kreatif. Menurut Munandar (1999), tujuan pengembangan kreativitas dibagi menjadi empat yaitu:

1) Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia sebegaimana teori yang di kembangkan oleh Maslow.

2) Kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.

3) Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu.

4) Sikap, pemikiran, dan perilaku kreatif yang dipupuk sejak dini akan meningkatkan kualitas hidup manusia.

Merujuk pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pengembangan kreativitas peserta didik adalah :

(58)

41

(a) Memenuhi kebutuhan pokok untuk menjadi manusia yang dapat mengaktualisasikan dirinya di lingkungan sekitarnya; (b) Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif : memunculkan

ide-ide baru, kelancaran mengemukakan gagasan, dan penyelesaian/pemecahan terhadap suatu masalah;

(c) Menanamkan sikap berani, ulet, gigih, sabar, menghargai pendapat, ide/gagasan orang lain dan bekerjasama denganorang lain.

(d) Meningkatkan kemampuan dalam menghasilkan dan menunjukkan karya/produk kreatif.

3. Ciri-ciri Kreativitas

Ciri-ciri kreativitas secara umum dapat dilihat dari tiga ranah yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik. Menurut Pedoman Diagnostik Potensi Peserta Didik (Depdiknas 2004) disebutkan ciri-ciri kreativitas antara lain sebagai berikut. (a) Menunjukan rasa ingin tahu yang luar biasa, (b) Menciptakan berbagai ragam dan jumlah gagasan guna memecahkan

(59)

42

persoalan, (c) Sering mengajukan tanggapan yang unik dan pintar, (d) Berani mengambil resiko, (e) Suka mencoba, dan (f) Peka terhadap keindahan dan segi estetika dari lingkungan.

Menurut Utami Munandar (2009), ciri-ciri kreativitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu ciri kognitif dan ciri non-kognitif. Ciri kognitif dari kreativitas terdiri dari orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran dan elaboratif, sedangkan ciri non kognitif dari kreativitas meliputi motivasi, kepribadian, dan sikap kreatif.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, yang dimaksud kreativitas dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk menciptakan ide, gagasan, dan berkreasi untuk memecahkan masalah atau mengatasi permasalahan secara individu maupun kelompok dan produk/karya kreatif. Ciri kreativitas atau orang kreatif secara garis besar menurut para ahli dapat disimpulkan, yaitu : memiliki kemampuan dalam melihat masalah, memiliki kemampuan menciptakan ide atau gagasan untuk memecahkan masalah, terbuka pada hal-hal baru serta menerima hal-hal tersebut serta mencipta atau menghasilkan produk/karya kreatif.

(60)

43

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas a. Faktor Pendukung

Umumnya kreativitas berkaitan dengan kebebasan pribadi. Artinya seorang anak yang kreatif biasanya berlatar belakang dari keluarga yang memberikan kebebasan, rasa aman, kepercayaan, dan kasih sayang kepada anaknya.

Menurut Rachmawati (2005), ada beberapa faktor pendukung dan penghambat pengembangan kreativitas yaitu: 1) Rangsangan Mental, 2) Iklim dan Kondisi Lingkungan, 3) Peran Guru, dan 4) Peran Orang Tua.

1) Rangsangan Mental. Kreatif dapat muncul jika anak mendapatkan rangsangan mental yang mendukung seperti: pemberian rasa aman dan kasih 43ystem agar anak mampu mengembangkan berbagai macam potensi pribadi kreatif seperti percaya diri, keberanian, ketahanan diri, dan lain sebagainya.

(61)

44

2) Iklim dan Kondisi Lingkungan. Kondisi lingkungan di sekitar peserta didik yang memberikan kebebasan untuk berkreasi, sangat berpengaruh besar dalam menumbuh kembangkan kreativitas peserta didik.

3) Peran Guru. Guru adalah tokoh bermakna dalam kehidupan anak. Guru yang mampu memberikan stimulasi dan memberikan kesempatan anak untuk bereksplorasi terhadap hal-hal baru akan berpengaruh terhadap perkembanga kreativitas peserta didik.

