• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4. didapatkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 93 persen, artinya bahwa persamaan tersebut dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel independent sebesar 93 persen, sisanya sebesar 7 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Persamaan

ini menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh jumlah capital inflow sebelumnya, GDP sebelumnya, pengeluaran pemerintah, jumlah penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebelumnya, tingkat inflasi, dan tingkat upah riil. Persamaan pertumbuhan ekonomi juga mengandung variabel dummy krisis..

Tabel 4. Hasil Estimasi Output Persamaan Pertumbuhan Ekonomi

Variabel Koefisien Std.Error t-value Prob

C -7.254 2.437 -2.976 0.0100 INF 0.007 0.004 1.751 0.5069 LOG_CIF(-2) 0.033 0.015 2.242 0.0417 LOG_GDP(-1) 1.729 0.041 7.170 0.0000 LOG_GOV -0.138 0.060 -2.324 0.0357 LOG_PMDN(-1) -0.025 0.018 -1.440 0.1528 LOG_WRIIL -0.004 0.039 -0.103 0.1152 D2 -0.049 0.039 -1.268 0.0766

R-squared 0.92758 Durbin-Watson stat 2.689466

Adjusted R-squared 0.884138 Uji h -2.60

F-statistic 23.89278 Prob(F-statistic) 0.0000

Sumber : Lampiran 5

Dilihat dari nilai t-statistik, variabel GDP sebelumnya nyata pada taraf 1 persen, jumlah capital inflow sebelumnya dan pengeluaran pemerintah nyata pada taraf 5 persen, variabel dummy krisis nyata pada taraf 10 persen, sedangkan variabel lain nyata pada taraf lebih besar dari 10 persen. Pertumbuhan ekonomi secara signifikan dipengaruhi jumlah GDP sebelumnya, jumlah capital inflow sebelumnya, pengeluaran pemerintah dan dummy krisis, sedangkan variabel lain tidak signifikan karena nilai t-statistiknya lebih besar dari taraf nyata yang digunakan (10 persen).

Nilai masing-masing variabel eksogen didefinisikan sebagai elastisitas. Nilai elastisitas GDP sebelumnya sebesar 1.729, hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan GDP sebelumnya sebesar 1 persen akan menyebabkan

41

peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 1.729 persen. Artinya, GDP berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan hal ini sesuai dengan kerangka teori di mana setiap adanya peningkatan GDP dapat mengakibatkan peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Nilai elastisitas pengeluaran pemerintah sebesar -0.138, menunjukkan bahwa peningkatan pada pengeluaran pemerintah sebesar 1 persen dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.138 persen. Hal ini tidak sesuai dengan kerangka teori yang menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah bukan digunakan untuk memperbaiki infrastruktur dalam negeri dikarenakan adanya penyalahgunaan pengeluaran sehingga menyebabkan pertumbuhan ekonomi terhambat dan menurun. Kondisi ini kurang menguntungkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Nilai elastisitas jumlah capital inflow sebelumnya sebesar 0.033, menunjukkan bahwa jika jumlah capital inflow meningkat sebesar 1 persen maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 0.033 persen. Hal ini sesuai dengan kerangka teori yang menyatakan bahwa jumlah capital inflow

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil estimasi persamaan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan oleh peneliti dapat dikatakan sesuai dengan kerangka teori.

Pernyataan bahwa jumlah capital inflow berpengaruh positif terhadap

Nilai elastisitas tingkat inflasi sebesar 0.007, artinya setiap peningkatan tingkat inflasi sebesar 1 persen meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.007 persen. Hal ini sesuai dengan kerangka teori yang menyatakan bahwa peningkatan tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, karena banyaknya produsen yang memanfaatkan kondisi inflasi dengan memperbesar keuntungan.

Nilai elastisitas Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebelumnya sebesar -0.025, artinya setiap peningkatan PMDN sebelumnya sebesar 1 persen mengakibatkan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.025 persen. Hal ini tidak sesuai dengan kerangka teori yang menyatakan bahwa PMDN sebelumnya berhubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini terjadi karena PMDN tidak meng-cover seluruh kebutuhan financial dalam negeri, secara tidak langsung aliran modal dari luar negeri diperlukan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Tidak signifikannya PMDN terhadap pertumbuhan ekonomi dapat diartikan bahwa peningkatan PMDN tidak mempengaruhi pertumbuhan output, karena setiap penambahan output membutuhkan tambahan faktor-faktor produksi. Salah satu faktor produksi tersebut adalah ketersediaan modal. Modal yang dibutuhkan dalam menciptakan peningkatan output tidak hanya dapat diandalkan dari dalam negeri tetapi dibutuhkan juga modal dari luar negeri.

Nilai elastisitas upah riil sebesar -0.004, memberikan pengertian bahwa setiap peningkatan upah riil sebesar 1 persen maka dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.004 persen. Peningkatan upah riil dapat

43

memperburuk pertumbuhan ekonomi melalui adanya peningkatan jumlah

unemployment. Tidak signifikannya upah riil terhadap pertumbuhan ekonomi dikarenakan kenaikan upah riil tidak mempengaruhi minat investor untuk menanamkan modalnya. Hal ini terlihat dari nilai investasi yang selalu meningkat selama periode analisis.

Nilai elastisitas dummy krisis sebesar -0.049, menunjukkan bahwa krisis ekonomi tahun 1997 menyebabkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan menurun sebesar 0.049 persen. Hasil yang diperoleh sesuai dengan kerangka teori yang menyatakan bahwa adanya hubungan negatif antara dummy krisis dengan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data yang ada, terlihat bahwa pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi mencapai titik terendah sebesar -13.2.

Uji serentak terhadap variabel-variabel yang dianalisis dapat dilakukan dengan melihat probabilitas F- statistik yaitu sebesar 0.0000 (Tabel 4). Nilai probabilitas F-statistik ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen. Artinya secara signifikan variabel-variabel eksogen berpengaruh nyata terhadap variabel endogen.

1.Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, GDP dan lag variabel dependent berpengaruh positif dan secara statistik signifikan terhadap jumlah capital inflow selama periode 1992:4 sampai 2005:3, sedangkan dummy kebijakan tidak signifikan. Variabel lain seperti suku bunga riil, T-bill, jumlah defisit neraca berjalan (CA), jumlah aset domestik bersih (NDA) dan dummy krisis ekonomi berpengaruh negatif.

2.Jumlah capital inflow di Indonesia berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena setiap peningkatan jumlah capital inflow dapat meningkatkan jumlah modal sektor riil yang tidak tercover PMDN.

7.2. Saran

1. Salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah melalui kebijakan moneter ekspansif yang diharapkan dapat menurunkan tingkat suku bunga riil dan meningkatkan tingkat investasi asing. Peningkatan investasi tersebut menambah modal dalam negeri.

2. Kebijakan untuk tetap meningkatkan jumlah capital inflow sangat diperlukan, tetapi harus ada penekanan penyaluran terutama sektor riil yang membutuhkan modal besar dengan tingkat pengembalian lebih menjanjikan. Peningkatan sektor riil tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Dokumen terkait