• Tidak ada hasil yang ditemukan

Informasi spasial penutup lahan di seluruh DTA Danau Singkarak diperlihatkan pada Gambar 3, penutup lahan terdiri dari 8 kelas penutup lahan, yaitu: Hutan primer, hutan sekunder, semak belukar, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, lahan terbuka, permukiman dan tubuh air. Wilayah sekitar danau didominasi oleh pertanian lahan kering (ladang) dan pertanian lahan basah (sawah), sedangkan hutan tersebar di bagian hulu sepanjang batas DTA.

Data penutup lahan, jenis tanah dan slope dikonversi menjadi nilai koefisien Run off dengan menggunakan Tabel 1, 2 dan 3. Jenis tanah di DTA Singkarak terbagi menjadi 8 jenis tanah, yang selanjutnya di bagi menjadi kelas laju infiltrasi, yaitu Laju infiltrasi tinggi (andosol, alluvial), laju infiltrasi sedang (regosol, latosol), dan laju infiltrasi rendah (PMK dan poksolik coklat). Gambar 4 memperlihatkan nilai koefisien Run off untuk parameter penutup lahan, slope (kemiringan lahan), laju infiltrasi tanah dan run-off total untuk seluruh DTA Singkarak. Berdasarkan hasil rata-rata run off yang diperoleh, diketahui bahwa daerah di sekitar danau mempunyai nilai run off yang lebih tinggi dibandingkan sekitarnya. Tingginya run off dipengaruhi oleh jenis tanah yang mempunyai infiltrasi rendah dan kondisi penutup lahan berupa lahan pertanian lahan kering dan pertanian lahan basah.

Legenda

Gambar 3. Informasi penutup lahan dari Landsat ETM+ tahun 2000

Gambar 5 memperlihatkan luas piksel secara 3 dimensi di DTA Danau Singkarak, terlihat daerah yang mempunyai kemiringan rendah mempunyai luasan mendekati 900 m2 (sama dengan luasan 1 piksel Landsat dengan resolusi spasial 30 m) sedangkan daerah dengan kemiringan tinggi mempunyai luasan mencapai 1400 m2. Luas 3 dimensi lebih menggambarkan kondisi luas sebenarnya karena mempertimbangkan kemiringan lahan. Data Curah hujan diperoleh dari data satelit TRMM, Selanjutnya dari data TRMM dihitung besarnya curah hujan dalam sehari (hujan harian) di dalam wilayah DTA Singkarak untuk tanggal yang sama dengan tanggal

dimensi, panjang sungai, beda tinggi, waktu konsentrasi, dan intensitas hujan untuk tiga DTA (Sumani, Sumpur dan Paninggahan) diperlihatkan pada Tabel 4. Waktu konsetrasi terbesar adalah DTA Sumani, kemudian diikuti DTA Sumpur dan Paninggahan. Sedangkan, intensitas hujan tertinggi terjadi pada DTA Sumpur, kemudian diikuti DTA Paninggahan dan yang paling rendah adalah DTA Sumani.

Berdasarkan Tabel 4 dihitung besar debit untuk tiga DTA (Sumani, Sumpur dan Paninggahan) dengan menggunakan metode rasional pada persamaan 5. Hasil perhitungan run off rata-rata untuk setiap DTA dan besarnya debit aliran di DTA tersebut diperlihatkan pada Tabel 5. Hasil memperlihatkan bahwa nilai run off tertinggi terjadi di DTA Sumani, sedangkan debit aliran tertinggi terjadi di DTA Sumpur. Bila dianalisis lebih lanjut DTA Sumani mempunyai luas DTA terbesar dengan sebagian penutup lahan didominasi oleh lahan pertanian lahan kering dan pertanian lahan basah, selain itu juga kemiringan lahan DTA Sumani relatif kecil rendah dibandingkan dua DTA lainnya. Sehingga diperkirakan kondisi penutup lahan dan kemiringan lahan yang berkontribusi terhadap tingginya nilai koefisien run off di DTA Sumani. DTA Sumpur adalah DTA dengan luasan yang cukup besar (1/3 luas DTA Sumani) tetapi mempunyai perbedaan tinggi yang paling besar sehingga mengakibatkan besarnya nilai intensitas hujan tertinggi, yang mengakibatkan DTA Sumpur mempunyai debit aliran terbesar.