4) Peran Orang Tua. Peran orang tua dalam mendukung dan memfasilitasi anak dalam berkreasi akan dapat mendorong tumbuhnya kreativitas anak. Berapa hal yang dapat diperankan orang tua dalam mendukung kreativitas anak antara lain: menghargai pendapat anak, mendorong untuk berani mengungkapkan sesuatu hal, memberi waktu kepada anak untuk berpikir dan berkarya, mendorong anak berani mengambil keputusan sendiri, menghargai apa yang dicoba, dilakukan, dan dihasilkan anak.

(62)

45

b. Faktor Penghambat

Ada beberapa hal yang dapat menghambat perkembangan kreativitas. Menurut Munandar (2009), penghambat kreativitas diantaranya adalah sebagai berikut. 1) Evaluasi, 2) Hadiah, 3) Persaingan, 4) Lingkungan.

1) Evaluasi, evaluasi yang kurang tepat dan tidak jelas serta dengan waktu yang kurang pula akan dapat mengecewakan dan menghambat kreativitas anak

2) Hadiah, pemberian hadiah terhadap anak dalam segala hal dapat merobohkan kreativitas serta dapat merubah motivasi intrinsik pada diri anak.

3) Persaingan, kreativitas akan muncul apabila di lingkungannya terdapat persaingan tentu saja persaingan yang lebih baik sehingga memunculkan daya kreativitas anak.

4) Lingkungan, lingkungan yang membatasi belajar dan kreativitas tidak dapat dikembangkan dengan suatu

(63)

46

paksaan, jika hal ini terjadi maka akan sulit untuk dapat mengembangkan kreativitas anak.

Ditambakan menurut Chen (dalam Nastity, 2016), beberapa hal yang menghambat kreativitas adalah sebagai berikut.

1) Pendekatan pembelajaran yang kurang tepat. Pendidik yang hanya lebih fokus kepada ilmu yang disampiakan tanpa memberikan pemahaman dengan beberapa macam inovasi pengajaran kepada peserta didik.

2) Kurang dalam penerapan sistem evaluasi. Peserta didik hanya dapat lulus dengan orientasi yang sempit dengan hanya menilai apa yang telah dipelajari sebelumnya di kelas tanpa memperhatikan aspek lain, seperti kegiatan ekstrakurikuler, dan

3) Pengajaran dan kurikulum tidak sesuai dengan kebutuhan sosial. Referensi buku yang kurang berkembang dan terkadang sangat membatasi kegiatan inovatif siswa yang ingin mengembangkan potensi dalam kegiatan ekstra-kurikuler.

(64)

47

Dari pendapat para ahli tersebut di atas dapat diketahui bahwa banyak faktor yang menjadi penghambat dalam pengembangan kreativitas anak. Faktor-faktor penghambat tersebut antara lain: 1) Evaluasi, 2) Hadiah, 3) Persaingan, 4) Lingkungan rumah dan masyarakat, 5) Pendekatan dalam pembelajaran, dan 6) Kurikulum yang statis.

5. Meningkatkan Kreativitas Siswa

Sebagaimana diuraikan pada pembahasan sebelumnya, bahwa kreativitas sebenarnya telah ada pada setiap individu sejak dilahirkan, tetapi untuk mencapai pekembangan yang optimal kreativitas harus dikembangkan atau ditingkatkan.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam mening-katkan kreativitas anak perlu merujuk pada empat aspek kreativitas, yakni: pribadi, pendorong, proses dan produk atau lebih dikenal dengan “strategi 4P”.

a) Pribadi

Anak telah memiliki potensi kreatif dan kreativitas itu akan berkembang apabila anak diberikan kebebasan dan kepercayaan untuk mengembangakan potensinya.

(65)

48

Oleh karena itu dalam upaya mengembangkan kreativitas anak, seorang guru/pendidik hendaknya dapat menghargai dan membantu menemukan dan mengembangkan bakat tersebut, dan menerima anak sebagaimana adanya, tanpa syarat dan tuntutan apapun dan memberikan kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya ia mampu berkreasi.

b) Pendorong (Press)

Dorongan diperlukan dalam mewujudkan kreativitas anak. Oleh karena itu, seorang pendidik harus mampu dan berupaya memupuk dan meningkatkan dorongan baik internal maupun eksternal anak agar kreativitas dapat diwujudkan. Perlu diingat, jangan sampai memberikan dorongan eksternal yang berlebihan karena hal tersebut akan melemahkan dorongan internal dalam diri anak. Motivasi dari dalam diri sendiri memiliki peran penting dalam mengembangkan kreativitas anak.

