• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Tabel 3.1 Hasil Laboratorium

Parameter Baku Mutu Hasil Lab

Kolam 1 Kolam 4

BOD 250 Mg/L 11733.33 Mg/L 8266.67 Mg/L

COD 500 Mg/L 13922.13 Mg/L 9783.12 Mg/L

TSS 300 Mg/L 2225 Mg/L 1655 Mg/L

pH 6,0-9,0 1.1 2.2

Sumber: Hasil Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan di PKS Satui pada Tanggal 18 April 2015 Pukul 10.00 WITA. Sampel yang diambil berasal dari kolam anaerob secara

random, yaitu pada kolam 1 dan kolam 4. Sistem penyebaran limbah cair mulai

dari inlet bersifat multifeeding. Sebelum limbah dibuang ke kolam, limbah di dinginkan di cooling tower. PKS Satui sendiri mempunyai sepuluh kolam pembuangan, yang terdiri atas enam kolam anaerob, dua kolam aerobik, satu kolam sedimentasi, dan satu kolam penampungan akhir. Penulis sendiri hanya mendapatkan izin untuk megambil sampel di kolam anaerob, bukan di kolam akhir. Pada kolam 1-6 treatment yang diberlakukan adalah dengan menambahkan bakteri mesofil yang sangat rentan terhadap temperatur. Sedangkan di kolam 7-8 menggunakan bakteri aerobik untuk memaksimalkan proses perombakan limbah. Pada kolam 9, kolam sedimentasi untuk memisahkan lumpur dengan air sebelum dialirkan ke kolam penampungan akhir. Sampel di uji di laboratorium Kualitas Air dan Hidro-Bioekologi Fakultas Perikanan, dengan waktu pengujian selama satu minggu. Parameter yang diuji adalah BOD, COD, dan TSS.

3.2. PEMBAHASAN

Angka BOD, COD, dan TSS merupakan ukuran bagi pencemaran air. Total suspended solid (TSS) merupakan zat-zat padat yang berada dalam suspensi yang berpengaruh pada tingkat kekeruhan air. BOD dan COD merupakan parameter pencemar air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat maupun tidak dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air (1).

3.2.1 BOD

Pemeriksaan BOD dilakukan di Laboratorium Kualitas Air dan Hidro- Bioekologi Fakultas Perikanan. Berdasarkan hasil pemeriksaan inlet dan outlett

air limbah menunjukan bahwa terdapat pengurangan kadar BOD dari 11733.33 Mg/L menjadi 8266.67 Mg/L.

3.2.2 COD

Pemeriksaan COD dilakukan di Laboratorium Kualitas Air dan Hidro- Bioekologi Fakultas Perikanan. Berdasarkan hasil pemeriksaan inlet dan outlet air limbah menunjukan bahwa terdapat pengurangan kadar COD dari 13922.13 Mg/L menjadi 9783.12 Mg/L.

3.2.3 TSS

Pemeriksaan TSS dilakukan di Laboratorium Kualitas Air dan Hidro- Bioekologi Fakultas Perikanan. Berdasarkan hasil pemeriksaan inlet dan outlet air limbah menunjukan bahwa terdapat pengurangan kadar TSS dari 2225 Mg/L menjadi 1655 Mg/L.

3.2.4 pH

Pemeriksaan pH dilakukan di Laboratorium Kualitas Air dan Hidro- Bioekologi Fakultas Perikanan. Berdasarkan hasil pemeriksaan inlet dan outlet air limbah menunjukan bahwa terdapat kenaikan nilai pH dari 1.1menjadi 2.2.

Perbedaan nilai BOD, COD dan TSS pada kolam inlet (kolam 1) dan kolam outlet (kolam 4) disebabkan oleh banyaknya bakteri mesofil. Kolam 1 yang letaknya lebih dekat dengan cooling tower menyebabkan suhu air limbah masih tinggi dan membuat bakteri mesofil yang tidak tahan terhadap suhu panas (suhu optimum 25-40oC) lebih mudah mati. Kolam 4 letaknya lebih jauh dari cooling tower, hal itu membuat suhu air limbah menurun selama proses perjalanan air limbah ke kolam, karena suhu air limbah lebih rendah maka bakteri mesofil yang membantu dalam proses penurunan kadar BOD, COD dan TSS ini menjadi lebih banyak. Nilai BOD, COD, dan TSS masih jauh diatas baku mutu hal ini disebabkan oleh proses penguraian BOD, COD, dan TSS dilakukan di kolam aerob yang memerlukan oksigen yang cukup tinggi, baik untuk pertumbuhan bakteri maupun untuk respirasi. Sedangkan sampel diambil pada kolam anaerob yang kekurangan oksigen dan berwarna cokelat pekat.

