• Tidak ada hasil yang ditemukan

H. Proses Perlukaan dan Perlakuan Terhadap Hewan Uji

I. Hasil Uji Efektivitas Sediaan Nanosilver Spray Sebagai Wound Dressing

Pada pengujian efektivitas sediaan nanosilver spray sebagai wound dressing parameter yang dilihat adalah persen penutupan luka. Semakin mendekati nilai 100% berarti luka pada hewan uji semakin sembuh. Pengukuran persen penutupan luka diawali dengan pengukuran luas area perlukaan menggunakan program Macbiophotonic Image J. Program ini digunakan untuk menghitung luas, jumlah, dan intensitas suatu objek penelitian yang selanjutnya diperoleh nilai angka yang dapat dikuantifikasi untuk dianalisis (Allaudin, 2015).Prinsip kerja dari Program Macbiophotonic Image J adalah dengan menentukan dan mengkuantifikasi luas

37

area luka biopsy pada tikus dalam satuan cm2, dari data yang didapat kemudian dilakukan analisis statistik.

Luka pada awal pengamatan di hari ke-0 hingga hari ke-4 setelah pemberian sediaan nanosilver spray masih terlihat basah dan persen penutupan luka yang didapat dari tiap perlakuan masih kecil. Hal ini dikarenakan luka masih berada dalam fase inflamasi yang membuat area luka terlihat meradang, atau sedikit merah dan bengkak. Fase inflamasi terjadi segera setelah perlukaan dan mencapai puncaknya pada hari ke-3 (Laut dkk., 2019). Kondisi luka tikus pada hari ke-4 untuk perlakuan sediaan nanosilver spray dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Kondisi Luka Biopsy pada Punggung Tikus di Hari ke-4 Setelah hari ke-4 luka akan mulai mengering dan membentuk keropeng. Hal ini menandakan luka sudah masuk ke tahap proliferasi ditandai dengan adanya fibroblas yang jumlahnya terus meningkat selama fase ini berlangsung. Fibroblas merupakan faktor utama yang mendominasi kesembuhan luka sekaligus sebagai rangka atau struktur dasar untuk menghasilkan kolagen. Kolagen inilah yang akan

38

menarik sel epidermis yang berada di tepi luka menuju ke tengah luka, sehingga ukuran luka akan berkurang atau mengecil (Laut dkk., 2019; Novrianti dkk., 2022).

Pada penelitian ini keropeng terus menerus terbentuk dan mengelupas hingga puncaknya terjadi pada hari ke-10 yang dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Kondisi Luka Biopsy pada Punggung Tikus di Hari ke-10 Setelah keropeng pada luka terkelupas maka akan terlihat diameter luka biopsy yang sudah sangat mengecil dibanding pada hari ke-0. Pada akhir pengamatan di hari ke-14 yang dapat dilihat di Gambar 15, hanya dua perlakuan saja yang dapat memberikan efek penutupan luka 100%. Yang pertama adalah perlakuan 1 (infusa teh hijau satu kali semprot). Hasil yang didapat ini diluar dugaan dari peneliti karena efek penutupan luka dari infusa teh hijau justru sangat baik.

Efek penutupan luka pada infusa teh hijau kemungkinan besar berasal dari kandungan epigallocatechin-3-gallate (EGCG) pada daun teh hijau. EGCG yang merupakan komponen utama teh, memang telah terbukti meningkatkan peran dan ekspresi dari transforming growth factor-beta 1 (TGF-𝛽1). TGF-𝛽1 ini bertindak dengan stimulasi proliferasi dan diferensiasi fibroblas, produksi kolagen, kontraksi luka, dan ekspresi gen faktor pertumbuhan jaringan ikat (Hajiaghaalipour dkk., 2013). Kemudian perlakuan kedua yang berhasil memberikan efek penutupan luka 100% adalah perlakuan 4 (nanosilver spray tiga kali semprot). Hasil yang

39

didapatkan ini menjadi jawaban dari hipotesis pada penelitian ini yaitu sediaan nanosilver spray efektif digunakan sebagai wound dressing.

Gambar 15. Kondisi Luka Biopsy pada Punggung Tikus di Hari ke-14 Nanosilver memang sudah terbukti dapat digunakan sebagai agen antibakteri, antijamur, dan antivirus. Nanosilver dapat menghancurkan permeabilitas membran sel bakteri dengan menghasilkan lubang dan celah yang menyebabkan kematian sel bakteri. Kemudian pada jamur nanosilver dapat mengganggu pengaturan selubung jamur, sehingga menyebabkan kerusakan pada sel jamur. Selain itu nanosilver juga memiliki aktivitas antivirus dalam menghambat pertumbuhan dan kelangsungan hidup virus (Zahoor, 2021). Efek

40

penghambatan atau inhibisi terhadap mikroorganisme penyebab infeksi inilah yang membantu meningkatkan proses penutupan luka. Hasil persen penutupan luka untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel V dan Gambar 16.