(66)

49

c) Proses

Untuk mengembangkan kreativitas, anak perlu diberi kesempatan untuk melakukan proses kreatif dan ilmiah dari perencaan sampai menunjukkan hasil produk/karya. Dalam hal ini maka sebagai seorang pendidik hendaknya dapat membantu dan memotivasi anak untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif, menyediakan sarana prasarana yang diperlukan anak, memberi kebebasan anak untuk berekspresi baik melalui: pengungkapan ide-de, pendapat, tulisan, gambar, dan sebagainya.

d) Produk

Dengan dimilikinya bakat dan ciri-ciri pribadi kreatif oleh anak dan dengan dorongan (internal maupun eksternal) mampu menciptakan produk-produk kreatif yang bermakna bagi dirinya dan masyarakat. Sebagai seorang pendidik hendaknya menghargai produk kreativitas anak apapun hasilnya dan mengkomunikasikannya dengan orang lain, sehingga anak akan lebih termotivasi untuk berkarya.

(67)

50

6. Indikator Keberhasilan Kreativitas

Gambar 2.3 Dimensi Kreativitas

Kreativitas merupakan suatu konstruk yang multi-dimensional, terdiri dari berbagai dimensi yaitu dimensi kognitif (berpikir kreatif), dimensi afektif (sikap dan kepribadian) dan dimensi psikomotor (keterampilan kreatif). Jadi jelaslah bahwa kemampuan berpikir kreatif (kognitif) dan keterampilan berpikir kreatif (afektif dan psikomotor) merupakan bagian dalam pengembangan kreativitas.

Dalam studi-studi faktor analisis seputar ciri-ciri utama dari kreativitas, Guilford (1959) membedakan antara aptitude dan

(68)

51

non-aptitude traits yang berhubungan dengan kreativitas. Ciri-ciri aptitude dari kreativitas (berpikir kreatif) meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibilitas), orisinalitas, elaborasi yang dioperasi-onalisasikan dalam bentuk berpikir divergen. Sedangkan ciri-ciri non-aptitude meliputi rasa ingin tahu, bersikap imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, sikap berani mengambil resiko.

Berdasarkan ciri-ciri kreativitas yang telah dipaparkan di atas, pengembang model menggunakan indikator pengem-bangan kreativitas sebagai berikut.

Tabel 2.1 Indikator Pengembangan Kreativitas Aspek Kreativitas Indikator

Aptitude 1. Keterampilan Berpikir Lancar

 Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, saran dalam penyelesaian masalah 2. Keterampilan berpikir luwes (fleksibilitas)  Menghasilkan gagasan yang bervariasi

 Dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda

(69)

52

3. Keterampilan berpikir orisinil (orisinalitas)

 Mencetuskan masalah, gagasan atau hal-hal yang tidak terpikirkan orang lain

 Menciptakan ide-ide atau hasil karya yang berbeda dan betul-betul baru 4. Keterampilan berpikir detail (elaborasi)  Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain

 Mengungkapkan cara kerja yang ditempuh untuk menyelesaikan permasalahan

 Membuat laporan dengan detail dan berbeda (untuk indikator ini lebih dijabarkan pada ranah psikomotor/melalui portofolio) Non-aptitude 5. Rasa ingin tahu

 Keinginan untuk mencari tahu, mendalami

pengetahuan lebih dalam

 Mempertanyakan segala sesuatu

(70)

53

6. Bersikap merasa tertantang

 Melibatkan diri dalam tugas yang diberikan

7. Berani mengambil resiko

 Percaya diri dalam mengerjakan sesuatu 8. Menunjukkan

hasil karya

 Menunjukkan hasil karya

 Memberikan penjelasan atas hasil karya

C. Karakteristik Model

Secara substansial, model ini memiliki karakteristik sebagai berikut. 1. Masalah pembelajaran yang dijadikan topik dalam pembahasan adalah masalah-masalah otentik atau nyata yang dialami oleh peserta didik dan atau masalah-masalah yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di sekitar peserta didik.