Run off dari penutup lahan Run off dari kemiringan lahan

Run off dari laju infiltrasi

0 1

Rata-rata Run off Gambar 4. Infomasi spasial sebaran run off DTA Danau Singkarak

900 1400 m2

Luas piksel 3dimensi

0 500 mm

Data akumulasi curah hujan dalam 1 bulan Gambar 5. Luas 3dimensi (Kiri) dan data TRMM DTA Danau Kerinci Tabel 4. Data-data hasil perhitungan untuk menentukan debit aliran

DTa luas DTa 3D

(km2) Panjang sungai (km) Beda tinggi (m) Waktu Konsentra-si (jam) Intensitas hujan (mm/jam)

Sumani 597.0 48.7 2219 0.0006 10.35

Sumpur 169.3 16.3 2336 0.0002 46.98

Paninggahan 61.2 13.4 1438 0.0002 39.50

Tabel 5. Nilai run off dan debit aliran di DTA Danau Singkarak

DTa nilai rata-rata run off Debit aliran (m3/detik)

Sumani 0.430 738

Sumpur 0.401 887

KESIMPulan

Pemetaan run-off dan perhitungan debit aliran permukaan di tiga DTA Danau Singkarak (DTA Sumpur, DTA Sumani dan DTA Paninggahan) dilakukan dengan menggunakan data penginderaan jauh satelit Landsat ETM+, DEM SRTM, data TRMM dan data sekunder lainnya. Hasil memperlihatkan bahwa metode yang digunakan dapat memetakan run-off pada setiap piksel sehingga bermanfaat untuk menganalisis nilai dan sebaran spasial run off di seluruh bagian DTA. Dari tiga DTA (Sumpur, Sumani dan Paninggahan) diketahui bahwa nilai run-off yang tertinggi terjadi di DAS Sumani karena pengaruh kondisi penutup lahannya yang terdiri dari lahan pertanian, tetapi nilai total debit aliran permukaan tertinggi terjadi di DAS Sumpur karena tingginya intensitas hujan.

DafTaR PuSTaKa

Blhpp.wordpress.com

Dunne T. dan Leopold L.B., 1978, Water in Environment Planning, W.H. Freeman and Company, New York Harian Haluan, 2013, Danau Maninjau dan Singkarak Kritis, www. harianhaluan.com, 5 Agustus 2012 KLH, 2011, Profil 15 Danau Prioritas Nasional 2010-2014, Kementerian Lingkungan Hidup

Li,R. dan Li, J., 2004, Satellite Remote Sensing Technology for Lake Water Clarity Monitoring: An Overview. International Society for Environmental Information Sciences, Environmental Informatics Archives, Volume 2 (2004), 893-901.

Prawira A. Y., Wikantika K. dan Hadi F., 2005, Analisis Spasial Lahan Kritis Di Kota Bandung Utara Menggunakan Open Source Grass, PIT MAPIN XIV, 14-15 September 2005

Pratisto A. dan Danoedoro P., 2008, Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Respond Debit dan Bahaya Banjir (Studi Kasus di DAS Gesing, Purworejo Berdasarkan Citra Landsat TM dan ASTER VNIR), PIT MAPIN XVII, Bandung

Suroso dan Susanto H.A., 2006, Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Debit Banjir Daerah Aliran Sungai Banjaran, Jurnal Teknik Sipil, Vol.3, No.2.

Subarkah I., 1980, Hidrologi Air, Edisi kedua, Idea Dharma, Bandung

Sosrodarsono S. dan K Takeda, 1977, Hidrologi untuk Pengairan, Edisi pertama, Association for International Technical Promotion, Tokyo

Trisakti B., 2012, Kajian Metode Penentuan Luas Permukaan Air Danau Dan Sebaran Vegetasi Air Berbasis Data Satelit Penginderaan Jauh, Seminar Nasional Limnologi VI, Jakarta, 16 Juli 2012

Wahyuningrum N. dan Promono I.B., 2007, Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Perhitungan Koefisien Aliran Permukaan di Sub DAS Ngunut I Jawa Tengah, Jurnal Penelitian HUtan dan Konservasi Alam, Vol.IV, No.6: 561-571, 2007

KaJIan KonDISI DaERah TangKaPan aIR Danau KERInCI

BERDaSaRKan PERuBahan PEnuTuP lahan Dan

KoEfISIEn alIRan PERMuKaan *

Mukhoriyah dan Bambang Trisakti

Bidang Sumber Daya Wilayah Pesisir, Pusfatja-LAPAN

aBSTRaK

Keberadaan danau pada saat ini banyak mengalami degradasi yang mengakibatkan perubahan ekosistem