Perbedaan nilai pH pada kolam 1 dan kolam 4 dikarenakan proses pengaliran air limbah menuju kolam 4 melalui selokan terbuka yang rentan terkontaminasi zat cair lain sehingga dapat merubah nilai pH. pH yang sangat asam pada kedua kolam disebabkan oleh PKS tersebut tidak memiliki kolam netralisasi yang dapat menurunkan suhu serta menaikkan nilai pH.

Dalam perairan BOD, COD, dan TSS yang tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai konsentrasi BOD, COD, TSS pada air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri sangat tinggi melewati baku mutu yang ada sesuai dengan KEP-51/MEN LH/1995 lampiran B dan PERGUB Kal- Sel No 36 Tahun 2008 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri. Pada Tabel 3.2 dibawah ini merupakan hasil penelitian atau uji awal untuk konsentrasi BOD5, COD3 dan TSS yang terkandung pada sampel air limbah kelapa sawit PT XXX.

Hasil pengujian awal dan batas maksimalnya sesuai dengan peraturan di atas adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Hasil Laboratorium tahun 2012

No Parameter Hasil Uji (mg/l) Batas Maksimum (mg/l)

1 BOD5 112 100

2 COD3 149.682 350

3 TSS 387 250

Sumber : Hasil penelitian 2012

Sedangkan pada hasil laboratorium yang diuji penulis, semua parameter yang diuji berada di atas baku mutu karena sampel yang diuji penulis bukan berasal dari kolam penampungan akhir melainkan berasal dari kolam inlet. Pada PT XXX ini sendiri sebenarnya masih terdapat kolam-kolam treatment lainnya.

Banyak sekali treatment yang bisa diberikan agar limbah di kolam akhir memenuhi baku mutu, diantaranya adalah:

1. Diberikan treatment berupa adsorben dari abu tandan kosong dan karbon aktif cangkang kelapa sawit dengan 2 unit adsorben dengan sistem batch aliran downflow. Tabel 3.3 dibawah ini adalah hasil

Tabel 3.3 Hasil Uji Lab LCPKS PT XXX tahun 2013 Parameter Hasil Lab (Mg/L)

BOD5 112

COD3 149,682

TSS 387

(Sumber: Fatur, 2013)

2. Pemberian zeolit 5% dan WPH dapat memenuhi BOD dan pH sesuai standar baku mutu limbah serta kadar N , P dan K cukup tinggi. Pemberian zeolit diikuti dengan perlakuan WPH pada LCPKS kolam anaerob sekunder I akan lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan WPH saja tanpa diberi zeolit.

Tabel 3.4 Hasil Uji DMRT setelah treatment

Pengaruh perlakuan zeolit 15% pada LCPKS kolam anaerob sekunder I menghasilkan kadar N-total tertinggi, berbeda nyata jika dibandingkan dengan tanpa pemberian zeolit. Kadar N-total LCPKS KAS I meningkat 47,97% setelah diberi zeolit.LCPKS KAS I yang diberi zeolit 5% memberikan hasil tertinggi pada nilai rerata P-total, berbeda nyata dengan pemberian zeolit 15% dan tanpa zeolit serta berbeda tidak nyata dengan pemberian zeolit 10%. P-total LCPKS KAS I meningkat 29,82% setelah diberi zeolit 5% (18).