2. Penyelesaian masalah memerlukan kolaborasi antar sesama peserta didik, nara sumber, pendidik dan melibatkan berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan permasalahan agar diperoleh solusi yang tepat.

(71)

54

3. Berusaha memberikan arahan, tuntunan, dan sekaligus motivasi bagi pengelola, pendidik, dan peserta didik pendidikan kesetataraan paket C dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kreativitas peserta didik paket C kelas XI;

4. Dirancang untuk dapat menyajikan langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah yang efektif dan efisien dalam upaya meningkatkan kreativitas peserta didik paket C kelas XI. 5. Langkah-langkah model digambarkan dan diuraikan dengan

jelas dan singkat sesuai tahapan-tahapan model dalam pelaksanaan penerapan pembelajaran berbasis masalah agar mudah dipahami dan diterapkan.

D. Prototipe Model

Prototipe model adalah gambaran suatu siklus bagaimana model tersebut dirancang, dilaksanakan, dan dinilai sehingga model tersebut dapat meningkatkan kreativitas peserta didik pendidikan kesetaraan paket C kelas XI.

Adapun prototipe model yang dimaksud adalah seperti berikut di bawah ini.

(72)

140

PROTOTIPE MODEL PEMBELAJARAN BERBASOUTCOMEIS MASALAH

INP

UT

PROSES

OUTPU

T

OUTCO

ME

KURIKULUM SARPRAS RPP PENDIDIK PENILAIAN LURING DARING PBM

1. ORIENTASI MASALAH OTENTIK TERCAPAINYA

PESERTA 2. MENGORGANISASI SISWA KOMPETENSI PESERTA

DIDIK PENILAIAN 3. BERKOLABORASI DLM PEMECAHAN PENILAIAN MINIMAL DIDIK PAKET C AWAL MELIBATKAN ANTAR DISIPLIN ILMU AKHIR LITERASI LEBIH 4. MENYAJIKAN HASIL KARYA NUMERASI KREATIF

5. MENILAI KARAKTER KOMBINASI DUKUNGAN LINGKUNGAN SATUAN PENDIDIKAN ORANG TUA MITRA KERJA/MASYARAKAT 55

(73)

56

Keterangan:

1. Komponen Raw Input

Komponen input adalah warga belajar pendidikan kesetaraan paket C peserta didik kelas XI.

2. Penilaian Awal

Penilaian awal terhadap peserta didik adalah dilakukan sebelum peserta didik mengikuti kegiatan khususnya dalam pengembangan model. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik khususnya dalam kreativitas. 3. Komponen Instrumental Input

Komponen instrument input meliputi: a. Kurikulum 2013 Paket C

b. Silabus c. RPP

d. Sarana dan Prasarana

e. Pendidik dan tenaga kependidikan f. Pembiayaan

(74)

57

h. Instrumen penilaian

Yang harus dipersiapkan dan disesuaikan dengan memadai agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan sesuai tujuan yang diinginkan.

4. Komponen Enverontmental Input

Komponen dukungan lingkungan meliputi: dukungan lingkungan satuan pendidikan, orang tua, masyarakat sekitar dan mitra kerja apabila memungkinkan.

5. Proses Pembelajaran dengan Pendekatan Berbasis Masalah Proses pembelajaran pendidikan kesetaraan paket C dilaksanakan dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah. Pendekatan ini dipilih dengan pertimbangan bahwa pendekatan ini sangat sesuai dengan prinsip pembelajaran untuk meningkatkan berpikir kritis peserta didik.

Adapun secara khusus pelaksanaan pendekatan pembelajaran Berbasis Masalah langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. a. Orientasi Masalah Otentik kepada peserta didik. Hal ini dilakukan agar peserta didik benar-benar memahami

(75)

58

masalah aktual / masalah otentik atau masalah nyata yang akan dipelajari dan akan diupayakan untuk dipecahkan dalam proses pembelajaran. Masalah otentik itu bisa berasal dari masalah yang berhubugan dengan SK dan KD mata pelajaran yang sedang dipelajari, pelajaran lain atau masalah nyata yang dihadapi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, peristiwa atau kejadian di masyarakat yang terjadi atau dimuat melalui media cetak dan noncetak.