Tabel V. Persentase Penutupan Luka Persentase Penutupan Luka (%) Hari

Non

Perlakuan K (+) K (-)

Infusa Teh Hijau

Nano P1

Nano P2

Nano P3

H-0 0 0 0 0 0 0 0

H-2 6,3 9,25 2,07 15,98 15,01 19,66 10,94

H-4 16,67 21,65 17,56 19,59 24,39 29,34 33,13 H-6 33,33 40,86 31,41 26,55 33,24 37,89 69,3

H-8 42 63,02 61,78 66,75 46,65 56,69 72,34

H-10 67,33 71,05 75 72,68 80,43 76,64 89,36 H-12 76,33 91,97 93,39 96,65 86,06 90,59 97,87

H-14 81,33 97,57 95,66 100 98,39 98,29 100

Gambar 16. Persentase Penutupan Luka

Persentase penutupan luka pada hari ke-14 yang paling besar ditunjukkan oleh kelompok ekstrak dan kelompok nanosilver P3 dengan nilai 100% diikuti oleh kelompok nanosilver P1 dengan nilai 98,39%, lalu kelompok nanosilver P2 dengan

41

nilai 98,29%. Pada kelompok kontrol positif didapatkan nilai 97,57%, kemudian pada kelompok kontrol negatif didapatkan nilai 95,66%, dan terakhir untuk kelompok non perlakuan didapatkan nilai terkecil sebesar 81,33%. Dari hasil persentase penutupan luka tiap perlakuan dilakukan analisis statistik metode Paired Sample T-Test dengan taraf kepercayaan 95% dilanjutkan uji nilai probabilitas (p-value), analisis data memakai bantuan program excel dan minitab 20.

Perbandingan pertama pada kelompok non perlakuan dibandingkan kelompok kontrol positif didapatkan nilai p = 0,009. Hasil yang didapat ini berarti pengaruh pemberian kedua perlakuan terhadap persen penutupan luka tidaklah sama secara statistik atau signifikan berbeda (p<0,05). Hal ini menyimpulkan bahwa pemberian kontrol positif efektif untuk membantu proses penutupan luka dibanding tanpa diberi perlakuan. Selanjutnya pada perbandingan kelompok non perlakuan dengan kontrol negatif didapatkan hasil p = 0,081. Hasil yang didapat ini berarti pengaruh pemberian kedua perlakuan terhadap persen penutupan luka sama secara statistik atau tidak signifikan berbeda (p>0,05). Hal ini menyimpulkan bahwa pemberian kontol negatif tidak terlalu efektif dalam membantu proses penutupan luka atau setara dengan tanpa diberi perlakuan. Kemudian pada perbandingan kelompok non perlakuan dibandingkan kelompok ekstrak didapatkan hasil p = 0,044. Hasil yang didapat ini berarti pengaruh pemberian kedua perlakuan terhadap persen penutupan luka tidaklah sama secara statistik atau signifikan berbeda (p<0,05). Hal ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak infusa daun teh hijau efektif untuk membantu proses penutupan luka dibanding tanpa diberi perlakuan.

Pada perbandingan kelompok non perlakuan dibanding masing-masing kelompok nanosilver spray didapatkan hasil yang berbeda secara signifikan. Untuk kelompok non perlakuan dibanding kelompok nanosilver spray P1 didapatkan hasil p = 0,006. Kemudian untuk kelompok non perlakuan dibanding kelompok nanosilver spray P2 didapatkan hasil p = 0,000. Terakhir pada kelompok non perlakuan dibanding kelompok nanosilver spray P3 didapatkan hasil p = 0,001.

Dari hasil yang didapat ini dapat disimpulkan bahwa pemberian nanosilver spray

42

efektif untuk membantu proses penutupan luka dibanding tanpa diberi perlakuan, khususnya pada perlakuan 4 (nanosilver spray 3 semprot).

Namun hasil yang didapatkan ini kurang memuaskan karena efek penutupan luka yang dihasilkan oleh perlakuan nanosilver justru setara dengan infusa teh hijau dan bahkan untuk perlakuan 2 dan 3 tidak dapat mencapai penutupan luka 100%.

Selain itu perbedaan hasil antar kelompok perlakuan nanosilver tidak signifikan secara statistik sehingga variasi jumlah semprotan spray tidak terlalu berpengaruh terhadap persen penutupan luka biopsy pada punggung hewan uji. Hal ini dapat disebabkan karena sediaan yang dibuat memiliki pH asam yang tidak masuk rentang pH sediaan topikal yang baik dan dapat berpotensi mengiritasi kulit. Selain itu kemungkinan yang lain yaitu dikarenakan kemampuan penyembuhan luka tiap individu hewan uji yang berbeda. Sehingga untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mereplikasi hewan uji dan memberikan perlakuan pada sistem imunitas hewan uji misalnya hewan uji dibuat diabetes maupun kerusakan organ lainnya agar hasil yang didapatkan tidak bias dikarenakan pengaruh sifat fisiologis hewan uji.

43 BAB V

Dokumen terkait