3. Proses koagulasi melalui elektrolisis dapat menurunkan nilai COD, BOD, kekeruhan dan pH limbah cair pabrik kelapa sawit yang

berasal dari kolam akhir. Semakin besar arus yang digunakan pada proses koagulasi semakin besar penurunan nilai dari COD, BOD, kekeruhan dan pHnya. Kekeruhan sampel limbah cair mengalami penurunan dari saat awal sebesar 1,08 NTU dan setelah dialiri arus 0,5 A kekeruhan sampel dapat diturunkan menjadi 0,64 NTU. Pada arus 1,0; 0,5 dan 2,0 A kekeruhannya berturut-turut adalah 0,56; 0,43 dan 0,36 NTU. Hal ini disebabkan karena pengendapan sebagian partikel yang tersuspensi dalam sampel menjadi berkurang. Didapati bahwa semakin besar arus yang dialirkan maka pH sampel akan semakin besar. Kenaikan pH ini disebabkan adanya pelepasan ion hidroksida atau gas hidrogen pada saat berlangsungnya peristiwa reduksi di katoda (31).

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah:

1. Pada air sampel yang diambil dari kolam anaerob pertama nilai BOD sebesar 13.922,13 mg/l dan pada kolam anaerob ke-4 nilai BOD sebesar 9.783,12 mg/l.

2. Pada air sampel yang diambil dari kolam anaerob pertama nilai COD sebesar 11.733,33 mg/l dan pada kolam anaerob ke-4 nilai COD sebesar

8.266,67 mg/l. Hal ini menunjukan penurunan nilai COD yang cukup besar pada proses anaerob.

3. Nilai TSS pada sampel yang diambil dari kolam pertama adalah 2.225 mg/l, sedangkan pada kolam ke-4 sebesar 1.655 mg/l. Nilai yang diperoleh masih diatas baku mutu lingkungan dan belum bisa dilepas ke lingkungan. 4. Kadar pH yang terukur pada sampel air limbah sawit kolam pertama

adalah 1,1; sedangkan pH pada kolam ke-4 adalah 2,2. Hal tersebut menunjukan ada kenaikan pH dari awal hingga proses anaerob berlangsung.

4.2 SARAN

Saran yang dapat diberikan adalah :

1. Perlu pemaksimalan proses dengan memperhatikan waktu tinggal yang cukup sehingga perombakan limbah tersebut menjadi maksimal.

2. Ada baiknya gas metana yang dihasilkan pada proses anaerobik dimanfaatkan menjadi biogas agar tidak menimbulkan bau menyengat dan menghasilkan efek rumah kaca.

3. Dilakukan pengecekan pH secara berkala agar pH tetap stabil sehingga mikroba yang digunakan dapat bekerja secara maksimal.

4. Dilakukan pembersihan saluran aliran limbah sehingga tidak terkontaminasi oleh zat-zat yang mengendap pada aliran tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G.1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional: Surabaya.

Amalia, Resti dkk. 2013. Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan dan Tingkat Konsumsi Oksigen Ikan Patin (Pangasius sp.) yang Terpapar Limbah Cair

Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia 1(2).

Anonim, 2008. SNI 6989.59:2008 TentangAir dan Air Limbah – Bagian 59:

Metoda Pengambilan Contoh Air Limbah. Badan Standarisasi Nasional.

Anonim2. ENPART stands for Environmental Partitioning Model (US EPA). http://www.acronymfinder.com/

Diakses pada tanggal 17 April 2015.

Anwar Hadi, 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Ardila, Yan. 2014. Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.

Azwir. 2006. Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri Oleh Limbah Industri

Kelapa Sawit PT.Peputra Masterindo di Kabupaten Kampar. Universitas

Diponegoro:Semarang.

Biomed RM;Harmita.2008.Analisis Hayati,Jakarta,Penerbit Kedokteran EGC BPOM. 2001. Manajemen Risiko, Direktorat Pengawasan Produk da Bahan

Berbahaya. Percetakan Negara 23: Jakarta.

Bruggemann, Matthies dkk. 1986. Exposure And Exotoxity Estimation For Environmental Chemical (E4CHEM): Application Of Fate Models For

Darliana, Ina. 2009. Fitoremediasi Sebagai Teknologi Alternatif

PerbaikanLingkungan. Universitas Bandung Raya: Bandung.

Fitrianty, Lisa. 2011. Model Fugasitas Multimedia adalah Model dalam Kimia Lingkungan yang Merangkum Proses Mengendalikan Perilaku Kimia dalam Media Lingkungan dengan Mengembangkan dan Menerapkan Pernyataan Matematika.

https://ml.scribd.com/doc/

Diakses pada tanggal 17 April 2015.