b. Mengorganisir peserta didik untuk belajar, yaitu peserta didik dibentuk kelompok-kelompok, membantu peserta didik dalam memahami masalah yang dihadapi, kemudian secara bersama-sama dicoba untuk dipecahkan masalah yang dihadapi.

c. Berkolaborasi memecahkan masalah dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu yang terkait. Tutor mendorong peserta didik untuk berkolaborasi dalam memecahkan masalah otentik. Pada tahap ini tutor membimbing peserta didik untuk melakukan penyelidikan, mengumpulkan informasi

(76)

59

sebanyak-banyaknya, mencoba memecahkan masalahnya dengan berdasarkan referensi dari berbagai disiplin ilmu, menemukan ide-ide baru dalam pemecahan masalah. d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Tutor

membantu peserta didik dalam menganalisis data yang telah terkumpul pada tahap sebelumnya, peserta didik memberi argumen terhadap hasil karyanya.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Tutor meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Tutor dan peserta didik menganalisis dan mengevaluasi terhadap pemecahan masalah yang dipresentasikan setiap kelompok.

Kegiatan-kegiatan di atas dapat dilaksanakan dengan system Daring, Luring, maupun Kombinasi disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

5. Seluruh rangkaian proses pembelajaran selalu dilaksanakan penilaian baik penilaian proses yaitu pengamatan perubahan

(77)

60

kreativitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung, dan penilaian akhir.

6. Indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah dilihat dari ketercapaian peningkatan kompetensi peserta didik dalam penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan. 7. Dampak yang diharapkan dari peningkatan kreativitas peserta

(78)

61

BAB III

PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN

BERBASIS MASALAH

A. Program Paket C

1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan pendidikan kesetaraan paket C diatur dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

(79)

62

Adapun SKL Minimal Satuan Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMALB/ PAKET C) dimaksud adalah sebagai berikut. a. Dimensi Sikap

Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap: 1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, 2) berkarakter, jujur, dan peduli,

3) bertanggungjawab,

4) pembelajar sejati sepanjang hayat, dan

5) sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional.

b. Dimensi Pengetahuan

Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks berkenaan dengan:

(80)

63 1) ilmu pengetahuan, 2) teknologi, 3) seni, 4) budaya, dan 5) humaniora.

Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, serta kawasan regional dan internasional.

a) Faktual

Pengetahuan teknis dan spesifik, detail dan kompleks berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional.

b) Konseptual

Terminologi/istilah dan klasifikasi, kategori, prinsip, generalisasi, teori, model, dan struktur yang digunakan

(81)

64

terkait dengan pengetahuan teknis dan spesifik, detail dan kompleks berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional.

c) Prosedural

Pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau kegiatan yang terkait dengan pengetahuan teknis, spesifik, algoritma, metode, dan kriteria untuk menentukan prosedur yang sesuai berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya, terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional.

d) Metakognitif

Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan menggunakannya dalam mempelajari pengetahuan teknis, detail, spesifik, kompleks, kontekstual dan kondisional berkenaan dengan ilmu pengetahuan,

(82)

65

teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional.

c. Dimensi Keterampilan

Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: 1) kreatif, 2) produktif, 3) kritis, 4) mandiri, 5) kolaboratif, dan 6) komunikatif

Melalui pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri.

Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah meliputi: Standar Kompetensi Lulusan Minimal Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar

Gambar

Gambar  No
Tabel  No
Gambar 2.3  Dimensi Kreativitas
Gambar 3.1. Proses Pembelajaran Peserta Didik Paket C
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bahkan industri tekstil dalam negeri tidak memprioritaskan bahan baku yang ada untuk unit usaha kecil seperti industri batik tetapi lebih untuk industri besar.. The

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahardjo (2005), yang menunjukkan bahwa hardiness memberikan kontribusi terhadap stres kerja,

Apakah pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI Ak 2

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa, kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 8 Tanjungpinang menemukan ide pokok

Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Pembelajaran

Dengan menggunakan sumber-sumber primer dan sekunder dalam bidang pemikiran Islam, isu-isu utama dan primer yang dihadapi masyarakat Muslim Melayu dari berbagai peringkat, juga

[r]

Tujuan utama analisis data respon guru terhadap proses pembelajaran adalah untuk melihat bagaimana respon guru terhadap perangkat pembelajaran berbasis discovery