Ginting, Ir. Perdana. 2007. SistemPengelolaanLingkungan Dan LimbahIndustri,

Cetakanpertama. YramaWidya: Bandung.

Hefni, Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan Perairan. Kanisius: Yogyakarta.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 tahun 1988 tentang

Baku Mutu Air. Kementerian Lingkungan Hidup: Jakarta.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun 2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan. Kementerian Lingkungan Hidup: Jakarta.

Kolluru, R.V., Bartel and Pitblado, R. 1996. Risk Assessment and Management

Handbook : for Environmental, Health and Safety Professional. McGraw

Hill: New York

Mahler H, dkk ,1997 Handbook of Estimation Methods in Ecotoxicology and

Environmental Chemistry. LLC Press: USA.

Nursanti, Ida. 2013. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Kolam

Anaerob Sekunder I Menjadi Pupuk Organik melalui Pemberian Zeolit.

Profil PT XXX. 2011. PT XXX Jl Pramuka Banjarmasin.

Puspito, Andhikan. 2004. Ekotoksikologi. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta. Rahmadani, Apriana. 2010. JurnalTeknik Kimia. Universitas Sumatera Utara:

Medan.

Rahman, A. 2005. Prinsip-Prinsip Dasar, Metode, Teknik, dan Prosedur Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan.Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan

Industri. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia: Depok.

Rahman, Fatur. 2013. Pemanfaatan Abu Tandan Kosong dan Cangkang Kelapa

Sawit untuk Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. Universitas

Lambung Mangkurat: Banjarbaru. Ratni, Nanik Jar. 2011. Ekotoksikologi.

Elearning/upnjatim.com

Diakses pada tanggal 17 April 2015.

Reza. 2012. Pabrik Biogas Dari LimbahCairTahuDengan Proses Fermentasi. ITS: Surabaya.

Siagian. M. 2004. Toksikologi Lingkungan dan Uji Biologis. Universitas Riau: Riau.

Steel, R.G.D. dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistik, Suatu

Pendekatan Biometrik. PT. Gramedia. Pustaka Agung: Jakarta.

Syafriadiman. 2010. Toksisitas Limbah Cair Minyak Kelapa Sawit dann Uji Sub Lethal terhadap Ikan Nila (Oreochromis sp.) Berkala Perikanan.

Utomo, A. W. 2008. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Alkohol Daun Jati Belanda

(Guazuma ulmifolia Lamk) pada Tikus Wistar.

Wibisono,G. 1995. SistemPengelolaan Dan Pengolahan Limbah Domestik, Jurnal Science, vol. 27. Jakarta.

Yunus Nasution, D. 2004. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit yang Berasal dari Kolam Akhir (Final Pond) dengan Proses Koagulasi Melalui

Elektrolisis. Jurnal Sains Kimia Vol 8, No.2, 2004: 38-40.

Yusuf, dkk. 2012. Uji Lethal Dose 50% Poliherbal (Curcuma xanthorriza,Kleinhovia hospita, Nigella sativa, Arcangelisia flava dan Ophiocephalus striatus) Pada Heparmin terhadap Mencit (Mus

INDEKS

BOD 2: 2, 3, 4, 19, 29, 30, 31, 32, 36, 39, 40; 3: 43, 44, 45, 46, 47; 4: 48 CPO 1: 1 COD 2: 2, 3, 4, 19, 29, 31, 32, 36, 39, 40; 3: 43, 44, 45, 46, 47; 4: 48 EKOTOKSIKOLOGI 2: 5, 6, 37, 38, 41 ENPART 2: 12, 13 LCPKS 1: 1, 2; 2: 4, 5; 3: 46 pH: 1: 2, 3; 2: 5, 16, 32, 33, 39; 3: 43, 44, 45, 46, 47; 4: 48 RLTEC 2: 11, 12 SNI 2: 21, 29, 30 toksik 2: 11, 18, 19, 20, 21 TSS 2: 2, 3, 29, 32, 33, 36, 39, 40; 3: 43, 44, 45, 46, 47; 4: 48 Wintox 2: 34, 35

Dalam dokumen TUGAS BESAR EKOTOKSIKOLOGI ANALISIS ZAT (Halaman 55-66)

Dokumen terkait